Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muafiatul Anisnaini

Jabatan : Kader PK Ar-rabbani UMKU

Corona Membawa Dinamika Politik di Indonesia

Kepanikan global akibat Covid19 begitu terasa di Indonesia,Akibatnya memunculkan


reaksi dari pemerintah berupa berbagai regulasi tetapi juga mendapatkan intervensi dari
rakyat

Dewasa ini, bencana virus corona memang menjadi prefensi dunia untuk dicegah.


Negara-negara di belahan dunia mulai mengeluarkan kebijakan darurat seperti mengisolasi
negaranya bahkan ada kebijakan yang paling ekstrem seperti Korea Utara yang
memberlakukan kebijakan yang akan menembak bagi siapa saja terutama warga negara
China bagi yang mencoba mendekat ke perbatasan negaranya.

Saat ini, WHO (World Health Organization) sendiri mengumumkan bahwa virus ini
sudah menjadi pandemi. WHO menyarankan agar semua negara berupaya untuk
memaksimalkan keamanan negaranya masing-masing. Sebelum WHO mengumumkan
Covid-19 menjadi pandemi dan adanya kepanikan global, negara seperti Australia, Rusia,
Amerika Serikat, Mongolia, Arab Saudi dan lain lain lebih dulu memberlakukan lockdown
dengan memberlakuan untuk melarang masuk warga negara China yang berkunjung ke
negaranya. Namun, hal ini tidak seirama dengan Indonesia. Bisa dikatakan Indonesia tidak
begitu berlebihan menanggapinya, tidak seperti negara-negara lain. Pemerintah pusat
hanya melarang pendatang dari China yang masuk maupun transit di Indonesia serta
melarang sementara WNI yang tinggal di China untuk masuk ke Indonesia dan tanpa ikut-
ikutan memberlakukan kebijakan darurat seperti negara-negara di atas. Indonesia lebih
memprioritaskan dampak terburuk akibat corona ini terhadap pemasukan negara yang
mana negara akan kehilangan potensi devisa wisata kurang lebih Rp54,63 triliun. Guna
mencegah hal itu, negara segera memberlakukan kebijakan pemotongan harga tiket
pesawat sebesar 50 persen untuk beberapa daerah destinasi andalan. Selain itu, sesaat
China dalam kondisi darurat dan diketahui bahwa ada sekitar 285 WNI yang tinggal di
sana, negara segera mengevakuasi lalu membawanya ke Indonesia. Sebelum
dipulangkan ke halaman masing-masing, negara telah memberi fasilitas berupa
karantina di pulau Natuna.

Hal ini dikarenakan untuk mengikuti prosedur dari WHO agar warga negara sebanyak
285 orang yang tinggal di Wuhan tersebut agar di karantina di sana selama 14 hari untuk
memastikan mereka terbebas dari corona sebelum dipulangkan ke halaman masing-
masing. Tetapi, lagi-lagi diprotes oleh masyarakat Natuna mereka tidak setuju di
bangunnya tempat penampungan WNI dari Wuhan. Mereka sangat khawatir jika virus
ini menyebar di pulau mereka. Mengatasi protes masyarakat, pemerintah mencoba 
menjelaskan kepada masyarakat natuna agar tidak khawatir karena karantina dijamin
aman dan telah memenuhi SOP dari WHO. Karantina ini pun berada di Hanggar
Landasan Udara Raden Sadjad Ranai yang dirasa cukup aman dari masyarakat sekitar.
Dan sekarang, begitu jelas banyak suspect maupun yang sudah divonis positif mengidap
virus ini di Indonesia. Maka munculah kepanikan di masyarakat, masyarakat berlomba-
lomba mendapatkan kebutuhan seperti masker dan hand sanitizer yang dianggap dapat
mengantisipasi virus ini sehingga aman untuk berkegiatan sehari-hari. Akibatnya banyak
toko-toko kesehatan kehabisan stok masker dan hand sanitizer. Sehingga ,Memunculkan
spekulasi bahwa ada oknum-oknum penimbun masker dan hand sanitizer yang akan
menjual kedua jenis produk tersebut dengan harga yang tinggi.

Melihat hal ini pemerintah pun bereaksi akan memberlakukan hukum bagi
siapa saja yang mencoba untuk menimbun kebutuhan masyarakat itu. Hukuman ini
sesuai dengan ketentuan di Pasal 29 ayat (1) juncto Pasal 107 UU Nomor 7 Tahun 2014
tentang Perdagangan, dengan ancaman maksimal penjara 5 tahun dan denda Rp 50
miliar. Tetapi, lagi-lagi pemerintah mendapatkan kritik setelah pemerintah
menyampaikan itu. Pemerintah dinilai kurang tegas ketika melihat realitasnya masih
banyak terdapat penjual masker dan hand sanitizer yang menjual harga yang tinggi
begitupun juga di toko-toko online. Banyak yang menyarankan agar negara memfasilitasi
kedua jenis produk di tempat umum kepada masyarakat secara cuma-cuma. Kepanikan
ini berlanjut, masyarakat menuntut pemerintah pusat agar segara
memberlakukan lockdown negara mengingat korban corona makin bertambah. Menurut
Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah khusus untuk penanganan virus corona,
menyatakan bahwa terdapat 309 orang yang positif terkena corona dan 25 orang telah
meninggal (data per 19/3/2020).

Anda mungkin juga menyukai