Anda di halaman 1dari 38

Makalah

Asuhan Keperawatan Balita Dengan Keracunan


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu :
Nurhayati, S.ST., M.Pd

Disusun Oleh

Mardiyana P07220118082

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PRODI D III KEPERAWATAN KELAS C BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER V
KALIMANTAN TIMUR

1
2020

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan Balita
dengan Keracunan ”  ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Harapan penulis dengan adanya makalah ini, siapa saja yang membacanya dapat
mengambil manfaatnya dan menjadikan motivasi untuk lebih mengetahui dan
mempelajarinya lagi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Sebagai manusia, penulis pun menyadari bahwa penulisan makalah ini  tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis sangat  mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah yang akan
datang.

Balikpapan, 27 Juni 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................................4

B. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................6

A. Konsep dasar keracunan.....................................................................................................6

1. Pengertian keracuanan........................................................................................................3

2. etiologi keracunan...............................................................................................................3

3. klasifikasi keracunan...........................................................................................................3

4. Patofisiologi keracunan……………………………………………………….……..4
5. Pathway……………………………………………………………………………………………………………………..…4
6. Manifestasi klinik……………………………………………………………...........5
7. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………………………………..6
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWTAN KELUARGA BALITA DENGAN KERACUANAN...........7

BAB III........................................................................................................................................13

A. TINJAUAN KASUS KERACUNAN PADA BALITA………………………………………13

BAB IV……………………………………………………………………………………….…...35

PENUTUP...................................................................................................................................35

A. Kesimpulan........................................................................................................................36

B. Saran...................................................................................................................................36

Daftar Pustaka.............................................................................................................................37

3
4
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa ini, pengetahuan tentang kesehatan sudah sangat berkembang pesat
seiring berjalannya waktu. Kesehatan dalam konsep umum diartikan sebagai
sehat. Pengertian sehat juga berkembang seiring berjalannya waktu.
WHO mengartikan sehat lebih luas, lengkap dengan sehat, jasmani, rohani,
serta social dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan yang
memperkenalkan konsep subjektif dan objektif dari respon fisik dan perilaku.
Pandangan-pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau
lebih dari perspektif berikut, biologis dan klinis, psikologis, sosiologis, dan
adaptif. Sehat adalah dinamis, statusnya berubah-ubah terus, mempengaruhi
orang-orang dalam tingkat fungsi yang bersifat fisiologis, psikologis.
UU tahun 1980 tentang pokok-pokok kesehatan pelaksanaanya antara
lainkegiatan kebersihan lingkungan. Bentuk kegiatan pembersihan selokan
halaman rumah. Pelayanan kesehatan terutama kelompok tertentu seperti ibu
hamil anak-anak (balita dan balita).
Anak usia dini (0 – 6 tahun) merupakan anak-anak yang sangat unik dan
memiliki karakteristik yang beragam sehingga diperlukan berbagai jenis
pengetahuan dan keterampilan untuk memahaminya. Karakteristik anak yang
beragam ini terkadang membuat orang tua kesulitan dalam menerapkan pola
pengasuhan dan pengawasan pada anak, terutama pada keluarga yang memiliki
anak lebih dari satu.
Gangguan kesehatan pada anak usia dini salah satunya yaitu keracunan.
Anak usia dini  belum dapat membedakan mana yang baik dimakan dan tidak.
Bahkan di usia dini, apa saja yang bisa dipegang dan dimasukkan ke mulut, akan
dilakukannya. Sekalipun beracun, anak tidak memper-dulikannya. Maka, perlu
adanya pengetahuan khusus untuk masalah tersebut agar tidak timbulnya
keraguan dan dapat membantu dalam hal penanganan yang tepat. (Radini, 2013).

1
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian keracunan
2. Mengetahui penyebab keracunan
3. Mengetahui klasifikasi keracunan
4. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
5. Mengetahui asuhan keperawatan keracunan pada balita

C. Manfaat Penulisan
Agar pencegahan yang dilakukan tepat dan sesuai dengan antisipasi atau
pertolongan pertama terhadap anak yang mengalami keracunan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KERACUNAN


1. Pengertian keracunan
Racun adalah suatu zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. (Smeltzer,
suzanna, 2002)
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)
Reaksi kimia racun mengganggua sistem kardiovaskular, pernapasan, sistem
syaraf pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton, 2012)

2. Etiologi keracunan

Dalam NANDA NIC-NOC 2013, dijelaskan bahwa penyebab


keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan
sampai berat. Secara umum yang banyak terjadi disebabkan oleh:
a. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan diantaranya :
- Eschericia Coli Patogen
- Staphilococus Aureus
- Salmonella
- Bacillus Parahemolyticus
- Clostridium Botulisme
- Streptococcus
b. Bahan kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo sulfat dan karbonat

3
3. KLASIFIKASI KERACUNAN PADA BALITA
1) Keracunan Hidrokarbon
2) Keracunan Insektisida
3) Organofosfat
4) Keracunan Carbamate (baygon)
5) Keracunan Ketela Pohon
6) Keracunan Jengkol
7) Botulisme
8) Keracunan Makanan
9) Salisilat

4. PATOFISIOLOGI KERACUNAN PADA BALITA


Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1. Makanan
2. Bahan-bahan kimia
3. Obat-obatan
4. Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison) :
oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan
yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada di
rumah atau sekitar rumah. (www.academia.edu)

4
5. PATHWAY

5
6. MANIFESTASI KLINIS KERACUNAN PADA BALITA
Dalam NANDA NIC-NOC 2013, dijelaskan bahwa manifestasi klinis yang
muncul adalah:
a. Gejala yang paling menonjol, meliputi:
- Kelainan visus
- Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- Gangguan saluran pencernaan
- Kesukaran bernafas
b. Keracunan ringan
- Anoreksia
- Nyeri kepala
- Rasa lemah
- Rasa takut
- Tremor pada lidah dan kelopak mata
- Pupil miosis
c. Keracunan sedang
- Nausea
- Muntah-muntah
- Kejang dan kram perut
- Hipersaliva
- Hiperhidrosis
- Fasikulasi otot
- Bradikardi
d. Keracunan berat
- Diare
- Reaksi cahaya negatif
- Sesak nafas
- Sianosis
- Edema paru
- Inkontinensia urine dan feses
- Kovulsi
- Koma

6
- Blokade jantung yang berujung kematian

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan
harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan
penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
b. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat
mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
c. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil
paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.

7
d. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah
mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
e. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi,
midriasis, febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
e. Penilaian Klinis
f. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang
obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
e. Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.

8
g. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui
kulit sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada
keracunan parafin, minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
h. Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
i. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
j. Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik
dan efektif dalam biaya.
k. Observasi dan konsultasi
l. Rehabilitasi (www.academia.edu)

9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Pada
dengan keracunan
1. Pengkajian
Pengkajian Data yang meliputi :
Pengkajian Tahap I:

a. Biodata anggota keluarga


b. Memeriksa fisik anggota keluarga.
c. Memeriksa keluhan utama.
d. Mengkaji bentuk lingkungan (fisik, sosial, simbolik) yang
mempengaruhi kesehatannya saat ini.
e. Mengkaji bentuk keluarga.
f. Mengkaji struktur keluarga.
g. Mengkaji penyebab keracunan pada balita
h. Mengkaji pola komunikasi keluarga.
i. Memeriksa tugas perkembangan keluarga yang telah dilaksanakan.
j. Mengkaji budaya keluarga dalam mengatasi kesehatan mereka selama
ini.
k. Menentukan masalah keperawatan keluarga.

Pengkajian tahap II:

a. Mengkaji tugas kesehatan keluarga yang telah dilakukan.


b. Mengkaji potensi sumber-sumber pendukung dan risiko penghambat
yang dimiliki keluarga.
c. Menentukan etiologi masalah keperawatan keluarga.
d. Membuat skoring.
e. Melakukan analisis masalah keperawatan keluarga.
f. Membuat prioritas masalah keperawatan kelurga.

10
2. Diagnosa
Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga secara akurat yang meliputi
diagnosis actual, risiko, dan potensial/bersifat meningkatkan perbaikan.
Menentukan prioritas diagnosis keperawatan keluarga utama yang sesuai dengan
day apendukung keluarga. Klarifikasi data pendukung kepada keluarga, apakah
masalah tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan keluarga saat ini

3. Intervensi
a. Menentukan tujuan jangka panjang yang berorientasi pada keluarga
b. Menentukan tujuan jangka pendek yang berorientasi pada keluarga.
c. Menentukan criteria keberhasilan yang memungkinkan untuk dicapai
keluarga.
d. Menentukan strategi intervensi meliputi:
1) Menguatkan budaya keluarga yang mendukung kesehatan keluarga saat
ini,
2) Menegosiasikan budaya keluarga yang lebih menguntungkan kesehatan
keluarga,
3) Merestrukturisasi budaya keluarga yang merugikan kearah yang
menguntungkan kondisi kesehatan keluarga.
4) Menentukan bentuk terapi keperawatan keluarga yang paling
dibutuhkan saat ini.

