Anda di halaman 1dari 6

1. Apakah jumlah ANC sudah sesuai usia kehamilan?

Jawaban :
Kebijakan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam pasal 6 ayat 1 huruf b
Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak salah satunya
dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan janin dalam kandungan dilaksanakan
melalui pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan pelayanan terhadap ibu
hamil tersebut dilakukan secara berkala sesuai standar yaitu paling sedikit 4
(empat) kali selama masa kehamilan (K1-K4) (Mikrajab, 2016).
Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I (usia kehamilan < 12 minggu), 1 kali pada trimester II (usia
kehamilan 13-27 minggu), dan 2 kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40
minggu) untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga
dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat
dan tepat (Mufdlilah, 2017)
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa umur kehamilan ibu yanti
sudah 20 minggu yang berarti telah mencapai trimester II. Pada trimester II
minimal ibu hamil melakukan kunjungan ANC sebanyak 2 kali. Dalam kasus
tersebut, ibu yanti telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 2 kali, yakni
kunjungan pertama ke puskesma dan kunjungan kedua di Posyandu Anggrek.

2. Dari 10 standar ANC, standar apa saja yang belum diperiksa?


Jawaban :
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal
tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 10 T
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
2) Ukur tekanan darah,
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa),
4) Ukur tinggi fundus uteri,
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila
diperlukan,
7) Pemberian tablet tambah darah,
8) Pemeriksaan laboratorium sederhana (rutin/khusus),
9) Tatalaksana/penanganan kasus,
10) Temu wicara/konseling) (Marniyati, 2016).
Dari data yang diperoleh, standar yang belum diperiksa adalah nilai
status gizi dan Pemeriksaan Laboratorium. Nilai status gizi dapat ditentukan
dengan mengukut Lingkar Lengan Atas (LiLA). Bila < 23,5cm menunjukkan
ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Pada data juga tidak
dicantumkan hasil laboratorium, seperti kadar Hb, protein urin, dll.

3. Apa saja masalah yang dialami ibu yanti?


Jawaban :
Dari hasil permeriksaan didapatkan bahwa janin dalam posisi melintang,
Janin membentuk posisi yang melintang dengan kepala dan kaki terdapat
pada sisi kanan dan kiri perut ibu. Bila posisi bayi ini terjadi jauh sebelum
hari persalinan, maka tidak menjadi masalah karena masih ada kemungkinan
bayi dapat bergerak menuju posisi normal. Namun, bila janin masih dalam
posisi melintang menjelang persalinan, kemungkinan besar diperlukan
operasi caesar untuk persalinan (Zuhairini, 2016).
Melahirkan bayi dengan posisi melintang dengan cara normal akan
menyebabkan robeknya jalan lahir dan membahayakan, baik nyawa ibu
maupun janin. Namun, bila masih memungkinkan, dokter kandungan dapat
mengupayakan solusi terbaik mengenai metode persalinan untuk bayi ibu
(Zuhairini, 2016).
kehamilan 24 minggu tinggi fundus uteri berada di pusat, secara kasar
dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari, tetapi
perhitungan tersebut sering tidak tepat karena ukuran jari pemeriksa
bervariasi, atau lebih tepatnya digunakan pedoman sebagai berikut
(Mufdlilah, 2017):
Namun, TFU ibu yanti pada usia kehamilan 20 tahun sudah setinggi
pusat sang ibu dan berat badan ibu terlalu ringan, merupakan faktor resiko
terjadinya Bayi berat lahir rendah. Bayi berat lahir rendah memiliki
kemungkinan 40x mengalami kematian pada empat minggu pertama
kehidupan daripada bayi dengan berat lahir normal (BBLN), serta
mempunyai kemungkinan lebih tinggi apabila dibanding dengan BBLN untuk
mengalami komplikasi neuro developmental dan kelainan kongenital
(Zuhairini, 2016).

4. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah agar masalah tersebut tidak
membahayakan ibu yanti?
Jawaban :
Pencegahan yang dapat dilakukan ibu yanti untuk mengatasi masalah status
gizi dan posisi janin dalam rahim, sebagai berikut (Kemenkes, 2016).
1) Makan beragam makanan secara proporsional dengan pola gizi seimbang
dan 1 porsi lebih banyak daripada sebelum hamil.
2) Istirahat yang cukup:
 Tidur malam paling sedikit 6-7 jam dan usahakan siangnya
tidur/berbaring 1-2 jam.
 Posisi tidur sebaiknya miring ke kiri.

 Bersama dengan suami lakukan rangsangan/stimulasi pada janin


dengan sering mengelus-elus perut ibu dan ajak janin bicara sejak
usia kandungan 4 bulan
3) Aktivitas Fisik
 Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari
dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang
dikandungnya.
 Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari.
 Ikuti senam ibu hamil sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Indonesia: KEMENKES RI

Marniyati, L., Saleh, I., Soebyakto, B. B. (2016). Pelayanan Antenatal Berkualitas


dalam Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota
Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan; 3(1); 356

Mikrajab, M. A., Rachmawati, T. (2016). Analisis Kebijakan Implementasi


Antenatal Care Terpadu Puskesmas Di Kota Blitar (Policy Analysis of
Integrated Antenatal Care implementation at Public Health Centers in Blitar
City). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan; 19(1): 42

Mufdlilah. 2017. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil : Dilengkapi dengan


Ceklis, Aplikasi Kasus, dan Pendokumentasian.Yogyakarta; NUHA
MEDIKA

Zuhairini, Y., Kasmanto, H., Nugraha, G. I. (2016). Indeks Massa Tubuh Awal
Kehamilan Ibu sebagai Indikator yang Paling Berperan terhadap Kenaikan
Berat Badan Ibu Selama Hamil. MKB; 48(3) : 172

Anda mungkin juga menyukai