Anda di halaman 1dari 57

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ICU B3 RS TK. I RADEN SAID
SUKANTO

Oleh :

1. TRI WAHYUNI N0SIS 2003 030


035
2. JELA KOPDAYANA N0SIS 2003 030 036
3. HESRON ALVIAN BALUKH N0SIS 2003 030 093
4. MUH. NIRWANDI N0SIS 2003 030 094
5. RIFALDI RIZIKIA WAHANA N0SIS 2003 030 095
6. IMANUEL RANSI N0SIS 2003 030 096
7. HERMAWAN N0SIS 2003 030 097
8. IMANUEL WENDI TIRTASOLE N0SIS 2003 030 098

SISWA DIKTUK BAKOMSUS PERAWAT DAN BIDAN

SEKOLAH POLISI WANITA

T.A 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
Usulan Penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Bronkopneumonia
Di Ruang ICU B3 RS Tk.I Raden Said Sukanto” dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan
sesuai dengan harapan meskipun begitu banyak halangan dan kejadian yang tidak terduga terjadi
selama penyusunan.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Latihan Kerja di Rumah
Sakit Tk.I Raden Said Sukanto dan Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Penelitian ini dapat
terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha penulis sendiri melainkan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada

1. Brigjen Pol dr. Asep Hendradiana, Sp. An, Kic, M,Kes selaku kepala Rumah Sakit Tk. I Raden
Said Sukanto yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung dalam penelitian ini dan
atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama pendidikan.
2. Akbp dr. Taufik Ismail, Sp.OG selaku kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK III korps Brimob
yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung dalam penelitian ini dan atas
dukungan moral
3. Ipda Menik Sumartanti, SKM selaku Danton Pembina Perawat Polwan di Rumah Sakit Tk. I
Raden Said Sukanto yang dengan sabar memberikan masukan, pengetahuan, bimbingan serta
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Keluarga, dan teman-temansemua yang telah memberikan bantuan maupun motivasi baik dari
segi emosional dan finansial sehingga penyusunan Penelitian ini dapat diselesaikan sesuai
dengan yang diharapkan.
Kemajuan senantiasa menyertai segala sisi kehidupan menuju yang lebih baik, karenanya
sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti harapkan.

Jakarta, 11 Juli 2020

Peneliti

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................. i

Daftar Isi.........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................3

1.1.1. Tujuan Umum....................................................................................3

1.1.2. Tujuan Khusus...................................................................................3

1.1.3. Manfaat Penulis 4

1.1.1. Bagi Masyarakat................................................................................4

1.1.2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan....................4

1.1.3. Bagi Penulis.......................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian..........................................................................................5

.2. Etiologi...............................................................................................5

.3. Patofisiologi.......................................................................................6

.4 Pathway..............................................................................................7

.5 Manifestasi Klinik..............................................................................8

.6 Komplikasi.........................................................................................8

.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................9

.8 Penatalaksanaan................................................................................. 9

.9 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................11

2.9.1. Pengkajian Keperawatan....................................................................11

ii
2.9.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................13

2.9.3. Intervensi Keperawatan.....................................................................14

2.9.4. Implementasi Keperawatan................................................................20

2.9.5. Evaluasi Keperawatan........................................................................20

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian..........................................................................................21

3.1.1. Identitas Klien....................................................................................21

3.1.2. Riwayat Penyakit...............................................................................22

3.1.3. Perubahan Pola Kesehatan.................................................................23

3.1.4. Pemeriksaan Fisik..............................................................................24

3.2. Analisa Data.......................................................................................26

3.3. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 27

3.4. Intervensi Keperawatan.....................................................................28

3.5. Implementasi Keperawatan................................................................29

3.6. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 33

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian.........................................................................................40

4.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................41

4.3. Intervensi Keperawatan.....................................................................42

4.4. Implementasi Keperawatan................................................................42

4.5. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 42

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan........................................................................................43

5.1.1. Pengkajian..........................................................................................43

iii
5.1.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................43

5.1.3. Intervensi Keperawatan.....................................................................43

5.1.4. Implementasi Keperawatan................................................................43

5.1.5. Evaluasi .............................................................................................44

5.2. Saran..................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran

bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim

paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne, 2002 dalam NANDA NIC NOC, 2015).

Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di brokioli

terminal.Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-

bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan.Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai

infeksi saluran pernapasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan

daya tahan tubuh.Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobaris yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai alveolus disekitarnya, yang sering

menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,

virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder

terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi

primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley dkk, 2011)

Berdasarkan data WHO tahun 2015, Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan di

dunia karena angka kematiannya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara

berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa

lainya.Di Amerika Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu setelah

kardiovaskuler dan TBC.

Menurut data Riskesdas 2018, prevalens pneumonia di indonesia adalah 0,76% dengan

rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Provensi tertinggi adalah Provinsi Papua (3,5%) dan

Bengkulu (3,4%) Nusa Tenggara Timur (1,3%) sedangkan provinsi lainya di bawah 1%. 4

1
Laporan profil kabupaten/ kota se-Provinsi NTT menemukan cakupan penemuan dan

penanganan Pneumonia pada orang dewasa mengalami fluktuasi dari tahun 2015-2018. Pada

tahun 2015 sebesar 7.048 kasus, berarti target yang tercapai hanya (19,2 %), selanjutnya pada

tahun 2016 meningkat menjadi 45.928 kasus (26,42%) Tahun 2017 telah menjadi penurunan

yang sekitar 50% yaitu menjadi sebesar 3.714 (13%), sedangkan pada tahun 2018 menjadi

sebesar 3.757 (6,03%) berarti telah terjadi penemuan dan penanganan penderita pneumonia.

Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima tahun

(balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2%

dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas

cepat, dan tarikan dinding dada.Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit

menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia

yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman

penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup),

atau dengan cara penularan langsung yaitu percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita

saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus

yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek

individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan.Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat

meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang

padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu

bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang dapat

meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar, 2014)

Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk

penyakit Bronkopneumonia adalah perawat menjadi edukator, untuk membantu meningkatkan

pengetahuan tentang penyakit Bronkopneumonia pada klien, dengan cara memberikan penjelasan

2
tentang gejala pada penyakit Bronkopneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan

menghindari faktor resiko dari penyakit Bronkopneumonia agar tidak terulang kembali, sehingga

terjadi perubahan prilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.1.1. Tujuan Umum

Siswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa

Bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

1.1.2. Tujuan Khusus

Siswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.M dengan diagnose

bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

1) Siswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa

bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

2) Siswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Ny.M dengan diagnose

Bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

3) Siswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Ny.M dengan diagnoisa

Bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

4) Siswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa

Bronkopneumonia di Ruang ICU RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Masyarakat

Dapat menjadi sarana untuk mengetahui status kesehatan Ny.Mdi ruang ICU RS.

BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO.

3
1.3.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Dapat menjadi bahan/referensi bagi perpustakaan dan pedoman atau acuan untuk studi

kasus selanjutnya.

1.3.3 Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam melaksanakan praktik keperawatan anak yang dapat dipakai

sebagai acuan dalam bekerja.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

Bab ini menggambarkan tentang tinjauan teori yang menjelaskan tentang konsep penyakit
bronkopneumonia yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan medis.Tinjauan teori selanjutnya adalah tentang asuhan keperawatan pada ibu yang
mengalami bronkopneumonia yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah bronkopneumonia.

2.1 Pengertian
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzane C, 2002) Bronchopneumonia adalah
suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkioli terminal.Bronkioli terminal
tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak kosolidasi di lobuli yang
beredekatan.Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas,
demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.Kesimpulannya
bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat
didaerah bronkus dan sekiatr alveoli.(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Jilid
Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut
juga pneumonia lobularis. (Donna L. Wong, 2013)

2.2 Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015)
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh:

5
1. Bakteri : streptococcus, stphylococcus, H. Influenzae, klebsiella
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung masuk kedalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit Bronchopneumonia dimulai oleh terhisapnya bakteri, virus, jamur, dan
benda asing kedalam paru perifer melalui saluran nafas bagian atas yang menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, yang mempermudah penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonukelar), fibrin, eritrosit,
cairan edema, an kuman di alveoli terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah bebrapa
hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan
mikrofag.Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang
menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paruparu tampak berwarna kemerahan, padat tanpa
mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan berganula (Dahlan,
2014).
Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu
adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula
fibrin dan leukosit PMN (polimorfonuklear) di alveoli dan proses fagositosis yang cepat.
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel
dan menipisnya fibrin serta mengilangnya kuman dan debris. (Mansjoer,2007)

6
2.4 Phatway

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi saluran pernafasan


bronkus saluran pernafasan

Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi Pembuluh Peningkatan Suhu Edema antara
pencernaan darah kapiler dan

Akumulasi sekret di Peningkata Flora normal Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
Bronchus dalam usus
masuk Alveoli eritrosit pecah

Bersihan Jalan Mukus Bronkus Peningkatan Gangguan Disfusi Peningkatan Edema paru
meningkat peristaltic usus dalam plasma metabolisme
Nafas tidak

efektif Bau mulut tidak Malabsorbsi Gangguan Evaporasi Pengerasan


sedap Pertukaran gas meningkat dinding paru

Anoreksia Diare Penurunan


compliance paru
Intake kurang
Gangguan
keseimbangan Suplai O2
Nutrisi kurang cairan dan elektrolit menurun
dari kebutuhan
Hipoksia
Hiperventilasi
Metabolisme
anaerob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada/ laktat
nafas cuping

Fatigue
Ganggua pola
nafas Intoleransi
aktivitas

7
2.5 Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari.Pada tahap awal, penderita bonchopneumonia mengalami tannda dan gejala
yang khas demam, nyeri dada, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan
otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.(Amin H. Nurarif & Hardi Kusuma.2015).
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik sangat tinggi, berkisar antara 39-40°C dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispena, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis disekitar hidung dan mulut.Kadang-kadang
disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi
setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.Pada stadium permulaan
sukar dibuat diganosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat,
pernapasan cuping hidung, dan sianosis disekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena,
pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya teredengar
ronchi basah nyaring halus atau sedang.Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. (Ngastiyah,2014)

2.6 Komplikasi
2.6.1 Efusi Pleura Infeksi parenkim paru akan menyebabkan aktivasi makrofag alveolar yang
akan mengeluarkan sitokin inflamasi yang merangsang peningkatan premeabilitas
Vaskular. Permeabilitas Vaskular yang meningkat menyebabkan cairan kaya protein
keluar dari vaskular menuju interstitial sehingga dapat menyebabkan effusi pleura eksudat
2.6.2 Empiema Empiema adalah akumulasi pus dan jaringan nekrotik dirongga pleura.
Empiema dapat terjadi apabila infeksi menyebar hingga ke rongga pleura. Apabila infeksi
berlanjut, empiema menjadi terorganisir dengan pembentukan lapisan pleura yang tebal
dan non elastis serta septa fibrin yang padat yang dapat menghambat pergerakan paru
2.6.3 Sepsis dapat terjadi apabila kuman menyebar melalui pembuluh darah dan menyebabkan
reaksi inflamasi sistemik.
2.6.4 Gagal nafas Gagal nafas adalah ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi
fundamental pernafasan yaitu untuk membawa oksigen ke darah dan untuk mengeliminasi

8
karbondioksida. Penumpukan eksudat di alveoli menyebabkan perfusi oksigen di alveolar
terganggu dan dapat menyebabkan gagal nafas. (Lippincott Williams & Wilkins. 2010)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015 Untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
2) Pemeriksaan sputum bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan 10 untuk kultur serta tes sensifitas
untuk mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
6) Sampel darah, sputum dan urin
b. Pemeriksaan radiologi
Rontgenogram thoraks menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat

2.8 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah. 2014) Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
bronchopneumonia meliputi :
a. Menjaga pelancaran pernafasan
Pasien bronchopneumonia berada dalam keadaan dispena dan sianosis karena adanya
radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru.Agar pasien dapat bernafas secara
lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu
dengan memebrikan O2 2l/m secara rumat. Pada anak yang agak besar (sudah mengerti )
berikan sikap baring setengah duduk , longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat
pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila batuk lendirnya dikeluarkan dan
katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan berkurang
(sediakan kertas tisu dan penampung). Beritahukan kepada anak agar iatidak selalu berbaring

9
ke arah dada yang sakit. Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memebrikan ganjal dibawah bahunya.Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana
yang terdapat karet.Hisap lendir dan berikan O2. Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada
saat terlihat lendir didalam mulut, pada waktu akan memberi minum, mengubah sikap baring
atau tindakan lain. Perhatikan dengan cermat pemberian infus ; perhatikan apakan infus
lancar
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien
harus ditolong ditempat tidur.Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan
pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur.Usahakan
keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronchopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang.Suhu
tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat meneybabkan
dehidrasi.Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan
glukosa 5% dan Nacl 0.9%.apabila sesak nafas telah berkurang pasien diberikan makanan
lunak dan susu. Pada bayi yang masih mendapat ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi
bernapas. Bila bayi masih belum mau mengisap, ASI harus dipompa dan diberikan dengan
sendok.
d. Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini
maka suhu harus dikontrol setiap jam, selain diusahakan untuk menurunakn suhu tubuh
dengan melakukan kompres hangat dan obat-obatan, satu jam setelah dikompes, dicek
kembali apakah suhu telah turun atau tidak
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman nyaman
Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan
sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari terjadinya lendir yang
menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi, harus diubah poisisinya
setiap 2 jam .setiap mengubah posisi lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien. Bila
lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan drainase postural, caranya, bayi
dibaringkan tengkurap, didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah perutnya diganjal
guling sehingga posisi kepala lebih rendah.Lakukan tepukkan dengan kedua tangan yang
dicekungkan dipunggung bayi secara ritmik sambil sering dihisap kendirnya dari hidung dan

10
mulut. Lama tindakan 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi sore. Pengobatan diberikan
berdasarkan etiologi dan uji resistensi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu
terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan cloramfenikol atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobata ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari, karena sebagian besar pasien jatuh kedalam
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


2.9.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan. (Nursalam, 2017)
a. Identitas Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya
anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang
menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak berhasil. Anak laki-laki adalah faktor resiko yang
mempengaruhi kesakitan pneumonia (DepKes RI. 2011) Hal ini disebabkan diameter
saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan
atau adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan.
(Sunyataningkamto, 2004)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
batuk-batuk disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan cuping hidung, serta
sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, anoreksia
dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun.

11
4) Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga lain yang menderita penyakit
infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia
sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
6) Imunisasi Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
7) Nutrisi Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn kapasitas
kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan fungsi
granulosit, penurunan fungsi komplemen, dan juga menyebabkan kekurangan
mikronutrein.
8) Usia Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih rendah
dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk kedalam kelompok yang rawan
terhadap infeksi seperti influenza dan pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan
lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2
tahun. Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan
yang relatif sempit (DepKes RI. 2011)
9) Faktor Lingkungan Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
Lingkungan rumah seperti kondisi jendela, luas ventilasi kamar balita, jenis lantai
rumah, jarang membuka jendela setiap pagi, dan 15 penggunaan obat nyamuk
dapat beresiko anak terserang Bronchopneumonia
10) Menentukan kebutuhan cairan menurut berat badan Menurut WHO, Kebutuhan
cairan pada anak dapat dihitung berdasarkan berat badan yaitu : (1) Berat badan <
10kg = 100mL/kgBB, (2) Berat badan 10-20kg = 1000 + 50mL/kg BB untuk
setiap kilogram berat badan diatas 10kg (3) Berat badan > 20kg = 1500 +
20mL/kgBB untuk setiap kilogram berat badan diatas 20kg

c. Pemeriksaan fisik head to toe


1) Keadaan umum : Keadaan umum pada pasien dengan bronchopneumonia adalah
pasien terlihat lemah, pucat dan sesak nafas

12
2) Tanda-tanda vital : didapatkan suhu meningkat (39-400C), nadi cepat dan kuat,
pernafasan cepat dan dangkal
3) Kulit : Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
4) Kepala : pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada bentuk kepala,
lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan ubun-ubun (anterior dan
posterior)
5) Mata : didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
6) Hidung : pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret, ada
pernafasan cuping hidung, dan sianosis
7) Mulut : pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, dan pucat
8) Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan menandakan sudah
terjadi komplikasi
9) Leher : inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
10) Dada : ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat dan dangkal
11) Jantung : jika terjadi komplikasi ke ednokarditis, terjadi bunyi tambahan
12) Paru-paru : suara nafas ronchi, whezing
13) Abdomen : Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi abdomen 14)
Ekstremitas : pada pasien dengan bronchopneumonia didapatkan pasien tampak
lemah, penurunan aktifitas, sianosis pada ujung jari dan kaki, akral hangat

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan berdasarkan
NANDA 2018, Sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus berlebihan yang ditandai dengan
jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan
(ronchi)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang
ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
cuping hidung
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolarkapiler
yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan
diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan,membran
mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam perawatan

13
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dngan program pengobatan
g. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan yang ditandai dengan
ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara
penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya

2.9.3 Intervensi Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d jumlah sputum
dalam jumlah yang berlebihan, dispnea, sianosis, suara nafas tambahan (ronchi)
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas
Hasil : Pasien terbebas dari ketidakefektifan bersihan jalan napas yang efektif selama
dalam perawatan, Pasien tidak mengalami suara nafas tambahan (ronchi, whezing,
krkles) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria
hasil:
1) Pasien tidak mengalami kelebihan mukus
2) Tidak mngalami dispneu (frekuensi pernafasan normal 30-50x/menit, kedalaman
inspirasi normal)
3) Tidak ada pernafasan cuping hidung
4) Tidak ada pnggunaan otot bantu nafas
5) Pasien tidak batuk dan tersedak
6) Tidak ada pengluaran sputum dalam jumlah yang abnormal
NIC : Manajemen jalan nafas
1) Monitor status pernafasan dan respirasi sebagaimana mestinya Rasional : Untuk
mendeteksi tanda-tanda bahaya
2) Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
Rasional : untuk membantu bernafas dan ekspansi dada serta ventilasi lapangan
paru basilar
3) Observasi kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas Rasional : untuk
mendeteksi tanda-tanda bahaya
4) Auskultasi suara nafas
Rasional : untuk mendeteksi suara nafas tambahan (whezing,ronchi)

14
5) lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
Rasional : untuk membantu mobilisasi dan membersihkan sekresi
6) Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan yang disebabkan oleh
hipoksemia
7) Ajarkan melakukan batuk efektif Rasional : untuk membantu mengeluarkan sekresi
dan mempertahankan potensi jalan nafas
8) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

b. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan


otot pernafasan yang ditandai dengan dispnea, dispena, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cuping hidung. Definisi : Inspirasi dan/ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat
Hasil :Pasien mengalami pola napas yang efektif selama dalam perawatan Objektif :
Pasien terbebas dari keletihan otot pernafasan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
1) Tidak mngalami dispneu ( frekuensi pernafasan normal 30-50x/menit,
kedalaman inspirasi normal)
2) Tidak ada pernafasan cuping hidung
3) Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4) Pasien tidak batuk dan tersedak
5) Tidak ada pengluaran sputum dalam jumlah yang abnormal
6) Tidak ada penafasan dengan bibir mengerucut
7) Tidak ada pengembangan dinding dada yang tidak simetris
NIC :
1) Posisikan pasien Posisi semi fowler, atau posisi fowler
Rasional : untuk memaksimalkan ventilasi Manajemen pernafasan
2) Observasi kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas Rasional : untuk
mendeteksi tanda-tanda bahaya
3) Observasi pergerakan dada, kesimetrisan dada,penggunaan oto-otot bantu
nafas,dan retraksi pada dinding dada
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
4) auskultasi suara nafas

15
Rasional : untuk mendeteksi suara nafas tambahan (whezing,ronchi) Terapi
oksigen
5) Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan yang disebabkan oleh
hipoksemia
6) Monitor aliran oksigen
Rasional : untuk melihat ada atau tidaknya aliran oksigen yang masuk
7) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

c. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan


membran alveolar-kalpiler yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat
aktifitas ringan, sianosis
Hasil :Pasien tidak mengalami gangguan pertukaran gas selama dalam perawatan
Pasien tidak mengalami perubahan membran alveolar-kapiler setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil :
1) Pasien tidak dispnea saat istirahat (RR normal 30-50x/mnt)
2) Pasien tidak sianosis
3) Pasien tidak ada gangguan kesadaran
NIC : Monitor pernafasan
1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas Rasional : untuk
mendeteksi tanda-tanda bahaya Terapi oksigen
2) Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional : pasien dapat bernapas dengan mudah
3) Observasi adanya suara napas tambahan
Rasional : untuk mendeteksi krepitasi dan laporkan ketidaknormalan
4) Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan yang disebabkan oleh
hipoksemia
5) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

16
d. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam
perawatan Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik hasil: Pasien tidak mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh selama dalam perawatan Objektif : Pasien mendapatkan asupan
nutrisi yang cukup Selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
1) Intake cairan lewat mulut adekuat (420cc/hr)
2) Kadar Hb dalam rentang normal (9.2-13-6 g/dL)
3) Intake cairan intravena adekuat
4) Kadar albumin dalam rentang normal (3.4-5.4 g/dL)
5) Kadar glukosa dalam rentang normal (100-200 mg/dl)
6) BBI dalam rentang normal (4800 gram)
NIC : Manajemen nutrisi
1) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
Rasional : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang
diperlukan
2) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya;
bersih, santai, dan bebas dari bau yang mneyengat) Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan pasien
3) monitor kalori dan asupan makanan
Rasional : untuk menilai asupan makanan yang adekuat
4) Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan protein tinggi, menambah atau
menguragi kalori, vitamin, mineral atau suplemen) Rasional : untuk :
Meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat
5) Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum makan (contoh obat anti nyeri)
Rasional : untuk mencegah kekambuhan pada saat makan
6) jarkan pasien dan keluarga cara mengakses program-program gizi komunitas
(misalnya ; perempuan,bayi,anak)
Rasional : untuk membantu keluarga dalam memberikan asupan nutrisi yang baik

e. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan
kesulitan bernafas saat melakukan aktifitas, kulit pucat, ketidakmampuan melakukan

17
ADL. Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan, Pasien akan toleransi terhadap aktifitas selama dalam
perawatan
hasil :Pasien terbebas dari ketidakseimbangan antara suplai dan oksigen setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : Frekuensi
nadi dalam batasan normal (100-130x/mnt) 2. Frekuensi nafas dalam batas normal
(30-50x/mnt) 3. Tidak sianosis
NIC : Manajemen energi
1) Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (misalnya ; takikardi,
distrimia, dispnea)
Rasional : Memantau tanda-tanda bahaya
2) Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien selama
aktifitas
Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab pasien tidak toleran terhadap
aktifitas
3) Lakukan Rom aktif atau pasif
Rasional : untuk menghilangkan ketegangan otot
4) Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
Rasional : untuk meningkatkan tidur
5) Kolaborasi pemberian terapi farmakologis untuk mengurangi kelelahan
Rasional : meningkatkan istirahat pasien.
6) Beri Penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang nutrisi yang baik dan
istirahat yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan praktik kesehatan

f. Diagnosa Keperawatan Resiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan


program pengobatan Definisi : Kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit
serum, yang dapat mengganggu kesehatan, Pasien terbebas dari Resiko
ketidakseimbangan Elektrolit selama dalam perawatan. Pasien mendapatkan program
pengobatan yang maksimal setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria hasil :
1) Elektrolit dalam batasan normal (kalsium : 10-12mg/dl, natrium : 134-150
meq/L, Kalium ; 3.6-5.8mEq/L)

18
2) Membran mukosa pasien lembab
3) Mata pasien tidak cekung
NIC : Manajemen Cairan
1) Monitor status hidrasi
Rasional : untuk memantau status hidrasi pasien
2) Observasi Tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda bahaya
3) Pantau intake dan ouput cairan
Rasional : untuk mendapatkan status cairan
4) Kolaborasi pemberian terapi cairan IV
Rasional : untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan
5) Ajarkan pasien dan keluarga cara mempertahankan asupan cairan yang tepat
Rasional : Tindakan ini mendorong pasien dan pemberi asuhan untuk
berpartisipasi dalam perawatan, sehingga , meningkatkan kontrol

g. Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang


sumber pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan
gejala, penanganan dan cara pencegahannya Definisi : Ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu, Pasien dan keluarga tidak
mengalami defisiensi pengetahuan selama perawatan : Pasien dan keluarga
mendapatkan pengetahuan yang optimal setelah dilakukan pendidikan kesehatan
Selama 30-40 menit dengan kriteria hasil :
1) Paham tentang penyakit yang dialami
2) Paham tentang faktor penyebab
3) Paham tentang faktor resiko
4) Paham tentang manfaat manajmen penyakit
5) Kelompok dukungan yang tersedia
6) Sumber informasi spesifik yang terpercaya
NIC : Pengajaran proses penyakit
1) Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
Rasional : Mengetahui keterbatasan pengetahuan
2) Jelaskan tentang penyakit
Rasional : untuk mengetahui pengertian dari penyakit

19
3) Jelaskan tanda dan gejala
Rasional : untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
4) Jelaskan tentang penyebab
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari penyakit
5) Jelaskan tentang cara penularan
Rasional : untuk mengetahui cara penularan penyakit
6) Jelaskan tentang cara penanganan
Rasional : untuk mengetahui penanganan penyakit dan dapat melakukan
penanganan penyakit
7) Jelaskan tentang cara pencegahan
Rasional : untuk mengetahui pencegahan penyakit dan dapat melakukan
pencegahan penyakit

2.9.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari
proses keperawatan, namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan,
implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian (potter & perry,
2006)

2.9.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi atau tindakan intelektual melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan implementasi
keperawatan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien dapat keluar dari siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukkan
untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan
asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2012) Formatif sumatif Evaluation model,

20
yang dikembangkan oleh Scriven : Model yang dikembangkan oleh Scriven ini
menunjuk adanya tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang
dilakukan pada waktu program tersebut masih berjalan (yang disebut evaluasi formatif),
dan evaluasi yang dilakukan pada saat program tersebut telah usai (yang disebut evaluasi
sumatif). Evaluasi formatif atau evaluasi yang dilakukan pada saat program tersebut
berjalan, dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh program yang telah dirancang
tersebut berjalan.

21
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini di uraikan studi kasus yaitu asuhan keperawatan penyakit bronkopneumonia.
Asuhan keperawatan dimulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, menetapkan
intervensi, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi. Pengkajian di lakukan di RS
BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO Jl. Rs Polri No 07 RT 1 RW 5 Kec. Kramat Jati
Jakarta Timur di Ruang ICU B3.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Indentitas

Identitas Klien

Identitas Klien Klien


Nama Ny M
Umur 81 th
Agama Islam
Pendidikan -
Pekerjaan -
Status perkawinan Janda
Alamat Jl. Musa 1 RT 04 RW 03 Kramat Jati
Suku/bangsa Betawi /WNI
Tanggal MRS 24-06-2020
Tanggal Pengkajian 25-06-2020
Jam Masuk 15.07 WIB
No RM 713XXX
Diagnosa masuk Bronkopneumonia

22
3.1.2 Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit

Riwayat Penyakit Klien


Keluhan Utama Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan pusing
Klien mengatakan lemas

Riwayat penyakit sekarang Keluarga mengatakan klien lamban merespon sejak tadi pagi
dan mengeluh sesak nafas , batuk berdahak disertai demam
tinggi dan keluarga membawa klien ke IGD RS Bhayangkara
TK.I R. Said Sukanto pada tanggal 24 Juni 2020 jam 15.07
WIB untuk mendapatkan pengobatan dan sekarang
klien di rawat di ruang ICU B3

23
Riwayat penyakit dahulu Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat
penyakit Hipertensi sejak tahun 2018

Riwayat keluarga Keluarga klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama dengan yang di deritaklien

Riwayat psikososial 1. Respon pasien terhadap penyakitnya Ny. M menganggap


penyakitnya ini adalah cobaan dari tuhan
2. Pengaruh penyakit terhadap perannya dikeluarga dan
masyarakat
Ny. M hanya bisa berbaring ditempat tidur dan tidak bisa
melakukan apa-apa. Pasien tidak bisa berkumpul dengan
semua keluarganya dan
Masyarakat

38
1. Perubuhan Pola kesehatan
Perubuhan Pola kesehatan

POLA Klien
KESEHATAN
Klien mengatakan saat penyakitnya kambuh klien
Pola Manajemen Kesehatan langsung dibawa oleh keluarganya ke RS
Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto

Ketika sehat Ny. M makan 3x/hari dengan porsi


Pola Nutrisi sedang dan meminum air putih 8 gelas perhari.

Pola Eliminasi Air putih dengan jumlah 8 gelas perhari. Ketika sakit.
Ny. M makan 3x/hari, jenis bubur halus dengan
jumlah sedang, Ny. M juga minum 3x/hari dansusu

Dirumah Ny. M BAB 1x/hari jumlah sedang, warna


kuning kecoklatan dan berbau khas. Ny. M BAK
5x/hari, konsistensi sedang, warna kuning keruh dan
berbau khas.

Ketika di RS jumlah sedikit, warna kuning dan


berbau khas. Ny. M juga BAK 4x/hari warna kuning
keruh dan berbau khas

Pola Istirahat Tidur Ketika Ny. M masih sehat, klien mengatakan waktu
istirahat dan tidur klien pada malam hari kurang lebih
8 jam. Waktu tidur siang tidak menentu terkadang
bisa tidur selama kurang lebih 1 jam dan terkadang
tidak bisa tidur dan dalam keaadaan sakit klien
mengatakan waktu tidur malamnya tidak menentu
sedangkan waktu tidur siang sedikit terganggu karena
kebisingan.

Pola Aktivitas Disaat Ny. M dirumah selalu melakukan aktivitas


sesuai rutinitasnya seperti biasanya, tetapi di RS
semua dibantu oleh perawat. Pasien mengatakan
sesak nafas bila digunakan untuk beraktivitas.
Activity daily living , makan minum 1,
mandi/toileting 1, berpakaian 1, mobilisasi 1,
berpindah 1,

Pola Reproduksi Seksual Klien tidak lagi melakukan hubungan seksual karena
keadaan yang sedang sakit

Pola Penanggulangan Stress Ny. M tidak mengalami stress panjang karena disetiap
klien mempunyai masalah selalu musyawarahkan dengan
keluarga untuk menentukan jalan keluarnya

23
3.1.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN Klien 1
Keadaan Umum Lemah Composmentis
Kesadaran E4V5M5 = 14
TTV
Tekanan Darah TD : 140/90 mmHg
Nadi N : 82 x/menit
Suhu S : 36,4 oC
RR RR : 30 x/menit
SpO2 : 98%
Kepala
Kulit Kepala Inspeksi : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka

Rambut Inspeksi : Hitam dan putih, mudah rontok

Wajah Inspeksi : Simetris,


Tidak ada bekas luka
Palpasi : Tidak ada
Nyeri tekan

Mata Inspeksi : Simetris,


fungsi penglihatan
menurun, konjungtiva kemerahan, sclera putih, pupil isokor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Hidung Inspeksi : Simetris, fungsi penciuman baik, adanya


pernafasan cuping hidung saat beraktivitas, terpasang
O2 simple mask 5 lpm

Telinga Inspeksi : fungsi pendengaran baik, bersih tidak ada


benjolan abnormal

Leher Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Dada Inspeksi : Simetris kanan dan kiri


Bunyi nafas vesikuler kanan dankiri
Auskultasi : Ronchi +/+
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Abdomen Inspeksi : Tidak ada benjolan


Palpasi : nyeri tekan tidak ada Perkusi : tymphani
Auskultasi : Bising usus normal

Eksremitas Atas Inspeksi : Tidak ada odem, tangan kanan terpasang


infus KaenMg + Cernevit : 30 cc/jam = 10 tpm
Palpasi : Akral hangat
Genetalia
Inspeksi : Terpasang kateter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

24
3.1.4 Hasil Pemeriksaan

Diagnostik

Klien Ny. M
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 24 Juni 2020

Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Darah lengkap
Leukosit 9.640 5.000-10.000
Trombosit 250.000 150.000-400.000
D-Dimer 1.29*
Limfosit 19* 20-40 %
Monosit 2 2-8
Eosinofil 2 1-3
Basofil 1 0-1
Neotrofil % 79,4 39,3 – 73,7
Eritrosit (RBC ) 3.95* 4-5
Hemoglobin (HGB ) 12.7 12-14
Hematokrit (HCT ) 40 37-43
MCV 77,47 81,1- 96,0
MCH 28,88 27,0 -31,2
MCHC 37,28 31,8 -35,4
RDW 9,49 11,5 -14,5
PLT 221 155 – 366
MPV 9,701 6,90 – 10,6

KIMIA KLINIK
Kadar Gas Darah
PH 7,44 7.35-7.45
Pco2 31 35-45
PO2 82* 85-95
PH 6.0 5 - 8.5
O2 Saturasi 87 85-95
HCO3 22 21-25
BUN 46 7,8 – 20,23
Base exses -4 -2.5+2.5
Total Co2 21 21-27
Kreatin 1,643 0,8 – 1,3
SGOT/AST 53.4* < 91
SGPT 24.4 <31
ELEKTROLIT SERUM
Natrium ( NA ) 138 135 – 145

Kalium ( K ) 3.4* 3,5 – 5


Klorida ( CI ) 104 95 – 105

Fotothorak
Hasil : Terdapat peradangan yang menyebar membentuk bercak-

bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru.

25
Terapi

t Nama obat dosis indikasi


Parental :

Levofloxacim 1x 750 mg
Lovemox 1x 0,4 m
Citicolin 3x500 mg
Drip pct 3x 1 gr
Lanzoprazol 2x13x4 mg
Odancentron

Oral

CPG 1x75 mg
Asam folat 2x400
sucralfat 4x 2

26
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Spasme jalan nafas Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
Klien mengatakan batuk-
batuk

Klien mengatakan sulit


mengeluarkan dahak

Klien mengatakan sesak


nafas.

Data Objektif

1. Bunyi nafas Ronkhi


+/+

2. Klien tampak sesak


nafas

3. Sekret : ada
berwarna putih
kental

4. TTV

TD : 140/90 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36,4 oC

RR : 24x/menit

SpO2: 98%

2 Data Subjektif : Perubahan membran alveolus- Gangguan pertukaran


Klien mengatakan kapiler gas
sesak nafas jika
beraktivitas

Klien mengatakan
pusing

Klien mengatakan
lemas

Data Objektif
1. Keadaan
umum :
lemah

2. KLien tampak
sesak
3. klien
terpasang O2
simple mask
6lpm

4. Adanya
pernafasan
cuping
hidung saat
beraktivitas

5. Penggunaan
otot bantu
nafas 27

6. Kesadaran
composmenti
s
Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Spasme jalan napas


2. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler
3. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Intervensi

DIAGNOSA NOC NIC (NURSING INCOME


KEPERAWATAN (NURSING OUTCOME CALSSIFICATION )
CALSSIFICATION)

Diagnosa 1 Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji fungsi pernafasan


Bersihan Jalan selama 3x24 jam diharapkan 2. Catat kemampuan untuk
Napas Tidak dapat menunjukan peningkatan mengeluarkan secret
Efektif b.d toleransi terhadap aktivitas 3. Anjurkan klien untuk
Spasme jalan dengan kriteria hasil : latihan batuk efektif dannafa
napas 1. Mendemonstrasikan s dalam
batuk efektif 4. Anjurkan klien untuk posisi
2. Mampu semifowler
mengidentifikasi dan 5. Berikan terapioksigen
mencegah faktor yang 6. Pantau TTV
dapat menghambat jalan 7. Kolaborasi dengan tim
napas medisuntuk membantu
3. Menunjukan jalan napas terapi
yang paten (irama nafas
bagus, frekuensi
pernapasan normal,
tidak ada suara napas
abnormal)

Diagnosa 2 Setelah dilakukan perawatan 1. Posisikan pasien untuk


selama 3x24 jam gangguan memaksimalkan ventilasi
Gangguan pertukaran gas klien menjadi 2. Berikan oksigen dengan
Pertukaran gas efektif dengan kriteria hasil: nasalcanul
b.d perubahan 1. Peningkatan ventilasi dan 3. Auskultasi suara nafas,
membran oksigenasi yang adekuat catat adanya suara
alveolus kapiler 2. Mendemostrasikan batuk tambahan
efektif dan nafas yang 4. Keluakan secret dengan
bersih. Tidak ada sianosis batuk atausuction
dan dyspnea (mampu 5. Atur intake untuk cairan
mengeluarkan sputum, untuk mengoptimalkan
mampu bernafas dengan keseimbangan
mudah tidak ada 6. Monitor respirasi dan
pursedlips) statusO2
7. Monitor vitalsign
8. Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian terapi dan nebul

Diagnosa 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien


Intoleransi aktivitas keperawatan selama 3x 24 jam terhadap aktivitas. Catat
b.d diharapkan dapat menunjukan laporan dispnea,

28
Ketidakseimbangan peningkatan toleransi terhadap peningkatan kelemahan/
antara suplai dan aktivitas dengan kriteria hasil : kelelahan dan perubahan
kebutuhan oksigen 1. Tidak ada disepnea tanda vital selama dan
2. Tak ada kelemahan setelah aktivitas
3. Tanda vital dalam batas 2. Berikan lingkungan tenang
normal dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas perawatan
diri yang diperlukan.

Implementasi

N Tanggal Diagnosa Pukul Tindakan Paraf


o Keperawatan

1 25 Juni 2020 Bersihan Jalan 09.00 1. Kaji fungsi pernafasan


Diagnosa 1 Napas Tidak - Terdengar Ronkhi +/
Efektif b.d Spasme +
jalan napas - Frekuensi nafas
30x/menit
09.10 2. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret
- Klien melakukan
batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret
09.25 3. Anjurkan klien untuk
latihan batuk efektif dann
afas dalam
- Klien melakukan
batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret
09.35 4. Anjurkan klien untuk
posisi semifowler
- Klien mengatakan
nyaman dengan
posisi semi fowler
09.40 5. Berikan terapi oksigen
- Memberikan terapi
Diagnosa 2 oksigen simple mask
09.45 6 lpm
6. Pantau TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC

29
RR :30 x/menit
10.00

1. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan
ventilasi
10.15 - Memberikan posisi
semi fowler
Diagnosa 3 2. Berikan oksigen dengan
Gangguan 15.00 simple mask 5 lpm
Pertukaran gas b.d 3. Auskultasi suara nafas,
perubahan catat adanya suara
membran alveolus tambahan
kapiler - Suara nafas ronkhi
15.10 +/+
4. Keluakan secret dengan
batuk atausuction
15.15 -Melatih batuk efektif
5. Monitor respirasi dan
statusO2
RR : 25x/menit
15.20 SpO2 : 100%
6. Monitor vitalsign
TD : 140/90 mmHg
N : 86/menit
T : 36.8 C
15.35 RR : 25x/menit

1. Mengevaluasi respon
pasien terhadap
aktivitas. Catat laporan
dispnea, peningkatan
kelemahan/ kelelahan
dan perubahan tanda
vital selama dan setelah
aktivitas
- Setelah beraktivitas
di tempat tidur
Intoleransi aktivitas 15.40 pasien mengatakan
b.d sesak
Ketidakseimbangan 15.45 2. Memberikan lingkungan
antara suplai dan tenang dan nyaman
kebutuhan oksigen 3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
15.55 - Mengajarkan teknik
napas dalam
4. Menjelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan
16.00 perlunya keseimbangan
aktivitas dan tidur
5. Membantu pasien
16.15 memilih posisi nyaman
untuk istirahat dan tidur
6. Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.

30
2 26 Juni 2020 Bersihan Jalan 09.10 1. Mengkaji fungsi
Napas Tidak Efektif pernafasan
Diagnosa 1 b.d Spasme jalan - Terdengar Ronkhi +/+
napas - Frekuensi nafas
24x/menit
09.20 2. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret
- Klien melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan
sekret
09.30 3. Menganjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dannafas dalam
- Klien melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan
sekret
09.40 4. Pantau TTV

TD : 130/90 mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,5 oC
RR :25 x/menit

Berikan terapi oksigen


- Memberikan terapi
oksigen 5 lpm
Diagnosa 2

09.45
Gangguan
Pertukaran gas b.d 1. Auskultasi suara nafas,
perubahan membran catat adanya suara
alveolus kapiler tambahan -Suara nafas
15.10 ronkhi +/+

2. Monitor respirasi dan


15.20 status O2
RR : 25x/menit
SpO2 : 100%
3. Posisikan pasien untuk
15.25 memaksimalkan ventilasi
- Memberikan posisi
semi fowler
15.30 4. Berikan oksigen dengan
simple mask 5 lpm
5. Keluakan secret dengan
15.35 batuk atau suction
- Melatih batuk efektif
6. Monitor vital sign
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
Diagnosa 3 T : 36.4 C
15.40 RR : 25x/menit

1. Mengevaluasi respon
Intoleransi aktivitas pasien terhadap aktivitas.
b.d Catat laporan dispnea,
Ketidakseimbangan peningkatan kelemahan/

31
antara suplai dan kelelahan dan perubahan
kebutuhan oksigen tanda vital selama dan setelah
aktivitas
- Setelah beraktivitas di
tempat tidur pasien
15.45 mengatakan sesak nafas
2. Menjelaskan
pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan
15.50 aktivitas dan tidur
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
- Mengajarkan teknik
15.55 napas dalam
4. Memberikan
lingkungan tenang dan
16.00 nyaman
5. Membantu pasien
16.05 memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan

3 27 Juni 2020 Bersihan Jalan 09.05 1. Menganjurkan klien untuk


Napas Tidak Efektif posisi semifowler
Diagnosa 1 b.d Spasme jalan - Klien mengatakan
napas nyaman dengan
posisi semi fowler
09.10 2. Menganjurkan klien untuk
latihan batuk efektif
dannafas dalam
- Klien melakukan
batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret
09.20 3. Kaji fungsi pernafasan
- Terdengar Ronkhi +/+
- Frekuensi nafas 23x/menit
09.25 4. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret
- Klien melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan
sekret
09.30 5. Berikan terapi oksigen
- Memberikan terapi oksigen
5 lpm
09.35 6. Pantau TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 oC
RR :23 x/menit

15.05 1. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
Diagnosa 2 - Memberikan posisi semi
Gangguan fowler
Pertukaran gas b.d 15.10 2. Berikan oksigen dengan
perubahan membran

32
alveolus kapiler simple mask 5 lpm
3. Auskultasi suara nafas,
15.15 catat adanya suara
tambahan
- Suara nafas ronkhi +/+
4. Keluakan secret dengan
15.20 batuk atau suction
-Melatih batuk efektif

5. Monitor respirasi dan status


15.30 O2
RR : 22x/menit
SpO2 : 100%
6. Monitor vital sign
15.35 TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 22x/menit

15.40 1. Memberikan lingkungan


tenang dan nyaman
Diagnosa 3 15.45 2. Mengevaluasi respon
Intoleransi aktivitas pasien terhadap aktivitas.
b.d Catat laporan dispnea,
Ketidakseimbangan peningkatan kelemahan/
antara suplai dan kelelahan dan perubahan
kebutuhan oksigen tanda vital selama dan
setelah aktivitas
- Setelah beraktivitas
di tempat tidur pasien
mengatakan sesak
15.50 3. Membantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
15.55 4. Melatih penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
- Mengajarkan teknik
napas dalam
16.05 5. Menjelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas
dan tidur
16.10 6. Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.

Evaluasi

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


25 Juni 2020 Bersihan Jalan Napas S:
Tidak Efektif b.d
Spasme jalan napas Klien mengatakan batuk-

33
batuk

Klien mengatakan mengerti


cara batuk efektif untuk
mengeluarkan dahak

O:

1. Bunyi nafas Ronkhi


+/+

2. Klien tampak sesak


nafas

3. Sekret : ada

Konsistensi:Encer

Warna : Putih

Bau : Khas

4. TTV

TD : 140/90 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36,4 oC

RR : 30x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah Bersihan Jalan


Napas Tidak Efektif Belum
Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji
fungsi pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan
secret
Gangguan Pertukaran 3. Anjurkan klien untuk
gas b.d perubahan latihan batuk efektif da
membran alveolus nnafas dalam
kapiler 4. Anjurkan klien untuk
posisi semifowler
5. Berikan terapioksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan tim
medisuntuk
membantuterapi

S:
Klien mengatakan sesak
nafas jika beraktivitas
Klien mengatakan pusing
Klien mengatakan lemas
O:
1. Keadaan umum :

34
lemah
2. KLien tampak sesak
3. Klien terpasang
simple mask 6 lpm
4. Adanya pernafasan
cuping hidung
5. Penggunaan
otot bantu nafas
6. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
7. TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR :30 x/menit
SpO2 : 98%
9. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
11. Irama nafas tidak
teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)

A : Gangguan Pertukaran gas


belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan nasal canul
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
Intoleransi aktivitas b.d 5. Atur intake untuk
Ketidakseimbangan cairan untuk
antara suplai dan mengoptimalkan
kebutuhan oksigen keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul

S:

35
Klien mengatakan sesak
nafas jika beraktivitas
Klien mengatakan badannya
lemas jika beraktivitas
O:
1. Klien tampak lemah
2. Klien hanya
beraktivitas di tempat tidur
3. Aktivitas klien
dibantu oleh perawat
4. Keadaan umum :
lemah, compos mentis
5. TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR :30 x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah intoleransi
aktivitas Belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
26. Juni 2020 Bersihan Jalan Napas S:
Tidak Efektif b.d Klien mengatakan batuknya
Spasme jalan napas berkurang
O:
1. Bunyi nafas Ronkhi
+/+
2. Klien sudah tidak
tampak sering sesak nafas
saat beraktivitas
3. Sekret : tidak ada
4. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 83 x/menit

36
S : 36,5 oC
RR :25 x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah bersihan jalan


nafas Teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji fungsi
pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan secret
3. Anjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dan nafas dalam
4. Anjurkan klien
untuk posisi semi fowler
5. Berikan terapi
oksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan
tim medis untuk
membantuterapi

S:
Gangguan Pertukaran Klien mengatakan sesaknya
gas b.d perubahan berkurang n
membran alveolus Klien mengatakan pusing
kapiler berkurang
Klien mengatakan lemas
O:
1. Keadaan umum :
lemah
2. Klien terpasang O2
simple mask 4lpm
3. Tidak adanya
pernafasan cuping
hidung
4. Tidak ada
Penggunaan otot bantu
nafas
5. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
7. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 25x/menit
SpO2 : 98%

8. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
+/+
11. Irama nafas teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)

37
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)

A : Masalah Gangguan
Pertukaran gas Teratasi
sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan simple mask
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
5. Atur intake untuk
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
\ 7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul

Intoleransi aktivitas b.d S:


Ketidakseimbangan Klien mengatakan sesak nya
antara suplai dan berkurang nya
kebutuhan oksigen Klien mengatakan badannya
masih lemas jika beraktivitas
O:
1. Klien tampak lemah
2. Klien hanya
beraktivitas di tempat tidur
3. Aktivitas klien
dibantu oleh perawat
4. Keadaan umum :
lemah, compos mentis
5. TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 25x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah Belum teratasi


P : Lanjutkan Intervensi

1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,

38
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
27 Juni 2020 Bersihan Jalan Napas S:
Tidak Efektif b.d Klien mengatakan batuk-
Spasme jalan napas batuknya berkurang
O:
1. Bunyi nafas Ronkhi
+/+
2. Klien mampu
melakukan batuk efektif
3. Sekret : tidak ada
4. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 oC
RR :23 x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah Bersihan Jalan


Napas Tidak Efektif Teratasi
Sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji fungsi
pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan secret
3. Anjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dan nafas dalam
4. Anjurkan klien
untuk posisi semi fowler
5. Berikan terapi
oksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan
tim medis untuk
membantuterapi

S:
Klien mengatakan sesaknya
Gangguan Pertukaran berkurang

39
gas b.d perubahan O:
membran alveolus 1. Keadaan umum :
kapiler lemah
2. Klien terpasang
simple mask 4lpm
3. Tidak ada pernafasan
cuping hidung
4. Penggunaan
otot bantu nafas
tidak ada
5. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
6. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
8. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
+/+
11. Irama nafas teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)

A : Masalah Gangguan
Pertukaran gas Teratasi
sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan nasal canul
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
5. Atur intake untuk
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul

40
S:
Klien mengatakan sesak
Intoleransi aktivitas b.d berkurang
Ketidakseimbangan Klien mengatakan mampu
antara suplai dan beraktivitas di tempat tidur
kebutuhan oksigen O:
- Klien mampu melakukan
aktivitas di tempat tidur
- Keadaan umum : lemah,
compos mentis
5. TTV :
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%

A : Masalah intoleransi
teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.

BAB IV

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Bronchopneumonia di ruang


rawat inap maka penulis akan mengemukakan pembahasannya. Asuhan keperawatan pada pasien

41
bronchopneumonia ini dilakukan dilakukan di Ruang ICU BED 3 RS. BHAYANGKARA TK. I
R. SAID SOEKANTO dan dilakukan secara komprehensif dalam melakukan proses keperawatan
yang dilakukan dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pada pembahasan ini, penulis akan
membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia dalam teori dengan yang terjadi
di lapangan dan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses keperawatan.

Pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang
disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep.
Pembahasan disusun sesuai dengan khusus. Pembahaan berisi tentang mengapa (Why) dan
bagaimana (How). Urutan penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta – Teori – Opini),
isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :

4.1 Pengkajian
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah cadangan pada
parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

Penulis melakukan penkajian pada pasien Ny. M. Di Ruang ICU B 3 dengan diagnosa
Medis Bronchopneumonia pada 25 Juni 2020. Dari hasil pengkajian yang dilakukan dapat
ditemukan hasil pengkajian,Pasien merasa sesak napas, batuk- batuk, susah mengeluarkan dahak.
Hasil pengkajian yaitu, klien tampak lemah dan sesak, terpasang nasal kanul 4 lpm, kesadaran
composmentis, GCS ; E4 V5 M5 =14, TTV pasien RR: 24 x/m, Nadi : 82x/mnt , Temp :
36,4˚Celcius, TD : 140/90 mmHg.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Andra & Yessie 2013, manifestasi klinis
bronchopneumonia terdapat peningkatan suhu tubuh yang mendadak, pernapasan cepat dan
dangkal, sianosis sekitar hidung dan mulut, serta batuk kering kemudian menjadi produktif.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah
diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa

42
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien,
keluarga, rekammedis, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (suara, dkk, 2013). Masalah
keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :

1). (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.

2). (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.

3). (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,


ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk
makan)

4). (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.

5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
ketidaknyamanan.

6). (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan
lingkungan

7). (D.0037) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan


ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.

Dari 7 diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul menurut Nurarif dan Kusuma
(2015). Penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan yang dapat diangkat sesuai gejala dan
penyakit yang dialami Ny. M :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

4.3 Intervensi Keperawatan


Menurut penulis, intervensi yang telah diberikan kepada pasien Ny. M sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Nanda 2015 – 2017, untuk mengatasi masalah bersihan

43
jalan nafas tidak efektif penulis telah melakukan intervensi dan implementasi keperawatan yaitu,
memantau vital sign, mengkaji fungsi pernafasan, mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
secret, menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam, menganjurkan klien
untuk posisi semifowler, memberikan terapi oksigen.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang digunakan penulis kepada klien menggunakan intervensi
keperawatan NIC dan NOC : Respiratory monitoring, implementasi dilakukan sesuai dengan
intervensi. Pada pasien dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif terdapat beberapa
implementasi yaitu, memantau vital sign, mengkaji fungsi pernafasan, mencatat kemampuan
untuk mengeluarkan secret, menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam,
menganjurkan klien untuk posisi semifowler, memberikan terapi oksigen,

4.5 Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan dalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
dan didasarkan pada bagaimana efektifnya tindaakan keperawatan yang telah dilakukan. Pada
evaluasi yang penulis lakukan pada pasien Ny. M selama pelaksanaan implementasi, terdapat
beberapa perubahan atau perkembangan dengan ditandai pasien mampu mendemonstrasikan batuk
efektif, mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang menghambat jalan nafas, menunjukan
jalan nafas yang paten ( irama nafas bagus, frekeunsi pernafasan normal, tidak ada suara nafas
abnormal ) ditandai dengan Tekanan darah = 140/90 Mmhg, Nadi = 82 x/m, Respirasi = 24 x/m,
Suhu = 36,4 celcius.

BAB V

44
PENUTUP

Setelah menguraikan dan membahas asuhan keperawatan bronkopneumonia pada Ny. M dengan
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidakefektif di Ruang ICU RS.Umum Bhayangkara Tk.I.
R. Said Sukanto Tahun 2020, maka pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan menyampaikan
saran, untuk perbaikan asuhan keperawatan di masa yang akan datang.

5.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi pada Ny. M yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan
napas tidakefektif ada lima hal yaitu :
5. 1. 1 Pengkajian
Hasil pengkajian pada Ny. M di dapatkan klien berjenis kelamin wanita, klien berada pada
rentang umur 81 tahun,yang rentan terkena penyakit bronkopnemonia. Bronkopneumonia pada klien
di sebabkan oleh beberapa factor pencetus seperti usia di mana, di usia klien saat ini mengakibatkkan
fungsi alveoli klien menurun sehingga fungsi paru berkurang dan klien mengalami peradangan paru,
lingkungan rumah klien yang memiliki kebiasaan membakar sampah dekat dengan tempat tinggal
pasien.
5. 1. 2 Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah di lakukan pada Ny. M di dapatkan diagnosa keperawatan
prioritas yaitu bersihan jalan nafas tidakefektif.Batasan karakteristik yang ditemukan pada klien yaitu
adanya suara napas tambahan, perubahan irama dan frekuensi napas, sesak, dan batuk yang tidak
efektif.
5. 1. 3 Intervensi keperawatan
Hasil intervensi yang di rencanakan untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. M
berdasarkan pada teori yang sama. Dengan pengenalan yang baik mengenai diagnosa yang tepat
dapat di rencanakan intervensi yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan dan sesuai dengan sarana dan prasarana yang berada pada RS.Umum
Bhayangkara Tk. I. R Said Sukanto dari 3 kriteria hasil tercapai semua.
5. 1. 4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang di lakukan pada Ny. M yaitu selama tiga hari masa perawatan.
Tindakan yang di lakukan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul dan sesuai dengan
intervensi yang di susun sebelumnya. Implementasi yang di lakukan adalah mengkaji penafasan
pasien, catat kemampuan untuk mengeluarkan secret, anjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan

45
nafas dalam, anjurkan klien untuk posisi semifowler, berikan terapi oksigen, pantau TTV, dan
kolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi.
5. 1. 5 Evaluasi Keperawatan
Pada tahapan ini merupakan suatu tahapan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tindakan yang
telah di lakukan.Dalam melakukan evaluasi pada klien di tetapkan berdasarkan kriteria hasil yang
telah di susun pada intervensi sebelumnya.Setelah tiga hari di rawat dan dilakukan tindakan
keperawatan pada klien, pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
sebagian karna masih terdapat suara napas ronchi, namun sudah berkurang.

5.2 Saran
5. 2. 1 Untuk klien dan keluarga
Penyakit bronkopneumonia merupakan penyakit yang dapat sembuh dan juga dapa lebih parah, itu
semua tergantung pada pola hidup klien. Penyebab dari bronkopneumonia salah satunya adalah
sering membakar sampah di samping rumah jika klien dapat menghindari factor pencetus timbulnya
bronkopneumonia dan kemudian bias membiasakan pola hidup bersih maka akan sembuh, bahkan
tidak akan mengidap bronkopneumonia. Jadi klien dan keluarga perlu mengerti faktor pencetus
timbulnya penyakit bronkopneumonia supaya tidak kambuh lagi dan juga mencegah penyakit
tersebut pada anggota keluarga lain.
5. 2. 2 Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya di harapkan melakukan pengkajian secara optimal dalam melakukan asuhan
keperawatan, terutama pada asuhan keperawatan bronkopneumonia dengan masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidakefektif agar pemberian asuhan keperawatan dapat di berikan secara
maksimal.Salah satu intervensi yang dapat di lakukan yaitu mengajarkan latihan batuk efektif dan
napas dalam kepada klien. Mengajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam cukup berhasil di
berikan pada penderita bronkopneumonia dalam hal membantu klien untuk mengeluarkan secret agar
dapat membuka jalan napas dan dapat membantu klien untuk merileksasikan diri.

5. 2. 3 Bagi Perawat

46
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menambah sumber wawasan dan pengetahuan
serta dapat mengaplikasikan pada klien untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
bronkopneumonia supaya angka kejadian bronkopneumonia menurun.Salah satu intervensi yang bisa
di lakukan adalah mengajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam. Tindakan batuk efektif dan
napas dalam juga cukup berhasil di berikan pada penderita bronkopneumonia dalam hal ini
membantu klien untuk mengeluarkan secret agar dapat membuka jalan napas dan membantu klien
untuk merileksasikan diri. Pendidikan kesehatan yang di lakukan dapat menerapkan teori Health
Belief dan Health Promition Model dalam pengaplikasiannya, teori tersebut bertujuan untuk
menanamkan komitmen di dalam diri setiap individu terkait perilaku kepatuhan dan perilaku
komitmen untuk mencegah terjadinya resiko suatu penyakit.

47
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.(2015). Nanda nic-noc aplikasi jilid 1. Jakarta: Mediaction

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner & Suddarth Jilid II Edisi 8.Jakarta :
EGC

Ngastiyah.(2014). Perawatan anak sakit (2 Thed).Jakarta : EGC.

Lappincot: Williams & Wilkins. 2006. p. 281 – 297.

Nursalam.(2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika

Sunyataningkamto 2004. The rool of Indoor air Pollution And Other Factors in the Incidence Of Pneumonia
In under-five Children. Paediatrica Indonesia, 44(1-2).

Departemen kesehatan RI. 2011. Pneumonia penyebab kematian. Dari :www.depkes.go.id

A Potter,& Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 4th ed. EGC:
Jakarta. 2006.

Asmadi, (2012). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Anak dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Salemba Medika : Jakarta.

48
49
50

Anda mungkin juga menyukai