NEUROLOGI
STROKE
Pembimbing :
dr. Neimy Novitasari, Sp.S
Disusun oleh :
Astrid Ika Priadna 20190420056
Astriningrum Desi K.K. 20190420057
SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
“STROKE”
Oleh
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
2
dr. Neimy Novitasari, Sp.S
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Stroke......................................................................................................................3
2.1.1 Stroke Iskemik................................................................................................6
2.1.1.1 Definisi.....................................................................................................6
2.1.1.2 Etiologi.....................................................................................................7
2.1.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi............................................................11
2.1.1.4 Diagnosis..............................................................................................12
2.1.1.5 Manajemen...........................................................................................16
2.1.1.6 Komplikasi.............................................................................................18
2.1.1.7 Preventif................................................................................................18
2.1.1.8 Prognosis..............................................................................................19
2.1.2 Stroke Hemorragic.......................................................................................22
2.1.2.1 Definisi.......................................................................................................22
3
2.1.2.2 Faktor Resiko...........................................................................................23
2.1.2.1.1 Pendarahan Intraserebral Primer..............................................25
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe Stroke.......................................................................................................3
Gambar 2.2 Stroke iskemik..................................................................................................4
Gambarl 2.3Trombosis.........................................................................................................5
Gambar 2.4 Emboli...............................................................................................................6
Gambar 2.5 Patofisiologi stroke iskemik
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
yang diakibatkan adanya lesi vascular. Oleh karena itu, definisi stroke
didasarkan pada keadaan klinis, studi laboratoris, dan brain imaging, yang
digunakan sebagai penegak atau penyokong diagnosis (Harrison, 2015).
Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat
berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis,
emboli), dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2014). Sifat penyakit ini
ialah akut dan destruktif, sangat umum terjadi dengan insiden yang
berbanding lurus dengan usia (Harrison, 2015), serta beberapa faktor
resiko umum seperti hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, obesitas,
diabetes, dan lain-lain (Portegies, Koudstaal and Ikram, 2016).
Bedasarkan data dari WHO pada tahun 2009, stroke merupakan
salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada individu berusia
di atas 5 tahun. Prevalensi stroke di Indonesia sebesar 0,8 % secara
keseluruhan, yakni 0.0017% pada daerah perdesaan, 0.022% pada
daerah perkotaan, dan 0.5% pada orang dewasa di Jakarta. Bedasarkan
proses patologis yang mendasari, stroke dapat diklasifikasikan dalam
bentuk iskemik dan perdarahan. Kejadian stroke iskemik kurang lebih 90%
sedangkan stroke perdarahan hanya 10% dari total kasus stroke (Aminoff,
2015).
Stroke merupakan penyebab utama mortalitas, morbiditas, dan
disabilitas secara global, baik pada negara maju maupun berkembang.
Bedasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan, dikonklusikan bahwa dalam
hal morbiditas dan disabilitas, beban akibat stroke akan semakin
meningkat di masa mendatang (Who, 2004). Oleh karena itu, stroke
menjadi permasalahan kesehatan yang utama dan perlu diteliti baik
mengenai faktor resiko baru, komplikasi, dan pengobatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
6
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf
lokal dan atau global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat.
Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala
antara lain : kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar,
bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan
penglihatan, dan lain-lain (Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset
mendadak defisit neurologis fokal yang berlangsung setidaknya 24 jam
dan diduga berasal dari pembuluh darah (Dipiro, 2015).
7
stroke dalam jangka waktu 5 tahun, dimana resiko ini dapat dikurangi
dengan penanganan. Meskipun keadaan seperti hipoglikemia, gangguan
metabolik lain, trauma, dan kejang dapat menimbulkan defisit neurologis
sentral fokal yang terjadi dengan cepat dan bertahan selama paling tidak
24 jam, istilah stroke digunakan hanya jika keadaan tersebut disebabkan
oleh penyakit vaskular[ CITATION Ami15 \l 2057 ].
2.2 Klasifikasi stroke
8
2.1.1 Stroke iskemik
9
a. Stroke iskemik trombotik
10
pendarahan fokal dan terbentuk trombus. Trombus yang terbentuk dapat
pecah dan mengalir ke pembuluh darah yang lain, sehinnga terjadi
penyumbatan didaerah lain (Joao Gomes, 2013).
11
Peningkatan usia
Etnis Afrika-Amerika
Vascular
Merokok
Jantung
12
Penyakit arteri coroner
Endokrin:
Diabetes mellitus
Metabolik:
Dislipidemia
Hematologis:
Gaya hidup:
13
2.2.2.2 Patofisiologi Stroke Ischemic
14
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi atau stenosis berat arteri
serebral, karena embolus atau trombosis, sehingga mengurangi aliran
darah serebral (CBF) dan gangguan suplai oksigen dan glukosa ke
jaringan yang disuplai oleh arteri tersebut (Johnson et al, 2006). Ketika
aliran darah lokal otak menurun di bawah 20 mL/100 g per menit, iskemia
terjadi kemudian. Sehingga ketika pengurangan lebih lanjut di bawah 12
mL/100 g per menit bertahan, maka akan terjadi kerusakan otak
permanen yang disebut dengan infark ( Dipiro et al, 2011).
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa
yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi
penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun.
K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul
di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif
sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran
sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural
ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera
apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu
bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram / menit
(Wijaya, 2013).
15
2.2.1.3 Gejala stroke iskemik
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang
terkena. Infark total sirkulasi anterior (karotis): Hemiplegia (kerusakan
pada bagian atas traktus kortikospinal), Hemianopia (kerusakan pada
radiasio optikus), Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan),
hilangnya fungsi visuospasial (hemisfer nondominan). Infark parsial
sirkulasi anterior: Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.
(Price, 2005 dalam Asmedi, 2009).
16
Gejala bilateral dan tanda-tanda disfungsi batang otak dan
cerebellum.
6) Long circumferential vertebrobasilar branches
17
Pada Anamnesis di temukan :
18
d. Pemeriksaan leher (denyut carotis hilang atau terdengar
bruit)
e. Pemeriksaan jantung (aritmia, murmur yang berhubungan
dengan penyakit katub jantung)
f. Palpasi arteri temporalis
g. Pemeriksaan kulit (tanda-tanda gangguan koagulasi
seperti ecchymoses atau petechiae)
Pemeriksaan neurologis
Ketika didapatkan defisit, maka harus segera ditemukan tempat
anatomi dari lesi dan memperkirakan penyebab untuk menentukan
manajemen yang optimal. Gejala yang terjadi tergantung dari letak arteri
dan lesi pada yang berkaitan. Salah satu gejala yang dapat ditemukan
melalui pemeriksaan neurologis antara lain defisit kognitif. Lesi pada
sirkulasi anterior menunjukkan adanya aphasia, unilateral neglect atau
constructional apraxia. Keterlibatan batang otak atau kedua hemisphere
bisa menyebabkan koma. Selain defisit kognitif, dapat juga terjadi
abnormalitas lapangan pandang, ocular palsy, nistagmus, atau
internuclear ophthalmoplegia , hemiparesis, defisit sensoris kortikal,
hemiataxia (Aminoff, 2015).
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Glukosa serum : Hipoglikemi dan hiperglikemi dapat
terjadi dengan tanda neurologis fokal dan semakin parah
saat stroke.
b. Darah lengkap (complete blood count) : Bertujuan
mengidentifikasi penyebab stroke (contoh: trombositosis,
polisitemia, dan sickle cell disease), menduga adanya
infeksi konkomitan, dan kontraindikasi terapi trombolitik
(jumlah platelet <100,000/μL).
c. Studi koagulasi : Gangguan koagulasi akibat obat
antikoagulan atau disfungsi liver dapat memengaruhi
19
indikasi seseorang untuk pemberian terapi trombolitik
dan aspek lain dari manajemen.
d. Penanda inflamasi : Peningkatan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) nampak pada giant cell
arteritis dan vaskulitis sistemik lainnya.
e. Pemeriksaan serologis sifilis : Melihat ada tidaknya
infeksi sifilis baik masa kini atau masa lampau untuk
mencurigai syphilitic arteritis sebagai penyebab stroke.
f. Kadar troponin sirkulasi : Melihat ada tidaknya infeksi
miokardial.
2. Elektrokardiogram (EKG) : Digunakan untuk mendeteksi
ada tidaknya faktor predisposisi stroke yang berasal dari
jantung.
3. Ekokardiografi : Untuk mendeteksi lesi penyebab stroke.
4. Pungsi lumbal : Untuk menyingkirkan perdarahan
subaranoid atau menemukan adanya meningovascular
syphilis (reactive CSF VDRL) sebagai penyebab stroke.
5. Brain imaging : CT scan atau MRI harus dikerjakan
sebelum terapi trombolitik, untuk membedakan jenis
stroke iske mika atau perdarahan, untuk menyingkirkan
lesi lain yang mirip gejala stroke, dan untuk melokalisir
lesi. Biasanya, CT tanpa kontras dilakukan untuk
diagnosis pertama kali karena mudah dan cepat
sehingga bisa digunakan dalam kondisi darurat.
6. Vessel imaging` : Dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab mendasari dari penyakit cerebrovascular.
Dapat dilakukan doppler ultrasonography, digital
subtraction angiography, Magnetic resonance
angiography (MRA), dan CT angiography sesuai indikasi
(Aminoff, 2015).
20
2.2.2.3 Manajemen Stroke Iskemik
1. Medikamentosa
a. Tekanan darah
b. Antikoagulan
21
c. Terapi antiplatelet
Untuk pasien dengan penyebab non-kardiogenik, dapat
diberikan aspirin 325 mg via oral sekali, diikuti dengan 81-325
mg via oral setiap hari, kecuali pasien telah menerima terapi
trombolitik (Aminoff, 2015).
Intervensi :
1) Trombolitik intravena
Pemberian intravena atau recombinant tissue
plasminogen activator (rtPA atau alteplase) dalam 4.5 jam sejak
onset gejala dapat mengurangi disabilitas dan mortalitas akibat
stroke iskemik akut. Dalam 24 jam setelah administrasi rtPA,
tidak boleh diikuti oleh agen antikoagulan atau antiplatelet.
Tekanan darah harus dimonitor secara hati-hati, dan harus
menghindari pungsi arteri dan penempatan kateter urin atau
tuba nasogastric.
2) Trombolisis intraarterial
Administrasi rtPA intraarterial terutama diberikan pada
pasien stroke iskemik akut yang tidak memenuhi syarat untuk
pemberian iv, misal pada pasien yang ditanganani 4.5-6 jam
setelah onset gejala atau ada riwayat operasi mayor, dan pada
pasien yang setelah terapi iv tidak mengalami perbaikan.
3) Clot retrieval
Dipertimbangkan terutama untuk pasien yang bukan
kandidat atau gagal dalam terapi trombolitik iv. Kombinasi rtPA
iv dan intraarterial dengan retrievable stent dalam 6 jam setelah
onset gejala dapat meningkatkan hasil fungsional selama 3
bulan pada pasien dengan oklusi pada arteri cerebral anterior
atau arteri media proximal atau arteri carotis interna bagian
intrakranial sebelah distal (Aminoff, 2015).
22
d. Tindakan Operatif
Bedasarkan indikasi tertentu, dapat dilakukan carotid
endarterectomy, carotid artery stenting, dekompresi fosa
posterior dengan evakuasi jaringan cerebellar yang infark,
kraniektomi dekompresif (Aminoff, 2015).
2.2.2.4 Komplikasi
a. Gaya hidup
Aktivitas aerobic 30-40 menit per hari, 3-4 kali per minggu.
Diet rendah sodium dan lemak jenuh, perbanyak buah dan
sayur-sayuran, produk susu rendah lemak, dan kacang yang
bertujuan menurunkan berat badan.
b. Statins
23
Terutama untuk pasien dengan atau tanpa dyslipidemia. Selain
efek menurunkan lemak tertentu, statin memiliki efek
vasoprotektif (seperti anti inflamasi).
c. Kontrol tekanan darah
Pasien dengan hipertensi ( tekanan sistol >140 mmHg dan
diastol >90 mmHg) harus berusaha menurunkan tekanan darah
baik dengan modifikasi gaya hidup atau dengan obat
antihipertensi.
a. Epidemiologi
Pendarahan otak merupakan penyebab stroke kedua terbanyak setelah
infark otak, yaitu 20 – 30 % dari semua stroke di Jepang dan Cina.
Sedangkan di Asia Tenggara (ASEAN), pada penelitian stroke oleh
Misbach,1997 menunjukkan stroke perdarahan 26 %, terdiri dari lobus 10
24
%, ganglionik 9 %, serebellar 1 %, batang otak 2 % dan perdarahan
subarakhnoid 4 % (Soertidewi, 2009).
b. Klasifikasi dan Tanda Gejala
Perdarahan intrakranial dapat terjadi pada ruang ekstradural,
subdural atau subarachnoid atau menjadi intraserebral atau
intraventrikular. Setiap lokasi perdarahan dikaitkan dengan
kompleks gejala yang berbeda dan hasil dari penyebab yang
berbeda.
Hematoma ekstradural terjadi akibat cedera kepala parah dan
hampir selalu terkait dengan tengkorak yang retak. Pasien mungkin
koma sejak awal atau memburuk dalam beberapa menit hingga
berjam-jam dengan sakit kepala parah, muntah, hemiparesis dan
koma berikutnya (Gates, 2010).
Hematoma subdural akut biasanya terjadi akibat trauma pada
kepala meskipun kadang-kadang trauma mungkin tampak sepele,
misalnya memukul kepala seseorang di sudut lemari. Di sisi lain,
hampir setengah dari pasien dengan hematoma subdural kronis
tidak memiliki riwayat trauma. Ada peningkatan risiko terjadinya
hematoma subdural kronis pada pasien yang menggunakan
antikoagulan. Hematoma subdural muncul dengan sakit kepala,
mual, kebingungan, dan hemiparesis dan, jika akut, keadaan sadar
yang tertekan.
25
vasospasme serebral hebat disertai infark otak, penyebaran darah
kedalam jaringan otak (menyebabkan hematoma intraserebral),
atau hidrosefalus. Pada pemeriksaan dapat berupa Meningeal Sign
positif.
c. Faktor Resiko
Pendarahan intrakranial sangat berhubungan dengan faktor usia,
etnis, dan hipertensi. Faktor resiko terjadinya pendarahan
intrakranial dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi yaitu:
26
Genetik CAA (Cerebral Amyloid Angiopathy) Islandia dan
Belanda
Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu:
d. Diagnosa
Pada pemeriksaan umum:
Kesadaran: penderita dengan stroke hemisferik jarang mengalami
gangguan atau penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang
luas. Hal ini disebabkan karena struktur-struktur anatomi yang
menjadi substrat kesadaran yaitu formasio retikuralis di garis
27
tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa posterior. Karena
itu kesadaran biasanya kompos mentis, kecuali pada stroke yang
luas.
Tekanan darah: biasanya tinggi, hipertensi merupakan faktor resiko
timbulnya stroke pada lebih kurang 70% penderita.
Fungsi vital lain umumnya baik jantung, harus diperiksa teliti untuk
mengetahui kelainan yang dapat menyebabkan emboli.
28
Hampir selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota badan
(hemiparesis). Dapat dipakai sebagai patokan bahwa jika ada
perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan tungkai
hampir dipastikan bahwa kelainan aliran darah otak berasal
dari
daerah hemisferik (kortikal), sedangkan jika kelumpuhan sama
berat gangguan aliran darah dapat terjadi di subkortikal atau
pada daerah vertebro-basilar.
Pemeriksaan sensorik dapat terjadi hemisensorik tubuh.
Karena
bangunan anatomik yang terpisah, gangguan motorik berat
dapat disertai gangguan sensorik ringan atau gangguan
sensorik berat disertai dengan gangguan motorik ringan.
Kelainan fungsi luhur: manifestasi gangguan fungsi luhur pada
stroke hemisferik berupa: disfungsi parietal baik sisi dominan
maupun nondominan.
Kelainan yang paling sering tampak adalah disfasia campuran
dimana penderita tak mampu berbicara atau mengeluarkan
kata-kata dengan baik dan tidak mengerti apa yang
dibicarakan orang kepadanya. Selain itu dapat juga terjadi
agnosia, apraxia dan sebagainya.
Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium
29
hiperglikemia reaktif. gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum
dan
Waktu protrombin
APTT
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
Viskositas plasma
b. Foto
-CT scan
- MRI
30
- Pemeriksaan ultrasonografi (ultrasonic imaging) – Transcranial Carotid
Doppler (TCD) dan Carotid Duplex Sonography (CDS).
e. Manajemen
Fase Akut
Pertolongan awal harus bersifat khusus, serupa dengan
jenis lain dari stroke (Airway, Breathing, Circulation, cegah
infeksi, dan sebagainya). Jika kepastian lokasi dan
ukuran perdarahan intraserebral telah jelas pada
CTscan/MRI, penentuan penyebab perdarahan perlu diketahui
karena sangat mempengaruhi prognosis, apalagi jika tindakan
pembedahan direncanakan akan dilakukan. Hal ini penting
misalnya apakah ada kelainan-kelainan lain (gangguan koagulasi,
gangguan fungsi hepar, kemungkinan amyloid vasculopathy).
Faktor-faktor penentu prognosis yang telah diketahui :
- Derajat kesadaran menurun, usia, volume darah (50 cc pada
perdarahan subratentorial, prognosisnya jelek, dan ekstensi
perdarahan ke ruang intraventikural > 20 cc prognosisnya buruk).
- Pada perdarahan infratentorial, hilangnya refleks-refleks batang
otak disertai respon motorik yang hilang terhadap nyeri jika
berlangsung beberapa jam menunjukan prognosis yang buruk.
CT scan otak ulang mungkin diperlukan jika klinis memburuk dan
dapat ditemukan adanya perdarahan ulang ditempa yang sama
atau tempat lain, hydrocephalus atau jika status generalis
menunjukkan adanya gangguan sistemik lain. Larutan
hiperosmolar seperti manitol 20-25 % merupakan zat yang paling
banyak dipakai: 0,75-1mg/kg BB bolus diikuti 0,25-0,5 mg/kg BB
setiap 3-5 jam tergantung pada respon klinis. Hal ini untuk
mengurangi edema cerebri. Komplikasi penggunaan ostemik
adalah hipotensi, hipokalemi, gangguan fungsi ginjal karena
hiperosmolaritas gangguan jantung kongestif dan hemolisis.
Fase umum
31
Hampir semua pasien pendarahan intraserebral berada dalam
kondisi hipertensif segera setelah kejadian stroke oleh akibat dari
respon simpatoadrenal sistemik. Tekanan darah tinggi tersebut
pada umumnya akan menurun dalam beberapa hari; sehingga
pengobatan aktif pada fase akut masih menjadi kontroversi.
Penurunan cepat pada tekanan darah sistolik diantara 140-160
mmHg, dengan harapan untuk mengurangi pendarahan lebih
lanjut, tidak dianjurkan oleh karena beresiko mengganggu perfusi
otak pada kasus peningkatan tekanan intrakranial. Tetapi, tekanan
darah rata-rata yang tetap berada diatas 110 mmHg (diatas 160
mmHg sistolik) dapat memperparah edema serebral dan
meningkatkan resiko perluasan gumpalah darah. Pada tingkatan
hipertensi akut seperti ini (diatas 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg rata-rata), penggunaan obat-obatan beta blocker (esmolol,
labetalol) atau ACE inhibitor dianjurkan.
2. Pengelolaan hipertensi
32
Pemberian cairan dan elektrolit yang cukup dan tidak boleh terjadi
hipo
atau hipervolemia.
DAFTAR PUSTAKA
33
Grysiewicz, R. A., Thomas, K. & Pandey, D. K., 2008. Neurologic CLinics.
Epidemiology of Ischemic and Hemorrhagic Stroke: Incidence,
Prevalence, Mortality, and Risk Factors, pp. 871-895.
Ropper, A. H., Samuels, M. A. & Klein, J. P., 2014. Adams and Victor's
Principles of Neurology 10th edition. s.l.:Mc Graw Hill Education.
Sacco, R. L. et al. (2013) ‘An updated definition of stroke for the 21st
century: A statement for healthcare professionals from the American
heart association/American stroke association’, Stroke, 44(7), pp.
2064–2089. doi: 10.1161/STR.0b013e318296aeca.
Who (2014) ‘Global burden of stroke’, The atlas of heart disease and
stroke, 15, pp. 50–51. doi: 10.1016/B978-1-4160-5478-8.10019-3.
34