Anda di halaman 1dari 7

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR
JARINGAN TANAMAN

BAB I
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB I. K3 DALAM KEGIATAN AGRIBISNIS PERBENIHAN
DAN KULTUR JARINGAN

Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu

Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

Menerapkan K3 dalam kegiatan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) :

1. Memprediksi jenis-jenis bahaya kegiatan di laboratorium pengujian mutu benih dan kultur
jaringan tanaman
2. Memprediksi jenis-jenis bahaya kegiatan di tempat pembiakan tanaman dan lahan produksi
benih
3. Menganalisis prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium pengujian mutu
benih dan kultur jaringan tanaman
4. Menganalisis prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di lahan produksi benih tanaman
5. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium pengujian mutu benih,
laboratorium kultur jaringan tanaman, dan lahan produksi benih

Uraian Materi

3.1 Jenis-jenis bahaya dan prosedur K3 di laboratorium kultur jaringan tanaman

Kecelakaan dapat terjadi apabila seseorang yang sedang bekerja di


laboratorium mengabaikan keselamatan kerja. Jenis bahaya potensial di
Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman dapat disebabkan oleh bahan kimia, radiasi
ultraviolet, bahan yang mudah terbakar, kontaminan, dan peralatan yang sedang
digunakan .

Pada saat membuat media kultur dan sterilisasi eksplan pekerja selalu
berhubungan dengan penggunaan bahan-bahan kimia bersifat racun yang dapat
menciderai dirinya, baik melalui pernafasan maupun sentuhan kulit. Beberapa bahan
kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi pelaksana di Laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman adalah:

1
1. Bahan yang bersifat abrasive: Al2O3 (alumina Oksida), Kapur/calcium carbonat
(CaCO2), Silica dari alumina, Besi, cobalt, magnesim, dan lain-lain.
2. Cairan electrolit seperti H2SO4, HCl, NaOH.

3. Bayclin, pestisida, dll.

Agar terhindar dari kecelakaan selama bekerja menggunakan senyawa kimia


beracun, maka laboran harus menggunakan masker pada mulut dan hidung untuk
mencegah masuknya senyawa tersebut melalui pernafasan. Untuk mencegah cidera
pada kulit ataupun masuknya racun melalui kulit, maka laboran harus menggunakan alas
kaki, sarung tangan, dan jas laboratorium.

Pada saat melakukan penanaman atau isolasi eksplan menggunakan LAF, resiko
kecelakaan yang mungkin terjadi adalah terkena radiasi UV, kebakaran, dan tersengat
arus listrik. Oleh karena itu pada saat akan bekerja menggunakan LAF, laboran sudah
menggunakan jas labor, sarung tangan karet, sendal (kondisi kering), dan masker..
Sebelum mulai bekerja, terlebih dahulu lampu UV dimatikan dan segera dijalankan
blower. Posisi lampu spritus dengan botol yang berisi peralatan diseksi dan alkohol diatur
tidak berdekatan untuk mencegah terjadinya kebakaran.
Di dalam LAF selalu disediakan pinset yang diletakkan di luar botol yang berisi
alkohol. Apabila terjadi nyala api dalam botol yang berisi alkohol (tempat alat-alat
diseksi), maka pinset tersebut dapat digunakan untuk mengeluarkan peralatan tanam
yang terdapat dalam botol dan segera menutup botol yang ada nyala api tersebut dengan
cawan petri. Nyala api akan mati dengan sendirinya karena tidak ada oksigen. Jadi
tindakan yang harus diambil jika terjadi nyala api di dalam botol wadah peralatan tanami
adalah (1) jangan panik, (2) ambil pinset yang sdh disediakan di luar botol, (3) keluarkan
peralatan tanam yang terdapat pada botol yang sedang menyala, (4) ambil cawan petri
dan segera tutupkan pada botol tersebut.
Kecelakaan lain yang mungkin dapat terjadi pada saat bekerja di laboratorium kultur
jaringan adalah terbakarnya tangan dan muka/wajah pada saat membuka autoklaf
setelah proses sterilisasi selesai. Kecelakaan ini sering terjadi karena pada saat akan
mengeluarkan peralatan atau media yang sudah disterilkan, tekanan pada autoklaf belum
diturunkan sampai tuntas sehingga pada saat autoklaf dibuka uap panas langsung

2
menerpa tangan dan muka. Hal yang harus dilakukan untuk mencegah kejadian ini adalah
(1) SOP penggunaan alat harus dilaksanakan, (2) laboran harus menggunakan baju lab dan
sarung tangan tahan panas, (3) sebelum membuka autoklaf turunkan tekanannya secara
perlahan sampai nol, (4) buka tutup secara perlahan dan hati-hati.
Sumber kecelakaan lain yang jarang diperhatikan namun dapat menyebabkan
penyakit serius pada organ pernafasan seperti paru-paru adalah spora jamur yang sudah
memenuhi botol. Media yang terkontaminasi jamur jika tidak segera dikeluarkan dan
dibuang, jamurnya akan berkembang memenuhi botol. Pada saat tutup botol dibuka,
maka spora jamur berterbangan dan dapat terhisap melalui hidung. Oleh karena itu pada
saat mencuci botol kultur selalu menggunakan masker. Sebaiknya botol-botol yang sudah
terkontaminasi, sebelum medianya dikeluarkan dari botol disterilkan terlebih dahulu
menggunakan autoklaf yang hanya khusus digunakan untuk botol-botol yang
terkontaminasi.

3.2 Jenis-jenis bahaya dan prosedur K3 di laboratorium pengujian mutu benih

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen untuk


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan
meniadakan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Semua unit pekerjaan baik di rumah tangga, laboratorium, kebun, ataupun di
kantor selalu berpeluang terjadi kecelakaan selama bekerja. Oleh karena itu setiap
pekerja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja pada saat bertugas.
Jenis bahaya yang mungkin terjadi di laboratorium pengujian mutu benih pada
saat menetapkan kadar air benih dengan metode oven adalah tersengat listrik dan
terkena cawan panas. Jika oven yang digunakan kondisi tidak baik atau terdapat kabel
jaringan listrik dalam kondisi terbuka, apabila tersentuh hal ini dapat menyebabkan
pekerja tersengat arus listrik. Selain itu stop kontak yang terkena air dapat
menyebabkan korsleting pada alat yang dapat mengakibatkan tersengat listrik bagi
yang menyentuh alat tersebut.

3
Prosedur penerapan keselamatan kerja ketika sedang menetapkan kadar air
benih menggunakan metode oven:
(1) pada saat di dalam laboratorium, laboran harus menggunakan alas kaki yang tidak
dapat mengantarkan arus listrik. Alas kaki yang digunakan harus dalam keadaan
kering.
(2) Laboran menggunakan jas labor yang dilengkapi sarung tangan tahan panas .
(3) Menggunakan penjepit cawan saat memasukkan dan mengeluarkan cawan ke/dari
oven.

3.3 Jenis-jenis bahaya dan prosedur K3 di tempat pembiakan tanaman dan lahan
produksi benih

Kemungkinan bahaya yang terjadi pada saat kegiatan pembiakan tanaman atau
pembibitan adalah jatuh dari pohon pada saat mencangkok, terluka benda tajam (pisau)
pada saat memotong entris atau menyayat kulit batang. Sedangkan pada saat di lahan
produksi benih kemungkinan kecelakaan yang terjadi adalah terkena radiasi matahari dan
keracunan pestisida pada saat pengendalian hama secara kimiawi. Prosedur penerapan
K3 pada kegiatan pengendalian OPT menggunakan bahan kimia adalah (1) pekerja
mengenakan sepatu boot, (2) menggunakan pakaian lapang (wearpack), (3) masker, (4)
penutup kepala (caping), (5) jika menyemprot pestisida, arah semprotan searah angin.
Apabila saat pengendalian OPT pestisida mengenai kulit, tindakan yang harus dilakukan
adalah (1) mengganti pakaian dengan yang bersih, (2) mandi atau mencuci bagian yang
terkena pestisida dengan air yang bersih, (3) minum air putih yang banyak, (4) segera ke
petugas kesehatan terdekat.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan K3

1. Mensosialisasikan kebijakan K3 pada seluruh karyawan dan tenaga kerja


2. Menyediakan sarana kesehatan kerja.
Kebersihan adalah dasar dari cara bekerja yang aman dan sehat. Beberapa
faktor di bawah ini juga harus dijalankan berkaitan dengan kebersihan
lingkungan:
a. Merokok hanya diperkenankan di suatu tempat yang telah ditentukan.

4
b. Untuk keperluan air minum bagi karyawan, hanya diperbolehkan
menggunakan air mineral dalam kemasan yang telah terjamin kualitas
kebersihannya.
c. Ventilasi udara dan penerangan harus cukup, perawatan terhadap AC harus
diperhatikan untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
d. Sarana obat-obatan (kotak P3K) harus tersedia di setiap ruangan dan isinya
harus diperbaharui dan dilaksanakan pemeriksaan berkala.
e. Tempat kerja mempunyai ruang yang cukup lapang dan bebas halangan dari
bahaya.
f. Di laboratorium harus ada tabung kebakaran yang selalu diperiksa pada
kurun waktu tertentu.
3. Mensosialisikan penggunaan alat pelindung diri.
4. Menyediakan alat pelindung diri bagi semua tenaga kerja dan karyawan.
Merupakan kewajiban setiap karyawan untuk memakai alat pelindung diri sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga semua SDM yang ada dapat
melindungi diri dari segala resiko yang mungkin terjadi. Jenis-jenis alat pelindung
diri adalah sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung : baju lab, pakaian lapang
b. Pelindung respirator : masker
c. Pelindung mata : kaca mata, disesuaikan dengan tempat dan resiko
pekerjaan yang dilakukan.
d. Pelindung tangan : sarung tangan, disesuaikan dengan tempat dan
resiko pekerjaan yang dilakukan.
e. Pelindung kaki : sepatu boot, sandal, disesuaikan dengan tempat
dan resiko pekerjaan yang dilakukan

5. Mensosialisasikan petunjuk penggunaan paralatan

6. Menetapkan kebijakan perlindungan lingkungan, diantaranya melalui:


a. Sistem manajemen pengelolaan limbah.
Sampah harus dibuang dalam tempat sampah yang disediakan serta sesuai
dengan kode warna (colour coding) dan sampah makanan hanya boleh
dibuang ke dalam tempat sampah makanan dan tidak diperbolehkan berada

5
selama lebih dari 24 jam di tempat sampah.
Warna Hijau : untuk sampah organik (makanan, dedaunan, kertas, dll).
Warna Kuning : untuk sampah anorganik (plastik, mika, kaca, kain, sisa
bahan tanam, dll).
Warna merah : untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya
(tinta , bahan kimia, tinta printer, spidol, sisa polimer,
sisa monomer, dll).
b. Penghematan sumber daya alam.
Melakukan usaha-usaha penghematan sumber daya dengan cara
penghematan terhadap pemakaian listrik dan air.
7. Mengadakan pelatihan K3.
Pendidikan dan pelatihan karyawan/laboran diperlukan untuk memastikan bahwa
setiap karyawan mempunyai keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Begitu
pula dengan pelatihan dibidang K3, diharapkan semua karyawan dapat memahami
pentingnya K3 dilingkungan tempat bekerja.
8. Mensosialisasikan keadaan darurat pada semua karyawan misalnya bahaya
kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai