Oleh :
T.A 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
Usulan Penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Bronkopneumonia
Di Ruang ICU B3 RS Tk.I Raden Said Sukanto” dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan
sesuai dengan harapan meskipun begitu banyak halangan dan kejadian yang tidak terduga terjadi
selama penyusunan.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Latihan Kerja di Rumah
Sakit Tk.I Raden Said Sukanto dan Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Penelitian ini dapat
terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha penulis sendiri melainkan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada
1. Brigjen Pol dr. Asep Hendradiana, Sp. An, Kic, M,Kes selaku kepala Rumah Sakit Tk. I Raden
Said Sukanto yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung dalam penelitian ini dan
atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama pendidikan.
2. Akbp dr. Taufik Ismail, Sp.OG selaku kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK III korps Brimob
yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung dalam penelitian ini dan atas
dukungan moral
3. Ipda Menik Sumartanti, SKM selaku Danton Pembina Perawat Polwan di Rumah Sakit Tk. I
Raden Said Sukanto yang dengan sabar memberikan masukan, pengetahuan, bimbingan serta
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Keluarga, dan teman-temansemua yang telah memberikan bantuan maupun motivasi baik dari
segi emosional dan finansial sehingga penyusunan Penelitian ini dapat diselesaikan sesuai
dengan yang diharapkan.
Kemajuan senantiasa menyertai segala sisi kehidupan menuju yang lebih baik, karenanya
sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti harapkan.
Peneliti
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar Isi.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Pengertian..........................................................................................5
.2. Etiologi...............................................................................................5
.3. Patofisiologi.......................................................................................6
.4 Pathway..............................................................................................7
.5 Manifestasi Klinik..............................................................................8
.6 Komplikasi.........................................................................................8
.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................9
.8 Penatalaksanaan................................................................................. 9
ii
2.9.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................13
3.1. Pengkajian..........................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian.........................................................................................40
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan........................................................................................43
5.1.1. Pengkajian..........................................................................................43
iii
5.1.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................43
5.2. Saran..................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne, 2002 dalam NANDA NIC NOC, 2015).
bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan.Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernapasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobaris yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi
primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley dkk, 2011)
dunia karena angka kematiannya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara
berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa
Menurut data Riskesdas 2018, prevalens pneumonia di indonesia adalah 0,76% dengan
rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Provensi tertinggi adalah Provinsi Papua (3,5%) dan
Bengkulu (3,4%) Nusa Tenggara Timur (1,3%) sedangkan provinsi lainya di bawah 1%. 4
1
Laporan profil kabupaten/ kota se-Provinsi NTT menemukan cakupan penemuan dan
penanganan Pneumonia pada orang dewasa mengalami fluktuasi dari tahun 2015-2018. Pada
tahun 2015 sebesar 7.048 kasus, berarti target yang tercapai hanya (19,2 %), selanjutnya pada
tahun 2016 meningkat menjadi 45.928 kasus (26,42%) Tahun 2017 telah menjadi penurunan
yang sekitar 50% yaitu menjadi sebesar 3.714 (13%), sedangkan pada tahun 2018 menjadi
sebesar 3.757 (6,03%) berarti telah terjadi penemuan dan penanganan penderita pneumonia.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima tahun
(balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2%
dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada.Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit
menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia
yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman
penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup),
atau dengan cara penularan langsung yaitu percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita
saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus
yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek
individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan.Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat
meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang
padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu
bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang dapat
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk
pengetahuan tentang penyakit Bronkopneumonia pada klien, dengan cara memberikan penjelasan
2
tentang gejala pada penyakit Bronkopneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan
menghindari faktor resiko dari penyakit Bronkopneumonia agar tidak terulang kembali, sehingga
terjadi perubahan prilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.
.3 Manfaat Penulisan
Dapat menjadi sarana untuk mengetahui status kesehatan Ny.Mdi ruang ICU RS.
3
1.3.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Dapat menjadi bahan/referensi bagi perpustakaan dan pedoman atau acuan untuk studi
kasus selanjutnya.
Menambah wawasan dalam melaksanakan praktik keperawatan anak yang dapat dipakai
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Bab ini menggambarkan tentang tinjauan teori yang menjelaskan tentang konsep penyakit
bronkopneumonia yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan medis.Tinjauan teori selanjutnya adalah tentang asuhan keperawatan pada ibu yang
mengalami bronkopneumonia yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah bronkopneumonia.
2.1 Pengertian
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzane C, 2002) Bronchopneumonia adalah
suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkioli terminal.Bronkioli terminal
tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak kosolidasi di lobuli yang
beredekatan.Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas,
demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.Kesimpulannya
bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat
didaerah bronkus dan sekiatr alveoli.(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Jilid
Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut
juga pneumonia lobularis. (Donna L. Wong, 2013)
2.2 Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015)
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh:
5
1. Bakteri : streptococcus, stphylococcus, H. Influenzae, klebsiella
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung masuk kedalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit Bronchopneumonia dimulai oleh terhisapnya bakteri, virus, jamur, dan
benda asing kedalam paru perifer melalui saluran nafas bagian atas yang menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, yang mempermudah penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonukelar), fibrin, eritrosit,
cairan edema, an kuman di alveoli terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah bebrapa
hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan
mikrofag.Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang
menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paruparu tampak berwarna kemerahan, padat tanpa
mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan berganula (Dahlan,
2014).
Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu
adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula
fibrin dan leukosit PMN (polimorfonuklear) di alveoli dan proses fagositosis yang cepat.
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel
dan menipisnya fibrin serta mengilangnya kuman dan debris. (Mansjoer,2007)
6
2.4 Phatway
Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi Pembuluh Peningkatan Suhu Edema antara
pencernaan darah kapiler dan
Akumulasi sekret di Peningkata Flora normal Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
Bronchus dalam usus
masuk Alveoli eritrosit pecah
Bersihan Jalan Mukus Bronkus Peningkatan Gangguan Disfusi Peningkatan Edema paru
meningkat peristaltic usus dalam plasma metabolisme
Nafas tidak
Akumulasi asam
Retraksi dada/ laktat
nafas cuping
Fatigue
Ganggua pola
nafas Intoleransi
aktivitas
7
2.5 Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari.Pada tahap awal, penderita bonchopneumonia mengalami tannda dan gejala
yang khas demam, nyeri dada, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan
otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.(Amin H. Nurarif & Hardi Kusuma.2015).
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik sangat tinggi, berkisar antara 39-40°C dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispena, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis disekitar hidung dan mulut.Kadang-kadang
disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi
setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.Pada stadium permulaan
sukar dibuat diganosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat,
pernapasan cuping hidung, dan sianosis disekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena,
pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya teredengar
ronchi basah nyaring halus atau sedang.Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. (Ngastiyah,2014)
2.6 Komplikasi
2.6.1 Efusi Pleura Infeksi parenkim paru akan menyebabkan aktivasi makrofag alveolar yang
akan mengeluarkan sitokin inflamasi yang merangsang peningkatan premeabilitas
Vaskular. Permeabilitas Vaskular yang meningkat menyebabkan cairan kaya protein
keluar dari vaskular menuju interstitial sehingga dapat menyebabkan effusi pleura eksudat
2.6.2 Empiema Empiema adalah akumulasi pus dan jaringan nekrotik dirongga pleura.
Empiema dapat terjadi apabila infeksi menyebar hingga ke rongga pleura. Apabila infeksi
berlanjut, empiema menjadi terorganisir dengan pembentukan lapisan pleura yang tebal
dan non elastis serta septa fibrin yang padat yang dapat menghambat pergerakan paru
2.6.3 Sepsis dapat terjadi apabila kuman menyebar melalui pembuluh darah dan menyebabkan
reaksi inflamasi sistemik.
2.6.4 Gagal nafas Gagal nafas adalah ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi
fundamental pernafasan yaitu untuk membawa oksigen ke darah dan untuk mengeliminasi
8
karbondioksida. Penumpukan eksudat di alveoli menyebabkan perfusi oksigen di alveolar
terganggu dan dapat menyebabkan gagal nafas. (Lippincott Williams & Wilkins. 2010)
2.8 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah. 2014) Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
bronchopneumonia meliputi :
a. Menjaga pelancaran pernafasan
Pasien bronchopneumonia berada dalam keadaan dispena dan sianosis karena adanya
radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru.Agar pasien dapat bernafas secara
lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu
dengan memebrikan O2 2l/m secara rumat. Pada anak yang agak besar (sudah mengerti )
berikan sikap baring setengah duduk , longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat
pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila batuk lendirnya dikeluarkan dan
katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan berkurang
(sediakan kertas tisu dan penampung). Beritahukan kepada anak agar iatidak selalu berbaring
9
ke arah dada yang sakit. Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memebrikan ganjal dibawah bahunya.Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana
yang terdapat karet.Hisap lendir dan berikan O2. Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada
saat terlihat lendir didalam mulut, pada waktu akan memberi minum, mengubah sikap baring
atau tindakan lain. Perhatikan dengan cermat pemberian infus ; perhatikan apakan infus
lancar
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien
harus ditolong ditempat tidur.Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan
pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur.Usahakan
keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronchopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang.Suhu
tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat meneybabkan
dehidrasi.Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan
glukosa 5% dan Nacl 0.9%.apabila sesak nafas telah berkurang pasien diberikan makanan
lunak dan susu. Pada bayi yang masih mendapat ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi
bernapas. Bila bayi masih belum mau mengisap, ASI harus dipompa dan diberikan dengan
sendok.
d. Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini
maka suhu harus dikontrol setiap jam, selain diusahakan untuk menurunakn suhu tubuh
dengan melakukan kompres hangat dan obat-obatan, satu jam setelah dikompes, dicek
kembali apakah suhu telah turun atau tidak
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman nyaman
Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan
sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari terjadinya lendir yang
menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi, harus diubah poisisinya
setiap 2 jam .setiap mengubah posisi lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien. Bila
lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan drainase postural, caranya, bayi
dibaringkan tengkurap, didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah perutnya diganjal
guling sehingga posisi kepala lebih rendah.Lakukan tepukkan dengan kedua tangan yang
dicekungkan dipunggung bayi secara ritmik sambil sering dihisap kendirnya dari hidung dan
10
mulut. Lama tindakan 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi sore. Pengobatan diberikan
berdasarkan etiologi dan uji resistensi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu
terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan cloramfenikol atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobata ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari, karena sebagian besar pasien jatuh kedalam
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia
11
4) Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga lain yang menderita penyakit
infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia
sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
6) Imunisasi Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
7) Nutrisi Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn kapasitas
kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan fungsi
granulosit, penurunan fungsi komplemen, dan juga menyebabkan kekurangan
mikronutrein.
8) Usia Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih rendah
dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk kedalam kelompok yang rawan
terhadap infeksi seperti influenza dan pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan
lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2
tahun. Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan
yang relatif sempit (DepKes RI. 2011)
9) Faktor Lingkungan Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
Lingkungan rumah seperti kondisi jendela, luas ventilasi kamar balita, jenis lantai
rumah, jarang membuka jendela setiap pagi, dan 15 penggunaan obat nyamuk
dapat beresiko anak terserang Bronchopneumonia
10) Menentukan kebutuhan cairan menurut berat badan Menurut WHO, Kebutuhan
cairan pada anak dapat dihitung berdasarkan berat badan yaitu : (1) Berat badan <
10kg = 100mL/kgBB, (2) Berat badan 10-20kg = 1000 + 50mL/kg BB untuk
setiap kilogram berat badan diatas 10kg (3) Berat badan > 20kg = 1500 +
20mL/kgBB untuk setiap kilogram berat badan diatas 20kg
12
2) Tanda-tanda vital : didapatkan suhu meningkat (39-400C), nadi cepat dan kuat,
pernafasan cepat dan dangkal
3) Kulit : Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
4) Kepala : pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada bentuk kepala,
lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan ubun-ubun (anterior dan
posterior)
5) Mata : didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
6) Hidung : pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret, ada
pernafasan cuping hidung, dan sianosis
7) Mulut : pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, dan pucat
8) Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan menandakan sudah
terjadi komplikasi
9) Leher : inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
10) Dada : ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat dan dangkal
11) Jantung : jika terjadi komplikasi ke ednokarditis, terjadi bunyi tambahan
12) Paru-paru : suara nafas ronchi, whezing
13) Abdomen : Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi abdomen 14)
Ekstremitas : pada pasien dengan bronchopneumonia didapatkan pasien tampak
lemah, penurunan aktifitas, sianosis pada ujung jari dan kaki, akral hangat
13
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dngan program pengobatan
g. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan yang ditandai dengan
ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara
penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
14
5) lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
Rasional : untuk membantu mobilisasi dan membersihkan sekresi
6) Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan yang disebabkan oleh
hipoksemia
7) Ajarkan melakukan batuk efektif Rasional : untuk membantu mengeluarkan sekresi
dan mempertahankan potensi jalan nafas
8) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen
15
Rasional : untuk mendeteksi suara nafas tambahan (whezing,ronchi) Terapi
oksigen
5) Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan yang disebabkan oleh
hipoksemia
6) Monitor aliran oksigen
Rasional : untuk melihat ada atau tidaknya aliran oksigen yang masuk
7) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen
16
d. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam
perawatan Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik hasil: Pasien tidak mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh selama dalam perawatan Objektif : Pasien mendapatkan asupan
nutrisi yang cukup Selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
1) Intake cairan lewat mulut adekuat (420cc/hr)
2) Kadar Hb dalam rentang normal (9.2-13-6 g/dL)
3) Intake cairan intravena adekuat
4) Kadar albumin dalam rentang normal (3.4-5.4 g/dL)
5) Kadar glukosa dalam rentang normal (100-200 mg/dl)
6) BBI dalam rentang normal (4800 gram)
NIC : Manajemen nutrisi
1) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
Rasional : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang
diperlukan
2) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya;
bersih, santai, dan bebas dari bau yang mneyengat) Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan pasien
3) monitor kalori dan asupan makanan
Rasional : untuk menilai asupan makanan yang adekuat
4) Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan protein tinggi, menambah atau
menguragi kalori, vitamin, mineral atau suplemen) Rasional : untuk :
Meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat
5) Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum makan (contoh obat anti nyeri)
Rasional : untuk mencegah kekambuhan pada saat makan
6) jarkan pasien dan keluarga cara mengakses program-program gizi komunitas
(misalnya ; perempuan,bayi,anak)
Rasional : untuk membantu keluarga dalam memberikan asupan nutrisi yang baik
17
ADL. Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan, Pasien akan toleransi terhadap aktifitas selama dalam
perawatan
hasil :Pasien terbebas dari ketidakseimbangan antara suplai dan oksigen setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : Frekuensi
nadi dalam batasan normal (100-130x/mnt) 2. Frekuensi nafas dalam batas normal
(30-50x/mnt) 3. Tidak sianosis
NIC : Manajemen energi
1) Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (misalnya ; takikardi,
distrimia, dispnea)
Rasional : Memantau tanda-tanda bahaya
2) Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien selama
aktifitas
Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab pasien tidak toleran terhadap
aktifitas
3) Lakukan Rom aktif atau pasif
Rasional : untuk menghilangkan ketegangan otot
4) Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
Rasional : untuk meningkatkan tidur
5) Kolaborasi pemberian terapi farmakologis untuk mengurangi kelelahan
Rasional : meningkatkan istirahat pasien.
6) Beri Penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang nutrisi yang baik dan
istirahat yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan praktik kesehatan
18
2) Membran mukosa pasien lembab
3) Mata pasien tidak cekung
NIC : Manajemen Cairan
1) Monitor status hidrasi
Rasional : untuk memantau status hidrasi pasien
2) Observasi Tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda bahaya
3) Pantau intake dan ouput cairan
Rasional : untuk mendapatkan status cairan
4) Kolaborasi pemberian terapi cairan IV
Rasional : untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan
5) Ajarkan pasien dan keluarga cara mempertahankan asupan cairan yang tepat
Rasional : Tindakan ini mendorong pasien dan pemberi asuhan untuk
berpartisipasi dalam perawatan, sehingga , meningkatkan kontrol
19
3) Jelaskan tanda dan gejala
Rasional : untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
4) Jelaskan tentang penyebab
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari penyakit
5) Jelaskan tentang cara penularan
Rasional : untuk mengetahui cara penularan penyakit
6) Jelaskan tentang cara penanganan
Rasional : untuk mengetahui penanganan penyakit dan dapat melakukan
penanganan penyakit
7) Jelaskan tentang cara pencegahan
Rasional : untuk mengetahui pencegahan penyakit dan dapat melakukan
pencegahan penyakit
20
yang dikembangkan oleh Scriven : Model yang dikembangkan oleh Scriven ini
menunjuk adanya tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang
dilakukan pada waktu program tersebut masih berjalan (yang disebut evaluasi formatif),
dan evaluasi yang dilakukan pada saat program tersebut telah usai (yang disebut evaluasi
sumatif). Evaluasi formatif atau evaluasi yang dilakukan pada saat program tersebut
berjalan, dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh program yang telah dirancang
tersebut berjalan.
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini di uraikan studi kasus yaitu asuhan keperawatan penyakit bronkopneumonia.
Asuhan keperawatan dimulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, menetapkan
intervensi, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi. Pengkajian di lakukan di RS
BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO Jl. Rs Polri No 07 RT 1 RW 5 Kec. Kramat Jati
Jakarta Timur di Ruang ICU B3.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Indentitas
Identitas Klien
22
3.1.2 Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang Keluarga mengatakan klien lamban merespon sejak tadi pagi
dan mengeluh sesak nafas , batuk berdahak disertai demam
tinggi dan keluarga membawa klien ke IGD RS Bhayangkara
TK.I R. Said Sukanto pada tanggal 24 Juni 2020 jam 15.07
WIB untuk mendapatkan pengobatan dan sekarang
klien di rawat di ruang ICU B3
23
Riwayat penyakit dahulu Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat
penyakit Hipertensi sejak tahun 2018
Riwayat keluarga Keluarga klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama dengan yang di deritaklien
38
1. Perubuhan Pola kesehatan
Perubuhan Pola kesehatan
POLA Klien
KESEHATAN
Klien mengatakan saat penyakitnya kambuh klien
Pola Manajemen Kesehatan langsung dibawa oleh keluarganya ke RS
Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto
Pola Eliminasi Air putih dengan jumlah 8 gelas perhari. Ketika sakit.
Ny. M makan 3x/hari, jenis bubur halus dengan
jumlah sedang, Ny. M juga minum 3x/hari dansusu
Pola Istirahat Tidur Ketika Ny. M masih sehat, klien mengatakan waktu
istirahat dan tidur klien pada malam hari kurang lebih
8 jam. Waktu tidur siang tidak menentu terkadang
bisa tidur selama kurang lebih 1 jam dan terkadang
tidak bisa tidur dan dalam keaadaan sakit klien
mengatakan waktu tidur malamnya tidak menentu
sedangkan waktu tidur siang sedikit terganggu karena
kebisingan.
Pola Reproduksi Seksual Klien tidak lagi melakukan hubungan seksual karena
keadaan yang sedang sakit
Pola Penanggulangan Stress Ny. M tidak mengalami stress panjang karena disetiap
klien mempunyai masalah selalu musyawarahkan dengan
keluarga untuk menentukan jalan keluarnya
23
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN Klien 1
Keadaan Umum Lemah Composmentis
Kesadaran E4V5M5 = 14
TTV
Tekanan Darah TD : 140/90 mmHg
Nadi N : 82 x/menit
Suhu S : 36,4 oC
RR RR : 30 x/menit
SpO2 : 98%
Kepala
Kulit Kepala Inspeksi : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
24
3.1.4 Hasil Pemeriksaan
Diagnostik
Klien Ny. M
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 24 Juni 2020
KIMIA KLINIK
Kadar Gas Darah
PH 7,44 7.35-7.45
Pco2 31 35-45
PO2 82* 85-95
PH 6.0 5 - 8.5
O2 Saturasi 87 85-95
HCO3 22 21-25
BUN 46 7,8 – 20,23
Base exses -4 -2.5+2.5
Total Co2 21 21-27
Kreatin 1,643 0,8 – 1,3
SGOT/AST 53.4* < 91
SGPT 24.4 <31
ELEKTROLIT SERUM
Natrium ( NA ) 138 135 – 145
Fotothorak
Hasil : Terdapat peradangan yang menyebar membentuk bercak-
25
Terapi
Levofloxacim 1x 750 mg
Lovemox 1x 0,4 m
Citicolin 3x500 mg
Drip pct 3x 1 gr
Lanzoprazol 2x13x4 mg
Odancentron
Oral
CPG 1x75 mg
Asam folat 2x400
sucralfat 4x 2
26
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Spasme jalan nafas Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
Klien mengatakan batuk-
batuk
Data Objektif
3. Sekret : ada
berwarna putih
kental
4. TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR : 24x/menit
SpO2: 98%
Klien mengatakan
pusing
Klien mengatakan
lemas
Data Objektif
1. Keadaan
umum :
lemah
2. KLien tampak
sesak
3. klien
terpasang O2
simple mask
6lpm
4. Adanya
pernafasan
cuping
hidung saat
beraktivitas
5. Penggunaan
otot bantu
nafas 27
6. Kesadaran
composmenti
s
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
28
Ketidakseimbangan peningkatan toleransi terhadap peningkatan kelemahan/
antara suplai dan aktivitas dengan kriteria hasil : kelelahan dan perubahan
kebutuhan oksigen 1. Tidak ada disepnea tanda vital selama dan
2. Tak ada kelemahan setelah aktivitas
3. Tanda vital dalam batas 2. Berikan lingkungan tenang
normal dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas perawatan
diri yang diperlukan.
Implementasi
29
RR :30 x/menit
10.00
1. Mengevaluasi respon
pasien terhadap
aktivitas. Catat laporan
dispnea, peningkatan
kelemahan/ kelelahan
dan perubahan tanda
vital selama dan setelah
aktivitas
- Setelah beraktivitas
di tempat tidur
Intoleransi aktivitas 15.40 pasien mengatakan
b.d sesak
Ketidakseimbangan 15.45 2. Memberikan lingkungan
antara suplai dan tenang dan nyaman
kebutuhan oksigen 3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
15.55 - Mengajarkan teknik
napas dalam
4. Menjelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan
16.00 perlunya keseimbangan
aktivitas dan tidur
5. Membantu pasien
16.15 memilih posisi nyaman
untuk istirahat dan tidur
6. Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
30
2 26 Juni 2020 Bersihan Jalan 09.10 1. Mengkaji fungsi
Napas Tidak Efektif pernafasan
Diagnosa 1 b.d Spasme jalan - Terdengar Ronkhi +/+
napas - Frekuensi nafas
24x/menit
09.20 2. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret
- Klien melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan
sekret
09.30 3. Menganjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dannafas dalam
- Klien melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan
sekret
09.40 4. Pantau TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,5 oC
RR :25 x/menit
09.45
Gangguan
Pertukaran gas b.d 1. Auskultasi suara nafas,
perubahan membran catat adanya suara
alveolus kapiler tambahan -Suara nafas
15.10 ronkhi +/+
1. Mengevaluasi respon
Intoleransi aktivitas pasien terhadap aktivitas.
b.d Catat laporan dispnea,
Ketidakseimbangan peningkatan kelemahan/
31
antara suplai dan kelelahan dan perubahan
kebutuhan oksigen tanda vital selama dan setelah
aktivitas
- Setelah beraktivitas di
tempat tidur pasien
15.45 mengatakan sesak nafas
2. Menjelaskan
pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan
15.50 aktivitas dan tidur
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
- Mengajarkan teknik
15.55 napas dalam
4. Memberikan
lingkungan tenang dan
16.00 nyaman
5. Membantu pasien
16.05 memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan
32
alveolus kapiler simple mask 5 lpm
3. Auskultasi suara nafas,
15.15 catat adanya suara
tambahan
- Suara nafas ronkhi +/+
4. Keluakan secret dengan
15.20 batuk atau suction
-Melatih batuk efektif
Evaluasi
33
batuk
O:
3. Sekret : ada
Konsistensi:Encer
Warna : Putih
Bau : Khas
4. TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR : 30x/menit
SpO2 : 98%
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji
fungsi pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan
secret
Gangguan Pertukaran 3. Anjurkan klien untuk
gas b.d perubahan latihan batuk efektif da
membran alveolus nnafas dalam
kapiler 4. Anjurkan klien untuk
posisi semifowler
5. Berikan terapioksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan tim
medisuntuk
membantuterapi
S:
Klien mengatakan sesak
nafas jika beraktivitas
Klien mengatakan pusing
Klien mengatakan lemas
O:
1. Keadaan umum :
34
lemah
2. KLien tampak sesak
3. Klien terpasang
simple mask 6 lpm
4. Adanya pernafasan
cuping hidung
5. Penggunaan
otot bantu nafas
6. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
7. TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR :30 x/menit
SpO2 : 98%
9. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
11. Irama nafas tidak
teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)
P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan nasal canul
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
Intoleransi aktivitas b.d 5. Atur intake untuk
Ketidakseimbangan cairan untuk
antara suplai dan mengoptimalkan
kebutuhan oksigen keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul
S:
35
Klien mengatakan sesak
nafas jika beraktivitas
Klien mengatakan badannya
lemas jika beraktivitas
O:
1. Klien tampak lemah
2. Klien hanya
beraktivitas di tempat tidur
3. Aktivitas klien
dibantu oleh perawat
4. Keadaan umum :
lemah, compos mentis
5. TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 oC
RR :30 x/menit
SpO2 : 98%
A : Masalah intoleransi
aktivitas Belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
26. Juni 2020 Bersihan Jalan Napas S:
Tidak Efektif b.d Klien mengatakan batuknya
Spasme jalan napas berkurang
O:
1. Bunyi nafas Ronkhi
+/+
2. Klien sudah tidak
tampak sering sesak nafas
saat beraktivitas
3. Sekret : tidak ada
4. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 83 x/menit
36
S : 36,5 oC
RR :25 x/menit
SpO2 : 98%
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji fungsi
pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan secret
3. Anjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dan nafas dalam
4. Anjurkan klien
untuk posisi semi fowler
5. Berikan terapi
oksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan
tim medis untuk
membantuterapi
S:
Gangguan Pertukaran Klien mengatakan sesaknya
gas b.d perubahan berkurang n
membran alveolus Klien mengatakan pusing
kapiler berkurang
Klien mengatakan lemas
O:
1. Keadaan umum :
lemah
2. Klien terpasang O2
simple mask 4lpm
3. Tidak adanya
pernafasan cuping
hidung
4. Tidak ada
Penggunaan otot bantu
nafas
5. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
7. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 25x/menit
SpO2 : 98%
8. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
+/+
11. Irama nafas teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)
37
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)
A : Masalah Gangguan
Pertukaran gas Teratasi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan simple mask
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
5. Atur intake untuk
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
\ 7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul
1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,
38
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
27 Juni 2020 Bersihan Jalan Napas S:
Tidak Efektif b.d Klien mengatakan batuk-
Spasme jalan napas batuknya berkurang
O:
1. Bunyi nafas Ronkhi
+/+
2. Klien mampu
melakukan batuk efektif
3. Sekret : tidak ada
4. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 oC
RR :23 x/menit
SpO2 : 98%
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji fungsi
pernafasan
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan secret
3. Anjurkan klien
untuk latihan batuk efektif
dan nafas dalam
4. Anjurkan klien
untuk posisi semi fowler
5. Berikan terapi
oksigen
6. Pantau TTV
7. Kolaborasidengan
tim medis untuk
membantuterapi
S:
Klien mengatakan sesaknya
Gangguan Pertukaran berkurang
39
gas b.d perubahan O:
membran alveolus 1. Keadaan umum :
kapiler lemah
2. Klien terpasang
simple mask 4lpm
3. Tidak ada pernafasan
cuping hidung
4. Penggunaan
otot bantu nafas
tidak ada
5. Kesadaran :
composmentis
GCS :E4 V5 M5 : 14
6. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
8. Bentuk dada
simestris
10. Suara nafas ronchi
+/+
11. Irama nafas teratur
12. PCO2 : 31 mmHg
(Nilai normal 35-45 mmHg)
13. PO2 : 82 mmHg
(Nilai normal 85-95)
14. PH : 7,44 mmHg
15. (Nilai normal 7,35-
7,45 mmHg)
16. Hb : 12,7 (Nilai
normal 12 – 14)
A : Masalah Gangguan
Pertukaran gas Teratasi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Berikan oksigen
dengan nasal canul
3. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
4. Keluakan secret
dengan batuk atau suction
5. Atur intake untuk
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
6. Monitor respirasi
dan status O2
7. Monitor vital sign
8. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi dan nebul
40
S:
Klien mengatakan sesak
Intoleransi aktivitas b.d berkurang
Ketidakseimbangan Klien mengatakan mampu
antara suplai dan beraktivitas di tempat tidur
kebutuhan oksigen O:
- Klien mampu melakukan
aktivitas di tempat tidur
- Keadaan umum : lemah,
compos mentis
5. TTV :
N : 80/menit
T : 36.4 C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
A : Masalah intoleransi
teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi respon
pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan
setelah aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
3. Dorong penggunaan
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat
4. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan
tidur
5. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan tidur
6. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
BAB IV
41
bronchopneumonia ini dilakukan dilakukan di Ruang ICU BED 3 RS. BHAYANGKARA TK. I
R. SAID SOEKANTO dan dilakukan secara komprehensif dalam melakukan proses keperawatan
yang dilakukan dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pada pembahasan ini, penulis akan
membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia dalam teori dengan yang terjadi
di lapangan dan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses keperawatan.
Pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang
disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep.
Pembahasan disusun sesuai dengan khusus. Pembahaan berisi tentang mengapa (Why) dan
bagaimana (How). Urutan penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta – Teori – Opini),
isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :
4.1 Pengkajian
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah cadangan pada
parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Penulis melakukan penkajian pada pasien Ny. M. Di Ruang ICU B 3 dengan diagnosa
Medis Bronchopneumonia pada 25 Juni 2020. Dari hasil pengkajian yang dilakukan dapat
ditemukan hasil pengkajian,Pasien merasa sesak napas, batuk- batuk, susah mengeluarkan dahak.
Hasil pengkajian yaitu, klien tampak lemah dan sesak, terpasang nasal kanul 4 lpm, kesadaran
composmentis, GCS ; E4 V5 M5 =14, TTV pasien RR: 24 x/m, Nadi : 82x/mnt , Temp :
36,4˚Celcius, TD : 140/90 mmHg.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Andra & Yessie 2013, manifestasi klinis
bronchopneumonia terdapat peningkatan suhu tubuh yang mendadak, pernapasan cepat dan
dangkal, sianosis sekitar hidung dan mulut, serta batuk kering kemudian menjadi produktif.
42
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien,
keluarga, rekammedis, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (suara, dkk, 2013). Masalah
keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :
1). (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
ketidaknyamanan.
6). (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan
lingkungan
Dari 7 diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul menurut Nurarif dan Kusuma
(2015). Penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan yang dapat diangkat sesuai gejala dan
penyakit yang dialami Ny. M :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
43
jalan nafas tidak efektif penulis telah melakukan intervensi dan implementasi keperawatan yaitu,
memantau vital sign, mengkaji fungsi pernafasan, mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
secret, menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam, menganjurkan klien
untuk posisi semifowler, memberikan terapi oksigen.
4.5 Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan dalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
dan didasarkan pada bagaimana efektifnya tindaakan keperawatan yang telah dilakukan. Pada
evaluasi yang penulis lakukan pada pasien Ny. M selama pelaksanaan implementasi, terdapat
beberapa perubahan atau perkembangan dengan ditandai pasien mampu mendemonstrasikan batuk
efektif, mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang menghambat jalan nafas, menunjukan
jalan nafas yang paten ( irama nafas bagus, frekeunsi pernafasan normal, tidak ada suara nafas
abnormal ) ditandai dengan Tekanan darah = 140/90 Mmhg, Nadi = 82 x/m, Respirasi = 24 x/m,
Suhu = 36,4 celcius.
BAB V
44
PENUTUP
Setelah menguraikan dan membahas asuhan keperawatan bronkopneumonia pada Ny. M dengan
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidakefektif di Ruang ICU RS.Umum Bhayangkara Tk.I.
R. Said Sukanto Tahun 2020, maka pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan menyampaikan
saran, untuk perbaikan asuhan keperawatan di masa yang akan datang.
5.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi pada Ny. M yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan
napas tidakefektif ada lima hal yaitu :
5. 1. 1 Pengkajian
Hasil pengkajian pada Ny. M di dapatkan klien berjenis kelamin wanita, klien berada pada
rentang umur 81 tahun,yang rentan terkena penyakit bronkopnemonia. Bronkopneumonia pada klien
di sebabkan oleh beberapa factor pencetus seperti usia di mana, di usia klien saat ini mengakibatkkan
fungsi alveoli klien menurun sehingga fungsi paru berkurang dan klien mengalami peradangan paru,
lingkungan rumah klien yang memiliki kebiasaan membakar sampah dekat dengan tempat tinggal
pasien.
5. 1. 2 Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah di lakukan pada Ny. M di dapatkan diagnosa keperawatan
prioritas yaitu bersihan jalan nafas tidakefektif.Batasan karakteristik yang ditemukan pada klien yaitu
adanya suara napas tambahan, perubahan irama dan frekuensi napas, sesak, dan batuk yang tidak
efektif.
5. 1. 3 Intervensi keperawatan
Hasil intervensi yang di rencanakan untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. M
berdasarkan pada teori yang sama. Dengan pengenalan yang baik mengenai diagnosa yang tepat
dapat di rencanakan intervensi yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan dan sesuai dengan sarana dan prasarana yang berada pada RS.Umum
Bhayangkara Tk. I. R Said Sukanto dari 3 kriteria hasil tercapai semua.
5. 1. 4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang di lakukan pada Ny. M yaitu selama tiga hari masa perawatan.
Tindakan yang di lakukan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul dan sesuai dengan
intervensi yang di susun sebelumnya. Implementasi yang di lakukan adalah mengkaji penafasan
pasien, catat kemampuan untuk mengeluarkan secret, anjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan
45
nafas dalam, anjurkan klien untuk posisi semifowler, berikan terapi oksigen, pantau TTV, dan
kolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi.
5. 1. 5 Evaluasi Keperawatan
Pada tahapan ini merupakan suatu tahapan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tindakan yang
telah di lakukan.Dalam melakukan evaluasi pada klien di tetapkan berdasarkan kriteria hasil yang
telah di susun pada intervensi sebelumnya.Setelah tiga hari di rawat dan dilakukan tindakan
keperawatan pada klien, pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
sebagian karna masih terdapat suara napas ronchi, namun sudah berkurang.
5.2 Saran
5. 2. 1 Untuk klien dan keluarga
Penyakit bronkopneumonia merupakan penyakit yang dapat sembuh dan juga dapa lebih parah, itu
semua tergantung pada pola hidup klien. Penyebab dari bronkopneumonia salah satunya adalah
sering membakar sampah di samping rumah jika klien dapat menghindari factor pencetus timbulnya
bronkopneumonia dan kemudian bias membiasakan pola hidup bersih maka akan sembuh, bahkan
tidak akan mengidap bronkopneumonia. Jadi klien dan keluarga perlu mengerti faktor pencetus
timbulnya penyakit bronkopneumonia supaya tidak kambuh lagi dan juga mencegah penyakit
tersebut pada anggota keluarga lain.
5. 2. 2 Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya di harapkan melakukan pengkajian secara optimal dalam melakukan asuhan
keperawatan, terutama pada asuhan keperawatan bronkopneumonia dengan masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidakefektif agar pemberian asuhan keperawatan dapat di berikan secara
maksimal.Salah satu intervensi yang dapat di lakukan yaitu mengajarkan latihan batuk efektif dan
napas dalam kepada klien. Mengajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam cukup berhasil di
berikan pada penderita bronkopneumonia dalam hal membantu klien untuk mengeluarkan secret agar
dapat membuka jalan napas dan dapat membantu klien untuk merileksasikan diri.
5. 2. 3 Bagi Perawat
46
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menambah sumber wawasan dan pengetahuan
serta dapat mengaplikasikan pada klien untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
bronkopneumonia supaya angka kejadian bronkopneumonia menurun.Salah satu intervensi yang bisa
di lakukan adalah mengajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam. Tindakan batuk efektif dan
napas dalam juga cukup berhasil di berikan pada penderita bronkopneumonia dalam hal ini
membantu klien untuk mengeluarkan secret agar dapat membuka jalan napas dan membantu klien
untuk merileksasikan diri. Pendidikan kesehatan yang di lakukan dapat menerapkan teori Health
Belief dan Health Promition Model dalam pengaplikasiannya, teori tersebut bertujuan untuk
menanamkan komitmen di dalam diri setiap individu terkait perilaku kepatuhan dan perilaku
komitmen untuk mencegah terjadinya resiko suatu penyakit.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.(2015). Nanda nic-noc aplikasi jilid 1. Jakarta: Mediaction
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner & Suddarth Jilid II Edisi 8.Jakarta :
EGC
Sunyataningkamto 2004. The rool of Indoor air Pollution And Other Factors in the Incidence Of Pneumonia
In under-five Children. Paediatrica Indonesia, 44(1-2).
A Potter,& Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 4th ed. EGC:
Jakarta. 2006.
Asmadi, (2012). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Anak dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Salemba Medika : Jakarta.
48
49
50