MASTITIS
1.1 Pengertian
1.3. Klasifikasi
1.4. Patofisiologi
Bakteri masuk
Puting susu luka/lecet
Bakteri masuk
MASTITIS
Ketidakefektifan menyusui
Penekanan Ketidak edekuatan
reseptor nyeri perawatan luka
Gangguan
Ansietas
citra tubuh
1.6. Manifestasi Klinis
1.9. Penatalaksanaan
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis melibatkan obat antibiotik
dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan suportif.
1. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan atautidak
ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-
penisilinase. Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan
Eritromisin. Terapi yang paling umum adalah adalah Dikloksasilin.
Berikut antibiotik yang efektif terhadap infeksi Staphylococcus aureus.
Tabel.Dosis Antikbiotik
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin Sefaleksin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat
antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan
terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun jika infeksi
tidak hilang maka dilakukan kultur asi (Prasetyo, 2010).
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasa nyeri menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik yang diberikan berupa ibuprofen
dengan dosis 1,6gram per hari karena lebih efektif dalam menurunkan
peradangan dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen.
Sehingga direkomendasikan pada ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Selain analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa
diberikan kompres kentang.
1.10. Komplikasi
Komplikasi pada mastitis disebabkan karena meluasnya peradangan
payudara (Nurhafni, 2018). Beberapa komplikasi jika mastitis tidak segera
ditangani dapat terjadi penghentian menyusui dini, abses payudara, mastitis
berulang atau kronis, dan juga infeksi jamur (Chotimah, 2017). Penghentian
menyusui dini merupakan gejala yang dapat membuat ibu untuk memutuskan
tidak menyusui. Penghentian secara mendadak dapat menyebabkan resiko abses
payudara. selain itu ibu juga meragukan obat yang dikonsumsi tidak aman bagi
bayinya. Sehingga informasi dari tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk hal ini
(Chotimah, 2017).
Abses payudara merupakan meluasnya peradangan dalam payudara
tersebut. Gejala dari abses payudara adalah ibu tampak lebih parah merasakan
sakit, payudara terlihat lebih merah dan mengkilap, benjolan terasa lunak karena
berisi nanah. Sehingga perlu dilakukan insisi payudara untuk menguarkan nanah
tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotik dan analgesik dengan
dosis tertentu. Sementara untuk bayi harus menyusu hanya pada payudara yang
sehat, sedangkan ASI dari payudara yang sakit ketika diperas sementara tidak
disusukan (Chotimah, 2017)..
Mastitis berulang atau kronis disebabkan karena pengobatan yang
terlambat. Dalam mastitis kronis ibu dianjurkan lebih banyak untuk beristirahat,
banyak minum air putih dan makan dengan gizi seimbang. Untuk infeksinya
diberikan antibiotik dosis rendah yaitu eritromisin 500mg sekali sehari selama
masa menyusui (Chotimah, 2017).
Infeksi jamur merupakan komplikasi sekunder yang disebabkan oleh
jamur Candida Albicans. keadaan infeksi jamur terasa terbakar yang menjalar
sampai saluran ASI. Sementara waktu menyusui permukaan payudara terasa
gatal, namun puting tidak terlihat adanya kelainan. Pada komplikasi ini bayi
mendapatkan pengobatan berupa nistatin krim yang mengandung kortison dengan
dioleskan pada puting setelah menyusui dan bayi mendapatkan nistatin oral pada
waktu yang sama (Chotimah, 2017).
1.1.1 Pengkajian
N Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
o NOC NIC
080014 Dehidrasi 5
Keterangan:
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
2. Nyeri akut(00132) Tujuan : Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang tidak klien menunjukkan perbaikan level nyeri dengan frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor
menyenangkan yang muncul kriteria hasil : pencetus nyeri secara komfrehensif
akibat kerusakan jaringan yang Tingkat Nyeri (2102) 2. Kontrol lingkungan yang dapat
aktual atau potensial atau No Indikator Awal Tujuan mempengaruhi nyeri
digambarkan dalam hal kerusakan 3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
1 Melaporkan nyeri
sedemikian rupa ( international 5 4. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
berkurang
Association for study of pain ) : 5. Monitor TTV
awitan yang tiba-tiba atau lambat 2 Ekspresi wajah saat 6. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum
5
dari intensitas ringan hingga berat nyeri nyeri menjadi berat
dengan akhir yang dapat 7. Pastikan klien menerima pemberian
3 Gelisah 5
diantisipasi atau diprediksi dan analgetik
berlangsung < 6 bulan 4 Mengerang / merintih 5 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat golongan analgetik
5 TTV 5
Indikator
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
3 Ketidakstabilan suhu 5
Indikator
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
Indikator
1. Tidak adekuat
2. Sedikit edekuat
3. Cukup edekuat
4. Sebagian besar edekuat
5. Sepenuhnya edekuat
Chiu, J. Y., Gau, M. L., Kuo, S. Y., Chang, Y. H., Kuo, S. C., & Tu, H. C. (2010).
Effects of Gua-Sha therapy on breast engorgement: a randomized controlled
trial. The Journal of Nursing Research : JNR.
Pilar Mediano, Leónides Fernández, Juan M Rodríguez and María Marín., Case–
control study of risk factors for infectious mastitis in Spanish breastfeeding
women, Mediano et al. BMC Pregnancy and Childbirth 2014, 14:195.
Prasetyo. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu