Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa yang sangat dinanti oleh seorang ibu kehamilan

merupakan masa yang paling penting untuk menyiapkan suatu keturunan yang baik.

Selain itu kehamilan juga saat yang rawan, baik bagi ibu maupun janin. Untuk itu

dibutuhkan sebuah asuhan agar ibu dan janin tetap dalam kondisi sehat. Asuhan

biasanya diberikan oleh tenaga ahli yaitu bidan. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali

asuhan antenatal. bidan diharapkan dapat mengenal resiko tinggi atau adanya

kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS)

dan infeksi HIV/AIDS, memberikan pelayan imunisasi, konseling, dan penyuluhan

kesehatan. Bidan juga harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila

ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan

melakukan rujukan (Mufdlilah, 2009).

Menurut Keputusan Mentri Kesehatan/No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003

terdapat 50 indikator mencapai Indonesia Sehat 2015. Salah satunya yaitu Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDSK) tahun 2002-2003, angka kematian ibu di

Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 266/100.000

kelahiran hidup pada tahun 2009, (DepKes RI, 2009).


2

Salah satu penyebab masalah kesehatan ini adalah kurangnya informasi

dan pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan, persalinan dan paska persalinan.

Penyebab yang lain adalah cakupan “continuity of ANC” yang relative masih kurang

di Indonesia, yaitu kurang dari 90% (Sofyan, dkk, 2001).

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu adalah dengan pendekatan pelayanan ibu dan anak di tingkat

dasar dan rujukan yang pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “empat

pilar safe mother hood” dimana pilar kedua adalah asuhan antenatal yang bertujuan

untuk memantau perkembangan kehamilan dan mendeteksi kelainan atau komplikasi

yang menyertai kehamilan secara dini dan ditangani secara benar ( DepKes RI, 2007)

Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya oleh tenaga professional, sesuai dengan standar pelayanan antenatal

care yang meliputi, tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT,

pemberian tablet FE (besi), tes terhadap infeksi menular seksual dan tamu wicara

(Profil Kesehatan Sumatra Barat, 2006:34).

Secara nasional cakupan K1 (kunjungan pertama kali) ke fasilitas kesehatan

adalah 84,54% sedang cakupan K4 adalah 64,06% ini berarti masih terdapat 15,46%

ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan (DEPKES RI,

2005).

Kunjungan K4 ini ibu hamil dapat mengetahui secara dini tentang komplikasi

yang mungkin terjadi selama kehamilan baik yang disebabkan oleh kehamilan secara

langsung seperti perdarahan, infeksi, dan lain-lain. Sedangkan penyebab tidak

langsung seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hepatitis, anemia, malaria dan
3

lain-lain. Sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, memberikan

pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan, melakukan rujukan untuk

mendapatkan tindakan yang adekuat (Prawirohardjo, 2007).

Pada tahun 2009, dari 35 Kota yang ada di Jawa Tengah Kota Semarang

menempati urutan ke 4 pada pencapaian K1 dengan hasil 101,12% dan pada

pencapaian K4 menempati urutan ke 13 dengan hasil 89,11%. Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa cakupan pelayanan antenatal

K4 terendah adalah Puskesmas Padangsari dengan hasil 68,34%, Puskesmas Genuk

dengan hasil 60,39% kemudian Puskesmas Halmahera dengan hasil 28,65 % yang

berarti kunjungan K4 diwilayah kerja puskesmas Halmahera termasuk 3 yang

terendah dan merupakan yang terendah ( DinKes Kota Semarang, 2009).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat pada tahun 2009 di

kota padang terdapat 11 kecamatan dan yang menempati pemeriksaan antenatal

care kunjungan K4 terendah pada Kecamatan Padang Selatan yaitu terdapat pada

Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat. Berdasarkan laporan pemantauan PWS

KIA, pada tahun 2007 mencapai K1 dan K4 76,85%, pada tahun 2008, pemeriksaan

ibu hamil untuk K1 90%, K4 61,3%, pada tahun 2009, pemeriksaan ibu hamil

untuk K1 99,3%, K4 89,3%, dan pada tahun 2010, pemeriksaan ibu hamil K1

87,4%, K4 83% (Puskesmas Rawang Barat dan PWS-KIA ).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ibu untuk melakukan kunjungan

antenatal, antara lain faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, paritas, ekonomi,

jarak, umur, dan sebagainya. Dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi

menggambarkan wawasan ibu yang luas dan mendukung ibu untuk


4

mempertimbangkan hal-hal positif dan cenderung untuk melakukan kunjungan,

dengan demikian pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Lain

halnya dengan pekerjaan, jika ibu bekerja mencari nafkah, akan berkurang

kesempatannya untuk datang ke tempat pelayanan antenatal. Sedangkan untuk ibu

dengan paritas banyak (multigravida) yang sudah mempunyai pengalaman mengenai

kehamilan lebih cenderung untuk tidak melakukan kunjungan antenatal dibandingkan

dengan ibu primigravida. Hal ini terjadi karena ibu multigravida kurang mempunyai

motivasi yang kuat untuk mendapat pertolongan (Depkes RI, 1999).

Sadik (1996) dalam Peranginangin (2006) mengemukakan hasil penelitiannya

bahwa beberapa variabel yang berhubungan erat dengan derajat pemanfaatan

pelayanan antenatal care yaitu umur ibu hamil, pendidikan ibu hamil, jumlah anak

(paritas) ibu hamil, jarak anak ibu hamil, pengetahuan ibu hamil, sikap ibu hamil,

jarak tempat tinggal ibu hamil dengan pusat sarana kesehatan, social support dan

lain-lain. Ibu hamil usia di bawah 30 tahun cenderung memeriksakan kehamilannya

dengan baik. Faktor ini erat kaitannya dengan jumlah anak (paritas) dan jarak hamil.

Ibu hamil yang mempunyai anak kurang dari 3 orang memeriksakan kehamilannya

sekitar 58,9% sedangkan ibu hamil yang mempunyai anak 3 orang atau lebih

memeriksakan kehamilannya 35,6%. Jadi ibu hamil dengan jumlah anak lebih sedikit

cenderung akan lebih baik dalam memeriksakan kehamilannya daripada ibu hamil

dengan jumlah anak lebih banyak. Bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang

baik tentang kesehatan ibu hamil dengan jarak kehamilan yang jarang serta dekatnya

lokasi pusat pelayanan antenatal dan dengan mendapat dorongan dari keluarganya,
5

terutama suami ibu hamil, maka pemanfaatan pelayanan antenatalnya cenderung

baik.

Dari survei awal yang peneliti lakukan ada pada 16,6% orang ibu hamil

dengan kunjungan K4 di Puskesmas Rawang Barat yang berkunjung tentang

pemeriksaan kehamilan, 9,7% diantaranya tidak melakukan pemeriksaan kehamilan

secara lengkap, dikarenakan kurangnya motivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan

dan dari segi umur rata-rata ibu sudah berumur diatas 25 tahun,dan dari jumlah anak

rata-rata sudah lebih dari dua, sehingga ibu merasa sudah memiliki pengalaman

dengan kehamilan terdahulu. Oleh karna itu ibu malas untuk memeriksakan

kehamilannya. Dan 6,9% diantaranya ibu memeriksakan kehamilannya secara

lengkap, dari hasil wawancara rata- rata dari segi umur, ibu berumur dibawah 23

tahun dan dari segi jumlah anak ibu rata-rata merupakan kehamilan pertama, dan

belum mempunyai pengalaman tentang kehamilan sehingga ibu termotivasi

memeriksakan kehamilannya secara lengkap.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “faktor-

faktor apa saja yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4

pada ibu post partum 0-40 hari Di Puskesmas Rawang Barat padang Tahun 2011”

dengan maksud dan harapan semoga bermanfaat bagi masyarakat khususnya wanita.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan tentang

“Apakah ada hubugan motivasi, pengetahuan, pendidikan, umur, paritas, dengan

pemeriksaan antenatal care kunjungan K4?”


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemeriksaan antenatal care kunjungan k4 pada ibu post partum.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4 di Wilayah Kerja

Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.

2. Diketahuinya hubungan motivasi dengan pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.

3. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.

4. Diketahuinya hubungan Sikap dengan pemeriksaan antental care kunjungan

K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.

5. Diketahuinya hubungan Jarak dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan

K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.

6. Diketahuinya hubungan Umur dengan pemeriksaan atenatal care kunjungan

K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat tahun 2011.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Sebagai bahan kajian ilmiah tentang motivasi, pengetahuan, pendidikan, umur

dan paritas ibu terhadap kepatuhan pemeriksaan kehamilan sehingga dengan

penelitian ini dapat membantu pengetahuan dan pengalaman penelitian.

1.4.2 Ibu Post Partum

1. Menambah pengetahuan para ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.

2. Meningkatkan pemahaman dan motivasi ibu dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan secara teratur.

3. Meningkatkan kunjungan pemeriksaan kehamilan oleh ibu sampai dengan K4.

1.4.3 Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi cakupan K4, dan

sebagai tugas bidan untuk meningkatkan cakupan K4 dengan melakukan

kunjungan rumah agar K4 tercapai.

1.4.4 Institusi Pendidikan

Menambah pengetahuan dan memperkaya referensi khususnya dalam hal

pemeriksaan kehamilan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.5 Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk

mengevaluasi program Kesehatan Ibu dan Anak baik ditingkat Puskesmas dan

kabupaten guna meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.


8

1.4.6 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan

bagi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Masyarakat

dapat lebih mengenal metode pelayanan kesehatan dan memanfaatkan sarana

dan petugas kesehatan yang ada di desa terutama Bidan Desa.

1.3 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemeriksaan antenatal care K4 karena rendahnya pemeriksaan K4 di

Puskesmas Rawang Barat Padang tahun 2010. Peneliti hanya meneliti faktor

motivasi, pengetahuan, sikap, jarak, umur ibu dengan pemeriksaan antenatal care

K4 karena keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian K4

Cakupan pelayanan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali.

Presentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu yang

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang paling sedikit 4 kali, dengan

distribusi pemberian pelayanan minimal menurut Depkes RI (2001) :

1. Minimal 1 kali pada trimester I

2. Minimal 1 kali pada trimester II

3. Minimal 2 kali pada trimester III

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penatalaksanan Cakupan K4

(antenatal care), yaitu :

Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu Selama masa

kehamilannya oleh tenaga professional, sesuai dengan standar pelayanan antenatal

care yang meliputi, 7T yaitu : timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi

fundus uteri, imunisasai TT, pemberian tablet FE (besi), tes terhadap penyakit

infeksi menular seksual dan tamu wicara (Profil Kesehatan Sumatra Barat,

2006:34).
10

Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan

kepada anak. (Muchtar,R. 1998).

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan

pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, (Manuaba, 1998).

Antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,

edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses

kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. (Mufdlilah, 2009).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat) untuk ibu hamil selama

masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal 7T.

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional

yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan, yang dilakaukan sesuai standar

pelayanan antenatal yang ditetapkan, (DepKes RI, 1998).

2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Tujuan Antenatal Care menurut Mufdlilah, (2009) adalah :

2.2.1 Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan

memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.

2.2.2 Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetric

selama kehamilan.

2.2.3 Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi

komplikasi.
11

2.2.4 Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan

puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan social.

2.3 Kegiatan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Saifuddin, AB (2002) pelayanan antenatal care memenuhi standar

7T yang terdiri dari :

2.3.1 Timbang berat badan

Pertambahan berat badan selama hamil rata-rata 0,5 kg/minggu. Pada akhir

kehamilan penambahan berat badan total 9 sampai 12 kg. Bila terdapat

kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan adanya kehamilan

kembar, hidramion dan anak kembar.

2.3.2 Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan sistolik meningkat lebih dari 30 mmHg dan diastolik meningkat

lebih dari 15 mmHg atau lebih, masalah ini harus diperhatikan dan

diwaspadai, karena bias berlanjut pada preeklamsia atau eklamsia.

2.3.3 Menentukan tinggi fundus uteri (pemeriksaan raba)

Pada pemeriksaan fundus uteri, bias memperkirakan umur kehamilan dan

taksiran berat badan janin

2.3.4 Pemberian imunisasi tetanus toksoid

Guna untuk melindungi bayi dari tetanus neonaturum. Pemberian tetanus

toksoid ini 2 kali selama hamil dengan interval 4 minggu. Jika ibu hamil
12

mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, maka TT cukup 1

kali lagi tetanus toksoid ulang (TTU).

2.3.5 Pemberian tablet zat besi

Ibu harus mengkonsumsi tablet tambah darah yang berguna untuk

memenuhi kebutuhan zat besi dalam kehamilan. Jumlah tablet Fe tersebut

biasanya berjumlah 90 tablet, 1 tablet sehari diminum dengan air putih,

tidak dengan air kopi atau teh kerana dapat mengganggu penyerapan

tablet Fe tersebut.

2.3.6 Tes terhadap penyakit menular seksual

2.3.7 Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Dari ke 7T standar pelayanan antenatal care tersebut, pelaksanaannya

dilapangan baru 6T. Sementara tes penyakit menular seksual atau (PMS)

belum semua Puskesmas di Indonesia yang melaksanakannya karena

keterbatasan alat, obat dan biaya yang belum terjangkau oleh masyarakat.

2.4 Pemeriksaan Kehamilan

2.4.1. Pengertian

Pemeriksaan kehamilan atau perawatan kehamilan merupakan Perawatan

fisik dan mental selama hamil yang bersifat preventif yang ditujukan kepada

ibu. Perawatan kahamilan memberikan manfaat dengan ditentukan kelaianan

yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan

langkah-langkah dalam pertolongannya (Manuaba, 1998).


13

2.4.2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Manuaba (1998) :

a) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan.

b) Menengakkan dan mengobati secara dini komplikasi ibu yang dapat

mempengaruhi kehamilan.

c) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu

hamil.

d) Mempersiapkan mental dan fisik ibu hamil untuk menghadapi persalinan.

e) Untuk dapat memberikan ASI dan mempersiapkan, membicarakan

pemakaian metoda KB.

f) Memberikan nasehat dan petunjuk berbagai masalah yang berkaitan

dengan kehamilan.

Secara umum tujuan pemeriksaan kehamilan adalahmenyiapkan

Seoptimal mungkin fisik mental ibu dan anak selama kehamilan,

persalinan, nifas sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat, (DepKes

RI, 2001).

2.5 Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan

Menurut Manuaba (1998) pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik

diagnostic, obsetrik dan diagnosis penunjang. Pemeriksaan ini merupakan

kelanjutan dari anamnesa

2.5.1.Pemeriksaan Fisik Diagnostik

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


14

a. Berat badan ibu hamil perlu di kontrol secara teratur setiap kali

kunjungan pemeriksaan kehamilan. Pada trimester pertama biasanya

belum menunjukkan peningkatan bahkan kadang-kadang menurun.

Selama trimester kedua dan ketiga pertambahan berat badan kurang

lebih 0,5 kg/minggu. Pertambahan lebih dari 0,5 kg/minggu pada

trimester ketiga harus diwaspadai kemungkinan preeklamsi. Pada akhir

kehamilan penambahan berat badan 9 sampai 12 kg, lila normal lebih

dari 23,5 cm.

b. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan merupakan resiko, tekanan

darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan

darah meningkat, yaitu sistolik lebih dari 30 mmHg dan diastolic lebih

dari 15 mmHg

2.5.2 Pemeriksaan Obstetric

pemeriksaan luar dan dalam panggul, yaitu:

1. Pemeriksaan luar

Dilakukan dengan perubahan perut (cara Leopold I-IV) yang bertujuan

memperkirakan umur kehamilan, letak janin, turunnya bagian terendah

bagian janin, detak jantung janin.

2. Pemeriksaan Panggul dalam

Biasanya dilakukan sekali dalm kehamilan untuk mengetahui panggul

sempit.

3. Pemeriksaan diagnostic penunjang :

Pemeriksaan darah
15

Pemeriksaan Hb : Pemeriksaan ini untuk menentukan kadar hemoglobin

dan derajat anemia.

a. Pemeriksaan golongan darah : untuk menentukan golongan darah ibu

apabila sewaktu-waktu diperlukan

b. Pemeriksaan Urine : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya

protein, glukosa, reduksi positif dalam urine.

2.6 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Jadwal pemeriksaan kehamilan menurut DepKes RI (2001) meliputi :

1. Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk

memeriksakan kehamilannya. Pada pemeriksaan ini harus diadakan

pemeriksaan lengkap agar dapat diagnose dan prongsa yang tepat.

Pemeriksaan ibu hamil terdiri dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.

2. Kunjungan kedua (K2)

Adalah pemeriksaan pertama sekali dilakukan pada trimester kedua

kehamilan.

3. Kunjungan ketiga (K3)

Adalah pemeriksaan pertama sekali dilakukan pada trimester ketiga

kehamilan.

4. Kunjungan keempat (K4)

Adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih pada petugas

kesehatan untuk memeriksakan kehamilan dan distribusi kontak


16

minimal satu kali pada trimester pada pertama, minimal satu kali

pada trimester kedua, minimal dua kali pada trimester ketiga. Dalam

pengelolaan KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang

keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk memeriksakan

kehamilannya. Pada periode ini pemeriksaan meliputi anamnesa untuk

mengetahui keadaan fisik ibu dan keluhan yang dirasakan pada

trimester III, dengan usia kehamilan 28-36 minggu ( Saifudin. 2002).

2.7 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care

Kunjungan K4.

2.7.1 Motivasi

American Encyclopedia dalam Hasibuan, M (2007), menjelaskan motivasi

adalah kecenderungan (sesuatu sekap yang merupakan pokok pertentangan) dalam

diri seseorang yang membangkit topangan dan mengarahkan tindak tanduknya.

Menurut Stephen P. Robins dalam Hasibuan, M (2007), motivasi adalah

suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan

organisasi yang dipengarui oleh kemampuan, usaha untuk beberapa kebutuhan

individu.

Motivasi adalah dorongan untuk bertindak dan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Dorongan untuk keinginan tersebut membentuk perilaku dan tindakan yang

mengarahkan kepada pencapaian tujuan. Tindakan tersebut atau berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang menimbulkan, menguatkan, mengarahkan, dan menghentikan

perilaku tertentu, (Hasibuan M, 2007)


17

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang penyebabkan

orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Motivasi merupakan kekuatan atau energi yang menggerakkan tindakan

seseorang dan merupakan kekuatan mental individu yang mendorongnya untuk

bertindak. Menurut Nawawi dalam Majalah Kesehatan (2006), dorongan atau

keinginan pada diri seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat berupa

pengaruh dari dalam diri seseorang (intrinsic) atau dari luar dirinya (ekstrinsik).

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menurut Notoatmodjo, S (2007)

adalah :

1. Faktor dari dalam diri sendiri (intrinsik) :

a. Pengetahuan

b. Pengalaman

c. Harapan

2. Fakto dari luar diri sendiri (Ekstrinsik) :

a. Lingkungan (Keluarga. Masyarakat, Petugas Kesehatan)

b. Budaya

Motivasi tibul karena ada rangsangan, walaupun setiap individu mempunyai

keinginan yang berbeda-beda, tetapi motivasi pada setiap orang tidak sama akan

tetapi berbeda-beda pula dan merupakan hal yang penting dalam kehidupan (Ngalim,

P, 2006).

Adapun teori lain mengenai motivasi menurut Hasibuan M (2007) terbagi atas:

1. Teori Kepuasan (Content Theory)


18

Teori ini menekan pada pentingnya pengetahuan pada faktor-faktor dalam diri

orang yang menguatkan, mengarahkkan, mendukung, dan menghentikan

perilakunya.

2. Teori Proses (Proses Theory)

Teori ini diarahkan pada usaha untuk memberikan jawaban atas pertanyaan

bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan

perilaku individu. Teori ini merupakan proses sebab akibat bagaiman

seseorang bekerja serta hasil yang akan diperolehnya, jika bekerja baik saat

ini, maka hasilnya akan diperoleh baik pula untuk esok hari.

2.7.2 Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga, (Natoatmadjo,s, 2003).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu

hal yang didapat secaraa formal maupun informal. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior ). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, s,

2003). Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari

oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan
19

bersifat langgenga(long lasting), sebaiknya bila tidak didasari oleh pengetahuan

dan kesadaran tidak akan bertahan lama.

Penelitian Ronges (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran),yakni orang tersebut mulai menyadari dalam arti

mengetahui stimulasi objek terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik),, yakni orang mulai tertarik pada stimulasi.

3. Evaluation (evaluasi), yakni menimbang-nimbang baik atau tidaknya

stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik.

4. Trial (mencoba), yakni orang telah mencoba perilaku baru.

5. Adoption (adopsi), yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulasi.

Menurut Notoatmodjo, s (2007), Pengetahuan yang cukup dalam kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1. Tahu (know)

Tahu (know) adalah mengigat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengigat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Tahu (know) merupakan tingkat yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
20

Diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapt menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan lain sebagainya dalam kontek atau stimulasi yang lain

misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis ialah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggambarkannya, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan lain sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)

Menunjuk pada suatau kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain

sintesis adalah suatau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.


21

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengetahuan berkaitan erat peningkatan sumber daya manusia karena

semakin tinggi pengetahuan di suatu daerah maka peningkatan kesehatan

dalam keluarga khususnya ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan secara periodic dan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama

kehamilan juga akan semakin meningkat.

Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Keadalaman pengetahuan yang ingin diukur pada penelitian ini

adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cakupan K4 sampai pada

tingkat tahu dan memahami.

2.7.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek.

2.7.3.1 Komponen pokok sikap.

Allport (1994) menjelaskakan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek


22

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi

memegang peran penting

2.7.3.2 Berbagai tingkatan respon

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau akan memperhatikan stimulasi

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan meyelesaikan tugas

yang diberi adalah suatu indukasi dari sikap, karena dengan usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

atau indikasi tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


23

2.7.4 Jarak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jarak adalah ruang sela

(panjang dan jauh) antara dua benda atau tempat. Jarak menggambarkan

keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam kaitannya dengan pelayanan gawat

darurat kebidanan. Bila tidak terjangkau fasilitas pelayanan kebidanan merupakan

kegagalan paling kritis dalam sistem kesehatan (IBI, 1997). Jarak dikatakan jauh bila

lebih dari 3.000 m dan dikatakan dekat jika kurang dari 3.000 m.

2.7.5 Umur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Umur adalah lama waktu

hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu

dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35

tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan

yang dilakukan. Macam-macam usia menurut KBBI di klasifikasikan sebagai berikut:

1) Usia menikah

Adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-kira

di atas 20 tahun).

2) Usia produktif

Adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu.

3) Usia reproduksi

Adalah masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali

jadi positif.
24

4) Usia sekolah

Adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk

sekolah.

5) Usia lanjut

Adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas).

6) Usia senja

Adalah usia 50 tahun ke atas.

2.9 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep yang dapat penulis uraikan adalah sebagai berikut :

Variabel independen Variabel dependen

Karakteristik
Motivasi
Pengetahuan
Sikap
Jarak
Umur
Paritas
Ekonomi
Pendidikan

Motivasi Pemeriksaan
Pengetahuan antennal care K4
Sikap
Jarak
Umur
Gambar 2.1 :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care
kunjungan K4 pada ibu hamil Di Puskesmas Rawang Barat Padang
Tahun 2011
25

2.10 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan salah satu cara dan penuntun bagi peneliti

dalam melaksanakan pengujian hipotesis karena merupakan petunjuk dalam

pengukuran variabel. (Nursalam, 2003)

NO Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Skala

ukur Ukur Ukur

1 Pemeriksaan Ibu yang datang Kuisioner Wawancara 1= Nominal


antenatal berkunjung untuk Lengkap
care memeriksakan bila
kunjungan kehamilannya minimal (K1, K2,
K4 satu kali pada trimester I, K3, K4)
satu kali pada trimester ke 0=Tidak
II, dan dua kali pada lengkap
trimester III. (K3, K4)
2 motivasi Merupakan dorongan dari Kuisioner wawancara Tinggi Ordinal
seseorang ibu untuk (apabila >
berkunjungan ketenaga dari nilai
kesehatan untuk median)
memeriksakan Rendah
kehamilannya (apabila <
dari nilai
median)
3 Pengetahuan Hal-hal yang diketahui Kuisioner Wawancara Tinggi Ordinal
oleh ibu tentang (apabila >
pengertian K4, tujuan dari nilai
ANC, standar pelayanan median)
ANC, Jadwal pemeriksaan Rendah
kehamilan (apabila
< dari nilai
median)
4 Sikap Reaksi seseorang terhadap Kuisioner wawancara Positif > Ordinal
tujuan kunjungan mean
kehamilan Negative <
mean
5 Jarak Keterjangkauan pelayanan Kuisioner wawancara 0=Jauh Ordinal
kesehatan dalam (dikatakan
kaitannya dengan jauh bila ≥
pelayanan gawat darurat 3000 m)
26

1=dekat
(apabila ≤
3000 m)
6 Umur Lama ibu hidup samoai Kuisioner wawancara 0=Beresiko Ordinal
sekarang (umur < 20
dan > 35
tahun)
1=tidak
beresiko
(umur 20-
30 tahun)

2.11 Hipotesis

a. Ada hubungan motivasi ibu hamil dengan pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4.

b. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4.

c. Ada hubungan sikap dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4.

d. Ada hubungan jarak dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4.

e. Ada hubungan umur dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan

menggunakan desain Cross Sectional Study dimana yang menjadi variabel

independennya motivas, pengetahuan, pendidikan, umur, paritas, dan variabel

dependen pemeriksaan antenatal care kunjungan K4 dikumpulkan dalam waktu

yang sama.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat

Kecamatan Padang Selatan. Waktu penelitian akan direncanakan pada bulan April

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum 0-40 Hari yang

sampai Juni 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum 0-40 hari yang

menjadi sasaran wilayah Puskesmas Rawang Barat. Sampel dalam penelitian ini

diambil secara total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitian

dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut


28

3.3.1 Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel yang digunakan sebagai berikut :

Kriteria Sampel Inklusi :

a. Ibu post partum 0-40 hari yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang

Barat.

b. Bersedia menjadi responden dan ada saat penelitian.

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

3.4.1.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuisioner tentang faktor-faktor pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4, yaitu motivasi, pengetahuan, pendidikan, umur, paritas

Diperoleh dengan metode wawancara, dengan alat pengumpulan data

berupa kuisioner.

3.4.1.2. Data Skunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatra Barat, Dinas Kesehatan Kota Padang dan pendokumentasian yang

ada di Puskesmas Rawang Barat Padang.


29

3.4.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemeriksaan antenatal care K4 dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner

yang telah disusun untuk menjawab informasi yang ingin diketahui dari ibu post

partum 0-40 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat Padang sesuai dengan

tujuan penelitian. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan DIII kebidanan Poltekes Siteba

Padang, dan mengajukan surat izin permohonan ke Dinas Kesehatan Kota Padang.

Setelah mendapat permohonan izin kemudian peneliti melaksanakan pengambilan

data awal ke Puskesmas Rawang Barat Padang, selanjutnya peneliti melaksanakan

kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta

persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani

informed consent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan K4 pada ibu post

partum 0-40 hari. Setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan kuesioner

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care

kunjungan K4, Lembaran kuesioner langsung diisi oleh peneliti dengan wawancara

dan kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Data diperiksa setelah diisi dengan benar dan semua item telah diwajibkan oleh

responden, kemudian dilakukan pengolahan dengan cara :


30

3.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah kuisioner dan dikembalikan oleh responden, kemudian diperiksa

kembali untuk melihat apakan ada kesalahan.

3.5.2 Pengkodean Data (coding)

Memberikan kode pada kuisioner untuk memudahkan pengolahan data yaitu 0

untuk salah, tidak setuju dan 1 untuk benar dan setuju.

3.5.3 Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam master table dan diolah

secara komputerisasi melalui program SPSS.

3.5.4 Tabulasi Data (Tabulating)

Tabulasi dilakukan dengan memindahkan data kode kedalam table-tabel,

diagram yang tersedia dengan menggunakan table distribusi.

3.5.5 Membersihkan Data (Cleaning)

Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan.

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk memudahan dalam menganalisa data maka digunakan metode analisa

univarian dan analisa bivariat.

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel yang diteliti

yaitu untuk mencari distribusi frekuensi masing-masing variabel tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care kunjungan

K4 yang meliputi motivasi, pengetahuan, pendidikan, umur, dan paritas.


31

3.6.2 Analisis bivariat

Pada analisis bivariat pengolahan data dilakukan secara komputerisasi

menggunakan SPSS uji ststistik “chi square” dengan batasan kemaknaan

α=0,05 dan derajat kepercayaan 95%. Pedoman dalam menerima hipotesis

apabila nilai probabilitas p < 0.05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, ini

berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel

dependen, tapi jika p > 0,05 Ho gagal ditolak ini berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen (Budiarto

Eko, 2002).

Anda mungkin juga menyukai