Anda di halaman 1dari 17

MATERI PERKULIAHAN

A. INFORMASI UMUM

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Kode/SKS : - /2 SKS
Pokok Bahasan : Jenis-jenis Tulisan
Pertemuan ke- : 10 dan 11
Dosen : Ayu Gustia Ningsih, M.Pd.

B. KOMPETENSI DASAR

Pada akhir pembelajaran, diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:


1. memahami jenis-jenis tulisan dalam wacana bahasa Indonesia;
2. memahami karakteristik umum dan khusus masing-masing jenis tulisan;
3. merancang jenis-jenis tulisan dalam wacana bahasa Indonesia; dan
4. mengembangkan rancangan menjadi tulisan sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis
tulisan yang ada dalam wacana bahasa Indonesia.

C. MATERI

Istilah mengarang sering disamakan dengan menulis. Karangan berarti tulisan,


atau sebaliknya. Mengarang adalah kegiatan yang kompleks. Widiamartaya (1992:9)
menyatakan pendapatnya tentang pengertian karangan, yaitu sebagai berikut ini.
Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam meng-
ungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami tetap seperti yang dimaksudkan pengarang.

Dalam komunikasi dengan bahasa tulis, karangan atau tulisan (writing) juga
disebut komposisi, meskipun pengertian komposisi lebih luas cakupannya. Komposisi
dalam bahasa Inggrisnya adalah composition yang artinya karangan. Begitu juga
dengan arti komposisi yaitu susunan kata atau kalimat yang semula terpisah-pisah
menjadi rangkaian majemuk yang lebih tepat.
Istilah komposisi berasal dari bahasa Latin composotion atau componere, yang
terdiri atas kata com dan ponere. Com berarti bersama-sama dan ponere berarti

1
2

mengumpulkan. Jadi, componere berarti mengumpulkan bersama-sama. Dalam hal ini,


yang dikumpulkan adalah ide, gagasan, atau imajinasi dalam suatu wadah yang
berbentuk tulisan atau karangan. Namun, untuk selanjutnya akan digunakan kata
tulisan atau menulis, bukan karangan atau mengarang.

1. Tulisan Narasi
a. Pengertian dan Unsur
Acuan teori yang digunakan untuk menguraikan pengertian tulisan narasi ada tiga,
yaitu: (1) Semi, 1990, (2) Keraf, 1997, dan (3) Alwi, 2004. Ringkasan ketiga referensi
tersebut adalah sebagai berikut ini.
Menurut Semi (1990: 32), tulisan narasi pada umumnya digunakan menyampaikan
rangkaian peristiwa yang dialami oleh manusia. Narasi merupakan bentuk percakapan
atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Peristiwa yang
disampaikan bisa tentang diri sendiri bisa juga tentang orang lain, bahkan mungkin
merupakan peristiwa yang dikisahkan turun temurun. Dalam bentuk ini, tulisan narasi
tersebut membentuk rangkaian cerita yang kompleks.
Keraf (1997:136) mengungkapkan konsep yang jelas tentang narasi. Konsep
tentang narasi tersebut adalah sebagai berikut ini.
Suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk
yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara
lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang
peristiwa yang terjadi.

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa unsur utama tulisan narasi adalah kejadian. Dari
unsur kejadian atau peristiwa ini, diperlukan unsur lain seperti pelaku, tempat atau
lokasi atau setting, dan waktu. Urut-urutan antara kejadian, pelaku atau tokoh, tempat
atau lokasi, dan waktu akan membentuk alur.
Alwi (2001:46) juga memberikan pandangan yang identik tentang narasi. Menurut
pakar ini, narasi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan pengembangannya dari
waktu ke waktu.
3

Berdasarkan pengertian tentang tulisan narasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa


tulisan narasi bertujuan untuk menguraikan serangkaian peristiwa yang diatur
sedemikian rupa sehingga maknanya muncul di dalamnya. Dengan demikian, dalam
tulisan narasi terdapat unsur utama, yaitu: (1) peristiwa atau kejadian, (2) tokoh, (3)
latar (termasuk tempat, waktu, dan suasana), serta (4) alur atau rangkaian peristiwa.

b. Jenis-jenis
Ada dua jenis tulisan narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Uraian
singkat tentang hal itu adalah sebagai berikut ini.
Tulisan narasi ekspositoris digunakan untuk menggugah pikiran para pembaca
sehingga para pembaca mengetahui apa yang dikisahkan atau diceritakan si penulis.
Sasaran utama adalah adanya perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca
tulisan tersebut. Menurut Keraf (1997:137), tulisan narasi ekspositoris mempersoalkan
tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau
pendengar.
Menurut Semi (1990:35), ”Narasi ekspositoris atau narasi informatif adalah narasi
yang pada dasarnya berkecenderungan sebagai bentuk eksposisi untuk mengin-
formasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan”.
Narasi ekspositoris lebih dekat hubungannya dengan tujuan untuk menyajikan suatu
analisis proses. Isi tulisan narasi ekspositoris mengungkapkan rangkaian peristiwa atau
kejadian secara berurutan. Sebagai contoh, jika penulis ingin mengungkapkan kisah-
kisah yang menarik, pengalaman yang berkesan, atau peristiwa-peristiwa yang pernah
dialaminya, tulisan narasi ekspositoris merupakan jenis tulisan yang tepat digunakan.
Tulisan narasi sugestif berbeda dengan tulisan narasi ekspositoris. Menurut Keraf
(1997:138), ”Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian
macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu
makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit.” Dengan demikian, penulis
narasi sugestif berusaha agar pembaca juga ikut dalam cerita yang diungkapkan
pengarang sehingga pembaca juga ikut terharu dalam membaca ceritanya. Bentuk narasi
sugestif ini lazimnya dikenal dengan cerita, misalnya cerita pendek (cerpen), cerita
bersambung (cerbung), atau cerita yang lebih kompleks misalnya novel atau roman.
4

c. Contoh

1) Tulisan Narasi Ekspositoris


Ibu Tuti, 38 tahun, bekerja sebagai guru di sebuah SMA di Padangpanjang.
Karena promosi jabatan sebagai kepala SMA, Pak Amin, suaminya, dipindahkan ke
Padang. Di Padang, keluarga Bu Tuti dan Pak Amin ini membangun rumah, sementara
Bu Tuti masih mengajar di sebuah SMA di Padangpanjang. Suaminya sedang
mengusahakan agar Bu Tuti pindah mengajar di salah satu SMA di Padang.
Pagi itu, Bu Tuti berangkat mengajar ke Padangpanjang. Beliau menumpang bus
Padang—Batusangkar. Malang tak dapat dielakkan, di pendakian Silaiang, menjelang
Padangpanjang, bus yang ditumpangi Bu Tuti mengalami kecelakaan hebat karena
bertabrakan dengan bus lain. Bu Tuti menderita luka parah, pendarahan di otak atau
gegar otak. Bu Tuti pun dirawat di RSU M. Jamil Padang.
Di RS M. Jamil Padang, sudah sebelas bulan Bu Tuti dirawat, tetapi kondisinya
tidak semakin membaik. Luka-luka di sekujur badan Bu Tuti sudah pulih, tetapi Bu Tuti
tetap dalam keadaan koma. Hidupnya tergantung pada berbagai selang infus di kedua
lengannya dan selang oksigen yang dipasang di hidung. Kehidupan Pak Amin, suami
Bu Tuti semakin repot. Beliau harus mengelola sekolah yang dipimpinnya serta
mengurus tiga orang anaknya Anak tertua berusia 13 tahun, duduk di kelas I SMP,
anak ke-2 berusia 10 tahun, duduk di kelas IV SD, dan anak bungsunya baru berusia 5
tahun.
(Nursaid, 2007, Eutanasia)

2) Tulisan Narasi Sugestif


Seminggu menjelang Idul Fitri yang lalu mamakku itu pulang ke rumah gadang di
kampung. Ia memang sudah lama tidak pulang. Ia pulang membawa sambil mem-
perkenalkan istri mudanya dan si bungsu Lidia. Istri tuanya sudah lama meninggal dan
orang Padang juga. Tapi, istri mudanya ini kabarnya orang Betawi asli. Cantik dan
masih muda.
Mamakku ini sebetulnya saudara sepupu ibuku. Sejak muda belia ia merantau ke
Jakarta dengan hanya bermodalkan dengkul. Dan, kini ia telah menjadi orang yang
paling terkenal dan populer di kampungku, melebihi popularitas bupati. Malah pernah
ditawarkan untuk menjadi bupati. Jalan-jalan desa kampung kami, beliaulah yang
banyak membantu dalam bentuk kiriman uang. Masjid raya yang megah di kampungku
itu juga sebagian besar dibangun atas biaya kirimannya. Dan, rumah gadang sebagai
lambang kebanggaan kaum kami juga sudah dipugar apik. Ayah dan ibukulah yang
menyelenggarakan perbaikan rumah gadang yang bertanduk itu. Oleh sebab itu, empat
tahun yang lalu, ketika ia pulang meninjau pembangunan masjid, ia didaulat menjadi
Datuk dengan gelar Datuk Nan Kunieng Timbago Cahyo Nago. Ia resmi menjadi
penghulu kaum keluargaku, dan aku merasa bangga juga menjadi keponakannya.
Menjelang Idul Fitri kemarin ini, ia sering memberikan ceramah agama di masjid
raya yang dibangunnya itu. Semua masyarakat terkagum-kagum akan fatwanya. Ia
seorang haji pula. Dan, sebelum ia berangkat kembali ke Jakarta, aku bersama ibu
menghadapnya ke rumah gadang. Kami tinggal di rumah kecil dekat sawah.
(Harris Effendi Thahar, 1994, Si Padang)
5

2. Tulisan Deskripsi

a. Pengertian
Tulisan deskripsi adalah tulisan yang digunakan penulis untuk mendeskripsikan
atau menguraikan sesuatu. Menurut Semi (1990:42), tulisan deskripsi adalah tulisan
yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi
pengaruh terhadap pembaca atau pendengar bagaikan pembaca ikut melihat, mende-
ngar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Sejalan dengan itu,
Atmazaki (2006:88) menjelaskan bahwa deskripsi merupakan bentuk tulisan yang
melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia) sehingga pembaca seolah-olah
mencermati, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat segala sesuatu yang
dideskripsikan tersebut. Selain itu, tulisan deskripsi harus mampu memikat dan mem-
pengaruhi emosi serta sensitivitas pembaca dan membentuk imajinasi pembaca.
Suparno dan Mohammad Yunus (2003: 4.5) juga menyatakan bahwa kata
deskripsii berasal dari kata describere yang berarti menggambarkan atau memerikan
suatu hal. Berdasarkan istilah tersebut disimpulkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk
tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca
dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu
sesuai dengan citra penulisnya.
Jadi, tulisan deskripsi adalah tulisan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu
objek sehingga pembaca seakan-akan mampu mengindera objek tersebut. Objek dalam
tulisan deskripsi dapat berupa benda, perasaan atau ide atau imajinasi.

b. Ciri-ciri
Tulisan deskripsi berbeda dengan tulisan lain seperti narasi, eksposisi, dan argu-
mentasi. Menurut Semi (1990: 41), ciri penanda deskripsi sekaligus sebagai pembeda
dengan jenis karangan yang lain ada lima, yaitu sebagai berikut ini.
1) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. Mak-
sudnya, untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang baik seorang penulis harus mam-
pu memperlihatkan suatu objek secara detail dan lebih terperinci. Misalnya, penulis
ingin melukiskan tentang benda/orang, maka penulis harus mampu melukiskan
bagaimana bentuk atau sosok orang tersebut..
6

2) Deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi serta sensitivitas dan membentuk ima-
jinasi pembaca. Maksudnya, pembaca akan ikut merasakan tentang objek yang dilu-
kiskan dan merasa bahwa objek yang dilukiskan itu seolah-olah dapat dirasakan
sesuai dengan imajinasi yang disuguhkan penulis.
3) Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah.
Maksudnya, pilihan kata dalam tulisan deskripsi dapat menggugah perasaan pem-
baca. Setelah membaca sebuah tulisan deskripsi, imajinasi pembaca akan ter-
pancing. Misalnya, penulis ingin melukiskan suasana di dalam bus yang sesak,
maka penulis harus mampu memilih diksi dan gaya bahasa yang tepat sehingga
imajinasi pembaca terpancing ikut merasakan atau mampu membayangkan alangkah
sesak dan pengapnya bus tersebut..
4) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat
dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna dan manusia.
Setiap rangkaian kalimat yang dibuat dapat membentuk imajinasi pembaca sehingga
pembaca dapat merasakan seolah-olah melihat, mendengar dan merasakan apa yang
dibacanya.
5) Organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang. Misalnya, jika
penulis ingin melukiskan suatu tempat atau ruangan, penulis tersebut akan merinci
bentuk, isi, dan susunan ruang.
Berdasarkan uraian tentang ciri-ciri tulisan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa indikator tulisan deskripsi yang baik ada lima. Kelima indikator tersebut adalah:
(1) mengungkapkan rincian tentang objek, (2) menggugah emosi pembaca, (3) meng-
gunakan diksi yang tepat, (4) menggugah imajinasi pembaca, dan (5) mengorganisasi-
kan tulisan dengan cara yang tepat, lazimnya menggunakan susunan ruang.

c. Jenis-jenis
Secara teori, jenis tulisan deskripsi ada dua. Menurut Semi (1990:42) kedua jenis
tulisan deskripsi itu adalah deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Tulisan
deskripsi ekspositorik (deskripsi teknis) adalah tulisan deksripsi yang bertujuan untuk
menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa mene-
kankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca. Sebaliknya, tulisan deskripsi
7

artistik adalah tulisan deskripsi yang mengarah pada pemberian pengalaman kepada
pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan
menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang
memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.

d. Contoh

1) Deskripsi Ekspositorik
Pengertian kurikulum pendidikan tinggi menurut SK Mendiknas No 232/U/2000
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan
pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum memiliki
dua dimensi, yaitu: (1) sebagai perencanaan yang terdiri atas sederetan mata kuliah,
silabus, dan program kegiatan pembelajaran (GBPP-SAP), serta (2) sebagai kegiatan
nyata, yaitu proses pembelajaran, evaluasi, dan penciptaan suasana pembelajaran.
(Illah Sailah, 2008, Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi)

2) Deskripsi Artistik
Pada bulan Maret itu, malam lambat datangnya. Sinar matahari sore melantuni
bayangan hitam panjang-panjang arah ke timur. Seorang perempuan muda terlindung
oleh palem di pot dari sinar yang cerah itu. Dari tadi dia duduk-duduk bersama
suaminya di teras, sebagaimana biasa dilakukannya bila sore indah. Mereka sama
membisu oleh keasyikan masing-masing. Tadinya dia menjahit. Sedang suaminya
membaca koran. Tapi kini dia mengalai lena pada kursi rotannya.
"Tahu ia apa yang kuingat sekarang," pikir perempuan itu. "Selamanya ia dengan
bacaannya. Mengapa ia tak menanyakan apa yang kujahit? Memangnya laki-laki sela-
manya tidak peduli pada istrinya yang dalam keadaan seperti aku ini."
Lalu dia ingat pada beberapa kejadian di sekitarnya, seperti yang ia dengar dari
kawan-kawannya. Laki-laki itu banyak main gila dengan perempuan lain di kala istrinya
sedang mengandung. "Kenapa begitu, ya," tanyanya dalam hati. Di antara laki-laki yang
main gila itu, ada juga yang sampai mengambil istri muda. "Hiii," reaksinya sendiri.
Kemudian dia ingat lagi, betapa bibinya melepaskan sakit hati karena dimadu diam-
diam. Dia ambil pisau cukur, dipotongnya kemaluan suaminya yang sedang tidur.
"Memang hukuman yang pantas bagi laki-laki hidung belang," komentarnya dalam
hatinya. Tapi bibinya sendiri dihukum juga dalam penjara selama setahun. "Kalau
suamiku ini main gila pula nanti, aku bersedia juga masuk penjara," kata hatinya.
(A.A. Navis, 1994, Menanti Kelahiran)
8

3. Tulisan Eksposisi

a. Pengertian

Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris yaitu exposition, dalam bentuk verbanya
adalah to exspose yang berarti menerangkan, atau menjelaskan. Sebenarnya, kata
eksposisi berasal dari bahasa Latin, yang berarti memulai atau membuka. Tulisan
eksposisi adalah tulisan yang uraiannya berupa penjelasan-penjelasan sehingga dapat
membuka cakrawala berpikir pembaca. Tujuan penulis menyusun karangan eksposisi
adalah memaparkan, menguraikan, dan menjelasakan atau memberi informasi tentang
sesuatu secara murni, apa adanya. Melalui tulisan ini, diharapkan pengetahuan pembaca
tentang apa yang dibacanya menjadi bertambah luas dan dalam. Menurut Gani
(1999:151), “Wacana eksposisi adalah wacana yang uraiannya berupa penjelasan-
penjelasan, sehingga dapat membuka cakrawala berpikir pembacanya”.
Keraf (1995:8), mengemukakan bahwa tulisan eksposisi adalah bentuk wacana
yang tujuan utamanya memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek
tertentu dan dengan informasi itu pengetahuan para pembaca bertambah luas. Jenis
karangan ini tidak termaksud mempengaruhi atau mengubah sikap pembaca.
Sebaliknya, Semi (1990:37), menjelaskan pengertian eksposisi sebagai berikut.
Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan
informasi tentang sesuatu. Contoh umum tentang eksposisi adalah:
sebagian besar buku teks, petunjuk tentang cara menjalankan mesin,
petunjuk tentang komponen suatu obat, laporan, skripsi, label pada
botol makanan, kamus, buku Tanya jawab, berita-berita atau artikel di
surat kabar, surat resmi, buku tentang masakan, buku tentang merawat
bunga, petunjuk tentang merawat wajah atau rambut, bahkan uraian
tentang pengertian eksposisi ini pun adalah eksposisi.

Untuk mendapatkan contoh tulisan eksposisi tidaklah begitu sulit. Contoh tulisan
eksposisi dapat diperoleh di perpustakaan, di media masa, seperti buku teks, petunjuk
jalan, petunjuk menjalakan mesin, penjelasan tentang komponen suatu obat, makalah,
skripsi, label pada botol makanan, kamus, artikel, surat resmi, dan sebagainya. Hakikat
tulisan eksposisi merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa dan bagaimana.
Jawaban atas pertanyaan inilah yang menguraikan atau menjelaskan suatu ilmu
pengetahuan. Dikarenakan eksposisi merupakan tulisan yang memberikan penjelasan
9

dan informasi, bahasa yang digunakan pun haruslah lugas, padat, tidak bertele-tele serta
netral. Arti kata yang dipilih harus mempunyai arti yang standar. Kenetralan merupakan
kunci utama tulisan eksposisi.

b. Ciri-ciri
Eksposisi adalah tulisan yang memberikan penjelasan dan informasi. Oleh sebab
itu, bahasa yang digunakan harus lugas, padat, tidak bertele-tele, dan netral. Bahasa
yang dipergunakan harus mempunyai arti yang standar. Kenetralan dalam memilih dan
menggunakan inilah merupakan kunci utama tulisan eksposisi.
Selain dari prinsip kenetralan tersebut, tulisan eksposisi dapat pula dikembangkan
dengan menggunakan pola pengembangan karangan susunan kronologis, susunan
ruang, dan susunan logis. Eksposisi ini cocok dikembangkan dengan teknik definisi,
klasifikasi, ilustrasi, perbandingan, dan analisis fungsional.
Semi (1990: 38--39) menyatakan lima ciri penanda tulisan eksposisi yaitu: (1)
berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan
dari apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan bahasa baku, (4)
menggunakan (lebih umum) susunan logis, dan (5) disampaikan dengan nada netral,
tidak memihak, dan tidak memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Kelima ciri-ciri
tersebut memiliki hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan proses penulisannya, Keraf (1995:6) menyatakan bahwa suatu
tulisan dapat dikatakan sebagai tulisan eksposisi jika telah terpenuhi syarat-syarat
tulisan eksposisi tersebut. Menurut Keraf (1995:6) ada tiga syarat tulisan eksposisi.
Pertama, penulis harus mengetahui subjek yang digarapnya. Pengetahuan ini harus di-
ketahuinya agar ia dapat memperluas pengetahuannya tentang hal tersebut. Pengetahu-
annya itu dapat diperolehnya melalui penelitian lapangan, wawancara, atau penelitian
kepustakaan. Kedua, penulis harus mampu menganalisis persoalan sacara jelas dan
konkret. Ketiga, penulis mengumpulkan bahan sebanyak-banyaknya, kemudian bahan
tersebut dipilih sesuai dengan tujuan tulisan eksposisi, selanjutnya bahan-bahan tersebut
disampaikan dalam bentuk tulisan eksposisi.
Relevan dengan pendapat tersebut, Tarigan (1986: 35) mengatakan setelah
membaca tulisan eksposisi pembaca akan memahami hal yang telah telah dijelaskan
10

penulis. Tulisan eksposisi merupakan tulisan yang member pengertian dan pengetahuan
tentang suatu hal. Tulisan penyingkapan dilakukan dengan jalan memberikan jawaban-
jawaban atas sejumlah pertanyaan yang vital, seperti apa, bagaimana, mengapa, dan
dimana.

d. Unsur-Unsur
Unsur umum tulisan eksposisi tudak terlepas dari unsur sebuah wacana pada
umumnya. Sebuah wacana selalu mengandung topik dan tema, frase, kata, dan unsur
ortografis yang berkaitan dengan tata ejaan dan tata istilah. Topik disebut juga dengan
pokok pikiran yang diperbincangkan dalam sebuah wacana. Sebuah wacana yang baik
hanya memiliki satu topik utama. Topik utama dapat dikembangkan dengan beberapa
topik penjelas, yang penting topik penjelas itu harus mengacu pada topik utama.
Dengan kata lain, titk tolak topik penjelas adalah topik utama. Ada tiga hal yang dapat
dilakukan agar pengembangan topik itu terarah, yaitu: 1) membagi topik utama atas
beberapa subtopik dan subtopik dikembangkan atas beberapa paragraf, 2) menyisihkan
detail atau ide penjelas yang tidak penting, dan 3) memilih dan mengambil ide penjelas
yang sesuai ide pokok.

e. Langkah-langkah Menulis Eksposisi


Keraf (1995:9), mengemukakan langkah-langkah menulis tulisan eksposisi
sebagai berikut. Pertama, pendahuluan disajikan latar belakang, alasan memilih topik
itu, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan
penulisan kerangka acuan yang digunakan. Kedua, tubuh eksposisi. Tubuh atau isi
eksposisi ini hendaknya disajikan dengan teratur. Penulis harus mengembangkan sebuah
organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Ketiga, kesimpulan. Dalam bagian
ini diungkapkan apa yang disajikan dalam isi eksposisi sesuai dengan sifat eksposisi.
Apa yang disajikan hendaknya tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para
pembaca. Jadi, hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima
atau ditolak pembaca.
11

f. Teknik Pengembangan
Menurut Suparno dan Mohammad Yunus (2003: 5.23) teknik mengembangkan
tulisan eksposisi ada enam yaitu teknik identifikasi, teknik perbandingan, teknik
ilustrasi, teknik klasifikasi, teknik defenisi, dan yang terakhir teknik analis. Uraian
singkat tentang keenam teknik tersebut adalah sebagai berikut ini.

1) Teknik Identifikasi
Teknik identifikasi digunakan dengan cara penulis menyebutkan ciri-ciri atau
unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal
objek itu dengan tepat dan jelas. Jadi, teknik ini mirip dengan teknik pengembangan
tulisan deskripsi.
2) Teknik Perbandingan
Teknik perbandingan digunakan dengan cara penulis mengemukakan uraian
yang berisi perbandingan antara hal-hal yang ditulis dengan sesuatu yang lain.
Perbandingan ini dilakukan dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara
keduanya. Dengan membandingkan sesuatu yang baru dengan sesuatu yang telah
diketahui oleh pembaca, diharapkan pembaca lebih mudah memahami hal baru yang
disampaikan penulis.
3) Teknik Ilustrasi
Teknik ilustrasi digunakan dengan cara penulis berusaha menunjukkan contoh-
contoh nyata, baik contoh-contoh untuk pengertian yang konkret maupun yang abstrak.
Contoh-contoh dalam ilustrasi berfungsi untuk mengkonkretkan suatu prinsip umum
yang sudah diuraikan sebelumnya.
4) Teknik Klasifikasi
Teknik klasifikasi digunakan dengan cara penulis mengemukakan suatu pokok
masalah yang majemuk. Sesudah itu, dipecah atau diuraikan menjadi bagian-bagian
serta digolongkan secara logis dan jelas menurut dasar penggolangan yang berlaku sama
bagi tiap bagian tersebut.
5) Teknik Definisi
Secara umum, definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Definisi
merupakan penjelasan formal terhadap pembatasan-pembatasan arti-arti dengan tujuan
12

untuk memperjelas komunikasi. Oleh karena itu, definisi banyak digunakan untuk
mengembangkan eksposisi.
6) Teknik Analisis
Eksposisi berarti menjelaskan sesuatu, memberi keterangan tentang sesuatu atau
mengembangkan sebuah gagasan. Agar hal itu dapat diterima pembaca, perlu digu-
nakan analisis. Analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah dan dipecah
lagi menjadi bagian-bagian yang logis.

g. Contoh

Vitamin A
Vitamin terdapat dalam mentega, ikan, buah-buahan berwarna kuning, dan sayur-
sayuran. Diet yang rendah vitamin A dapat menyebakan resistensi yang menurun
terhadap unfeksi, nafsu makan yang menurun, dan pencernaan makanan yang tidak
sempurna. Pada mata, dapat menyebabkan xeropthalmia. Pada kulit, kekurangan
vitamin A menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau penonjolan pada lengan, bahu, dan
tungkai dengan ukuran yang berbeda-beda yang mengelilingi folikel-folikel. Biasanya,
mulai dari depan dan samping lengan atas kemudian menyebar ke bagian luar lengan
dan tungkai, bahu, perut, dan akhirnya sampai berlarut-larut dapat menjalar ke muka.
Penonjolan-penonjolan ini keras, kering, warnanya lebih gelap dari kulit sekitarnya dan
tengahnya terasa tajam. Pada bagian wajah atau muka, akan muncul bintik-bintik
menyerupai jerawat dan kulit muka sangat kering.
Kelebihan vitamin A juga memberi gejala yang tidak dikehendaki orang.
Dilaporkan, pada anak-anak yang orang tuanya memberikan terlaku banyak vitamin A
gejala-gejala sebagai berikut ini. Salah satu gejala kelebihan vitamin A adalah rambut
menjadi rontok. Demikian juga alis mata. Rambut yang tinggal menjadi kasar dan
kering. Gejala lain, bibir menjadi pecah-pecah serta muncul pigmentasi dan gatal-gatal
pada kulit. Pada orang dewasa, kelebihan vitamin A menyebabkan sakit-sakit pada
sendi dan tulang, pembentukan sisik-sisik pada kulit dan kerut-kerut pada pinggir
mulut dan lubang hidung. Rambut rontok dan yang tertinggal pun menjadi kasar dan
kering serta pigmentasi pada kulit muka dan leher. Bila berlarut-larut, akan timbul
gejala-gejala seperti lelah, nyeri otot, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan
penurunan berat badan. Dengan menghentikan asupan vitamin A dalam waktu
beberapa minggu, gejala-gejala tersebut akan menghilang.

(Suparno dan Mohamad Yunus, 2003, Keterampilan Menulis)


13

4. Tulisan Argumentasi
a. Pengertian
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 23). Melalui
argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan
bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau
pendapat mengenai suatu hal.
Semi (1987: 53) mengemukakan bahwa suatu argumentasi adalah suatu tulisan
yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau
pernyataan penulis. Dalam komunikasi antaranggota masyarakat, argumentasi
merupakan alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandanga
yang subyektif.
Menurut C.H Vivian (dalam Achmadi, 1988: 90) argumen adalah suatu bentuk
wacana yang tujuan utamanya adalah untuk mempersuasi audien tertentu untuk
mengambil suatu doktrin, sikap, atau perbuatan tertentu. Argumen kadang-kadang
menggerakkan intelek, kadang-kadang menggugah emosi, dan seringkali menggerakkan
keduanya.
Lebih lanjut, Achmadi (1988: 93) mengemukakan bahwa argumentasi dapat
dikatakan sebagai salah satu proses belajar. Dalam proses ini, serangkaian fakta dan
pendapat atau pertimbangan disusun untuk membangun suatu simpulan. Selanjutnya
dikatakan bahwa pembahasan tentang argumentasi itu bersifat kompleks, oleh karena
banyaknya cara dalam mengatur fakta dan pendapat.
Menurut Keraf (1991: 3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat oran lain, agar mereka itu percaya
dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi tidak lain dari pada usaha untuk
14

mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menya-


takan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Bertolak dari kutipan-kutipan tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana
tentang tulisan argumentasi. Tulisan argumentasi adalah tulisan yang digunakan untuk
mengungkapkan suatu data, fakta, dan alasan sesuatu dilakukan dengan jelas sehingga
pembaca yakin akan suatu yang diungkapkan itu.

b. Ciri – Ciri
Menurut Keraf (1983: 4) sebuah tulisan argumentasi mempunyai empat ciri
utama. Keempat ciri-ciri tersebut adalah: (1) merupakan hasil pemikiran yang kritis dan
logis, (2) bertolak dari fakta atau evidensi-evidensi yang ada, (3) bersifat mengajak atau
mempengaruhi orang lain, dan (4) dapat diuji kebenarannya.

c. Contoh

KONTROVERSI TENTANG SUMBANGAN PEMBINAAN


PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI

Biaya sumbangan pembinaan pendidikan sekarang menjadi kontroversial di


tengah masyarakat. Tokoh mahasiswa di perguruan tinggi negeri tidak menyetujui
pungutan uang sumbangan pendidikan yang diperkenankan oleh menteri pendidikan.
Bila pemerintah mulai memungut uang sumbangan pendidikan seperti yang dipaksakan
dewasa ini, maka perguruan tinggi hanya akan tersedia bagi orang-orang yang mampu
dan kaya. Oleh sebab itu, mereka menuntut agar semua mahasiswa perguruan tinggi
negeri dibebaskan dari uang sumbangan pendidikan.
Sebaliknya, mahasiswa di perguruan tinggi swasta harus membayar banyak
sekali karena pemerintah tidak memberi bantuan sedikit pun. Padahal, perguruan tinggi
swasta sudah membantu pemerintah dalam memberi kesempatan belajar kepada
puluhan ribu pemuda yang sebenarnya pertama-tama merupakan kewajiban pemerintah
untuk memfasilitasi kebutuhan pendidikan mereka. Lebih-lebih lagi, perguruan tinggi
swasta seharusnya mendapatkan subsidi dari pemerintah. Kenyataannya justru terbalik,
pengelola perguruan tinggi swasta harus membayar kepada pemerintah biaya-biaya
ujian, pengesahan ijazah, atau biaya untuk memperoleh status terdaftar, diakui dan
disamakan.

MEMERANGI SEKULARISME DALAM NEGARA PANCASILA

Menurut Kris Sartono, Indonesia adalah negara Pancasila bukan negara sekuler.
Negara atau pemerintah tidak bersikap mengabaikan masalah keagamaan dan spiritual.
Tapi, justru secara aktif membantu dan menjamin kemudahan, agar suasanan
15

keagamaan dan spiritual tumbuh subur dan hidup rukun. Indonesia juga bukan negara
agama, karena tidak mendasarkan pada salah satu ajaran agama.
Sementara itu, Jubir PP Muhammadiya, Drs. Luman Harun mengatakan bahwa
anggapan Indonesia merupakan negara yang menganut paham sekuler adalah
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Sila pertama dari Pancasila kata Luman
Harun merupakan bukti bahwa dalam Pancasila tidak ada pemisahan antara negara
dengan agama. Dalam pembukaan maupun batang tubuh UUD 45 juga dijelakan
demikian.
Diingatkan, dalam GBHN sejak dulu tidak ada pemisahan antara negara dan
agama. Semuanya adalah untuk membangun manusia seutuhnya, termasuk pula dalam
bidang keagamaan. Selain itu, daalm praktik keagamaan selama ini dalam
pemerintahan, selalu ada peran Departeman Agama. Bahkan dalam praktiknya,
pemerintah mengatur perjalanan haji, UU perkawinan, Pengadilan Agama, dan
pelajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah sampai perguruan tinggi.
Menurut Jubir PP Muhammadiyah itu, Presiden Soeharto selama menjabat
presiden ini tidak pernah mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara sekuler.
Oleh karena itu, bila ada pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara
sekuler, maka pendapat itu tidaklah benar sama sekali.

(Erizal Gani, 1999, Bahasa Indonesia untuk PT)

D. RANGKUMAN
Jenis tulisan utama dalam wacana bahasa Indonesia ada empat, yaitu: (1) narasi,
(2) deskripsi, (3) eksposisi, dan (4) argumentasi. Ada juga yang menambahkan satu
jenis tulisan lagi, yaitu persuasi. Namun, tulisan persuasi sebenarnya merupakan
pengembangan dari tulisan argumentasi. Tulisan persuasi yang baik selalu didasarkan
pada argumentasi yang logis, realistis, atau masuk akal. Namun, tulisan argumentasi
tidak selalu dikembangkan menjadi tulisan persuasi.
Untuk memilih apa jenis tulisan yang akan digunakan, penulis harus
mempertimbangkan tiga hal utama. Hal-hal itu adalah: (1) apa yang akan diungkapkan,
(2) apa tujuannya, dan (3) siapa pembaca atau audiens yang dituju.
Tulisan narasi cenderung digunakan penulis untuk mengungkapkan pengalaman,
kesan, atau hal-hal yang menarik. Melalui tulisannya, penulis mengingikan agar
pembaca merasakan pengalaman, kesan, atau hal-hal yang telah dialaminya. Kadang-
kadang, penulis mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang ada dalam tulisannya,
kadang-kadang menggunakan tokoh-tokoh selain dirinya.
16

Tulisan deskripsi digunakan penulis untuk menggambarkan suatu objek. Dengan


menggunakan tulisan deskripsi, penulis berharap pembaca seolah-olah dapat
mengindera (melihat, mencium, merasakan, mendengar, atau meraba) objek tersebut.
Tulisan eksposisi digunakan untuk memaparkan sesuatu. Yang dimaksudkan
dengan sesuatu itu mungkin berupa peristiwa, proses, atau kerja. Dengan menggunakan
tulisan eksposisi, penulis berharap pembaca memperoleh informasi yang memadai
tentang hal yang ditulisnya itu.
Tulisan argumentasi digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau konsep.
Dengan tulisan argumentasi, penulis berharap pembaca memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang hal yang diungkapkan.
Perlu ditambahkan, dalam suatu wacana yang utuh, misalnya dalam cerita
pendek (cerpen), novel, laporan, atau karya ilmiah lain seperti makalah, skripsi, tesis,
maupun disertasi, penulis menggunakan secara variatif dan saling melengkapi keempat
jenis tulisan tersebut. Jadi, tidak ada suatu wacana, misalnya novel, yang mutlak
merupakan tulisan narasi atau deskripsi.

E. TUGAS/LATIHAN
Cermatilah teks-teks guntingan koran yang dibagikan dosen. Jika jumlahnya
tidak memadai, Sdr. dapat mengerjakan latihan ini secara berpasangan. Tugas-tugas
yang harus Sdr. kerjakan adalah sebagai berikut ini.
1. Bacalah dengan cepat dan cermat menggunakan teknik membaca dalam hati yang
benar.
2. Tuliskan di selembar kertas (jangan menggunakan teks guntingan koran yang
dibagikan dosen), hal-hal yang berkaitan dengan: (1) apa jenis tulisan yang
menonjol yang digunakan penulis, (2) rumuskan sekurang-kurangnya tiga alasan
mengapa Sdr. berpendapat seperti itu, (3) perhatikan paragraf ke-2 teks guntingan
koran tersebut, tentukanlah apa ide utama paragraf tersebut, (4) rumuskanlah
kalimat topik yang memuat ide utama dalam paragraf ke-2 tersebut, serta (5)
kembangkanlah kalimat topik itu menjadi empat paragraf yang berbeda, yaitu
paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
17

3. Ungkapkan hasil pengerjaan Sdr. di depan kelas, sajikan, serta diskusikan secara
klasikal.

F. REFERENSI

Alwi, Hasan, Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
Gani, Erizal. 1999. “Pembinaan Keterampilan Menulis di Perguruan Tinggi”. (Buku
Ajar). Padang: Proyek Pengadaan Buku Ajar DIP Proyek Universitas Negeri
Padang.

Hasyim, Nafron dan Arman Tasai. 1992. Komposisi dalam Bahasa Indonesia. Jakartaa:
Pusat Pengembangan Bahasa.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

………. 1985. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

………. 1999. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Etika Offset.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2003. Keterampilan Menulis. Buku Materi Pokok
PGSD4304/2 SKS/Modul 1 – 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.

Tarigan, Djago. 1986. Membina keterampilan Menulis Paragraf dan


Pengembangannya. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis: Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai