Anda di halaman 1dari 7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

NAMA SEKOLAH : Madrasah Tsanawiah AL Mansur Biangloe

MATA PELAJARAN : FIQIH

KELAS/SEMESTER : VII/2

ALOKASI WAKTU : 2 X 40 Menit ( 1 Kali Pertemuan )

TAHUN AJARAN : 2020-2021

A. KOMPETENSI INTI
1. Melaksanakan tata cara sholat wajib lima waktu.
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Mempraktekkan tata cara sholat wajib lima waktu.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat menjelaskan pengertian shalat wajib 5 waktu .
 Siswa mampu mengetahui dalil tentang mendirikan shalat 5 waktu.
 Siswa mampu membedakan niat pelaksanaan shalat wajib 5 waktu.
 Siswa mampu mempraktekkan tata cara shalat 5 waktu minimal menurut imam
syafi’i.
 Siswa mampu mengetahui rukun wajib dan hal-hal yang bisa membatalkan
shalat 5 waktu.
D. MATERI PEMBELAJARAN
 Tata cara shalat wajib 5 waktu
E. METODE PEMBELAJARAN
 Ceramah : Metode ini untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk
kegiatan awal.
 Diskusi : Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkenaan
dengan materi pembelajaran serta membuat siswa aktif dalam kelas.
 Latihan : Metode ini digunkan agar peserta didik mampu melatih ketermpilan
fisik maupun mental dalam mempraktekkan shalat wajib ini.
F. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN

N URAIAN KEGIATAN WAKTU


O
1 Kegiatan awal :
 Salam
10 Menit
 Absensi
 Memberikan nasehat atau motivasi
2 Kegiatan inti :
 Memberikan pertanyaan pada siswa tentang apa yang ia
ketahui seputar shalat 5 waktu 50 Menit
 Menyimpulkan pendapat siswa serta menjelaskan materi
materi yang berkenaan dengan shalat wajib 5 waktu
 Beberapa siswa mampu mempraktekkan tata cara shalat 5
waktu

3 Kegiatan akhir :
 Tanya jawab seputaran materi shalat wajib 5 waktu
 Memberikan tugas tentang materi shalat wajib lima 20 Menit
waktu
 Salam

G. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 BUKU PAKET FIQIH VII
 AL QUR’AN
 INTERNET
H. PENILAIAAN

JENIS BENTUK CONTOH


INDIKATOR PENCAPAIAN
PENILAIAAN PENILAIAAN INSTRUMEN
 Siswa dapat menjelaskan Tes lisan Uraiaan  Jelaskan
pengertian shalat wajib 5 pengertian shalat
waktu . wajib 5 waktu dan
 Siswa mampu mengetahui dalilnya.
dalil tentang mendirikan Tes lisan Uraiaan
shalat 5 waktu.  Jelaskan
 Siswa mampu perbedaan niat
membedakan niat Tes lisan Uraiaan shalat shubuh
pelaksanaan shalat wajib 5 ,dhuhur,asar,mag
waktu. rib dan isya.
 Siswa mampu
mempraktekkan tata cara Gerakan Praktek
shalat 5 waktu minimal  Jelaskan rukun
menurut imam syafi’i. rukun shalat wajib
 Siswa mampu mengetahui 5 waktu dan hal
rukun wajib dan hal-hal Tes tertulis Uraiaan hal yang
yang bisa membatalkan membatalkannya
shalat 5 waktu.

BANTAENG 9 MARET 2020


MENGETAHUI
KEPALA MTs Al-Mansur Biangloe Guru Bidang Studi Fiqih

SYARIFUDDIN S.Pd.I M.Pd.I TAKBIR


A. PENGERTIAN SHALAT

Shalat secara bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah fiqih, shalat adalah
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhir
dengan salam.

Shalat yang wajib dilaksanakan bagi setiap individu umat muslim yang mukallaf
(balig dan berakal) itu ada lima waktu dalam sehari semalam. Yaitu shalat Shubuh, Dhuhur,
Asar, Maghrib, dan Isya’.

B. HUKUM SHALAT

Dalam banyak hadist Nabi, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam telah
memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi seorang kafir dan mereka yang meninggalkan salat, pada hari
kiamat kelak akan disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti Fir’aun, Qarun, Ubay
bin Khalaf, Haman.

Hukum Shalat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

Fardu, Shalat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya setiap waktu
Shalat. Shalat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yakni:

Fardu ain yaitu kewajiban yang diwajibkan kepada seorang mukallaf langsung yang
berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan atau dilaksanakan oleh orang lain,
seperti Shalat lima waktu, dan Shalat Jumat (fardhu ‘ain untuk pria).

Fardu kifayah yaitu kewajiban yang diwajibkan kepada seorang mukallaf tidak
langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban tersebut menjadi sunnah setelah ada sebagian
orang yang mengerjakannya. Namun bila tidak ada orang yang melaksanakannya maka kita
wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa jika tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.

Shalat sunnah (salat nafilah) adalah Shalat yang dianjurkan atau disunnahkan akan
tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

1. Nafil muakkad yaitu Shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti misalkan Shalat dua hari raya, Shalat sunah witir
dan Shalat sunah thawaf.

2. Nafil ghairu muakkad yaitu salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti Shalat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung
waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi
gerhana).
C. DALIL TENTANG SHALAT WAJIB

Rasulullah SAW bersabda,

1. Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari qiyamat,
adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka selesailah
persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya, dikatakan (kepada malaikat),
“Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah ! Jika ia mengerjakan
shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan dengan shalat
sunnahnya”. Kemudian semua amal-amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR.
Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345]
2. Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka
dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

3. (Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah


meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

4. Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu
jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa
yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan
menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka
jahannam.” (HR. Muslim no. 163

D. SYARAT SAHNYA SHALAT

1. Menghadap ke arah kiblat,

2. Masuk waktunya,

3. Beragama Islam,

4. Tamyiz (yaitu anak yang sudah bisa makan, minum, mandi sendiri), mengetahui fardhu
(rukun) salat,

5. Menutup aurat

E. RUKUN SHALAT

1. Niat mengerjakan salat di dalam hati, sambil menentukan sebabnya, (misalnya: Istisqa,
Tahiyatul masjid, dan sebagainya), dan menentukan waktunya, (misalnya: lohor, asar, dan
berniat fardhu dalam salat fardhu. (Lengkapnya, misal: Saya niat salat fardhu asar empat
rakaat …).

2. Takbiratul ihram. Membaca dengan suara yang terdengar oleh dirinya sendiri sebagaimana
rukun qauli lainnyaryaitu Allahu Akbar yang menjadi rukun salat yang kedua.

3. Berdiri dalam salat fardhu bagi orang yang mampu berdiri. (Bagi salat sunat dan yang
tidak mampu berdiri boleh sambil duduk).

4. Membaca surat Fatihaah berikut bismillah, semua tasydidnya, terus-menerus, tertib,


memperhatikan makhraj huruf-hurufnya dan tidak salah baca yang dapat mengubah makna,
(misalnya: an’amta dibaca an ‘amtu atau an’amti dan selagainya). Salah baca yang tidak
mengubah makna hukumnya haram; tetapi tidak membatalkan (Alhamdu dibaca Alhamda,
Lillaahi dibaca Lillaahu dan sebagainya).

5. Rukuk, yaitu membungkuk dan kedua telapak tangan diletakkan pada kedua lututnya. Dan
disunatkan punggungnya lurus, rata.

6. Tuma’ninah ketika rukuk, yakni diam sebentar seukuran membaca: Subhaanal-laah.

7. I’tidal, yaitu berdiri tegak (sebagaimana sebelumnya).

8. Tumaninah ketika I’tidal.

9. Sujud dua kali, yaitu dengan meletakkan dahinya di atas tempat salat serta dibuka,
diberatkan seberat kepala sambil bersungkur, meletakkan sedikit lututnya, kedua telapak
tangannya dan semua ujung jari kakinya.

10. Tumaninah ketika sujud.

11. Duduk di antara dua kali sujud.

12. Tumaninah ketika duduk.

13. Duduk untuk membaca tasyahud akhir dan yang sesudahnya.

14. Membaca tasyahud akhir, yang berarti semua penghormatan, keberkahan, rahmat, dan
kebaikan bagi Allah. Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya bagimu wahai Nabi.
Keselamatan bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

15. Membaca salawat atas Nabi Muhammad saw

16. Membaca salam, minimal dengan mengucapkan, “As s allaamu’alaikum.’

17. Tertib, berurutan seperti tersebut di atas. Kalau seseorang sengaja meninggalkan
ketertiban, misalnya bersujud sebelum rukuk, maka batal salatnya. Kalau
terlupa bersujud sebelum rukuk lalu ingat, maka wajib mengulangrnya, kecuali kalau ia ingat
ketika mengerjakan pekerjaan yang sama misalnya rukuk lagi pada rakaat selanjutnya, atau
sesudah rukuk yang sama, maka sempurnakanlah rakaatnya dengan rukuk itu dan sia-sialah
pekerjaan yang terlupakan itu. (Singkatnya, rakaatnya harus ditambah sesuai dengan
ketentuan).

F. HAL HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT

1. Salat itu bisa batal dengan ucapan lain selain bacaan salat, walaupun dengan dua huruf
(misalnya: betul, saya, dan sebagainya) atau satu huruf yang memberi arti, (misalnya: ya!),
kecuali karena lupa dan ucapannya sedikit, tidak lebih dari enam patah kata.

Dengan pekerjaan yang banyak serta terus-menerus, misalnya: tiga gerakan (tiga kali
menggaruk atau tiga kali melangkah).

Dengan sekali gerakan yang berlebih-lebihan (meloncat atau menggerakkan seluruh badan
tanpa sebab (udzur) syara’.

Contoh tiga gerakan yang sering dikerjakan orang, misalnya menggerakkan kepala dan kedua
tangan, mengusap telinga, lalu dahi sambil menggerakkan kepala. Kecuali menyapu telinga
terus ke hidung misalnya, kemudian sesudah agak lama terselang baru bergerak lagi, maka
tidak batal salatnya. Berarti hanya dua kali gerakan yang terus-menerus.

2. Dengan menambah rukun fi’ly (pekerjaan dengan sengaja, misalnya: rukuk dua kali atau
salat asar lima rakaat bukan karena lupa dan sebagainya).

Dengan sekali gerakan karena bermain-main.

Dengan makan atau minum, kecuali karena lupa dan yang ditelannya sedikit.

Keterangan:
1. Kalau lupa menelan sebiji nasi atau biji jambu, maka tidak batal.
2. Kalau sengaja menelan sisa-sisa kopi atau gula, maka perbuatan itu membatalkan salat.

Salat itu batal dengan berniat membatalkan salat (sekali pun pada prakteknya tidak).

Menangguhkan membatalkan salat karena sesuatu, (misalnya: berniat kalau teman datang,
salatnya akan dibatalkan).

Keraguan membatalkan salat, (misalnya: hati merasa bimbang karena ada orang yang
memanggil, lalu timbul kebimbangan membatalkan salatnya atau tidak), dengan semua sebab
itu, maka tetap batat.

Singkatnya, selama kita salat wajib bertekad tidak akan mernbatalkan salat, sehingga
andaikan seseorang salat di atas batu di tengah sungai lalu tiba-tiba banjir, maka daripada
membatalkan salat, orang itu diperbolehkan salat sambil lari serta membelakangi kiblat dan
sebagainya, lalu ia merieruskan salat dengan sempurna di tempat yang aman. (Seperti salat
syiddatul-khauf)
3. Terlewat satu rukun dengan disertai keraguan terhadap niat takbiratul-ihram (apakah sudah
atau belum dilakukan), atau masa keragu-raguannya itu lama (misalnya: ketika akan rukuk
merasa ragu mengenai niat salat, dan selama rukuk masih juga, ragu, maka batal salatnya bila
sampai’pada i’tidal).

Anda mungkin juga menyukai