Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

BENTANG ALAM VULKANIK

4.1 Pengertian Bentangalam Vulkanik


Bentangalam vulkanik adalah bentangalam yang proses pembentukannya
dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.
Bentangalam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik.
Vulkanisme adalah aktifitas alamiah berupa keluarnya magma dari dalam
bumi, atau semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma.
Ada 3 macam vulkanisme yg dikenal yaitu :
a. Vulkanisme letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan
gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan
material piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal.
b. Vulkanisme lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit
mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah. Biasanya menghasilkan
gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, (Gunung Dieng dan Hawaii).
c. Vulkanisme campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental.
Vulkanisme ini menghasilkan gunung api strato, misalnya Merapi dan Merbabu.
Setiap gunung berapi memiliki karakteristik letusan (erupsi) tertentu yang
dapat dilihat dari material yang dikeluarkan, intensitas erupsi, bentukan alam hasil
erupsi dan kekuatan letusannya. Tipe letusan gunung berapi antara lain:
A. Tipe Hawai, ciri-ciri letusan tipe Hawai antara lain:
1. Lava yang dikeluarkan dari lubang kepundan bersifat cair.
2. Lava mengalir ke segala arah.
3. Bentuk gunung menyerupai perisai atau tameng.
4. Skala letusannya relatif lebih kecil, intensitasnya cukup tinggi.
Contoh gunung dengan tipe letusan ini antara lain: Gunung Maona Loa,
dan Kilauea di Hawaii.

19
20

Gambar 4.1 Tipe Hawai


(Sumber:www.ilmugeografi.com)
B. Tipe Stromboli, letusan tipe Stromboli memiliki ciri-ciri:
1. Seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat,
2. Letusannya memiliki interval waktu hampir sama.
Contoh tipe letusan Stromboli yaitu Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung
Raung (Jawa).

Gambar 4.2 Tipe Stromboli


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
C. Tipe Vulkano, mempunyai ciri-ciri, yaitu:
1. Cairan magma yang kental dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal
sampai dalam.
2. Besar kecilnya letusan didasarkan atas kekuatan tekanan dan kedalaman
dapur magmanya.
3. Daya rusak cukup besar.
Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa
Timur.
21

Gambar 4.3 Tipe Volkano


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
D. Tipe Pele, letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di
puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan
tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat,
gunung tersebut meletus.

Gambar 4.5 Tipe Pelle


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
E. Tipe Sint Vincent, letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah
bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan
diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang
meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun
1902.
22

Gambar 4.6 Tipe Sint Vincent


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
F. Tipe Perret, termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat
dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan
dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Contoh letusan gunung
yang memiliki tipe letusan Perret adalah Gunung Krakatau pada tahun 1883 dan
St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980 merupakan tipe perret yang
letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya
sangat hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya
dinding kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera.

Gambar 4.7 Tipe Perret


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
G. Tipe Merapi, letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat
mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan
memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan
akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu
23

atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering
disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di
sekitarnya.

Gambar 4.8 Tipe Merapi


(Sumber: www.ilmugeografi.com)
Morfologi gunung api dapat dibedakan menjadi tiga zona dengan cirri-ciri
yang berlainan yaitu :
A. Zona Pusat Erupsi
1. Banyak radial dike/sill.
2. Adanya simbat kawah (pluge) dancrumble breccia.
3. Adanya zona hidrotermal.
4. Endapan piroklastik kasar.
5. Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi.
B. Zona Proksimal
1. Material piroklastik agak terorientasi.
2. Pada material piroklastik dan lava dijumpai pelapukan, dicirikan oleh soil
yang tipis.
3. Sering dijumpai parasitic cone.
4. Banyak dijumpai ignimbrite dan welded tuff.
C. Zona Distal
1. Material piroklastik berukuran halus.
2. Banyak dijumpai lahar.
4.2 Klasifikasi Bentangalam Vulkanik
24

Tabel 4.1 Klasifikasi Bentang Lahan Asal Vulkanik Menurut Verstappen (1985)
(Sumber:www.academia.edu)
KODE SUBSATUAN WARNA
V1 Kepundan
V2 Kerucut Vulkanik
V3 Lereng Vulkanik Atas
V4 Lereng Vulkanik Tengah
V5 Lereng Vulkanik Bawah
V6 Kaki Vulkanik
V7 Dataran Kaki Vulkanik
V8 Dataran Fluvial Vulkanik
V9 Padang Lava
V10 Padang Lahar
V11 Lelehan Lava
V12 Aliran Lahar
V13 Dataran Antara Vulkanik
V14 Dataran Tinggi Lava
V15 Planezee
V16 Padang Abu, Tuf, Lapilli
V17 Solfatara
V18 Fumaroles
V19 Bukit Vulkanik Terdenudasi
V20 Leher Vulkanik
V21 Sumbat Vulkanik
V22 Kerucut Parasifer
V23 Boca

4.3 Fasies Gunungapi (Bogie & Mckenzie,1998)


Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi
daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian
dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut
gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone, dan Distal
Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal
Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan
daerah kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua
25

penulis tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central
Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies.
Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies
(1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok,yaitu
Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies (Gambar 1).
Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan
kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies
gunung api tersebut dapat diidentifi kasi berdasarkan data:
1. inderaja dan geomorfologi,
2. stratigrafi batuan gunung api,
3. vulkanologi fi sik,
4. struktur geologi, serta
5. petrologi-geokimia.

Gambar 4.9 fasies gunung api


(Sumber: https://mistergendon95.blogspot.com)
Pada umur Kuarter hingga masa kini, bentang alam gunung api komposit
sangat mudah diidentifikasi karena bentuknya berupa kerucut, di puncaknya terdapat
kawah dan secara jelas dapat dipisahkan dengan bagian lereng, kaki, dan dataran di
sekitarnya. Dari puncak ke arah kaki, sudut lereng semakin melandai untuk
kemudian menjadi dataran di sekitar kerucut gunung api tersebut. Untuk pulau
gunung api, bagian puncak dan lereng menyembul di atas muka air laut sedangkan
kaki dan dataran berada di bawah muka laut. Namun berdasarkan penelitian
topografi bawah laut, tidak hanya kaki dan dataran di sekeliling pulau gunung api,
26

tetapi juga kerucut gunung api bawah laut dapat diidentifikasi. Aliran sungai pada
kerucut gunung api di darat dan pulau gunung api mempunyai pola.

Gambar 4.10 Pembagian fasies gunung api aktif


(Sumber: https://mistergendon95.blogspot.com)
Apabila suatu kerucut gunung api di darat atau diatas muka air laut sudah
tidak aktif lagi, maka proses geomorfologi yang dominan adalah pelapukan
danerosi, terutama di daerah puncak yang merupakan daerah timbulan tertinggi.
Karena pengaruh litologi yang beragam di daerah puncak, ada yang keras dan ada
yang lunak, relief daerah puncak menjadi sangat kasar, tersusun oleh bukit-bukit
runcing di antara lembah-lembah sungai yang terjal dan dalam Sekalipun suatu
kerucut gunung api sudah tererosi cukup lanjut, bagian lereng biasanya masih
memperlihatkan pola sudut lereng yang melandaike arah kaki dan berpasang-
pasangan menghadap ke arah bekas puncak. Kemiringan lereng bukityang
menghadap ke daerah bekas puncak pada umumnya lebih terjal daripada
kemiringan lereng yang menjauhi daerah puncak. Dari citra landsat utuh dapat
diperlihatkan perbedaaan penampakan bentang alam kerucut gunung api muda dan
yang sudah tererosi, baik pada tingkat dewasa maupun lanjut, mulai dari daerah
puncak (fasies sentral), lereng atas (fasies proksimal), lereng bawah (fasies
medial), dan kaki serta dataran (fasies distal).
27

Gambar 4.11 Gunung Bungkuk


(Sumber: https://mistergendon95.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai