Anda di halaman 1dari 5

[ Seputar KTSP ]

TENTANG PENDIDIKAN
Pengunjung yang budiman…..

Perlu Anda ketahui, dalam blog ini tersimpan berbagai file yang tersebar dan tersembunyi
dalam berbagai post (tulisan). Untuk mempermudah mengaksesnya, file -file tersebut saya
himpun dalam halaman ini.

File-fle tersebut dalam bentuk doc, pdf, dan ppt, yang tentunya hanya bisa diketahui isinya
setelah Anda men-download-nya terlebih dahulu. Sebagian hasil karya cipta sendiri dan
sebagian lagi hasil karya pihak lain, yang menurut hemat saya sangat layak untuk
diketahui oleh orang banyak.

Dengan tetap menaruh rasa hormat saya atas hak kekayaan intelektual dari para
pembuatnya, saya mohon ijin untuk mempublikasikannya dalam forum ini. Namun
apabila ada yang merasa berkeberatan, maka dengan senang hati saya siap menghapus
file-file tersebut dari situs ini. Tidak ada maksud lain, semata-mata demi kepentingan
kemajuan pendidikan kita.

Perkembangan Mata Pelajaran dalam


Kurikulum di Indonesia
Posted on 4 Mei 2010 by AKHMAD SUDRAJAT

Dalam sejarah penggunaan kurikulum di Indonesia setelah merdeka, ada sepuluh kurikulum yang
pernah dipakai yaitu kurikulum pasca kemerdekaan 1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, dan KBK yang disempurnakan menjadi kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Pada setiap periode kurikulum yang pernah diberlakukan tersebut model konsep kurikulum yang
digunakan, prinsip dan kebijakan pengembangan yang digunakan, serta jumlah jenis mata
pelajaran berikut kedalaman dan keluasannya tidak sama.

Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi terhadap variabilitas penuangan mata


pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum bisa dijelaskan karena adanya substansi
determinan atau landasan kurikulum yang digunakan tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum
determinan kurikulum itu sama yaitu faktor filosofis, sosiologis, psikologis, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, namun pada setiap masa memiliki suatu kecederungan tersendiri
yang menjadi warna dominan dari kurikulum itu sendiri, sebagai alat pencapaian tujuan
pendidikan. Perbedaan ini juga turut menentukan mata pelajaran apa saja yang harus dipelajari,
juga prinsip-prinsip cara mempelajari mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang
bersangkutan.

Landasan filosofis, berkaitan dengan pandangan hidup negara. Filosofis negara ini akan
mengarahkan pada penentuan tujuan umum pendidikan nasional. Perbedaan filosofis negara, atau
adanya perbedaan konsistensi pengamalan nilai-nilai filosifis akan mempengaruhi filsafat
pendidikian dan filsafat kurikulum yang digunakan. Tentu ini pun akan mengarah pada susunan
mata pelajaran yang harus dipelajari.

Landasan sosiologis, berkaitan dengan sistem nilai, norma, adat isitiadat, tata aturan
bermasyarakat dan bernegara juga berpengaruh terhadap penggunaan sistem kurikulum. Dalam
aspek sosiologis di dalamnya adalah sistem politik yang berlaku, ikut menentukan tentang apa
yang harus dipelajari, kedalaman dan keluasannya, serta teknis pengembangannya.

Contoh ketika sistem politik negara menggunakan sistem sentralistik, maka pengembangan
kurikulum didominasi oleh pemerintah pusat, kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan
pemerintah daerah atau guru sama sekali. Namun ketika sistem politik berubah menjadi
desetralisasi, kebijakan pengembangan kurikulum pun berubah, yang tadinya terpusat sebagian
didesentralisasikan ke daerah (pemerintah daerah dan sekolah, guru).

Contoh lainnya, terdapat perbedaan kurikulum, jenis dan jumlah mata pelajaran antara negara
yang demokratis dan negara yang tidak terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan sesama negara
demokratis pun masih terdapat variabilitas.
Determinan berikutnya yaitu unsur psikologis. Situasi kondisi sasaran kurikulum ikut
mempengaruhi konsep dan model kurikulum. Akan terdapat perbedaan mata pelajaran,
setidaknya tingkat kesulitan dan cakupannya, antara jenjang pendidikan satu dengan lainnya.
Antara pendidikan normal dan pendidikan luar biasa.

Selain dari pada itu, pandangan psikologi atas bagaimana manusia belajar bermacam-macam, di
antaranya ada behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik. Ketiga jenis pandangan tersebut
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penggunaan salah satu dari tiga pandangan atas belajar
di atas, akan berpengaruh terhadap apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya.

Determinan terakhir yaitu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk di dalamnya ilmu
pengetahuan dan teknologi kurikulumnya itu sendiri. Kemajuan IPTEK akan melahirkan
tuntutan untuk mempelajari IPTEK kontemporer. IPTEK kontemporer memiliki karakteristik
tersendiri tentang bagaimana cara untuk mempelajarinya.

Uraian di atas, menjelaskan kepada kita bahwa perkembangan mata pelajaran dipengaruhi oleh
model konsep kurikulum yang digunakan. Suatu jenis model kurikulum itu sendiri memiliki
karakteristik disain (tujuan, materi, strategi, dan evaluasi) tersendiri.

Di bawah ini tabel perbandingan jurusan dan mata pelajaran yang hilang dan muncul pada
kurikulum kurikulum 1964 sampai dengan KTSP.

Tabel 1   Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan Muncul pada Kurikulum
1964 sampai dengan KTSP (Belen, 2007)

Jurusan yang Mapel yang


No. Kurikulum Jurusan yang hilang Mapel yang hilang
muncul muncul
Jurusan Budaya Prakarya
1 1964
SMA
Berhitung Matematika
Pendidikan
Kesehatan
2 1968
Keluarga
Kecakapan
Khusus
Jurusan Budaya SMA: Jurusan Bahasa Indonesia Muncul
SMA IPA, IPS, Tulisan Arab Broadfield:
Bahasa. Jurusan Bahasa Jawa Kuno Matematika, IPA,
Budaya menjadi IPS Bahasa
3 1975
jurusan bahasa Indonesia, Civics
menjadi PMP
(Pendidikan
Moral Pancasila)
4 1984 SMA: Program B Tata Buku. Akuntansi,
(Vokasional) tak Pendidikan Sosiologi,
Jurusan yang Mapel yang
No. Kurikulum Jurusan yang hilang Mapel yang hilang
muncul muncul
dilaksanakan. Keterampilan dan Pendidikan
Jurusan IPS dan Pendidikan Seni Sejarah
Bahasa tetap. tergabung menjadi Perjuangan
Jurusan IPA di Pendidikan Bangsa (PSPB),
bagi dua: Jurusan Kertakes. Tata Negara,
ilmu-ilmu fisik Pada Pendidikan Muatan Lokal,
dan jurusan ilmu- Bahasa Indonesia Keterampilan,
ilmu hayati. dikenalkan Budaya.
Jurusan Agama Pragmatic.
untuk Madrasah
Aliyah.
Program B SMA, Penjurusan di Tata buku, PMP menjadi
Jurusan Ilmu-ilmu kelas 3 SMA: Pendidikan PPKn. B.
Fisik dan Ilmu-ilmu IPA, IPS, Keterampilan dan Indonesia dan B.
Hayati digabung ke Bahasa. Pendidikan Seni Inggris
jurusan IPA. tergabung menjadi menggunakan
kertakes. communicative
5 1994
Pada Pendidikan approach.
Bahasa Indonesia Muncul bahasa
dikenalkan Jepang dan
Pragmatic Mandarin.
Muatan Lokal di
SD dan SMP.
Jurusan Agama Penjurusan PPKn menjadi Bahasa Inggris
SMA kembali ke kelas PKn. Di SMA SD dan Komputer
2 SMA. Antropologi SD menjadi
Tematik untuk digabungkan ke pilihan. ICT di
kelas I dan II SD. Sosiologi. Diberi SMA. Konsep
jam untuk Kimia
6 KBK
pembiasaan di SD dimasukkan ke
dan SMP. Muatal IPA. Konsep
lokal tak ditangani. Sosiologi
dimasukkan ke
IPS. Pembiasaan
di SD dan SMP.
7 KTSP Tematik kelas I- Antropologi
III SD. terpisah dari
Sosiologi di
SMA. IPA dan
IPS terpadu di
SMP. Muatan
Lokal dihidupkan
lagi bahkan
sampai SMA.
Jurusan yang Mapel yang
No. Kurikulum Jurusan yang hilang Mapel yang hilang
muncul muncul
Pengembangan
Diri (Pembiasaan)
bahkan sampai
SMA.

Tujuan dan Mata Pelajaran dalam KTSP

Tujuan pendidikan dalam KTSP menggunakan istilah kompetensi. Ada kompetensi lulusan,
kompetensi rumpun mata pelajaran, kompetensi mata pe-lajaran, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar. Telah dijelaskan secara singkat di muka, bahwa untuk kompetensi lulusan dan
kompetensi rumpun mata pelajaran akan dicapai oleh sejumlah mata pelajaran. Sedangkan untuk
kompetensi mata pelajaran dicapai setelah dicapainya sejumlah kompetensi dasar.

Untuk mencapai kompetensi dasar, setiap kompetensi dasar yang ada dalam mata pelajaran harus
diterjemahkan oleh guru di sekolah ke dalam bentuk indikator hasil belajar. Indikator hasil
belajar ini merupakan gambaran tentang kemampuan-kemampauan yang lebih kecil, yang
akumulasinya membentuk kompetensi dasar. Dengan kata lain indikator hasil belajar ini
merupakan tujuan jarak dekat, yang akan dicapai oleh satu kali proses pembelajaran. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa indikator hasil belajar itu analog dengan tujuan pembelajaran
khusus.

Diambil dari:

Surya Dharma, MPA., Ph.D. 2008.  Pengembangan Mata Pelajaran dalam KTSP. (materi diklat
pengawas sekolah). Jakarta:Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai