Anda di halaman 1dari 4

Apotek Panel

Apotek panel adalah apotek yang bekerjasama dengan PBF dalam


mendistribusikan obat keras kepada pihak-pihak yang diinginkan
oleh PBF yaitu : Dokter, Rumah sakit tanpa
apoteker, poliklinik tanpa apoteker, paramedik, toko obat, dan peror
angan/freelancer.
Dampak Apotek Panel

•Profesi lain akan tetap melakukan dispensing karena kebutuhan obat yang selalu terpenuhi

•Peran apoteker dalam pharmaceutical care tidak ada

• Apotek tidak dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang semestinya (hanya bisa
menjual obat-obat OTC dan tidak mendapat resep dari dokter )

• Merugikan apotek lain terutama apotek kecil

• Masyarakat tidak mendapat KIE dengan benar terkait obat yang didapat dari profesi lain
Kronologi
Where & When:

Hidayat Farma, Apotek Lintang,


What:
Apotek Mutiara, dan Apotek Pondok Who:
BPOM menegur empat apotek yang Timur terkena kasus pelanggaran
diduga menyalahgunakan penjualan penjualan psikotropika. Hal itu Sumber Gatra menjelaskan, hal itu
psikotropika. Obat keras tersebut tertuang dalam surat yang dipraktekkan oleh sejumlah oknum
dijual melebihi batas logika dan ditandatangani oleh Direktur pegawai dan asisten apoteker
tanpa catatan pemakai dan resep Pengawasan Narkotika, tanpa sepengetahuan pengelola
dokter. Pelakunya sebagian besar Psikotropika, dan Zat Adiktif, Dra atau apoteker. Mereka
adalah pegawai apotek dan oknum Frida Tri Hadiati, Apt., pada 15-18
memalsukan tanda tangan
November 2016.
penjualan di PBF. apoteker yang berpraktek di situ.
Surat tersebut menyatakan hasil Oknum tersebut lalu memesan
temuan BPOM tentang beberapa melalui oknum agen penjualan dari
apotek di Bekasi yang melakukan distributor obat atau pedagang
pelanggaran kritikal, yaitu besar farmasi (PBF).
penyaluran psikotropika secara
panel ke dokter, klinik, oknum, dan
tidak dapat menunjukkan dokumen
pengadaan dan pencatatan.
Kronologi
Who: Why: How:
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Praktek tersebut bisa Menurut penelusuran Gatra, terdapat pemesanan
Pengawasan Produk Terapetik berlangsung, karena beberapa produk psikotropika yang berlebih. Dalam
dan Narkotika, Psikotropika & BPOM hanya menyasar temuan tersebut obat daftar G tadi dipesan hingga lebih
Zat Adiktif, Ondri Dwi dari 40 boks. Adapun obat yang kerap disalahgunakan
apotek. Mereka tidak
Sampurno, membenarkan antara lain, Tramadol, Alprazolam, dan Dumolid.
melacak ke asisten
teguran BPOM kepada empat apoteker, staf yang bekerja Obat tersebut memang tergolong mahal. Alprazolam
apotek tersebut. Ia di apotek, atau tenaga misalnya. Distributor mematok harga satu boks berisi 10
mengatakan, keempat apotek penjual dari distributor setrip (satu setrip berisi 10 tablet) seharga Rp 1,5 juta.
tersebut telah melakukan obat. Sehingga, kerap Konsumen bisa mendapat obat tersebut melalui pasar
pelanggaran kritikal, yaitu terjadi staf atau asisten gelap, dengan harga Rp 70.000-110.000 per tablet. Satu
penyaluran psikotropika secara apoteker berpindah-pindah tablet berisi 1 miligram Alprazolam.
panel ke dokter, klinik, oknum, apotek, setelah aksinya
dan tidak dapat menunjukkan BPOM mengatakan pihaknya masih dalam proses
mulai diendus di salah satu pemberian sanksi penghentian sementara kegiatan
dokumen pengadaan serta apotek. (PSK) kepada beberapa apotek. Namun itu belum
pencatatan. Ini dianggap tidak ditindaklanjuti oleh dinas terkait.
memenuhi ketentuan
perundang-undangan terkait
pengelolaan psikotropika.
Created and maintained by Gatra.com

Anda mungkin juga menyukai