4. Implementasi
Pengkajian lanjutan untuk memastikan bahwa intervensi yang direncanakan
masih sesuai dan dapat dilaksanakan saat ini. Memulai strategi implementasi
sesuai budaya keluarga yang mendukung keadaan kesehatannya, dilanjutkan
dengan negosiasi budaya dan restrukturisasi budaya yang sangat diperlukan
sesuai kondisi kesehatannya saat ini. Melakukan terapi keperawatan keluarga
meliputi aspek berikut.Kognitif, keluarga mampu meningkatkan pengetahuan.
Afektif, keluarga mampu menilai keberhasilan atau adanya tanda-tanda
bahaya dalam diri mereka sendiri dan menentukan skap untuk bertindak.
Psikomotor, keluarga mampu mendemonstrasikan, menunjukkan perilaku atau
budaya sehari-hari yang harus dilakukan sebagai gaya hidupnya.

11
Pemanfaatan potensi sumber-sumber pendukung lokal yang dimiliki keluarga
dan keluarga besarnya termasuk lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, simbolik)
dengan arif dan bijaksana.
Memerhatikan tumbuh-kembang keluarga, struktur keluarga, dan keinginan
keluarga.
Meminimalkan risiko hambatan yang dapat menimbulkan komplikasi atau putus
obat.
Menerapkan manajemen risiko terhadap terapi keperawatan yang diberikan
kepada keluarga.

5. Evaluasi
a. Tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai keluaraga.
b. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang
dihadapi.
c. Keluarga mampu memprediksi komplikasi yang akan terjadi.
d. Keluarga telah merawat anggota keluarga ya mengalami gangguan kesehatan.
e. Keluarga telah memodifikasi lingkungan (fisik, sosial, simbolik) sehingga
mendukung upaya kesehatan.
f. Keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
g. Keluarga memiliki perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya.
h. Keluarga dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN AN. S
BALITA DENGAN KERACUNAN MAKANAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
Tanggal Pengkajian : Minggu, 28 Desember 2014 jam 09.00 WIB
2. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. K
b. Usia : 25 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Karyawan Pabrik
e. Alamat :RT.10/RW.01Kelurahan Karangroto

3. Tabel Komposisi Keluarga

Status Imunisasi Ket


N BCG Polio DPTHepatiti Campa
Nama JK Hub Umur Pend
o s k
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn.K L Orangt 25 Th SM V v V V v V v V V V V v
ua A
2 Ny.Y P Orangt 22 Th SM V v V V v V v V V V V v
ua A
3 An.M L Anak 3 Th - V v V V v V v V V V V v

13
B. Genogram

F J

Keterangan :
= Laki-laki = Perempuan

= Anggota keluarga yang sakit = Dalam satu


rumah

C. Tipe Keluarga
Jenis type keluarganya adalah the nuclear family: keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak
D. Suku dan Bangsa
Asal suku bangsa : Jawa, An.M usia 3 tahun, An. S minum ASI ekslusif
selama 6 bulan dan pada umur 6 bulan itu ibunya memberi An.M makan bubur
dari umur 2 tahun pemberian ASI nya tidak ASI ekslusif lagi tapi terkadang
dicampur dengan susu formula, 10 bulan An.M pernah dibawa ke dokter dan
puskesmas. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonsia.

E. Agama dan Kepercayaan

Anggota keluarga Tn. K menganut agama islam, namun keluarga Tn. K


solat dimasjid hanya solat dirumah, keluarga Tn.k jarang ikut pengajian rutin
warga-warga, dikarenakan tuntuan pekerjaan.

14
F. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Yang memenuhi kebutuhan keluarga adalah suaminya tetapi istrinya juga ikut
bekerja, pendapatan keluarga hanya 3. 350.000,- /bulannya. Pendapatan dengan
pengeluarkan hampir imbang namun masih bisa menabung untuk kebutuhan
mendadak walaupun tidak banyak. Jika ada anggota keluarga yang sakit mereka
membawanya ke puskesmas karena biayanya yang masih terjangkau.
G. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Jika ada waktu liburan digunakan untuk berkumpul bersama keluarga dan
nonton tv, terkadang si anak juga ingin jalan-jalan. Keluarga tidak mengetahui
bahwa rekreasi sangat penting untuk tumbuh kembang anaknya.

H. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Saat Ini
Keluarga Tn. K mempunyai satu anak laki-laki yang berusia 3 tahun.
An.M sangat menyukai makanan yang manis selalu meminta ayahnya
untuk membelikan ice cream, susu, dan makanan lainya. An.M sudah bisa
berjalan, dalam pengucapan kata-katanya Nampak jelas.
Keluarga Tn.k termasuk dalam tipe keluarga yang memberikan
kebahgaiaan kepada keluraganya.
2. Tahap Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah masalah gizi
seimbang di sebabkan pemberian makanan yang kurang sehat di latar
belakangi perilaku komsumtif .

15
3. Riwayat Kesehatan Inti
a. Riwayat Kesehatan Kepala Keluarga:
Tn.k tidak pernah menderita penyakit berat hanya batuk pilek dan
demam saja. Dia tidak pernah mendapat penyuluhan kesehatan dari
dinas kesehatan atau puskesmas, hanya dari dokter saja ketika dia dan
anaknya sakit.
b. Riwayat Kesehatan Istri:
Ny. Y menderita riwayat penyakit berupa maagh. Nampak tidak
mengerti bahwa menjaga kesehatan, tidak pernah mengikuti
penyuluhan kesehatan.
c. Riwayat Kesehatan Anak:
penyakit yang pernah diderita An.M adalah diare demam batuk pilek
dan pernah dibawa ke ruma sakiti pada umur 2 tahun, Dengan
diagnose sakit diare akibat tidak cocok dalam asi formula

16
I. Lingkungan

1. Denah Rumah

JALAN

SELOKAN

RUANG
TAMU

TETANGGA

KAMAR
TIDUR

KAMAR DAPUR
TIDUR 0m

2. Karakteristik Lingkungan Rumah


Data Objektif
Luas rumah 80 M², tipe rumah semi permanen, lantai keramik dan tidak
licin, status kepemilikan rumah adalah kontrak, jumlah kamar tidur 1,
ventilasi dan penerangan cahaya udara cukup, septic tank ada di belakang
rumah, sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya berasal dari artetis, WC
dan kamar mandi jadi satu, tidak ada tempat sampah di depan rumah,
terdapat got saluran pembuangan air, dalam keluarga yang merokok cuma
Tn.K saja, tidak ada bau yang menyengat di dalam rumah.

17
Data Subjektif
Tn. K. mengatakan dia dan istrinya mengalami kesulitan dalam mengurus
kebersihan rumah, tuntutan kerja menjadi salah satu alasan kurang
terawatnya perawatan rumah.
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tempat tinggal kelurga Tn.F adalah di Kelurahan Karangroto RW.01, jenis
huniannya adalah semi permanen, jalan dikelurahan terbuat dari cor-coran
atau semen dan paping blok namun ada juga sebagian yang masih
berbentuk jalan setapak dari tanah, sebagian besar jalannya termasuk
dalam kategori layak. Saluran pembuangan air limbah pada lingkungan
Tn.F ada disepanjang jalan. Terkadang setiap sebulan sekali warga sekitar
gotong royong membersihkan selohkan. Di RW.01 terdapat satu balai RW
yang digunakan untuk pertemuan warga-warga dan posyandu baik balita
ataupun lansia, terdapat satu puskesmas pembantu tetapi berada di RW
lain.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.K tinggal disini semenjak 2 tahun yang lalu, Tn.K belum
pernah pindah-pindah tempat. Sebelum Tn.F mengontrak tempat tinggal
disini dahulunya dia tinggal di daerah sawah besar kemudian pindah kesini
setelah menikah.
5. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn. K mengatakan bahwa bersosialisasi sangatlah penting namun karena
dia bekerja dari pagi sampai sore dia jarang ketemu dengan warga, Tn.K
dan Ny.Y bisa bertemu dengan warga hanya pada waktu jam pulang
kerja/jam 6 sore dan hari libur (sabtu minggu).
6. System Pendukung Keluarga
Yang menjaga An.M ketika kedua orang tuanya bekerja adalah neneknya
(Ny.S) ketika An.M sakitpun kadang yang mengantar dia. Tempat Ny.S
memeriksaan anggota keluarga yang sakit yaitu di puskesmas Bangetayu.
Terkadang dari kader kesehatan kelurahan juga sering menyarankan agar
An.M rutin ikut posyandu balita setiap bulannya.

18
J. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi berjalan dengan baik antar sesama angota keluarga namun
komunikasi kepada anaknya belum berjalan dengan baik karena An.M
belum bisa bicara banyak. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa
kromo dan terkadang bahasa Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Yang berperan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah adalah
Tn.F dia lebih dominan tetapi dia juga bermusyawarah dengan ibu mertua
dan istrinya sebelum pengambilan keputusan tersebut. sedangkan yang
mengatur keuangan keluarga adalah Ny.J.
3. Struktur Peran (Formal & Informal)
Peran formal keluarga Tn.F :
a. Tn.F sebagai kepala keluarga
b. Ny.J sebagai Ibu Rumah tangga
c. An.M anak pertama dan baru berusia 2,5 tahun.
d. Ny.S adalah nenek dari An.M dia yang mengasuh An.M ketika
kedua orang tuanya bekerja.
Peran informal keluarga Tn.F :
a. Menurut Ny.J, Tn.F adalah orang yang baik dia menjadi penutan
keluarganya
b. Ny.J adalah ibu yang selalu memberikan kasih sayang pada anaknya,
Ny.S juga selalu setia menemani anaknya berusaha agar tumbuh
kembang anaknya normal.

4. Nilai dan Fungsi Norma Keluarga


Keluarga Tn.K memegang erat norma-norma yang berlaku dimasyarakat,
seperti selalu menghormati yang lebih tua, tidak boleh berbohong dan
selalu berusaha menjaga kebersihan.

19
K. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Sesama anggota keluarga saling menyayangi, ketika salah satu anggota
keluarga mereka ada yang sakit, maka perhatian lebih akan tertuju pada
anggota yang sakit tersebut
2. Fungsi Sosial
An.M adalah anak pertama yang baru berusia 3 tahun tetapi kedua orang
tuanya juga sudah melatih anak agar anak bisa berteman dengan anak-anak
yang lain
3. Fungsi Perawatan Keluarga
a. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
1. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Keluarga Tn.k tidak mengerti tentang masalah kesehatan yang ada,
ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Tn.F akan langsung
membawa ke puskesmas atau ke RS terdekat dan menyerahkan
semua masalah kesehatan kepada petugas yang menanganinya.
2. Kemampuan keluarga Mengambil keputusan
Keluarga Tn.k tidak tahu apa yang harus dilakukan agar anaknya
bisa tumbuh sehat, yang dilakukan keluarga adalah selalu membawa
anggota keluarga yang sakit ke puskesmas atau dokter terdekat.
3. Kemampuan keluarga Merawat anggota yang sakit
Keluarga Tn.k jarang memeriksakan kesehatan anaknya terutama
dalam pola makanan. Pola makan An. M. tidak di atur dengan baik
4. Kemampuan keluarga dalam Memelihara lingkungan yang sehat
Tempat tinggal Tn.K adalah kelurahan yang tata letak rumahnya
cukup bagus seperti perumahan, setiap sebulan sekali Tn.k ikut
membersihkan lingkungan sekitar.
5. Kemampuan keluarga Menggunakan fasilitas kesehatan
Ny. S jarang mengikuti dan memanfaatkan layanan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan.

20
b. Kebutuhan Nutrisi Keluarga
Umur An.M adalah 3 tahun namun berat badanya normal rekuensi
makan An.M teratur, An.M tidak suka sayuran dia lebih suka makanan
cepat saji, Terlihat tanda-tanda kekurangan gizi pada An.M.
c. Kebiasaan Tidur Istirahat Dan Latihan
Untuk masalah Tidur, An.M sering tidur siang dan malam harinya pun
tidur kembali, An.M tidak pernah berolahraga setiap pagi An.m diajak
untuk berjemur di matahari pagi oleh nenek atau orang tuanya. Tn. K
atau Ny. Y juga tidak pernah berolahraga karena kesibukan bekerja.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. K termasuk keluarga produktif, Keluarga Tn.K
menginginkan ingin punya dua anak nantinya, ketika terjadi menstruasi
Ny. Y. tidak mengalami sakit berlebih dan Tn.k juga tidak ada keluhan
untuk masalah reproduksinya.
5. Fungsi Ekonomi
Tn.k bekerja sebagai karyawan pabrik penghasilan yang didapatkan sudah
bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

L. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
Masalah yang sedang dihadapi keluarga Tn.k adalah berfokus pada
penurunan kesadaran pada An. m, disertai lemas lesu pucat sertai keringat
dingin menyebabkan stressor pada tn. k
2. Kemampuan Keluarga Dalam Merespon Situasi Dan Stressor
Ketika mengetahui anaknya, tn k membawa an. m fasilitas kesehatan
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Keluarga Tn. K selalu berani dalam mengambil keputusan karena tidak
ingin masalahnya menjadi semakin parah jika tidak segera ditangani.

21
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Ketika An.M sakit Tn.F tidak pernah memarahi istri atau mertuanya, tidak
pernah menggunakan kekerasan atau ancaman jika sedang da masalah,
yang terjadi sekarang adalah karena orang tua mungkin kurang banyak
waktu dengan anaknya.

22
M. Pemeriksaan Fisik
No Jenis Nama Anggota Keluarga
Pemeriksaan Tn.F Ny.J An.M
1. Kesadaran CM CM CM
2. TTV :
a. TD 120/90 mmHg 120/80mmHg 130/70 mmhg
b. Suhu 37˚C 37,3 ˚C 35,7˚C
c. Nadi 77 kali/menit 85 kali/menit 120 kali/menit
d. Pernafasan 20 kali/menit 22 kali/menit 28 kali/menit
3. BB dan TB BB : 55 kg BB : 47 kg BB : 10 kg
TB : 160 cm TB : 155 cm TB : 67 cm

4. Kepala Mesochepal, Mesochepal, Simetris


Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
5. Mata Konjungtiva an Konjungtiva an Konjungtiva an
anemis, sclera non anemis, sclera non anemis, sclera non
ikterik, ikterik ikterik
7. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
8. Telinga Bersih, bentuk Bersih, bentuk Bersih, bentuk
simetris, fungsi simetris, fungsi simetris, fungsi
pendengaran baik pendengaan baik pendengaran baik
9. Mulut Mukosa bibir lembab Mukosa bibir lembab Mukosa bibir lembab,
10. Hidung fungsi penciuman baik fungsi penciuman baik fungsi penciuman baik
11. Paru-paru Inspeksi: bentuk Inspeksi: bentuk Inspeksi: bentuk
simetris simetris simetris
palpasi: taktil fremitus palpasi: taktil fremitus palpasi: taktil fremitus
sama sama sama
perkusi : sonor perkusi: sonor, perkusi : sonor
auskultasi : vesikuler auskultasi : vesikuler auskultasi : vesikuler
12. Jantung Inspeksi: kedua belah Inspeksi: kedua belah Inspeksi: kedua belah
dada simetris,ictus dada simetris,ictus dada simetris,ictus
kordis tampak. kordis tampak. kordis tampak.
Palpasi: terdapat Palpasi: terdapat Palpasi: terdapat
pulsasi, ictus kordis pulsasi, ictus kordis pulsasi, ictus kordis
teraba teraba teraba
Perkusi: redup (pekak) Perkusi: redup (pekak) Perkusi: redup (pekak)
Auskultasi:tidak ada Auskultasi: tidak ada Auskultasi: tidak ada
suara tambahan suara tambahan suara tambahan

13. Abdomen Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
bekas luka bekas luka bekas luka
Auskultasi :bising Auskultasi: bising Auskultasi: bising
usus 16x/menit usus 18x/menit usus 23x/menit
Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Perkusi: timpani Perkusi: timpani Perkusi:hypertimpani

23
14. Kulit dan kuku Turgor kulit < 3 detik, Turgor kulit < 3 detik, Turgor kulit < 3 detik,
CRT < 3 detik, kuku CRT< 3 detik, kuku CRT < 3 detik, kuku
bersih dan tidak bersih dan tidak bersih dan tidak
panjang panjang panjang
15 Ekstremitas Alat ekstremtias Alat ekstremtias Alat ekstremtias
lengkap, Tidak ada lengkap, Tidak ada lengkap,
masalah, tidak ada masalah, tidak ada Bentuk kaki kecil
oedema oedema
16 Keadaan mampu melakukan mampu melakukan Tidak mampu
Umum aktifitas mandiri aktifitas mandiri melakuakan aktivitas
mandiri

N. Harapan Keluarga
Keluarga Tn.k berharap bisa mengetahui pengetahuan penyebab keracuan
pada An. M

24
ANALISA DATA
No Data Diagnosa Keperawatann

1. Ds : Bersihan jalan nafas tidak


- Tn. K mengatakan anakya menjadi lemas efektif bd. Sekresi tertahan
setelah mengomsumsi makanan siap saji
- Ny.y mengatakan setelah mengomsumsi
makanan siap saji An. M berkeringat panas
dingin disertai kesulitan saat bernafas.
Do :
- Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh
sputum/lendirr
- Kesadaran : Somnolent
- Nadi 67 x/mnt, Kuat, Reguler
- Td 130/70 RR : 28 x/mnt, Cepat dan
dangka
- Hasil EKG: Sinus Bradikardia

2. Ds Resiko ketidak seimbangan


- Ibu klien mengatakan klien cepat saji dan cairan elektrolit bd. Muntah
susu formula saat , sudah lebih dari empat
jam sejak terakhir makan.
- Ibu klien mengatakan klien dirumah sudah
muntah 5-6 kali.

- Ibu klien mengatakan sebelumnya klien


merasa mual, Dan keringat di sekujur
tubuh

Do :
- An. M nampak lemas dan pucat
- Keringat diseluruh tubuh
- Mual 5 kali berupa cairan bening dan
gumpalan susu
- Nampak dehidrasi
- Akral dingin, terjadi penurunan bb
pada An. M dari 11kg menjadi 10 kg
dalam satu minggu terakhir

25
3 Ds
- Ny. Y berkata setelah mengomsumsi Diare b.d inflamasi gastrointestinal
makanan jangfood dan susu formula An.m
mengalami mencret
- Bab dalam sehari lebih dari 5 kali
berbentuk lembek dan berubah menjadi
jadi cair
Do
- An. m Nampak Lemas
- Bising usus hiperaktif
- Feses cair dan lembek
- Bab +/- 5 kali dalam sehari

Prioritas masalah
1. Pola nafas tidak efektif bd. Sekresi tertahan
2. Resiko ketidak seimbangan cairab elektrolit bd. Muntah
3. Diare bd. Inflamsi gastrointestinal.

26
SKORING PRIORITAS MASALAH
1. pola nafas tidak efektif bd. sekresi tertahan

No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah 3x1=1 Gangguan pola
a. Aktual (Tidak/Kurang Sehat) 3 3 nafas perlu di atasi
b. Resiko (Ancaman
2 segera yang di
Kesehatan)
c. Wellness (Keadaan 1 1 tujukan untuk
sejahtera)
menyelamatkan
kepatenan jalan
nafas pada An. M
2 Kemungkinan masalah 1x2=1 Gangguan pola
untuk diubah 2 nafas kemungkinan
a. Mudah 2
harus di ubah
b. Sebagian 2
1
c. Tidak dapat Diubah sepenuhnya untuk
0
menjaga sitem
oksigenisasi
3 Potensi masalah untuk 2x1=1 pola nafas tidak
dicegah 2 efektif potensi
a. Tinggi 3 1 masalah untuk di
b. Cukup
2
c. Rendah 3 cegah, cukup.
1
4 Menonjolnya Masalah 2x1=1 Pola nafas tidak
a. Masalah berat harus 2 2 2 efektif
ditangani
1 menonjolnya
b. Masalah diraskan tidak harus
ditangani 0 1 masalah sangat
c. Masalah tidak dirasakan
berat dan harus
cepat ditangani
dengan segera.
TOTAL 3 2/3

2. Resiko ketidakseimbangan cairan bd. muntah

No Kriteria Sko Bobo Nila Pembenaran

27
. r t i
1 Sifat Masalah 2x 1 = 2/3 Resiko
a. Aktual 3 3 ketidakseimbangan
(Tidak/Kurang cairan kategori sifat
2
Sehat) masalah berupa
b. Resiko 1 1 aktual
(Ancaman
Kesehatan)
c. Wellness
(Keadaan
sejahtera)
2 Kemungkinan 1x2=1 Resiko
masalah untuk 2 ketidakseimbangan
diubah cairan kategori
a. Mudah 2 2 Kemungkinan
b. Sebagian 1 masalah untuk
c. Tidak dapat 0 diubah
Diubah
3 Potensi masalah 2 x 1 = Resiko
untuk dicegah 2/3 ketidakseimbangan
a. Tinggi 3
3 cairan kategori
b. Cukup
2
c. Rendah 1 Potensi masalah
1
Cukup
untuk dicegah

4 Menonjolny 1 x 1 = Resiko
a 1/2 ketidakseimbanga
Masalah 2 n cairan kategori
a. Masalah berat 2
Masalah berat
harus ditangani 1
1
b. Masalah dirasa harus ditangani
tidak harus 0
Menonjolnya
ditangani
c. Masalah tidak Masalah
dirasakan
TOTAL

Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif bd. Sekresi tertahan

28
2. Resiko ketidak seimbangan cairab elektrolit bd. Muntah
3. Diare bd. Inflamsi gastrointestinal

INTERVENSI
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif bd. Tujuan Management jalan nafas.


Sekresi tertahan
Setelah di lakukan asuhan I.01011
keperawatan selama 1x24 jm Observasi
maka di harapkan bersihan jalan 1) monitor pola nafas
nafasa teratasi 2) monitor sputum
Ekspetasi :membaik Teraupeutik
Criteria hasil 1) pertahankan paten jalan
a. frekuensi nafas membaik nafas
b. pola nafas teratur 2) posisika semifowler
c. kedalaman nafas atau fowler
membaik 3) berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
1) anjurkan asupan
cairan.
2) Anjurkan batuk
efektif
Kolaborasi
2) permberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik
jika perlu.

2 Resiko ketidak Tujuan : Management cairan


seimbangan cairan
Setelah di lakukan asuhan I.03098
elektrolit bd. Muntah
keperawatan selama 1x24 jam Observasi

29
maka di harapkan resiko 1) monitor status
ketidakseimbangan cairan hidrasi
elektrolit teratasi 2) monitor berat badan
Ekspetasi : Membaik harian
Kriteria hasil 3) monitor berat badan
1) serum natrium sebelum dan
meningkat sedudah dialysis
2) serum kalium Teraupeutik
meningkat 1) catat intake-output
3) serum klorida dan hitun belance
meningkat cairan
2) berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
3) berikan cairan
intravena, jika perlu
Kolaborasi
1) kolaborasi
pemberian diuretic,
jika perlu

3 Diare bd. Inflamsi Tujuan : Management diare


gastrointestinal
Setelah di lakukan asuhan I.03101
keperawatan selama 1x24 jam Observasi
maka di harapkan diare bd. 1) identifikasi
inflamasi gastrointestinal penyebab diare

30
teratasi 2) identifikasi riwayat
Ekspetasi : Membaik pemberian makan
K riteria hasil 3) monitor waran,
1) kontrol pengeluaran volume, frekuensi
fases membaik dan konistensi tinja
2) konsistensi feses 4) monitor
membaik pengeluaran feces
3) frekuensi defekasi Teraupeutik
membaik 1) berikan asupan
4) peristaltik usus membaik cairan oral
2) pasang jalur
intravena
3) ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap.
4) Ambil feses untuk
kultur
Edukasi
1) anjurkan
melanjutkan
pemberian asi
Kolaborasi
1) kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas.

BAB 1V
PENUTUP

A. Kesimpulan

31
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah : Obat-obatan, Gas toksin,  zat kimia industri,
zat kimia pertanian, makanan, bisa ular atau serangga.
Gejala Keracunan pada balita seperti  Rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung, Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat
lemah, Mual, muntah, haus, buang air besar cair, Sakit kepala, telinga
berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur, Bingung, Koma yang
dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan, Reaksi lain yang kadang bisa
terjadi, demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan
membran mukosa.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :Makanan, Bahan-bahan kimia, Obat-obatan,
Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison).
 
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para mahasiswa
keperawatan, mengharapkan mendapatkan kritik yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta : EGC

http://www.academia.edu/6509942/MAKALAH_TOKSIKOLOGI (diunduh pada


tanggal 8 Maret 2015 pukul 00:19)

http://radinidini.blogspot.com/2013/01/keracunan (diunduh pada tanggal 8 Maret


2015 pukul 00:25)

32
Morton, patricia Gonce et all. 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik (Ed.8). Jakarta : Buku kedokteran EGC

Nurarif A.H, Kusuma H. 2013. Aplikasi asuhankeperawatan berdasarkan diagnosa


medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedtAction

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8. Volume 2. Alih
Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai