Anda di halaman 1dari 27

roni agus irfansah

Sabtu, 20 Juni 2015

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNIT KESEHATAN KERJA

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

UNIT KESEHATAN KERJA

Wilayah Kedungwuni Timur Desa Capgawen

Disusun oleh :

Kelompok 3

Rizki Metiyastuti (11.0739.S)

Rizqi Varadina (11.0740.S)

Roni Agus Irfansah (11.0741.S)

Rosinanda Yoshara (11.0742.S)

Setiyowati (11.0743.S)

Singgih Gema D (11.0744.S)

Teguh Ardiyanto (11.0745.S)

Tri Yuliantono (11.0746.S)

Trias Anhar (11.0747.S)


10 Ulia Masyithoh (11.0748.S)

11 Venti Isdiani (11.0749.S)

12 Wahdatun Nisa (11.0750.S)

13 Wahyu Raharjo (11.0751.S)

14 Winda Rizki Atika (11.0752.S)

15 Yogi Irawan (11.0753.S)

16 Yudha Bagus P (11.0754.S)

17 Yuwana Wahyu A. (11.0755.S)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2014-2015

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Industri yang ada pada saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yaitu industri besar (Industri Dasar), industri menengah (Aneka industri) dan
industri kecil Industri kecil dengan teknologi sederhana/tradisional dan dengan jumlah modal yang
relatif terbatas adalah merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Pekerja pada
kelompok ini merupakan kelompok kerja yang tergolong pada "underserved working population" dan
belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja seperti yang diharapkan.

Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari permasalahan dari
dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat dengan peningkatan produksi
dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri dikaitkan
dengan masalah lingkungan. Tetapi posisi keselamatan dan kesehatan pekerja berada di luar standar
manajemen lingkungan ISO 14000. Seharusnya secara otomatis perancang-perancang ISO memasukkan
keselamatan dan kesehatan pekerja ke dalam masalah-masalah lingkungan. Alasan yang mungkin
mengeluarkan masalah keselamatan dan kesehatan pekerja dari masalah lingkungan karena otoritas
masalah keselamatan dan kesehatan pekerja berada di bawah Departemen Tenaga Kerja.

Dalam rangka meningkatkan kesehatan kerja khususnya bagi pekerja sektor informal, Departemen
Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban membina kesehatan masyarakat khususnya
pekerja sektor infomal menyusun petunjuk praktis tentang bagaimana cara bekerja secara baik dan
benar menurut kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam industri.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan kesehatan kerja dalam mengotimalkan
pelayanan kesehatan yang meliputi : peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pengobatan penyakit dengan memanajemen masalah kesehatan yang ada dalam individu
maupun kelompok pekerja.

2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Melaksanakan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan pada pekerja yang meliputi :

- Mengidentifikasi data yang diperlukan baik individu maupun kelompok.

- Mengumpulkan data dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai.

- Menganalisa data yang telah diperoleh.

- Menentukan masalah keperawatan yang telah diprioritaskan

b. Merencanakan asuhan keperawatan kesehatan kerja

c. Melaksanakan rencana keperawatan kesehatan kerja yang meliputi :

- Independent: health education sesuai dengan kebutuhan baik secara individu maupun kelompok.

- Menciptakan hubungan yang efektif dengan beberapa sumber yang terkait.

- Membantu dan mengembangkan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam meningkatkan kualitas


pelayanan terhadap individu atau kelompok pekerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan model keperawatan komunitas

Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat pekerja
dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
maupun sosial.

Upaya ksehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dam lingkungan kerja agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan 1992).

Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahn, mengevaluasi, dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Efendi & Makhfudli, 2009).

1. Ruang lingkup kesehatan kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik fidsk maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang
bertujuan untuk:

- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan
kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya;

- Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya;

- Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan;

- Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

2. Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik
yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan
fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat
kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dan lain-lain) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

3. Penyebab kecelakaan kerja

a. Penyebab dasar

1) Faktor manusia atau pribadi karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis karena
kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang tidak cukup.

2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan
dan/atau pengawasan, pembelian atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan
barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di
lingkungan kerja.

b. Penyebab langsung

1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar), yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan
misalnya peralatan pengaman, pelindung, atau riuntangan yang tidak memadasi atau tidak memenuhi
syarat; bahan dan peralatan yang rusak; terlalu sesak atau sempit; system-sistem tanda peringatan yang
kurang memadai; bahaya-bahaya kebakaran atau ledakan; kerapian atau tata letak yang buruk;
lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya); bising; paparan radiasi; serta
ventilasi dan penerangan yang kurang (B. Sugeng, 2003).

2) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar), yaitu tingkah laku, atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan misalnya mengoprasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk member
peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan alat-alat
keselamatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak;
menggunakan alat dengan cara salah; serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri
secara benar (B. Sugeng, 2003).

B. Askep Komunitas

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan.

a. Pengumpulan Data

1) Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : Inti (Core) meliputi : Data
demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi


stresor bagi penduduk

b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat

c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah
masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin

d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan

e. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau
gangguan yang terjadi

f. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

g. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang
terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya

h. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau
masyarakat

b. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005):

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran

c. Sumber Data

1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:kelurahan, catatan
riwayatkesehatan pasien atau medical record.

o Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu

o Pengelolaan Data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data

1) Analisa Data : Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.

2) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan : Berdasarkan analisa data dapat
diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.

3) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:

§ Keadaan yang mengancam kehidupan

§ Keadaan yang mengancam kesehatan


§ Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.

Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E),
dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
terjadi.

b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap
intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan


dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan
komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan


4. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain
dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat
bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009),
yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan
upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

5. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat
komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA CAPGAWEN

A. Pengkajian

a. Identitas

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 4% perempuan dan 96% laki – laki.

b. Histori

· Lama Bekerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang kerja kurang dari 2 tahun 30% , 2 – 5 tahun 51% ,
lebih 5 tahun 19%.

· Pernah Bekerja Ditempat Lain

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang pernah bekerja ditempat lain 63% dan yang tidak
pernah 37%.

· Jabatan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 5% orang pemilik dan 95% karyawan.

c. Unit Kerja

· Transportasi Ketempat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 14% jalan kaki, 12% sepeda dan 74% motor.

· Lama Bekerja Dalam 1 Minggu

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 96% berkerja dalam 6 hari, 4% bekerja dalam 7 hari.

· Pergantian Shift Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 100% tidak bergantian shift.

· Lama Bekerja Dalam 1 Hari

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari 8 jam 19% dan yang lebih dari 8 jam 81%.

· Waktu Istirahat.
Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari 1 jam 0% , 1 jam 88% dan yang lebih dari 1
jam 12%.

d. Ergonomi.

· Posisi Dalam Bekerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang duduk 96% dan yang membungkuk 4%.

· Lama Ganti Posisi Dalam Bekerja.

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari 15 menit 42% , 15 menit 39% , dan lebih
dari 15 menit 19%.

· Masalah Kesehatan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang nyeri pinggang 65% , ispa 12% , nyeri sendi 9% dan
lainya 14%.

· Penyakit Selama Bekerja.

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil batuk 44% , rematik 10% ,hipertensi 2% , tidak ada 7 %
dan lainya 37%.

e. Perlindungan Diri

· Penggunaan APD

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang menggunakan APD 11% dan yang tidak 89%.

· Jenis APD

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang menggunakan masker 11% dan tidak pakai 89%.

· APD Cukup Melindungi

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang belum melindungi 11% dan yang melindungi 89%.

· Menerima Pendidikan Tentang APD

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil belum pernah mendapatkan pendidikan APD 100%.

f. Kecelakaan Kerja.

· Pelatihan Keselamatan Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang pernah mendapatkan pelatihan 21% dan yang
belum pernah 79%.
· Mengalami Kecelakaan Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil sudah pernah mengalami kecelakaan 61% dan belum
pernah 39%.

· Mengetahui P3K

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang mengetahui P3K 56% dan tidak mengetahui 44%.

· Fasilitas P3K

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan ada fasilitas 30% dan tidak 70%.

· Asuransi Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil tidak ada asuransi kesehatan.

· Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Ditempat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan tidak mendapatkan pendidikan kesehatan
ditempat kerja.

· Terpajan Zat – zat Berbahaya

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil terpajan debu kain 100%.

g. Lingkungan

· Ada Polusi Ditempat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan ada polusi 100%.

· Sistem pemadam Kebakar

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan tidak ada pemadam kebakaran.

· Ada Binatang Berbahaya

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan ada binatang berbahaya.

· Suhu Tempat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan suhu lembab 30% dan tidak lembab 70%.

· Kondisi Penerangan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil penerangan kurang 2%, dan cukup 98%.

· Ventilasi
Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil ventilasi baik 49% dan ventilasi buruk 51%.

· Tingkat Kebisingan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil bising 100%.

· Pengolahan Limbah

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil pengolahan limbah ditimbun 79% , dibakar 21% dan
disungai 6%.

h. Perilaku Hidup Sehat.

· Sarapan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 100% sarapan.

· Makan bergizi

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil makan bergizi 96% dan tidak bergizi 4%.

· Luas tempat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan luas 42 % , sempit 14% dan 44% sedang.

· Makan Saat Istirahat

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil makan saat istirahat 95% dan tidak 5 %.

· Cuci Tangan Sebelum Makan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 100% cuci tangan.

· Makan pakai Sendok

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil memakai sendok 63% dan tidak memakai 37%.

· Minum Saat Bekerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil lebih dari 3 kali 100%.

· Banyak minum

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil lebih dari 500 ml 98% dan kurang dari 500 ml 2%.

· Mendapatkan Penkes Gizi

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil tidak pernah mendapatkan penkes tentang gizi.
· Merokok Saat Kerja

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil merokok saat kerja 77% dan tidak merokok 23%.

· Berapa batang Rokok

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari 3 batang 24% , 3-6 batang 32 %, lebih dari 6
batang 23% dan tidak 21%.

· Minum Suplemen

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil ya 2 % dan tidak minum suplemen 98%.

· Jumlah Suplemen

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil salah satu dari mereka ada yang minum suplemen tapi
kadang-kadang

i. Ekonomi

· Penghasilan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari UMR 67%, UMR 21%, >UMR 12%.

· Pengeluaran Pangan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil kurang dari UMR 55%, UMR 19 %, > UMR 26%.

· Pemenuhan Pangan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil pemenuhan pangan 100%.

· Pemenuhan Pendidikan Anak

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil ya untuk pendidikan anak 61% dan tidak untuk
pendidikan anak 39%.

· Pemenuhan Rekreasi

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 63% rekreasi dan tidak rekreasi 37%.

· Pemenuhan kesehatan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 100% terpenuhi.

· Tabungan

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil 67% menabung dan tidak menabung 33%.
B. Analisa Data

No

Data

Masalah

1.

Hasil angket:

a. Tidak ada pekerja yang menerima pendidikan tentang APD.

b. Tidak ada yang menerima pelatihan keselamatan kerja.

c. Tidak ada yang mendapatkan pendidikan kesehatan ditempat kerja .

d. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil merokok saat kerja 77% dan tidak merokok 23%.

e. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan ada fasilitas P3K 30% dan tidak 70%.

f. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan tidak mendapatkan pendidikan
kesehatan ditempat kerja.

Resiko peningkatan kecelakaan kerja

2.

Hasil angket :

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang menggunakan APD 11% dan yang tidak 89%.

Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang belum melindungi 11% dan yang melindungi 89%.

c. Semua pekerja terpajan zat-zat berbahaya (Debu Kain)

d. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil batuk 44%.

e. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil ventilasi baik 49% dan ventilasi buruk 51%.

f. Disemua tempat kerja berpolusi.

Resiko gangguan pernapasan pada pekerja

3.
a. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang duduk 96% dan yang membungkuk 6%.

b. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang nyeri pinggang 65% , ispa 12% , nyeri sendi
9% dan lainya 14%.

c. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil batuk 44% , rematik 10% ,hipertensi 2% , tidak ada
7 % dan lainya 37%.

Resiko peningkatan penyakit sendi

4.

a. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil bising 100%.

Resiko peningkatan penyakit pendengaran

C. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko peningkatan penyakit pendengaran

2. Resiko gangguan pernapasan pada pekerja

3. Resiko penigkatan penyakit sendi

4. Resiko peningkatan kecelakaan kerja

D. Skoring

No.

Masalah Kesehatan

KRITERIA

Score

Keterangan

3
4

1.

Resiko peningkatan kecelakaan kerja

33

Keterangan kriteria:

1.Sesuai dg peran perawat komunitas

2.Resiko terjadi/jumlah yang beresiko

3.Resiko parah

4.Potensi utk pendidikan kesehatan

5.Interest utk komunitas

6.Kemungkinan diatasi

7.Relevan dg program

8.Tersedianya sumber daya


Keterangan Pembobotan:

1. Sangat rendah

2. Rendah

3. Cukup

4. Tinggi

5. Sangat tinggi

2.

Resiko gangguan pernapasan pada pekerja

34

3.

Resiko penigkatan penyakit sendi

4
3

34

4.

Resiko peningkatan penyakit pendengaran

35

E. Intervensi

Dx

Sasaran

Tujuan

Strategi

Rencana Kegiatan

Sumber

Tempat
Waktu

Kriteria

Standar evaluasi

Evaluator

Pekerja konveksi di kelurahan kedungwuni timur desa capgawen

Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan tidak terjadi gangguan kesehatan pada organ
pendengaran

Penyuluhan kesehatan pada pemilik usaha dan pekerja konveksi

a. anjurkan para pekerja untuk selalu mengenakan penutup telinga saat bekerja

b. anjurkan pemilik usaha untuk memfasilitasi alat pelindung telinga bagi karyawan

Mahasiswa

Area kerja konveksi

Sabtu 6 Juni 2015 pukul 09.00 wib

Pemilik dan pekerja konveksi menunjukan adanya perubahan status kesehatan yang baik.

a. Para pekerja mau menggenakan alat pelindung telinga.

b. Pemilik usaha mau memfasilitasi alat pelindung telinga.

Dosen (pembimbing)

Dx

Sasaran

Tujuan

Strategi
Rencana Kegiatan

Sumber

Tempat

Waktu

Kriteria

Standar evaluasi

Evaluator

Pekerja konveksi di kelurahan kedungwuni timur desa capgawen

Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan tidak terjadi gangguan pernafasan pada pekerja
konveksi

Penyuluhan kesehatan pada pemilik usaha dan pekerja konveksi

a. Anjurkan pekerja untuk memakai masker saat bekerja

b. Anjurkan pemilik untuk memperbaiki sistem ventilasi di lingkungan kerja

c. informasikan bahaya merokok bagi kesehatan

Mahasiswa

Area kerja konveksi

Sabtu 6 Juni 2015 pukul 09.00 wib

Pemilik dan pekerja konveksi menunjukan adanya perubahan status kesehatan yang baik.

a. Para pekerja menggunakan masker saat bekerja di lingkungan berpolusi

b. Pemilik memperbaiki sistem ventilasi di lingkungan kerja yang memungkinkan adanya pertukaran
udara

c. pekerja mampu mengulangi macam-macam bahaya merokok dan mampu mengurangi konsumsi
rokok setiap harinya.

Dosen (pembimbing)
Dx

Sasaran

Tujuan

Strategi

Rencana Kegiatan

Sumber

Tempat

Waktu

Kriteria

Standar evaluasi

Evaluator

Pekerja konveksi di kelurahan kedungwuni timur desa capgawen

Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan tidak terjadi gangguan kesehatan pada sendi

Penyuluhan kesehatan pada pemilik usaha dan pekerja konveksi

a. berikan informasi mengenai bahaya berada dalam posisi yang sama dalam waktu lama saat
bekerja

b. anjurkan untuk mempertahankan asupan cairan yang cukup

Mahasiswa

Area kerja konveksi

Sabtu 6 Juni 2015 pukul 09.00 wib

Pemilik dan pekerja konveksi menunjukan adanya perubahan status kesehatan yang baik.

a. pekerja mau melakukan pergantian posisi secara berkala pada saat bekerja

b. pekerja mau mengkonsumsi cairan saat bekerja sebanyak kurang lebih 6 gelas.
Dosen (pembimbing)

Dx

Sasaran

Tujuan

Strategi

Rencana Kegiatan

Sumber

Tempat

Waktu

Kriteria

Standar evaluasi

Evaluator

Pekerja konveksi di kelurahan kedungwuni timur desa capgawen

Setelah tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan tidak terjadi peningkatan angaka kecelakaan
kerja

Penyuluhan kesehatan pada pemilik usaha dan pekerja konveksi

a. berikan pengetahuan tentang pentingnya APD

b. anjurkan kepada pemilik perusahaan untuk memfasilitasi APD dan PPPK.

Mahasiswa

Area kerja konveksi

Sabtu 6 Juni 2015 pukul 09.00 wib


Pemilik dan pekerja konveksi menunjukan adanya perubahan status kesehatan yang baik.

a. Pemilik usaha dan pekerja dapat menyebutkan apa itu pentingnya APD

b. Pemilik menyediakan fasilitas berupa APD dan PPPK

Dosen (pembimbing)

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan komunitas di area kerja di desa Capgawen ditemukan
beberapa masalah sebagai berikut:

1. Resiko peningkatan penyakit pendengaran

57 pekerja yang kami kaji, semuanya tidak menggunakan alat pelindung telinga. Faktor ini meningkatan
resiko penyakit pendengaran, didukung juga dengan mesin jahit yang menimbulkan suara bising.

resiko peningkatan kecelakaan akibat kerja.

2. Resiko gangguan pernapasan pada pekerja

Menurut data yang diperoleh, pekerja yang berada di lingkungan kerja yang pengap dengan ventilasi
buruk. Data yang terkaji menunjukan ventilasi baik 49% dan ventilasi buruk 51%. Hal ini di perparah
dengan angka perokok yang tinggi di lingkungan kerja. Dengan data merokok saat kerja 77% dan tidak
merokok 23%.

3. Resiko penigkatan penyakit sendi

Dari data pengkajian kami didapatkan hasil pekerja yang duduk 96% dan yang membungkuk 4%. data
lain juga menunjukan bahwa dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil yang nyeri pinggang 65% ,
ispa 12% , nyeri sendi 9% dan lainya 14%. data ini mendukung resiko peningkatan penyakit sendi karena
jarang merubah posisi duduk saat bekerja.

4. Resiko kecelakaan saat kerja

Hal ini didapatkan karena tidak ada pekerja yang menerima pendidikan tentang APD dan Tidak ada yang
menerima pelatihan keselamatan kerja. Dari 57 perkerja yang kami kaji didapatkan hasil mengatakan
ada fasilitas P3K 30% dan tidak 70%. Sehingga bisa meningkatkan

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan

Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Efendi & Makhfudli, 2009).

Masalah yang teridentifikasi dari pekerja di daerah kelurahan kedungwuni timur Capgawen berupa
Resiko peningkatan penyakit pendengaran, Resiko gangguan pernapasan pada pekerja, Resiko
penigkatan penyakit sendi dan Resiko peningkatan penyakit akibat kerja.

Saran

1. Bagi Pemilik usaha

a. Diharapkan pemilik usaha tetap mempertahankan / meningkatkan perilaku yang menunjang


kesehatan.
b. Diharapkan pemilik usaha mampu meningkatkan kesehatan pendengaran para pekerja dengan
menyediakan alat penutup telinga untuk para pekerjanya.

2. Bagi petugas kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan mampu :

a. Melakukan pengkajian terhadap kelompok kerja konveksi

b. Melakukan pengolahan data dari pengkajian yang didapat

c. Menyusun perencanaan tindakan terhadap kelompok kerja yang bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Iqbal Mubarak, Wahit (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakata : Penerbit Sagung Seto

Sugeng, B. 2005. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Unknown di 17.03

Berbagi

1 komentar:

Unknown25 April 2020 06.58

terimakasih ini sangat membantu dalam saya mempejari dan mamahami lebih jelas mengenai askep
kesja ini
Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai