TB Fadhil Barru Kasih
TB Fadhil Barru Kasih
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi dan Etiologi
Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB yang masuk kedalam tubuh
akan menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainya. Penyakit ini
dapat menyebar melalui udara, seperti saat penderita TB batuk. Secara garis besar,
penyakit TB menyerang orang dewasa dan yang mengalami lebih banyak pria daripada
wanita, dan lebih banyak terdapat pada usia produktif. Penyakit TB banyak menyerang
orang dengan HIV, tetapi banyak juga menyerang orang-orang dengan faktor risiko
seperti malnutrisi, diabetes, perokok, dan peminum alkohol.2
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah basil tuberkel berbatang ramping,
dengan ukuran panjang 0.5 µm dan lebar 0.3 µm. Bakteri tersebut merupakan bakteri
yang tahan akan asam dikarenakan kandungan asam mikolat yang tinggi, merupakan
asam lemak rantai panjang yang berikatan silang.2,3
2.1.2 Epidemiologi
Saat ini secara global, kasus TB terjadi sebanyak 10 juta kasus. Pada tahun 2017,
kematian akibat TB di dunia mencapai 1,3 juta kasus pada orang dengan HIV-negatif
dan 300.000 kematian pada orang dengan HIV-positif.
Menurut WHO pada Global Tuberculosis Report pada tahun 2018, Asia Tenggara
merupakan wilayah dengan jumlah proporsi penderita tuberkulosis terbesar di dunia,
1
dengan angka proporsi mencapai 44% dari seluruh penderita tuberkulosis di dunia.
Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam total jumlah penderita tuberkulosis di
dunia berdasarkan data dari WHO pada tahun 2017. 1 Kasus baru tuberkulosis di
Indonesia yang tercatat di WHO mencapai 842.000 kasus pada tahun 2017.1
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-
2
laki lebih terpapar pada faktor risiko TB misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-
laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.4
3
2.1.4 Patogenesis
Penyakit TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan
melalui percikan dahak (droplet nuclei) dari pasien penderita TB yang batuk, bersin
ataupun saat berbicara. Partikel infeksi ini dapat terus bertahan dalam menit sampai jam
bahkan berhari-hari tergantung pada ada atau tidak adanya sinar ultraviolet, sirkulasi
udara dan kelembapan.7 Ketika terhirup, partikel infeksi ini akan menempel pada
saluran napas dan jaringan paru yang kemudian akan difagositosis oleh sel makrofag
dan akan dikeluarkan bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap
dijaringan paru dan berkembang biak maka akan terbentuk sarang pneumonik pada
jaringan paru yang biasanya disebut sarang primer (Ghon). Dari sarang primer ini akan
menyebar menimbulkan peradangan ke saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal).8
Bakteri TB yang dorman, menetap bertahun tahun didalam tubuh pasien sampai
tereaktivasi kembali menjadi TB sekunder (pasca primer). Hal ini biasanya terjadi
karena adanya penurunan imunitas tubuh yang disebabkan malnutrisi, diabetes, AIDS,
gagal ginjal. Penyakit ini biasanya hanya terbatas pada segmen bagian apeks atau
posterior lobus atas, dalam 3-10 minggu akan terbentuk tuberkel atau granuloma.
Granuloma ini akan terus berkembang jika tidak ditangani dan menghancurkan jaringan
ikat disekitarnya membentuk perkejuan yang lama kelamaan akan terjadi kavitas.
Kavitas pada awalnya berdinding tipis dan menjadi tebal (kavitas sklerotik), jika meluas
dan masuk dalam peredaran darah arteri maka akan menyebabkan TB milier.9
2.1.5 Klasifikasi
Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, penyakit TB dapat
dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai berikut :10
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
- Tuberkulosis Paru
TB yang menyerang pada pada parenkim paru. pasien yang menderita TB
paru dan TB ekstra paru, Limfadenitis TB dirongga dada atau efusi pleura
tanpat terdapat gambaran radiologis, TB milier yang menyerang jaringan
paru dapat diklasifikasikan sebagai pasien TB paru
- Tuberkulosis ekstra paru
4
TB yang menyerang organ seperti pleura, kelenjar limfe, selaput otak dan
tulang yaitu organ-organ selain paru. Diagnosis TB paru dapat ditetapkan
berdasarkan hasil penemuan dari mycobacterium tuberculosis atau dari
klinis.
5
- Resistant Rifampisin (TB RR) : TB yang resistan terhadap Rifampisin
dengan atau resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional)
6
respiratorik dan gejala sistemik, gejala respiratorik dapat sangat bervariasi tergantung
dari luas lesi dan tempat dimana bakteri itu berada. Umumnya bakteri akan berada
diparu maka dari itu gejala yang timbul biasanya berupa batuk yang terjadi lebih dari 3
minggu disertai dahak dan jika makin parah akan bercampur darah atau batuk darah,
dapat juga terjadi sesak dan nyeri pada dada. Sedangkan gejala sistemik yang terjadi
adalah demam yang hilang timbul dan gejala malaise seperti berkurang nya nafsu
makan, berat badan turun, nyeri pada otot dan keringat pada malam hari.8,12
7
- S (sewaktu) : dahak ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan pada hari
kedua saat menyerahkan dahak pagi
Dikatakan mikroskopik positif bila saat pemeriksaan sputum ditemukan hasil 2
kali positif dan 1 kali negatif, apabila didapatkan 1 kali positif dan 2 kali negatif
tanpa adanya gambaran radiologi yang menunjukkan TB aktif maka dilakukan
pemeriksaan ulang sebanyak 3 kali. Jika ditemukan 1 kali positif dan 2 kali
negatif maka dikatakan mikroskopik positif sedangkan bila 3 kali negatif maka
dikatakan mikroskopik negatif.12
Pemeriksaan Biakan Kuman
Pemeriksaan biakan kuman Mycobacterium tuberculosis dilakukan dengan
cara:13
- Medium biakan dengan telur (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
- Medium biakan dengan agar (Middle Brook)
Pemeriksaan Radiologik
Foto thorak merupakan salah satu pemeriksaan penunjang diagnostik TB, pada
penyakit TB terdapat beberapa gambaran radiologi thorak yang khas yaitu :13
- Kelainan di apek paru yang terjadi karena tekanan oksigen yang tinggi
sehingga bakteri berkembang lebih baik, kelainan berupa infiltrat seperti
benang benang halus
- Kavitas adalah jaringan rongga paru yang rusak memberikan gambaran bulat
yang dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular, terkadang dapat berisi
cairan sehingga dapat memberikan gambaran air fluid level
- Efusi pleura gambaran opak di hemithorax paru yang menyebabkan sinus
costofrenicus tumpul dan juga kalsifikasi yang terbentuk akibat pengapuran
pada parenkim paru akibat proses infeksi kronik
Primary infection
o parenchymal consolidation
o lymphadenopathy
o pleural effusion
o Ghon complex
8
Post-primary infection
o patchy consolidation (upper zones)
o cavitation
o healing results in fibrosis
o pleural disease
9
Miliary tuberculosis
o 1-3 mm diameter miliary nodules
o Terdistribusi ke kedua paru
Extrapulmonary tuberculosis
o tuberculoma diorgan yang terkena
o widely variable
10
2.1.9 Diagnosis
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran
kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.14,15 Berikut
merupakan alur jalur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru:
11
Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB Paru
2.1.10 Tatalaksana
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap obat antituberkuloasis.14
Tabel 2.1 Obat antituberkulosis (OAT)
Obat Lini Pertama Obat Lini Kedua
Isoniazid (INH) Kanamisin
Rifampisin (R) Kapreomisin
Pirazinamid (Z) Amikasin
Etambutol (E) Kuinolon
Streptomisin (S) Sikloserin
Etionamid/protionamid
Para-amino Salisilat (PAS)
*Obat lini kedua hanya digunakan pada kasus resistan obat, terutama TB MDR.
Kemasan obat berupa: 12
Obat tunggal, obat disajikan secara terpisah masing-masing INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol.
Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose Combination/ FDC) yang
terdiri dari 2-4 obat dalam 1 tablet.
Dosis OAT tunggal dapat dilihat pada tabel 2.2 jika dalam bentuk KDT pada tabel 2.3
Tabel 2.2 Jenis dan Dosis OAT Tunggal
12
Obat Dosis Dosis yang dianjurkan Dosis Dosis
(mg/kgBB/h maks/ha (mg/kgBB/hari)
ari) Harian Intermitten ri <40 40- >60
(mg/kgBB/ha (mg/kgBB/ha (mg) 60
ri) ri)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 300 300 300
Z 20-30 25 35 750 100 150
0 0
E 15-20 15 30 750 100 150
0 0
S* 15-18 15 15 1000
Sesu 750 100
ai 0
BB
* Untuk pasien yang berumur > 60 tahun, dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
Sumber: PDPI, 2011
Tabel 2.3 Dosis Panduan OAT FDC Kategori 1
13
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up)
• Dosis panduan OAT KDT kategori 2 dapat dilihat pada tabel 2.4
berikut ini:
14
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh diharapkan untuk tetap dievaluasi minimal
dalam 2 tahun pertama setelah sembuh. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA
dan foto torak.15 Berikut definisi kasus hasil pengobatan TB (tabel 2.5).
15
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping.
Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat
diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. 12
Isoniazid (INH)
o Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada saraf tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan
vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (sindrom pellagra). 12
INH juga dapat digunakan sebagai terapi profilaksis TBC dengan dosis 5
mg/kgBB (tidak lebih dari 300 mg/hari) selama minimal 6 bulan.
o Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan
OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
Rifampisin
o Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simptomatik berupa :
- sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan,
muntah kadang-kadang diare
- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
o Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah:
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan
khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
16
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal
ini harus diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.12
Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang- kadang
dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi
demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.12
Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman,
buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut
tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol
tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.12
Streptomisin
o
Efek samping utama adalah kerusakan saraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur
penderita.12
o
Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi
ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging
(tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan
bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25 gram. Jika
pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).12
o
Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-
tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping
sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan
telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25 gr.
17
o
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan
pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.12
2.1.13 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan,
maupun ketika setelah selesai pengobatan. Komplikasi yang mungkin timbul antara
lain:11
Batuk darah profus
Pneumotoraks
Kolaps paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
18
Gambar 2.2 Etika Batuk17
Sumber: Pacific Public Health Surveillance Network (PPHSN) 2012
19
Resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat rifampisin dan INH dengan atau
tanpa OAT lainnya disebut dengan TB MDR .Secara umum resistensi terhadap obat TB
dibagi menjadi 3 yaitu:14
• Resistensi primer adalah pasien yang belum sama sekali mendapatkan
pengobatan TB.
• Resistensi inisial adalah pasien yang tidak diketahui memiliki riwayat
pengobatan sebelumnya atau tidak.
• Resistensi sekunder adalah pasien yang diketahui memiliki riwayat pengobatan
TB sebelumnya
resistensi terhadap obat TB dapat terjadi disebabkan beberapa hal seperti:12
• Pengobatan TB paru yang menggunakan obat tunggal
• Pemberian obat yang tidak adekuat
• Ketidakteraturan dalam minum obat
• Penggunaan obat kombinasi yang tidak dilakukan secara baik, sehingga
mengganggu bioavailabilitas dari obat.
• Obat yang tersedia tidak banyak
• Kejenuhan meminum obat dikarenakan pemakaian obat TB yang lama
• Pengetahuan pasien yang masih kurang tentang penyakit dan pengobatan TB.
Terjadinya resistensi silang pada pengobatan TB-MDR harus diperhatikan dengan cara
memilih jenis OAT. Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama atau
OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang.11,12
Untuk pasien MDR TB menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif:14
Obat lini 2 yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon,
aminoglikosida, etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin + asam klavulanat
Paduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2 –3 OAT lini 1
ditambah dengan obat lini 2, yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000 – 1500 mg
atau ofloksasin 600 – 800 mg (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan waktu
yang lama yaitu sedikitnya 18 bulan. Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan
pengawasan yang baik, merupakan salah satu kunci yang paling penting mencegah
20
resisten ganda. Konsep DOTS merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin
keteraturan pasien berobat.15
Faktor resiko :
- Sosial ekonomi Keadaan Rumah
- Status gizi - Ventilasi yang buruk
kurang - Pencahayaan yang
- Usia kurang baik
- Gaya hidup
Penularan
Droplet
Pengobatan
Lengkap TB MDR Komplikasi
Sembuh
Relaps
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HT
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Alamat :
Status Pernikahan : Menikah
Bangsa/ Suku : Bugis
Pekerjaan : Wiraswasta
No Rekam Medik : 162805
II. ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit : 29 Februari 2020
Tanggal pemeriksaan : 29 Februari 2020
Keluhan Utama : Sesak
22
yang yang lalu pasien didiagnosis TB aktif dan akhirnya dalam pengobatan TB.
Riwayat batuk hingga muntah disangkal. Riwayat nafas berbunyi disangkal. Pasien
mengatakan orang yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang batuk lama.
Selain batuk, pasien juga mengeluhkan sering merasakan keringat dingin di malam
hari, dirasakan hampir setiap malam meskipun tidak merasa ruangan panas sejak kurang
lebih satu bulan terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh demam kurang lebih satu
minggu terakhir, yang timbul terus menerus sepanjang hari, dirasakan tidak terlalu
tinggi namun pasien tidak pernah mengukur suhunya. Pasien sudah meminum obat
untuk demamnya dan turun tapi terkadang naik kembali. Menggigil disangkal.
Sebelum sakit pasien memiliki nafsu makan yang baik. Namun sejak sakit nafsu
makan pasien menurun sehingga pasien mengalami penurunan berat badan, namun
pasien tidak mengetahui pasti turun berapa kilogram. Pola makan pasien biasanya
mengkonsumi goreng-gorengan, makanan pedas, jarang mengkonsumsi buah dan sayur.
Pasien juga mengaku jam makan tidak menentu dan sering terlambat makan. Pasien
tidak rutin berolahraga. Riwayat merokok sejak usia 20 tahun, konsumsi alkohol
disangkal dan riwayat penggunaan obat-obatan minum maupun suntik disangkal.
Riwayat tato bagian tubuh disangkal. Riwayat sex bebas disangkal. Riwayat alergi
disangkal.
23
Tanda Vital :
Kadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit, regular, isi cukup
Laju nafas : 26x/menit, abdomino-thoracal
Suhu : 37,9 C
Data Antropometri :
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 169 cm
IMT : 17,54 kg/m2
Status gizi : underweight
Status Internus :
Kepala : normocephal, tidak ada kelainan di kulit kepala
Rambut : hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : kedudukan bola mata simetris, edema periorbital (-/-),
conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm,
reflex cahaya (+/+)
Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (-/-)
Telinga : bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang,
sekret (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan aurikel (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis perioral (-), sariawan (-), lidah kotor(-),
faring hiperemis (-), sekret (-), tonsil tenang tidak hiperemis
Leher : simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
Thorax : dinding thorax normal dan simetris
Cor :
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCLS
24
o Perkusi : batas jantung tak melebar
o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
o Inspeksi : Simetris pada posisi statis dan dinamis, retraksi intercostal (-),
retraksi supraclavikula (-)
o Palpasi : Benjolan (-), krepitasi (-), stem fremitus normal sama kuat
(+/+)
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronki pada
apex (+/+)
Abdomen :
o Inspeksi : Tidak tampak adanya bekas luka, benjolan, striae, maupun
pelebaran vena. Kontur abdomen simetris, mendatar.
o Palpasi : Supel pada ke 4 kuadran abdomen, tidak terdapat tahanan,
nyeri tekan (+) regio Hypogastric, turgor baik. Hepar tak teraba, nyeri
tekan (-). Lien tidak teraba membesar
25
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (29 Februari 2020)
26
Follow up tanggal 2 Maret 2020
S : Batuk (+), lemas (+), demam turun, mual (-), muntah (-), nyeri pada regio
hypogastric (+)
Pasien telah dialih rawat ke dokter penyakit dalam
O:
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 110/80
HR : 80
RR : 28
Suhu : 37,7
Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris ; Stem fremitus +/+ ; Sonor +/+ ;
Vesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wheezing -/-
A:
Tuberkulosis Paru kasus baru
P:
IVFD Ringer Lactat 20 tpm
Inj Ranitidin 1 vial/12 jam
Inj Ketorolac 1 vial/8 jam
Inf Ceftriaxone 2 gr/24 jam dalam NaCl pb 100 cc
OAT dilanjutkan
Curcuma 1 tab/12 jam
Glutrop 1 tab/12 jam
27
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 110/70
HR : 70
RR : 25
Suhu : 37,2
Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris ; Stem fremitus +/+ ; Sonor +/+ ;
Vesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wheezing -/-
Abdomen : Nyeri tekan regio hypogastric
A:
Tuberkulosis Paru kasus baru
Benign Prostat Hyperplasia
P:
IVFD Aminofluid : Dextrosa 5% --> 1:1, 20 tpm
OAT Lanjut
Inj Biocombin 1amp/24 jam/IM
Vit C 1cap/12 jam
Ibuprofen tab, 1 tab/8 jam
28
A:
Tuberkulosis Paru Kategori 1
Benign Prostat Hyperplasia
P:
IVFD Aminofluid : KAEN 3B 1:1 20tpm
OAT Lanjut
Meprobal 0-1-0
Vit C 1cap/8 jam
Vipalbum cap 2 cap/12 jam
Hyfroz 1 tab/ 24 jam malam
Bladder Training
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis TB paru melalui anamnesis, pemeriksaan fisik (infiltrat, batuk lama, ronki ,
dan pembesaran KGB), dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan bakteriologi.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis
melalui pemeriksaan sputum sewaktu-pagi. Pasien di diagnosis sebagai pasien kasus
baru karena belum pernah didiagnosis Tuberkulosis sebelumnya, namun untuk
memastikan disarankan pemeriksaan GenExpert.
Pasien ini diberikan terapi berupa obat anti tuberkulosis kategori I. Dalam
pengobatannya harus selalu dipantau fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin) secara
berkala dan efek samping OAT lainnya. Selain itu pasien juga diedukasi untuk rutin
dalam mengkonsumsi obat TB karena pengobatannya yang memakan waktu cukup lama
dan telah diberikan penjelasan mengenai prognosis penyakit yang erat kaitannya dengan
kepatuhan minum obat pasien. Pasien dan keluarga juga diajari etika batuk dan upaya
preventif bagi anggota keluarga yang tinggal satu atap.
30
BAB V
KESIMPULAN
1. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menular, sebagian besar
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya.
2. Tuberkulosis paru disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
3. Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA (+) saat batuk/bersin, bakteri
menyebar ke udara dalam bentuk droplet.
4. Patogenesis TB paru adalah saat droplet terhirup melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus dan terus berjalan sampai ke alveolus dan menetap di sana.
Kelanjutan dari proses ini bergantung dari daya tahan tubuh masing-masing
individu.
5. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
bakteriologis.
6. Gejala klinis utama TB paru adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3
minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin menyertai adalah batuk darah,
sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan dan demam/meriang lebih dari sebulan.
7. Komplikasi TB paru antara lain dapat timbul pleuritis, efusi pleura, empiema,
laringitis, Poncet’s arthropathy. Sedangkan komplikasi lanjut dapat menyebabkan
obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (sering terjadi pada TB milier dan kavitas
TB)
8. Tipe pasien TB paru berdasarkan riwayat pengobatan dibagi menjadi: kasus baru,
relaps, drop out, gagal, pindahan, kasus kronis dan tuberkulosis resistensi ganda.
9. Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan selama 6-8 bulan dengan
menggunakan paduan beberapa obat atau diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat dibunuh. Obat-obat yang
dipergunakan sebagai obat anti tuberkulosis (OAT) yaitu: Isoniazid (INH),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan Etambutol (E)
31
10. Hasil pengobatan TB paru dibedakan menjadi: sembuh, pengobatan lengkap, gagal,
putus berobat, dan meninggal.
11. Evaluasi pengobatan dapat mengguanakn metode klinis, bakteriologis, dan
radiologis.
32
DAFTAR PUSTAKA
33