Pengenalan
Pada dasarnya, jika diketahui bahwa suatu penghasilan bersumber dari negara S, maka:
a. ketentuan pajak domestik akan berlaku untuk menentukan jumlah yang dikenakan pajak
(taxable amount), yaitu. penghasilan kotor yang diperoleh dari negara sumber dikurangi
dengan biaya-biaya yang diperbolehkan untuk menghasilkan net amount yang akan
dikenakan tariff pajak di negara S. atau
b. dalam beberapa kasus, pajak terutang hanya dihitung berdasarkan persentase dari
penghasilan kotor. Contohnya perusahaan asuransi atau reasuransi luar negeri tanpa
adanya kehadiran di negara S (pasal 26).
Dalam pasal 7, OECD Model DTA, disebutkan bahwa profit dari perusahaan asing hanya
terutang pajak di negaranya saja (negara R) kecuali bila perusahaan tersebut menjalankan
bisnisnya dinegara lain melalui permanent establishment.
Arti “Profits”
Dalam penjelasan OECD Model DTA, Profit mempunyai arti yang luas dan mencakup semua
penghasilan yang diperoleh dalam menjalankan perusahaan sehingga sesuai dengan ketentuan
interpretasi, maka pengertian “Profits” mengikuti ketentuan domestik negara bersangkutan.
Pasal 7(2) OECD Model DTA hanya menjelaskan atribusi profit kepada PE dan tidak berlaku
untuk kerugian (losses).
Suatu penghasilan dapat diklasifikasikan sebagai laba usaha harus berkaitan dengan kegiatan
usaha. Terdapat beberapa pendapat/putusan terkait penghasilan dari kegiatan usaha yang
dapat diklasifikasikan sebagai laba usaha :
Arti “Enterprise”
Arti kata “Enterprise” tidak disebutkan dengan jelas dalam OECD Model DTA karena biasanya
interpretasi kata tersebut dikaitkan dengan ketentuan hukum domestik dari negara yang
berkontrak. Dalam OECD Model DTA hanya disebutkan bisnis enterprise (pasal 5 dan 7) serta
penerapan kata “Enterprise” (pasal 3 ayat 1c dan d).
Pada dasarnya, suatu entitas menjalankan perusahaan dan entitas itu memperoleh laba. Dalam
DTA, suatu perusahaan disebut menjalankan bisnis dan dapat memiliki PE. Gagasan ini tidak
dapat terjadi dalam pengertian hukum, tetapi DTA merujuk pada ide dalam pengertian
akuntansi.
Penghasilan PE, terutang pajak hanya di negara tempat PE berada karena adanya tingkat
partisipasi dengan kehidupan ekonomi negara sumber dan hubungan antara negara sumber
dengan aktivitas PE yang menghasilkan income. Oleh sebab itu, penghasilan PE yang dikenai
pajak dinegara sumber hanyalah untuk penghasilan yang diatribusikan kepada PE tersebut.
Jika suatu transaksi oleh PE tidak punya hubungan partisipan dengan ekonomi negara Sumber
seperti ekspor atau jasa dari negara R ke negara S, maka tidak terutang pajak di negara S.
Ketika perusahaan R mempuyai PE di negara S, Negara Sumber berhak atas pajak terhadap
profit yang diperoleh dari wilayah juridiksinya dan mempunyai hak terlebih dahulu untuk
mengenakan pajak atas profit tersebut. Jika negara R mengenakan pajak berbasis world-wide
income, maka ia akan memberikan relief untuk pajak yang sudah dibayar di negara sumber.
Jumlah yang diatribusikan kepada PE sangat dipengaruhi oleh transaksi antara PE dengan
induknya di negara R dan PE dengan divisi lain atau afiliasi di negara lain. Alokasi tesebut akan
mempengaruhi pengumpulan pajak dari masing-masing negara (berhubungan terbalik).
1. Berkurangnya Profit PE >> bertambahnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >>
mengurangi klaim pajak negara S dan meningkatkan klaim pajak di negara R atau negara
lain.
2. Bertambahnya Profit PE >> berkurangnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >>
meningkatkan klaim pajak negara S dan mengurangi klaim pajak di negara R atau negara
lain.
Keputusan Perusahaan R atas tinggi rendahnya pajak atas profit dari PE bergantung pada tarif
pajak (tax rate) negara S terhadap negara R. Hal ini dapat dilakukan melalui manipulasi dengan
transaksi antara PE dengan induknya atau afiliasi di negara lain untuk menggeser profit ke
dalam atau keluar negara S.
Dalam UN Model DTA, terdapat ketentuan mengenai kekuatan daya Tarik, yang digunakan
untuk mencegah non-residen yang memiliki PE di negara S dari menjalankan suatu transaksi
yang sebaliknya akan dijalankan melalui PE (artinya transaksi dilakukan langsung oleh induk
dan bukan melalui PE meskipun perusahaan tersebut mempunyai PE di negara tersebut).
Kegiatan penghindaran ini sangat mungkin terjadi pada OECD Model DTA karena pendapatan
dari transaksi tidak akan dikaitkan dengan PE non-residen di negara S. Namun, untuk
mengatasi kemungkinan penghindaran tersebut, UN Model DTA memungkinkan negara S untuk
mengenakan pajak atas keuntungan dari penjualan PE dan kegiatan bisnis lainnya oleh induk
yang dijalankan di negara S yang sama atau serupa dengan yang dilakukan melalui PE
(ketentuan magnet).
Contoh :
Sebuah perusahaan multinasional B, residen Belgium (Negara R), punya cabang di Nigeria
(Negara S) dimana ia menjalankan bisnis melalui cabang tersebut. Cabang tersebut termasuk
dalam PE menurut DTA antara keduanya. Oleh sebab itu, berdasarkan pasal 7(1) :
Measurement of Profit
Contoh :
a. Satu negara mungkin akan memasukkan item sebagai dasar penghasilan yang
dikenakan pajak sedangkan negara lain akan mengeluarkan item tersebut dari
pendapatan.
b. Satu negara mungkin akan mempebolehkan pengurangan tertentu sedangkan negara
lain tidak memperbolehkan pengurangan tersebut.
Oleh sebab itu tidak akan ada sinkronisasi jumlah profit yang dikenakan pajak di negara R. Hal
ini berpengaruh pada jumlah kredit pajak yang tidak merefleksikan jumlah penghasilan yang
sama yang digunakan untuk menghitung pajak di Negara R (ada kemungkinan kredit pajak
tersebut melebihi pajak terutang di negara R atau sebaliknya). Ketentuan relief dalam pasal 23
disini hanyalah sebatas sebagai estimasi wajar untuk mengurangi juridical double taxation.
Dalam pasal 7(2) OECD Model DTA, disebutkan untuk transaksi antara induk dengan PE, harus
diatribusikan profit tersebut sesuai yang seharusnya diterima atau diperoleh apabila transaksi
tersebut dilakukan tanpa adanya hubungan istimewa atau dilakukan kepada entitas terpisah
independen. Hal ini disebabkan karena PE dengan induk merupakan satu kesatuan entitas
sehingga mereka tidak dapat secara hukum melakukan transaksi bisnis. Oleh karena itu tidak
mungkin bagi kantor pusat dan PE untuk mengadakan hubungan hukum yang tepat
sehubungan dengan (transfer pricing), misalnya, penjualan barang, peminjaman monet atau
pemberian paten. Oleh sebab itu, dalam pasal 7(2) ditekankan mengenai pendekatan entitas
terpisah untuk menangani transaksi semacam itu.
Contoh :
1. Ketika perusahaan induk mengirim barang dagangan ke PE, apakah perusahaan induk
mengakuinya sebagai pendapatan? Mengingat transaksi tersebut adalah transaksi
internal.
2. Ketika perusahaan induk mengirim aset tetap ke PE, apakah perusahaan mencatat
dalam nilai buku atau nilai pasar wajar?
Oleh sebab itu, untuk kondisi diatas, pendekatan yang digunakan dalam menghitung
penghasilan yang dikenakan pajak adalah menggunakan pendepatan harga pasar wajar.
1. PE dan bagian perusahaan yang lain adalah entitas yang terpisah, dan
2. Negara yang berkontrak harus menentukan harga yang mungkin akan dicharged oleh
entitas satu sama lain untuk :
a. Barang dan jasa dan
b. Sumber daya perusahaan yang digunakan bersama
Seolah seperti jika mereka beroperasi penuh dan independen sebagai perusahaan tidak
terkendali.
Dalam menentukan Profit dari PE, diperbolehkan untuk mengurangkan beban-beban berkaitan
dengan PE, termasuk beban eksekutif dan administrasi umum yang terjadi di tempat PE
berada.
Batasan dari pendekatan entitas terpisah muncul seiring dengan adanya kontrak internal antara
induk dengan PE, batasan dan permasalahan tersebut adalah :
1. Jasa tersebut merupakan bagian dari perdagangan umum atau bisnis dari
keseluruhan perusahaan.
Fee jasa tersebut dapat dikurangkan oleh PE, terumasuk markup profit yang dihitung
berdasarkan basis arm’s length atau harga pasar wajar.
Elemen profit bisa diikutsertakan dalam service fee yang dibebankan oleh PE ketika jasa
tersebut dilaksanakan oleh PE yang menghasilkan manfaat nyata kepada perusahaan dan
biaya jasa yang disediakan merepresentasikan bagian signifikan dari beban-beban
perusahaan.
Artinya, PE yang menyediakan jasa tersebut memang aktivitas utamanya adalah
menyelenggarakan jasa tersebut sehingga boleh untuk mengurangkan biaya termasuk
keuntungan yang dibebankan oleh PE dengan syarat bahwa jasa tersebut memang
bermanfaat dan merepresentasikan bagian signifikan dan beban-beban perusahaan.
3. Jasa tersebut mungkin disediakan sebagai bagian dari aktivitas manajemen umum
dari induknya.
Jika jasa tersebut hanya sebatas aktivitas manajemen umum dari induknya, maka biaya
penyediaan jasa tersebut dapat dialokasikan kepada bagian dari perusahaan yang
menerima manfaatnya dan tidak termasuk keuntungannya.
Pasal 7(3) menjelaskan mengenai semua overhead langsung dan tidak langsung yang
dapat diatribusikan secara wajar kepada PE. Pembagian atas beban-beban tidak langsung
dilakukan melalui alat-alat akuntansi konvensional seperti ratio PE terhadap induknya.
Contoh :
1. Beban Bunga Pinjaman, dalam Penjelasan OECD Model DTA Pasal 7, dipisahkan :
a. Jika pemberi pinjaman bisnisnya bukan penyediaan pinjaman komersial, beban bunga
tidak diperbolehkan sebagai pengurangan bagi peminjam intra-entitas (peminjam
masih dapat satu entitas yang sama dengan pemberi pinjaman).
b. Jika pemberi pinjaman adalah bank atau institusi finansial, dimana bisnisnya adalah
menyalurkan pinjaman, maka beban bunga berdasarkan tingkat bunga wajar terhadap
pinjaman tersebut dapat dibebankan kepada peminjam (entah PE atau Induknya).
2. Beban Royalti, dalam Penjelasan OECD Model DTA jelas menyebutkan tidak boleh
dibebankan segala macam pembayaran royalty untuk intra-entitas.
3. Beban iklan worldwide yang dilakukan oleh induk untuk kepentingan PEnya, termausk
beban iklan yang dilakukan di negara tempat PEnya berada, dapat dibebankan oleh Induk
kepada PE menggunakan alokasi proporsi, karena hubungan langsung antara beban
pemasaran dan penjualan masing-masing PE, alokasi biaya pemasaran kantor pusat untuk
setiap PE berdasarkan rasio turnover di atas tampaknya tepat.
4. Beban training yang dialami oleh Induknya untuk kepentingan eksekutif dari berbagai
macam PE diseluruh dunia dapat dialokasikan berdasarkan basis rasio antara beban gaji
eksekutif masing-masing PE terhadap total beban gaji eksekutif perusahaan secara
keseluruhan.
Agents
Penting untuk diingat bahwa agen disini adalah suatu entitas yang cukup terpisah dari entitas
perusahaan dan agen tersebut hampir pasti akan menjalankan bisnisnya sendiri dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan.
1. Jika agen adalah memproses barang di negara S untuk perusahaan induk. Profit yang
diatribusikan kepada PE adalah nilai yang ditambahkan (value added) pada barang
tersebut berdasarkan pemrosesan dikurangkan biaya untuk perusahaan yang
melakukan pemrosesan tersebut. Metode ini disebut metode langsung, dan akan
diadopsi entah profit keseluruhan atau pendekatan entitas independent yang digunakan.
Dalam hal pendekatan entitas independen digunakan, barang-barang harus dijual
dengan laba secara keseluruhan kepada perusahaan sebelum dapat dikatakan sebagai
laba yang dikaitkan dengan permanent establishment.
2. Metode tidak langsung, berdasarkan pembagian worldwide profit (total profit) dari
enterprise kepada PE. Metode ini menganggap bahwa keseluruhan entitas hukum
adalah satu kesatuan dan penghasilan dari tiap divisi atau cabang (setelah
menghilangkan transaksi intra-entitas) digabungkan menjadi satu. Penghasilan agregat
tersebut kemudian dialokasikan kepada komponen-komponen entitas berdasarkan
hubungan aktivitas individual terhadap total aktivitas dari entitas. Artinya, enterprise
dianggap telah menghasilkan profit keseluruhan atas aktivitas bisnisnya (beberapa
dilakukan oleh PE) sebelum profit bisa diatribusikan kepada PE. Metode ini hanya
diperbolehkan bila berlaku umum di negara S dan tidak bertentangan denga ketentuan
pasal 7.
Purchasing Offices
Ketentuan ini berlaku hanya untuk PE yang menjalankan bisnis di negara S dan melakukan
aktivitas pembelian untuk induknya. Apabila hanya menjalankan aktivitas pembelian saja, hal
tersebut tidak cukup mengindikasikan hubungan ekonomis yang signifikan sehingga bukan PE.
Ketentuan ini memastikan bahwa untuk profit dari PE tidak ditambahkan apabila berasal dari
aktivitas pembelian untuk bagian lain dari perusahaan dan beban-beban terkait juga tidak boleh
dibebankan.
Consistent methodology
Wajib pajak tidak diperbolehkan untuk mengadopsi metode alokasi profit yang berbeda dari
tahun ke tahun dengan tujuan memanipulasi pajak terutang. Ketentuan ini memastikan bahwa
metode atribusi langsung melibatkan penyesuaian akun finansial dan penentuan beban yang
dapat dibebankan tidak berubah-ubah serta adminitrasi pajak tidak bisa mengubah metode
tidak langsung ke metode langsung untuk menentukan profit.
Subordination Pasal 7
Untuk ketentuan lain dalam DTA untuk jenis penghasilan yang juga merupakan business profit
sesuai pasal 7, maka ketentuan lain tersebut dapat mengesampingkan ketentuan pasal 7.
International Transportasion
Pasal 8 OECD Model DTA menekankan mengenai transportasi internasional atas orang dan
barang termasuk transportasi melalui perairan darat, laut, dan udara.
Dalam hal penentuan residen, suatu negara mungkin akan mengklaim pajak atas seluruh profit
yang dihasilkan oleh shipping company karena perusahaan tersebut terdaftar disana atau
berkedudukan disana, dimana negara lain juga akan melakukan hal yang sama karena kantor
pusat perusahaan shipping berada di wilayah juridiksinya. Untuk perusahaan airlines, juga
sama karena sumber profitnya berasal dari penumpang yang naik ke pesawat atau karena
penjualan tiket berasal dari suatu negara.
Dalam pasal 8 OECD Model DTA, disebutkan jelas untuk menangani permasalahan pada
perusahaan transportasi internasional, negara yang mempunyai hak pajak atas profit yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut adalah negara dimana tempat manajemen efektif berada,
yaitu tempat pengambilan keputusan manajemen kunci dan keputusan komerisial yang
diperlukan untuk menjalankan bisnisnya diambil.