Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

MASTITIS

NAMA : Candra Eva Wana


NIM : 19020011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER YAYASAN JEMBER
INTERNATIONAL SCHOOL
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MASTITIS

1.1 Pengertian

Mastitis merupakan peradangan payudara yang terjadi pada laktasi.


Manisfestasi klinik mastitis antara lain kemerahan, pembengkakan payudara,
demam atau infeksi sistemik. Mastitis klinis didefinisikan sebagai mastitis yang
menyebabkan perubahan yang terlihat pada payudara. Mastitis dibagi menjadi
parah, sedang atau ringan . (Osterås,2009).
Mastitis adalah masalah umum yang signifikan pada ibu menyusui yang
dapat berkontribusi pada penyapihan menjadi masalah yang paling banyak
dilaporkan (Rsud,Margono, & Purwokerto, n.d.). Pada mastitis terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat menurunkan produksi ASI
sehingga ibu akan berhenti menyusui. Kemudian, mastitis juga berpotensi
menyebabkan beberapa penyakit (Nurhafni, 2018).
Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi.
Mastitis non infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi,
tetapi tetap di payudara). Ibu yang mengalami mastitis non infeksi biasanya
merasakan payudara terasa nyeri, bengkak dan ketidaknyaman (Chiu et al., 2010) .
Stasis susu mungkin memiliki sebab-sebab antara lain : Bayi tidak menempelkan
payudara secara efektif saat menyusui. Bayi mengalami kesulitan mengisap ASI
dari payudara. Bayi jarang mendapat ASI. Saluran susu dapat tersumbat karena
tekanan pada payudara seperti pakaian ketat. Apapun yang menghentikan ASI
tidak diekspresikan dengan benar biasanya akan menghasilkan stasis susu, yang
sering menyebabkan penyumbatan saluran susu jika dibiarkan akan timbul luka
sehingga mangakibatkan infeksi, sedangkan mastitis infeksi disebabkan oleh
bakteri yang umumnya tidak berkembang dalam saluran susu. tetapi, jika saluran
susu berhenti kemungkinan infeksi akan tumbuh tumbuh. Para ahli percaya bahwa
bakteri yang ada di permukaan kulit payudara masuk ke payudara melalui retakan
kecil atau pecah di kulit. Mereka juga menyarankan bahwa bakteri di mulut bayi
bisa masuk ke payudara ibu saat menyusui, diagnosis mastitis biasanya klinis,
dengan pasien yang mengalami nyeri tekan dalam satu payudara (Jeanne &
Spencer, 2008).
Para wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih sering
terkena mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui,
tapi paling sering terjadi antara hari ke 10 dan hari ke 18 setelah
kelahiran.(Sarwono,2008)
1.2 Etiologi
Mastitis infeksius dan abses payudara biasanya adalah bakteri yang
mengkolonisasi kulit. Bakteri yang paling umum ditemukan adalah
Staphylococcus aureus dan Coagulase negative staphylococcus (CNS).
Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) juga semakin sering dilaporkan dan
merupakan penyebab umum terapi antibiotik yang gagal. Yang menyebabkan
mastitis diantaranya adalah umur, stress dan kelelahan, pekerjaan di luar rumah.
Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan efisen dari payudara. Hal ini dapat
terjadi apabila ASI terbendung pada payudara yang disebabkan oleh kenyutan
bayi tidak efektif atau teknik menyusui yang tidak benar. Stasis ASI merupakan
penyebab primer dan jika dibiarkan akan berkembang timbul infeksi. Menyusui
yang efesien akan mencegah terjadi stasis ASI (Rsud,Margono, & Purwokerto,
n.d.).
1. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting
payudara saat menyusui.
2. Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui celah atau
retakan putting payudara.
3. Saluran ASI tersumbat tidaksegera diatasi sehingga menjadi mastitis.
4. Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi akibat posisi
menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan retak. Bakteri
menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara. Bakteri akan berkembang
biak di dalam payudara dan hal inilah yang menyebabkan infeksi.
5. Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri atau dari
mulut bayi. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam payudara melalui
lubang saluran susu.
6. Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar
keduktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya mastitis.
7. Ibu yang diit jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah terjadinya
infeksi.(Soetjiningsih,1997).

1.3. Klasifikasi

Berdasarkan tempat terjadinya terbagi menjadi:


1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah aerola mammae
2. Mastitis yang menyebabkan abses di tengah payudara
3. Mastitis pada jaringan bawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses
diantara payudaran dan otot-otot di bawahnya.
Pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi
3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang
menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal
juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran
karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau
menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang
menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak
langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari
kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman
TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya
tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
(Chusnul Chotimah,2017).

1.4. Patofisiologi

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus


(saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi
tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan
ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel
sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi ( Pilar Mediano,2014).
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus
ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme
yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan
Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%..( Zadrozny et al,2018).
1.5 Pathway
Perawatan
payuadara tidak
Stasis ASI edekuat

Produksi ASI sedikit


Jaringan mamae
tegang

ASI tidak lancar


Lubang duktus laktiuferus
lebih terbuka
Hisapan bayi yang kuat

Bakteri masuk
Puting susu luka/lecet

Perawatan puting tidak edekuat

Bakteri masuk

MASTITIS

ketegangan Laktasi terganggu Operasi Hipertermi


pada mamae

Ketidakefektifan menyusui
Penekanan Ketidak edekuatan
reseptor nyeri perawatan luka

Ukuran mamae kurang Resiko infeksi


Nyeri
membesar pengetahuan
Resiko infeksi

Gangguan
Ansietas
citra tubuh
1.6. Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinis mastitis yang umum adalah area payudara yang


terasasakit dan keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri,
bengkak sehingga ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada
payudara.
Berdasarkan jenisnya mastitis dibedakan menjadi dua, mastitis infeksi dan
mastitis non-infeksi. Gejala yang timbul dari mastiti infeksi biasanya ditandai
adanya respon inflamasi dan rusaknya jaringan puting puting menjadi pecah-
pecah sehingga dengan mudah bakteri untuk masuk, sedangkan tanda dan gejala
mastitis non-infeksi payudara mengalami pembengkakan yang upnormal payudara
yang mengeras, terasa sakit apabila disentuh dan terasa tegang dikarenakan
kurangnya waktu menyusui untuk bayi (Walker,2009).
Mastitis akut termasuk merah, payudara yang bengkak, panas, dan nyeri
tekan, dengan nyeri payudara lebih jelas, dan ibu mungkin menggigil dengan
demam tinggi, sakit kepala, dan kelemahan . Pembengkakan kelenjar getah bening
bisa diamati di ketiak, dengan peningkatan jumlah sel inflamasi, yang dapat
berkembang menjadi sepsis pada kasus yang parah. Pembentukan abses pada
pasien dengan mastitis akut adalah karena pengobatan yang tidak memadai atau
lebih lanjut memperburuk penyakit, nekrosis jaringan, likuifaksi, dan infeksi.
Abses bisa tunggal atau multilokular. Dangkal abses mudah ditemukan, tetapi
abses yang dalam kurang terlihat. ( Wan-Ting Yang ,2019).
1.7. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang
diagnosis tidak selalu diperlukan. World Health Organization (WHO)
menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan
yaitu bila:
1. Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik
dalam 2 hari .
2. Terjadi mastitis berulang
3. Mastitis terja di rumah sakit
4. Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat ( pilar
mediano,2014).
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan
yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri. Investigasi rutin tidak diperlukan.
Investigasi harus dimulai jika:
1. Mastitis parah
2. Tidak ada respon yang memadai terhadap antibiotik lini pertama
atauInvestigasi untuk mastitis berat, tidak menanggapi antibiotik lini
pertama atau perlu masuk harus meliputi:
a Kultur dan sensitivitas ASI: sampel tangkapan tengah-tengah yang
diekspresikan dengan tangan ke dalam wadah steril (mis. Sejumlah
kecil susu yang diekspresikan secara internal dibuang untuk
menghindari kontaminasi dengan flora kulit) 8
b Hitung darah lengkap (FBC)
c Protein C-reaktif (CRP)
d Investigasi lain yang perlu dipertimbangkan:Kultur darah harus
dipertimbangkan jika suhu> 38.5C, Ultrasonografi diagnostik jika
diduga ada abses (Jurnal Mastitis,2012).
1.8. Diagnosa Banding
1. Mastitis infeksiosa
2. Mastitis non infeksiosa

1.9. Penatalaksanaan
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis melibatkan obat antibiotik
dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan suportif.
1. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan atautidak
ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-
penisilinase. Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan
Eritromisin. Terapi yang paling umum adalah adalah Dikloksasilin.
Berikut antibiotik yang efektif terhadap infeksi Staphylococcus aureus.
Tabel.Dosis Antikbiotik
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin Sefaleksin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat
antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan
terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun jika infeksi
tidak hilang maka dilakukan kultur asi (Prasetyo, 2010).
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasa nyeri menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik yang diberikan berupa ibuprofen
dengan dosis 1,6gram per hari karena lebih efektif dalam menurunkan
peradangan dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen.
Sehingga direkomendasikan pada ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Selain analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa
diberikan kompres kentang.

1.10. Komplikasi
Komplikasi pada mastitis disebabkan karena meluasnya peradangan
payudara (Nurhafni, 2018). Beberapa komplikasi jika mastitis tidak segera
ditangani dapat terjadi penghentian menyusui dini, abses payudara, mastitis
berulang atau kronis, dan juga infeksi jamur (Chotimah, 2017). Penghentian
menyusui dini merupakan gejala yang dapat membuat ibu untuk memutuskan
tidak menyusui. Penghentian secara mendadak dapat menyebabkan resiko abses
payudara. selain itu ibu juga meragukan obat yang dikonsumsi tidak aman bagi
bayinya. Sehingga informasi dari tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk hal ini
(Chotimah, 2017).
Abses payudara merupakan meluasnya peradangan dalam payudara
tersebut. Gejala dari abses payudara adalah ibu tampak lebih parah merasakan
sakit, payudara terlihat lebih merah dan mengkilap, benjolan terasa lunak karena
berisi nanah. Sehingga perlu dilakukan insisi payudara untuk menguarkan nanah
tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotik dan analgesik dengan
dosis tertentu. Sementara untuk bayi harus menyusu hanya pada payudara yang
sehat, sedangkan ASI dari payudara yang sakit ketika diperas sementara tidak
disusukan (Chotimah, 2017)..
Mastitis berulang atau kronis disebabkan karena pengobatan yang
terlambat. Dalam mastitis kronis ibu dianjurkan lebih banyak untuk beristirahat,
banyak minum air putih dan makan dengan gizi seimbang. Untuk infeksinya
diberikan antibiotik dosis rendah yaitu eritromisin 500mg sekali sehari selama
masa menyusui (Chotimah, 2017).
Infeksi jamur merupakan komplikasi sekunder yang disebabkan oleh
jamur Candida Albicans. keadaan infeksi jamur terasa terbakar yang menjalar
sampai saluran ASI. Sementara waktu menyusui permukaan payudara terasa
gatal, namun puting tidak terlihat adanya kelainan. Pada komplikasi ini bayi
mendapatkan pengobatan berupa nistatin krim yang mengandung kortison dengan
dioleskan pada puting setelah menyusui dan bayi mendapatkan nistatin oral pada
waktu yang sama (Chotimah, 2017).

1.11. Proses Keperawatan

1.1.1 Pengkajian

1. Identitas pasien, meliputi :


Nama, Umur preterem (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin
(bisa laki-laki maupun perempuan), Suku Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan,
Alamat.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama yang sering terjadi adalah adanya pembengkakak
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak, nyeri.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada mammae
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit mastitis sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
a Keadaan umum
b ingkah laku
c BB dan TB
d Pengkajian head to toe
5. Pemeriksaan laboratorium
a Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
b Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
c Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae
adalah , ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan
reseptor hormon.
1.1.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Hipertermi b.d kulit terasa panas di tandai oleh sepsis
2. Nyeri akut b.d ekspresi wajah nyeri di tandai oleh agen cidera biologis
3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit
4. Resiko infeksi b.d gangguan integritas kulit
5. Ansietas b.d ancaman status terkini
6. ketidakfektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan
1.1.3 NOC & NIC

N Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
o NOC NIC

1 Hipertermi Tujuan: Perawatan Demam (3740)


Definisi : suhu inti tubuh di atas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
kisaran normal diurnal karena jam hipertermi teratasi. 2. Monitor warna kulit dan suhu
kegagalan termoregulasi. Kriteria Hasil: 3. Beri obat atau cairan IV
Termoregulasi (0800) 4. Tingkatkan konsumsi cairan

Kode Indikator S.A ST 5. Memberikan kompres

080001 Peningkatan 5 6. Pantau komplikasi yang berhubungan

suhu tubuh dengan demam serta tanda dan gejala

080019 Hipertermia 5 kondisi penyebab demam

080014 Dehidrasi 5
Keterangan:
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
2. Nyeri akut(00132) Tujuan : Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang tidak klien menunjukkan perbaikan level nyeri dengan frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor
menyenangkan yang muncul kriteria hasil : pencetus nyeri secara komfrehensif
akibat kerusakan jaringan yang Tingkat Nyeri (2102) 2. Kontrol lingkungan yang dapat
aktual atau potensial atau No Indikator Awal Tujuan mempengaruhi nyeri
digambarkan dalam hal kerusakan 3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
1 Melaporkan nyeri
sedemikian rupa ( international 5 4. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
berkurang
Association for study of pain ) : 5. Monitor TTV
awitan yang tiba-tiba atau lambat 2 Ekspresi wajah saat 6. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum
5
dari intensitas ringan hingga berat nyeri nyeri menjadi berat
dengan akhir yang dapat 7. Pastikan klien menerima pemberian
3 Gelisah 5
diantisipasi atau diprediksi dan analgetik
berlangsung < 6 bulan 4 Mengerang / merintih 5 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat golongan analgetik
5 TTV 5
Indikator
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

3. Ansietas Tujuan: Pengurangan kecemasan (5870)


Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Monitor tanda-tanda vital
Perasaan tidak nyaman atau klien menunjukkan rasa cemas, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tingkat kecemasan
kekhawatiran yang samar disertai Tingkat kecemasan (1211) 3. Dengarkan penuh perhatian
respons otonom (sumber yang kali No Indikator SA ST 4.Bantu pasien untuk mengungkapkan
tidak spesifik atau tidak diketahui perasaan,ketakutan
1 Perasaan gelisah 5
oleh individu); perasaan takut 5.Intruksikan pasien untuk menggunakan
yang disebabkan oleh antisipasi 2 Gangguan tidur 5 teknik relaksasi
terhadap bahaya. Hal ini akan
adanya bahaya dan memampukan
Indikator
individu untuk bertindak
1. Berat
mengahdapi ancaman
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

4. Resiko infeksi Tujuan: Kontrol infeksi


Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Rentan mengalami invasi dan klien menunjukkan resiko infeksi, dengan kriteria 2. Intruksikan minum obat antibiotic
multiplikasi organism patogenik hasil : yang diresepkan
yang dapat menganggu kesehatan Keparahan infeksi (0703) 3. Periksa kondisi setiap bedah atau
No Indikator SA ST luka
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang
1 Kemerahan 5
cukup
2 Peningkatan sel darah 5. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
5
putih

3 Ketidakstabilan suhu 5

Indikator
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

5. Gangguan Citra Tubuh Tujuan: Peningkatan citra tubuh


Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Tentukan harapan cintra diri
Konfusi dalam gambaran mental klien menunjukkan gangguan cintra tubuh, dengan pasien didasarkan pada tahap
tentang diri-fisik individu kriteria hasil : perkembangan
Cintra tubuh (1200) 2. Bantu pasien menentukan
No Indikator SA ST keberlanjutan dari perubahan
peerubahan actual dari tubuh
1 Penyusuain terhadap
5 tingkat fungsinya
perubahan tubuh
3. Bantu pasien memisahkan
2 Penyusuain terhadap penampilan fisik dari perasaan
perubahan status 5 berharga secara pribadi dengan
kesehatan cara yang tepat
4. Bantu pasien untuk
Indikator mendiskusikan stresor yang
1. Tidak pernah mempengaruhi cintra tubuh
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Konsisten

6. Ketidakefektifan pemberian Setelah dilakukan asuhan keparawatan Supresi laktasi (6870)


ASI selama3x/24jam masalah teratasi
1.diskusiakn dengan pasien untuk
Definisi
Keberhasilan menyusui :maternal(1001) mengeluarkan ASI (menggunakan
Kesulitan pemberian susu pada
tangan,manual,dan pompa listrik)
bayi atau anak secara langsung Kode Indikator SA ST
dari payudara yang dapat 100101 Pengeluaran 5 2.Ajarkan pasien untuk pasien untuk
mmepengaruhi status nutrisi mengeluarkan ASI dengan menggunnakn
ASI
tangan
100118 Puas dengan 5
3.Pantau pembekan payudara yang
pemberian ASI berhubungan dengan ketidaknyamanan

100121 Teknik 5 atau rasa sakit

menghidari 4.Ajarkan pasien mengenai langkah untuk

nyeri pada mengurangi rasa atau nyeri dengan


kompres es atau dau kubis dingin
panydara
diletakkan di payudara

Indikator
1. Tidak adekuat
2. Sedikit edekuat
3. Cukup edekuat
4. Sebagian besar edekuat
5. Sepenuhnya edekuat

Sumber NOC Moorhead Sue, dkk.


(2013), NIC Bulechek, M.G dkk.(2013)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Chiu, J. Y., Gau, M. L., Kuo, S. Y., Chang, Y. H., Kuo, S. C., & Tu, H. C. (2010).
Effects of Gua-Sha therapy on breast engorgement: a randomized controlled
trial. The Journal of Nursing Research : JNR.

Jurnal Mastitis and Breast Abscess, (13/06/2020). (Google Scholar

Maretta Nur Indahsari, & Chusnul Chotimah. (2017). Hubungan Tingkat 63


Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI di RB Suko Asih Sukoharjo. Indonesian Journal on Medical
Science.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Østerås, Sølverød., 26-33 2009. Norwegian Mastitis Control Programme.


Norwegian School of Veterinary Science, Department of Production Animal
Clinical Science.

Pilar Mediano, Leónides Fernández, Juan M Rodríguez and María Marín., Case–
control study of risk factors for infectious mastitis in Spanish breastfeeding
women, Mediano et al. BMC Pregnancy and Childbirth 2014, 14:195.

Prasetyo. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu

Rsud, D. I., Margono, P., & Purwokerto, S. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS DI RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Tri Anasari 1) , Sumarni 2)
ABSTRAK.

Spencer, J. P. (2008). Management of mastitis in breastfeeding women. American


Family Physician.

Prawiharjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bima Pustaka.

Wan-Ting Yang, Chun-Yen Ke, Wen-Tien Wu , Ru-Ping Lee ,1 and Yi-Hsiung


Tseng., Effective Treatment of Bovine Mastitis with Intramammary
Infusion of Angelica dahurica and Rheum officinale Extracts. Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine Volume 2019.
Zadrozny et al., 2018 July 03. Effect of postnatal HIV treatment on clinical
mastitis and breast inflammation in HIVinfected breastfeeding women,
Paediatr Perinat Epidemiol.(Jurnal NCBI).

Anda mungkin juga menyukai