Anda di halaman 1dari 53

DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

MCU Pre-employement
Pasal 8/1 Melakukan pemeriksaaan kesehatan calon tenaga kerja atau tenaga kerja yang akan dipindah. dilakukan CJKEX untuk
personnel

HSE Induksi untuk pekerja


Pasal 9/1a Pengurus menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja semua kondisi bahaya ditempat kerja.
baru

Pengurus memperkerjakan tenaga kerja setelah tenaga kerja tersebut memahami syarat-syarat HSE Induksi untuk pekerja
Pasal 9/2
keselamatan kerja. baru

SOP Induksi Pekerja


Pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan, kebakaran, P3K, dan peningkatan keselamatan
Pasal 9/3 SOP Pelatihan dan
dan kesehatan kerja.
Pengembangan

Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
Pasal 9/4 Rambu K3, Prosedur, IK
dijalankan.

Pasal 10/1 Pembentukan P2K3.


P2K3 perusahaan
Pasal 10/2 Susunan P2K3.

Pasal 11/1 Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ke Depnaker setempat. SOP Pelaporan Kecelakaan
1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja Kerja Semua
Pasal 11/2 Tata cara pelaporan kecelakaan.

Pasal 12 Kewajiban dan hak tenaga kerja. SOP HR

Pasal 12/1 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli K3.

Pasal 12/2 Memakai APD. SOP Penggunan APD


Pasal 12/3 Memenuhi dan mentaati semua syarat K3. Rambu K3, Prosedur, IK

Pasal 12/4 Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3.
SOP Komunikasi
Pasal 12/5 Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan olehnya.

Rambu K3, Prosedur, IK


Pasal 13 Kewajiban mentaati syarat K3 dan memakai APD bila memasuki tempat kerja.

Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan-bahan pembinaaanya lainnya pada tempat yang mudah
Pasal 14/2
dilihat.
Menyediakan APD secara cuma-cuma bagi tenaga kerja dan setiap orang yang memasuki tempat kerja
Pasal 14/3 SOP Penggunan APD
tersebut.

SOP Recruitment, Buku


Bab 3 Pasal 5, 6 Kesempatan dan perlakuan yang sama
Peraturan Perusahaan

SOP Pelatihan dan


2 Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan Bab 5 Pasal 9-30 Pelatihan Kerja Pengembangan ; Rencana Semua
training dan implementasi

Pargraf 5 Pasal 86 Perlindungan K3 Kebijakan K3


Pasal 87 SMK3 SMK3 Perusahaan
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 3/1 Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja. Prosedur Pemeliharaan


Pasal 3/2 Setiap tenaga kerja berhak atas jamsostek. Kesehatan HR ; Jaminan
3 Undang-undang NO. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Hari tua, Jaminan Semua
Pasal 4 Jamsostek wajib dillaksanakan perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dalam hubungan ke Kematian, Jamian
Kecelakaan Kerja
Pasal 17 Pengusaha dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban APAR, Fixed Fire
Paragraf 2 Pasal 17
muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan Intallation
bahaya petir.

Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan


menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
ayat 2
(1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan Sertifikat K3 Gedung
pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif

4 Undang-Undang No 28 tahun 2002 Bangunan Gedung Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya
ayat 3 petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir.

Pasal 19 Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran Gedung

Pasal 20 Penangkal Petir

Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi Pengukuran Pencahayaan
Pasal 21
persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung. Ruangan

Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) harus disediakan Jalur evakuasi darurat
Pasal 30 di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan gedung, Sertifikat Proteksi
jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal. Kebakaran Gedung

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
Pasal 164/1
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Prosedur Pemeliharaan
Kesehatan HR ; MCU,
5 Undang Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Semua
HSE Meeting, HSE
Campaign
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang
Pasal 164/2
berada di lingkungan tempat kerja. Prosedur Pemeliharaan
Kesehatan HR ; MCU,
5 Undang Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Semua
HSE Meeting, HSE
Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, Campaign
Pasal 165/1
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
Pasal 166/1
pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

Undang Undang Lalu Lintas dan Jalan No 22 Tahun 2009 tentang Lalu
6
Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 1 Tanpa izin dilarang mendirikan bangunan-bangunan tempat bekerja yang berikut: (22 Jenis)

Undang Undang Gangguan Hinder Ordonantie STAATSBLAD TAHUN


7 Izin UUG Semua
1926 NOMOR 226 Permintaan untuk mendapat izin harus dilampiri dengan keterangan yang seksama, jika perlu diterangkan
dengan gambar yang teliti tentang tempat yang akan dibangun itu, juga tentang mesin-mesin, perkakas-
Pasal 4
perkakas dan alat penolong serta cara memasangnya, demikian pula suatu keterangan tentang apa yang
akan dikerjakan, dibuat, dikumpulkan atau disimpan dalam bangunan itu.

PERATURAN PEMERINTAH RI

bab 2 SMK3 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.


1 Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 SMK3 Perusahaan Semua
pasal 6 SMK3 meliputi : Kebijakan, Perencanaan K3, Pelaksanaan, Pemantauan, Peninjauan

Pasal 3 Penetapan Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan Tanpa Rokok


Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang
Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena
2 Pasal 22 Gedung
bagi Kesehatan kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan
sebagai kawasan tanpa rokok

Pimpinan atau penanggungjawab tempat umum dan tempat kerja yang menyediakan tempat khusus untuk
Pasal 23 merokok harus menyediakan alat penghisap udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak Penyediaan smoking area
merokok.

Dalam satu ruangan hanya diperbolehkan ada satu bejana tekan atau botol baja yang sedang digunakan,
Pasal 35 sebagai cadangan disimpan di gudang atau ruangan lain yang ditentukan oleh Direktur sesuai dengan
peraturan

Penempatan Kompressor
Dilarang menaruh bejana tekan dan botol baja dekat tangga, gang, dimuka lubang pemasukan angin, alat
3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan dan APAR pada tempat Warehouse
pengangkut dan benda-benda bergerak lainnya yang dapat menimpa
yang sesuai
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Kompressor
Penempatan Aktual Aktivitas Terkait
3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan dan APAR pada tempat Warehouse
UNDANG-UNDANG yang sesuai

Dilarang menyimpan botol-botol baja dan bejana transport bersama-sama dengan


botol-botol baja yang berisi bahan-bahan yang mudah terbakar.
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang
limbah B3
Pasal 3
yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih
dahulu.

Limbah yang tidak termasuk dalam daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 7 ayat (3) diidentifikasi
sebagai
limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :
a. mudah meledak;
Pasal 8 b. mudah terbakar;
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e. menyebabkan infeksi; dan
f. bersifat korosif.

1. Penyimpanan
(1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan berdasarkan klasifikasi
beracun dan/atau menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 limbah (infeksius: kuning,
dan/atau menimbun limbah B3. Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada limbah domistik: hitam),
bab 3 Pasal 9 ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh 2. penyerahan limbah
penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan kepada lembaga
limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3. bersertifikasi,
3. dokumen penyerahan
limbah

(2) Apabila kegiatan reduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih menghasilkan limbah B3, dan
limbah B3 tersebut masih dapat dimanfaatkan, penghasil dapat memanfaatkannya sendiri atau
menyerahkan pemanfaatannya kepada pemanfaat limbah B3.

Peraturan Pemerintah RI No 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah penyerahan limbah kepada
4 lembaga bersertifikasi Warehouse
B3 dan perubahannya No 85 tahun 1999
(4) Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau
penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3.

(1) Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90 (sembilan puluh) Penyerahan limbah kepada
hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah lembaga bersertifikasi
B3. sebelum 90 hari (dilakukan
Pasal 10 (2) Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat 1 bulan sekali
menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan pu1uh hari sebelum diserahkan kepada pengangkutan dan
pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang bertanggung pembuangan limbah medis
jawab. klinik)
B3 dan perubahannya No 85 tahun 1999

DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang :


a. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3;
Pasal 11 b. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3; Tracking Limbah Medis
c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah atau penimbun limbah B3.

Pasal 16 Setiap pengangkutan limbah B3 oIeh pengangkut limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3

Manifest B3
Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 dan dokumen limbah B3 sebagaimana dimaksud
Pasal 17 dalam Pasal 16 ayat (1) kepada pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3.

Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar
Pasal 12 MSDS
Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(1) Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik operasi serta pelaksanaannya
sesuai dengan tata cara pengangkutan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. izin Transportasi Limbah B3
Pasal 13
(2) Persyaratan sarana pengangkutan dan tata cara pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dari Pihak ke 3
ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang transportasi.

Pengklasifikasian dalam
Pasal 14 Setiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan, disimpan wajib dikemas sesuai dengan klasifikasinya.
penyimpanan B3

5 Peraturan Pemerintah RI No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Warehouse
Pasal 15 Simbol, Label dan MSDS
Bahan (Material Safety Data Sheet).

Terdapat simbol pada


Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan
Pasal 17 tempat penyimpanan
simbol dan label.
limbah sementara

Program K3 Perusahaan,
Pasal 22 Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
APD

Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara
Pasal 23 MCU Berkala Karyawan
berkala.

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menanggulangi terjadinya kecelakaan dan Prosedur Tumpahan Bahan
Pasal 24
atau keadaan darurat akibat B3. Kimia

KEPUTUSAN PRESIDEN

Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan
Pasal 2 Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Keputusan Presiden NO. 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
1 Semua
Hubungan Kerja
SOP Pelaporan Penyakit
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sebagaimana
Pasal 4 Akibat Kerja dan Investigasi
tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.
Diagnosis PAK
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

PERATURAN MENTERI

Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum Pemeriksaan tenaga kerja
Pasal 1/a
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan sebelum bekerja

MCUberkala sudah
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap
Pasal 1/b dilakukan CJKEX untuk
tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
personnel

Dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan
Pasal 1/d Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Per10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang Dilakukan oleh dokter Clinic
dibenarkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Pekerja diterima dalam kondisi kesehatan baik, tidak mempunyai penyakit menular, cocok untuk pekerjaan Cek untuk Fit to Work hasil
Pasal 2/1
Peraturan Menakertrans No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan MCU
1 Semua
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Pasal 3/1 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
Pasal 3/2 Pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali. MCUberkala sudah
dilakukan CJKEX untuk
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi : pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen personnel
Pasal 3/3
paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Melapor kepada Dirjen Bina Lindung Tenaga Kerja bila dalam pemeriksaan berkala ditemukan penyakit
Pasal 4
akibat kerja.
Pasal 5 Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus.
Plan tahunan sudah
Pasal 6/1 Membuat perencanaan pemeriksaan kesehatan. direcord oleh Medsite Dept
dan HRD

(1) Kebakaran dapat digolongkan:


a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
Pasal 2 b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam (Golongan D). Terdapat 2 jenis APAR :
Tepung Kering dan Busa
2) Jenis alat pemadam api ringan terdiri: (untuk Lab)
a. Jenis cairan (air);
Pasal 2 b. Jenis busa;
c. Jenis tepung kering;
d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);

Pemasangan mudah
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
Pasal 4 terlohat dengan tanda
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan
segitiga APAR
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980 tentang
2 Semua
syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati sudah berlubang-lubang
Pasal 5
atau cacat karena karat.

Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya)
berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical)
Pasal 8 Penempatan APAR
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dan permukaan lantai
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980 tentang
2 Semua
syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu: Pemeriksaan APAR 1
Pasal 11 a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; tahun sekali bersamaan
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan; dengan Refill

Pasal 22 Tanggal, bulan dan tahun pengisian, harus dicatat pada badan alat pemadam api ringan tersebut.

Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan
Pasal 3
tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik.
Sertifikat Proteksi
Kebakaran Automatik
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1983 tentang Gedung MK & KC
3 Gedung
Instalasi Kebakaran Automatik Terhadap instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan pemeliharaan dan pengujian berkala secara Springkler, Smoke detector,
Pasal 57 Head detector, Flame
mingguan, bulanan dan tahunan.
detector

Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan
Pasal 138
standar uji yang telah ditentukan;

Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua)
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1985 tentang Pasal 138 tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun Sertifikat Lift Gedung MK &
4 sekali; Gedung
Pesawat Angkat Angkut KC

Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli
Pasal 138
Keselamatan Kerja kecuali di tentukan lain

Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai dengan standar uji yang telah
Pasal 30
ditentukan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Per.03/MEN/1999 tentang Syarat-
Sertifikat Lift Gedung MK &
5 Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang Gedung
KC
dan Barang Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pegawai pengawas dan
Pasal 30
atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
Pasal 2
membentuk P2K3.

Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:


Pasal 2 Struktur P2K3 Perusahaan
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;
Permenaker NO. Per. 04/MEN/1987 tentang Panitia P2K3 serta Tata Cara
6 Semua
Penunjukkan Ahli K3 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris
Pasal 3
dan Anggota.

Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan tentang kegiatan P2K3 kepada
Pasal 12 Laporan P2K3
Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengantepat, aman dan
memenuhi syarat;
Pasal 50

Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Per-02/MEN/1989 tentang Sertifikat Peangkal Petir
7 Gedung
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir MK & KC
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Per-02/MEN/1989 tentang Sertifikat Peangkal Petir
7 Pemeriksaan dan pengujian instalasj penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan Gedung
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir MK & KC
kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk;

Pasal 51
Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang
ditunjuk termasuk penyediaan alat-alat bantu

Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan peledakan.

Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan yang belum mengikutsertakan
Pasal 3
tenaga kerja dalam program Jamsostek.
Prosedur Pelaporan dan
Permenaker NO. Per. 03/MEN/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan
8 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam terhitung Investigasi Kecelakaan Semua
Pemeriksaan Kecelakaan Pasal 4
sejak terjadinya kecelakaan. HSE

Pasal 5 Tata cara pelaporan kecelakaan.

Pasal 6 Pemeriksaan kecelakaan.

Pasal 4 Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin dan harus cukup luas.

Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara dan bersih.

Air, sampah atau bahan terbuang yang lain harus selalu dikumpulkan dan dibuang ke tempat-tempat yang
rapi.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Monitoring Lingkungan
9 Semua
Kesehatan, kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja Kerja
Pasal 8 Dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapi.

Tiap-tiap tempat kerja yang dipergunakan waktu malam hari harus selalu menyediakan alat-alat
Pasal 13
penerangan darurat.

Alat-alat penerangan darurat tersebut harus ditempatkan pada tempat-tempat yang tidak mungkin
menimbulkan bahaya.

Melaporkan penyakit akibat kerja secara tertulis kepada Kantor Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Pasal 2
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Pasal 3 Pelaporan penyakit akibat kerja paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit didiagnosa.
Permenaker NO. Per. 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Prosedur Pelaporan
10 Semua
Akibat Kerja Kecelakaan dan PAK HSE
Melakukan tindakan preventif terhadap penyakit akibat kerja, menyediakan APD untuk mencegah penyakit
Pasal 4
akibat kerja.

Pasal 5 Kewajiban dan hak tenaga kerja dalam pencegahan penyakit akibat kerja.

Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan.


Prosedur Pemeliharaan
Pasal 2/1 Melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (Pasal 2).
Kesehatan HR
Pasal 2/2 Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 2/3 Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja.


Pasal 2/4 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter.
Prosedur Pemeliharaan
Pasal 2/5 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja.
Kesehatan HR
Prosedur Pemeliharaan
Pasal 2/6 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan HR
Pasal 2/7 P3K.

Terdapat petugas P3K


Pasal 2/8 Pendidikan kesehatan dan pelatihan pelatihan P3K (pasal 2).

Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, APD, serta penyelenggaraan
Pasal 2/9 SOP Penggunan APD
makanan di tempat kerja.
Pasal 2/10 Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (pasal 2).

Pasal 2/11 Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yang memiliki kelainan dalam kesehatannya.
Peraturan Menakertrans No. 03/Men/1982 Pelayanan Kesehatan Tenaga
11 Semua
Kerja.
Pasal 2/12 Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan (pasal 2).

Pasal 3/1 Hak tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.


Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
Pasal 3/2
teknologi.
Pasal 4/1a Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan sendiri oleh pengurus.

Pasal 4/1b Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan dokter atau pelayanan kesehatan lainnya. Prosedur Pemeliharaan
Kesehatan HR

Pasal 4/1c Kerjasama dengan perusahaan lain dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Pasal 4/2 Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan.


Pasal 5 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipimpin oleh dokter.

Pasal 6/1 Pengurus memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan.

Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bebas memasuki tempat kerja
Pasal 6/2
untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan keterangan yang perlu.

Tidak terdapat asbes pada


12 Permenaker RI No Per 3/Men/1985 Pemakaian Asbes Bab II Asbes atau bahan yang mengandung asbes tidak boleh digunakan dengan cara menyemprotkan. Semua
peralatan kerja
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri Tenaga kerja No. PER-01/MEN/1998 tentang Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan dapat dengan cara:
JHT, JKK, JK
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan a Menyediakan sendiri atau bekerjasama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK).
13 Pasal 1 SOP Pemeliharaan HRD
Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar b Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; dan
Kesehatan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja c Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan.

Penyakit akibat kerja dapat diketemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan
Pasal 2
tenaga kerja;

Dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) harus ditentukan apakah
Pasal 2/2 penyakit yang diderita tenaga kerja merupakan penyakit akibat
kerja atau bukan.

Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
Pasal 3/1 kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya
hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya;

Keputusan Menakertrans No. 333/MEN/1989 Diagnosis dan Pelaporan Prosedur Pelaporan


14 Semua
Penyakit Akibat Kerja Jika terdapat keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa Kecelakaan dan PAK HSE
kesehatan dapat dikonsultasikan kepada Dokter Penasehat Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud Undang-
Pasa l3/2
undang N0. 2 tahun 1951 dan bila diperlukan dapat juga dikonsultasikan kepada dokter ahli yang
bersangkutan;

Penyakit akibat kerja yang ditemukan sebagaimana dimaksud pasal 2 harus dilaporkan oleh pengurus
Pasal 4 tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat lambatnya2 x 24 jam kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;

Permenaker NO. Per. 01/MEN/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan
15 Pasal 1
bagi Dokter Perusahaan dalam bidang hiperkes dan KK.

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga
Pasal 1 tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
16 Per.01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan
(1) Setiap tenaga Para Medis yang telah dapat menyelenggarakan latihan akan mendapatkan sertifikat.
Pasal 4 (2) Dengan sertifikat tersebut tenaga kerja medis yang bersangkutan telah memenuhi syaratsyarat untuk
menyelenggarakan pelayanan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sesuai dengan fungsinya.

Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.

Pasal 2/2 Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.


DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk memberikan
Pasal 4
pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.

Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ditentukan berdasarkan
Pasal 5/1 jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja,dengan rasio sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada :


a. tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah
Pasal 5/2 pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
b. tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas : a. melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
Pasal 6 b. merawat fasilitas P3K di tempat kerja; c. mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
Peraturan Menakertrans No. 15/Men/VIII/2008 Pertolongan Pertama Pada d. melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
17 Penunjukan First aider First Aider
Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja.

Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K di tempat kerja pada
tempat yang mudah terlihat.
Pasal 7
(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh pekerja/buruh
yang membutuhkan pertolongan.

Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:


a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki
Pasal 8
potensi bahaya yang bersifat khusus.
(2) Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan peralatan yang disesuaikan
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam keadaan darurat.
(3) Peralatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat untuk pembasahan tubuh
cepat (shower) dan pembilasan/pencucian mata.

Pasal 10 Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan

Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja

Pasal 2/2 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus sesuai dengan SNI atau standar yang berlaku

Pasal 2/3 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 4/1 APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:

Pasal 4/1 (a) dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, dst

dibuat, diolah, dipakai… bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan
Pasal 4/1 (b)
infeksi, dst

Permenaker dan Transmigrasi No. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Pengusaha atau pengurus wajib mengumpulkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai
18 Pasal 5 Prosedur APD Semua
Diri kewajiban penggunaan APD di tempat kerja

Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakia atau menggunakan APD sesuai
Pasal 6/1
dengan potensi bahaya dan risiko

Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
Pasal 6/2
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.

Pasal 7/1 Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja.

Pasal 8/1 APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau dimusnahkan.

APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus dimusnahkan
Pasal 8/2
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4,
Pasal 9
dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.

19 PP 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

20 PP 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan

21 PP 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas di Jalan

22 PP 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi


DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran
Pasal 2/1
gelap lainnya di tempat kerja. narkotika, psikotropika dan zat adiktif

Upaya aktif pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika
Pasal 2/2 dan zat adiktif lainnya di tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. penetapan
kebijakan b. penyusunan dan pelaksanaan program

Peraturan Menakertrans No. 11/Men/VI/2005 Pencegahan Penanggulangan


Pengusaha dapat meminta pekerja/buruh yang diduga menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan zat A&D Policy, A&D
23 Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Pasal 6/1 Semua
adiktif lainnya untuk melakukan tes dengan biaya ditanggung oleh perusahaan Procedure
lainnya di Tempat Kerja.

Berdasarkan hasil tes sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dokter yang telah mendapatkan pelatihan di
Pasal 6/4 bidang narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dapat menetapkan apakah pekerja/buruh harus
mengikuti perawatan dan atau rehabilitasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pekerja/buruh yang membutuhkan perawatan dan atau rehabilitasi akibat
Pasal 7/1 penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diatur
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama

Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja
Pasal 2 (1)
sehingga di bawah NAB.

NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 1
Pasal 4
Peraturan Menteri ini.

Pasal 5 NAB kebisingan 85 desibell A.


Peraturan Menakertrans No. 13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas Faktor Monitoring Lingkungan
24 Semua
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Kerja
Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat
Pasal 15 kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

Lamp 1 NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja


Lamp 2 NAB Faktor Kimia di Tempat Kerja

Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika kimia, dan
Pasl 2/1
radioaktif.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Monitoring Lingkungan
25 Semua
Pengawasan Kualitas Air Kerja
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
Pasal 3/1
mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.

Permenaker No. 18/Men/XI/2008 tentang Penyelenggaraan Audit Sistem Pasal 2 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Audit Internal dilakukan 2
26 Semua
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja kali dalam setahun
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG
Permenaker No. 18/Men/XI/2008 tentang Penyelenggaraan Audit Sistem Audit Internal dilakukan 2
26 Semua
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja kali dalam setahun
Pasal 2 (2) Untuk mengukur kinerja penerapan SMK3 di perusahaan dilakukan audit SMK3.
Pasal 1 Izin Gangguan diatur dalam peraturan daerah.

Pasal 3 Kriteria gangguan dalam penetapan izin terdiri dari: Lingkungan, Sosial,
Ekonomi

Gangguan terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a meliputi gangguan terhadap fungsi tanah, air tanah, sungai, laut, udara
Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Pedoman Penetapan Izin dan gangguan yang bersumber dari getaran
27 Izin UUG
Gangguan di Daerah Gangguan terhadap sosial kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada
dan/atau kebisingan.
ayat (1) huruf b meliputi terjadinya ancaman kemerosotan moral dan/atau
ketertiban umum.
Gangguan terhadap ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi ancaman terhadap:
a. penurunan produksi usaha masyarakat sekitar;
Pasal 15 Izinpenurunan
b. Gangguannilai
berlaku selama
ekonomi perusahaan
benda tetap danmelakukan usahanya.
benda bergerak yang berada di
sekitar lokasi usaha.

Pasal 2 Setiap orang yang melakukan Pengelolaan Limbah B3 wajib melakukan


pemberian simbol Limbah B3 dan pelabelan limbah B3 yang dikelolanya

Pelabelan Simbol limbah B3 sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1


dilakukan pada :
a. Wadah / Kemasan Limbah B3
b. Tempat penyimpanan limbah B3
c. Alat angkut limbah B3

Pemberian simbol limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan


berdasarkan karakteristik
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label dan Simbol Limbah
28 Karakteristik limbah B3 sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 meliputi : Klinik
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracum Medis
a. mudah meledak
b. mudah menyala
c. reaktif
d. beracun
e. infeksius
f. Korosif
g. berbahaya terhadap lingkungan

Tata cara pelabelan simbol limbah B3 dan pelabelan limbah B3 dilakukan


sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan menteri ini
KEPUTUSAN MENTERI
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Untuk menghindari timbulnya dampak negatif yang tidak diinginkan, sebagai akibat dipergunakannya Bahan
Keputusan Menteri Perindustrian No.148 Tahun 1985 Pengamanan Bahan Berbahaya dan Beracun oleh perusahaan industri, maka perusahaan industri yang bersangkutan
1 Pasal 2 Semua
Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri. bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun mulai dari
pengadaan di pabrik, penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan pengangkutan sampai di distributor.

Pasal 2/1 Pengurus wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

Pasal 2/2 Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran meliputi :

Pasal 2/2a Pengendalian setiap bentuk energi.

Pasal 2/2b Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi.

Pasal 2/2c Pengendalian penyebaran panas, asap, dan gas.

Pasal 2/2d Pembentukan unit kebakaran di tempat kerja.

Pasal 2/2e Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.

Pasal 2/2f Memiliki buku rencana penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran seperti pada pasal 2 (2) dilaksanakan sesuai
Pasal 2/3
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Pasal 2/4 Buku perencanaan penanggulangan kebakaran memuat antara lain :

Pasal 2/4a Informasi sumber potensi bahaya kebakaran dan cara penanggulangannya.

Pasal 2/4b Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana kebakaran di tempat kerja.

Pasal 2/4c Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan kebakaran.

Pasal 2/4d Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran.


Terdapat tim
Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaran.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Tim Penanggulangan
2
Penanggulanagan Kebakaran Di tempat Kerja Kebakaran Gedung dan Kebakaran
Pasal 4 Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran. Sertifikat K3 Gedung

Pasal 5 Syarat unit penanggulangan kebakaran.

Pasal 5/1 Petugas peran kebakaran.

Pasal 5/2 Regu penanggulangan kebakaran.


DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA Terdapat tim
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Tim Penanggulangan
2
Penanggulanagan Kebakaran Di tempat Kerja Kebakaran Gedung dan Kebakaran
Sertifikat K3 Gedung

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 5/3 Koordinator unit penanggulangan kebakaran.

Pasal 5/4 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.

Pasal 6/1 Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah 25 orang tenaga kerja.

Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran ditetapkan untuk
Pasal 6/2 tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang atau setiap tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang III, berat.

Pasal 6/3 Koordinator unit penanggulangan kebakaran.


Tempat kerja dengan resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang sekurang-kurangnya 1 orang setiap
Pasal 6/3a
jumlah tenaga kerja 100 orang.

Tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1
Pasal 6/3b
orang untuk setiap unit kerja.

Pasal 7 Syarat dan tugas petugas peran kebakaran.

Pasal 8 Syarat dan tugas regu penanggulangan kebakaran

Pasal 9 Syarat dan tugas koordinator unit penanggulangan kebakaran.

Pasal 10 Syarat, tugas dan wewenang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.

Lamp.1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/Menkes/SK/XI/2002 Persyaratan Monitoring Lingkungan
3 Semua
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Kerja
Lamp.2 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Pasal 2 Perusahaan wajib untuk mengendalikan bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
Pasal 3 Pengendalian bahan kimia berbahaya meliputi :
Pasal 3/1 Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label.
Pasal 4 Ketentuan dalam MSDS.
Pasal 4/1a Identitas bahan dan perusahaan.
Pasal 4/1b Komposisi bahan.
Pasal 4/1c Identifikasi bahaya.
Pasal 4/1d Tindakan P3K.
Pasal 4/1e Tindakan penanggulangan kebakaran.
Pasal 4/1f Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
Pasal 4/1g Penyimpanan dan penanganan bahan.
Pasal 4/1h Pengendalian pemaparan dan APD.
Pasal 5 Ketentuan dalam label.
Pasal 5/1a Nama produk.
Pasal 5/1b Identifikasi bahaya.
Pasal 5/1c Tanda bahaya dan artinya.
Pasal 5/1d Uraian resiko dan penanggulangannya.
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 5/1e Tindakan pencegahan.

Pasal 5/1f Instruksi dalam hal terkena atau terpapar.

Pasal 5/1g Instruksi kebakaran.

Pasal 5/1h Instruksi tumpahan dan kebocoran.


Keputusan Menakertrans No. 187/MEN/1999 Pengendalian bahan Kimia Pasal 5/1i Instruksi pengisian dan penyimpanan.
4 Warehouse
Berbahaya di Tempat Kerja
Pasal 5/1k Nama, alamat, no. telepon pabrik pembuat dan distributornya.

Pasal 6 MSDS dan label harus di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja.
Kriteria bahan kimia berbahaya (bahan beracun, bahan sangat beracun, cairan mudah terbakar, gas mudah
Pasal 9
terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif, bahan oksidator).
Pasal 10 Kriteria bahan beracun dan sangat beracun ditetapkan dngan sifat kimia, sifat fisika dan toksik.

Pasal 11 Kriteria cairan sangat mudah terbakar ditetapkan dengan sifat kimia, sifat fisika.

Pasal 12/1 Kriteria bahan kimia mudah meledak.

Pasal 12/2 Kriteria bahan kimia yang termasuk kriteria reaktif.

Pasal 12/3 Kriteria bahan kimia yang termasuk kriteria oksidator.

Pasal 14 Nilai ambang kuantitas bahan kimia berbahaya.

Perusahaan yang menggunakan bahan kimia berbahaya lebih kecil atau sama dengan NAK (pasal 14)
Pasal 15/2
dikategorikan perusahaan yang mempunyai potensi bahaya menengah.

Pasal 17 Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah wajib :

Pasal 17/6 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya setahun sekali.

Pasal 18 Hasil pengujian faktor kimia digunakan sebagai dasar untuk pengendalian bahan kimia berbahaya.

Pengelola penyediaan air minum harus :


Pasal 1 (a) menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan, dengan melaksanakan
Lampiran pemeriksaan secaraair
Peryaratan kualitas berkala
minumterhadap kualitas air yang diproduksi
Bakteriologis
Keputusan Menkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Syarat-syarat dan Monitoring Lingkungan
5 Semua
Pengawasan Kualitas Air Minum Kerja
Lampiran Peryaratan kualitas air minum Fisik

Pasal 2 Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.

Keputusan Menakertrans No. 68/MEN/IV/2004 Pencegahan dan


6
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG
1. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja.
2. Pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
3. Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga atau ahli dibidang HIV/AIDS.
Keputusan Menakertrans No. 68/MEN/IV/2004 Pencegahan dan Pasal 4
6 Pemerintah melakukan pembinaan terhadap program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja. tempat kerja.
Pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga atau ahli dibidang HIV/AIDS.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan kegiatan lainnya
Pasal 6
harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlaku bagi data rekan medis.

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada


bangunan gedung dan lingkungan
meliputi:
a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
Pasal 3
b. Sarana penyelamatan,
c. Sistem proteksi pasif,
d. Sistem proteksi aktif,
e. Pengawasan dan pengendalian.
KepMen PU No. 10 /KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
7 Sertifikat K3 Gedung Gedung
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bab 1 KETENTUAN UMUM
Bab II PERENCANAAN TAPAK UNTUK PROTEKSI KEBAKARAN
Bab III SARANA PENYELAMATAN
Bab IV SISTEM PROTEKSI PASIF
Bab V SISTEM PROTEKSI AKTIF
Bab VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan pemasangan, pengoperasian,
pemeliharaan, pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat kompetensi
8 Kep Men 311 BW 2002 tentang Kompetensi AK3 Listrik Pertama AK3 Listrik
keselamatan dan kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan sertifikat dan lisensi keselamatan dan
kesehatan kerja listrik.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, perusahaan yang telah
Pasal 3 mengikuti program Jamsostek harus tetap melaksanakan pelayanan kesehatan kerja terhadap tenaga
kerjanya.

Dalam hal perusahaan wajib mengikuti program pemeliharaan Jamsostek, maka pelayanan kesehatan kerja
Pasal 4
yang ada dimanfaatkan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Pasal 5 Pelayanan kesehatan tenaga kerja.


DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN


No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

Pasal 5/1 Pemeriksan kesehatan tenaga kerja.

Pasal 5/2 Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.

Pasal 5/3 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.

Pasal 5/4 Pembinan dan pengawasan perlengkapan kesehatan sanitair. Pemanfaatan Pelayanan
Kepmen No. Kep. 147/MEN/1998 tentang Pemanfaatan Pelayanan
9 Kesehatan bagi Program Semua
Kesehatan bagi Program Jamsostek
Jamsostek
Pasal 5/5: Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja.

Pasal 5/6 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja.

Pasal 5/7 P3K.

Pasal 5/8 Pendidikan kesehatan dan pelatihan P3K (pasal 2).

Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, APD, serta penyelenggaraan
Pasal 5/9
makanan ditempat kerja.

Pasal 5/10: Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (pasal 2).

Pasal 5/11 Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yang memiliki kelainan dalam kesehatannya.

Pasal 5/12: Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan (pasal 2).

Pasal 6 Pembiayaan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan (pasal 5) menjadi tanggung jawab perusahaan.

PERATURAN GUBERNUR

(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, wajib melarang kepada penguna tempat umum
dan/atau pengunjung untuk tidak merokok di tempat umum.

(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan kepada pengguna tempat umum
dan/atau pngunjung apabila terbukti merokok di tempat umum
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.88
1 Pasal 6 Kawasan Tanpa Rokok Semua
tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok

(5) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok
sebagai Kawasan merokok.
DAFTAR PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.88


1 Pasal 6 Kawasan Tanpa Rokok Semua
tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
NAMA DAN JUDUL PERATURAN
No. ISI PERATURAN Kondisi Aktual Aktivitas Terkait
UNDANG-UNDANG

(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, wajib melarang kepada staf dan/atau pegawainya
untuk tidak merokok di tempat kerja

PERATURAN DAERAH

Setiap pemilik, pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung dan lingkungan gedung yang
Pasal 7 (1) mempunyai potensi bahaya kebakaran sebagaimana HIRA
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) wajib berperan aktif dalam mencegah kebakaran.

Untuk mencegah kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemilik,


pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung wajib menyediakan :
a. sarana penyelamatan jiwa; Sertifikat K3 Gedung,
pasal 7 (2)
b. akses pemadam kebakaran; APAR
c. proteksi kebakaran; dan
d. manajemen keselamatan kebakaran gedung.

Pasal 8 (1) Setiap bangunan gedung wajib dilengkapi dengan sarana penyelamatan jiwa
Perda DKI No 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
1
Bahaya Kebakaran Pasal 8 (2/a) Sarana penyelamatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : sarana jalan keluar
Tangga Darurat Gedung
Pasal 8 (2/b) Pencahayaan darurat tanda jalan ke luar;
Pasal 8 (2/c) Petunjuk arah jalan ke luar
Pasal 8 (2/d) Komunikasi darurat
Sertifikat K3 Gedung,
Pasal 8 (2/e) Pengendali asap
APAR
Tempat berkumpul
Pasal 8 (2/f) Tempat berhimpun sementara
sementara
Pasal 8 (2/g) Tempat evakuasi
Sarana penyelamatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selalu dalam kondisi baik dan siap
Pasal 8 (4) Pemeriksaan sarana
pakai.

Tempat berhimpun sementara sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf f harus


Tempat berkumpul
memenuhi persyaratan dan dapat disediakan pada suatu lantai pada bangunan yang karena ketinggiannya
sementara
menuntut lebih dari satu tempat berhimpun sementara.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0232-2005 Nilai Ambang Batas (NAB)
2
Zat Kimia di Udara Tempat Kerja.
PERATURAN LAIN
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0232-2005 Nilai Ambang Batas (NAB)
1 Lampiran NAB
Zat Kimia di Udara Tempat Kerja.
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

MCU Pre-employement
Melakukan pemeriksaaan kesehatan calon tenaga kerja atau tenaga kerja yang
Pasal 8/1
akan dipindah.
dilakukan CJEX untuk V MCU Preemployement HR
personnel

Pengurus menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja semua kondisi HSE Induksi untuk pekerja Pembuatan HSE Induction untuk karyawan
Pasal 9/1a
bahaya ditempat kerja. baru
V 50%
Office Kirana HSE

Pengurus memperkerjakan tenaga kerja setelah tenaga kerja tersebut HSE Induksi untuk pekerja Pembuatan HSE Induction untuk karyawan
Pasal 9/2
memahami syarat-syarat keselamatan kerja. baru
V 50%
Office Kirana HSE

SOP Induksi Pekerja


Terus lakukan pemantauan
Pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan, kebakaran, P3K, dan terhadap training program
Pasal 9/3 V
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. 2014
SOP Pelatihan dan
Pengembangan

Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha
Pasal 9/4 Rambu K3, Prosedur, IK V
dan tempat kerja yang dijalankan.

Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di


Pasal 10/1 Pembentukan P2K3. V
Kemenaker HSE
P2K3 perusahaan
Buku Himpunan Peraturan Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di
Pasal 10/2 Susunan P2K3. V
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Perundang-undangan K3, Kemenaker
1 Semua
Kerja Balai Hyperkes dan
Pasal 11/1 Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ke Depnaker setempat. Keselamatan kerja SOP Pelaporan Kecelakaan V
Kerja
Pasal 11/2 Tata cara pelaporan kecelakaan. V

SOP HR, Buku Peraturan


Pasal 12 Kewajiban dan hak tenaga kerja.
Perusahaan
V 50% Pembuatan buku PP HR

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
Pasal 12/1 V
atau ahli K3.

Pasal 12/2 Memakai APD. SOP Penggunan APD V

Pasal 12/3 Memenuhi dan mentaati semua syarat K3. Rambu K3, Prosedur, IK V

Pasal 12/4 Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3. V
SOP Komunikasi
Pasal 12/5 Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan olehnya. V

Pasal 13 Kewajiban mentaati syarat K3 dan memakai APD bila memasuki tempat kerja. V
Rambu K3, Prosedur, IK,
Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan-bahan pembinaaanya SOP Induction
Pasal 14/2 V
lainnya pada tempat yang mudah dilihat.
Menyediakan APD secara cuma-cuma bagi tenaga kerja dan setiap orang yang
Pasal 14/3 SOP Penggunan APD V
memasuki tempat kerja tersebut.

SOP Recruitment, Buku


Bab 3 Pasal 5, 6 Kesempatan dan perlakuan yang sama V
Peraturan Perusahaan

Buku Himpunan Peraturan


Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun Perundang-undangan K3,
2 SOP Pelatihan dan Semua
2003 Ketenagakerjaan Balai Hyperkes dan
Bab 5 Pasal 9-30 Pelatihan Kerja Pengembangan ; Rencana V
Keselamatan kerja
training dan implementasi

Pargraf 5 Pasal 86 Perlindungan K3 Kebijakan K3 V 75% Penempelan QHSE Policy di Office Kirana
Pasal 87 SMK3 SMK3 Perusahaan V
Pasal 3/1 Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja. V
Pasal 3/2 Setiap tenaga kerja berhak atas jamsostek. V

Undang-Undang No. 3/1992 Tentang Jaminan Jamsostek wajib dillaksanakan perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan Prosedur Pemeliharaan
3 Pasal 4 Buku Himpunan Peraturan Semua V
Sosial Tenaga Kerja pekerjaan dalam hubungan kerja. Kesehatan HR ; Jaminan
Perundang-undangan K3,
Hari tua, Jaminan
Balai Hyperkes dan
Kematian, Jamian
Pengusaha dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam program jaminan sosial Keselamatan kerja
Pasal 17 Kecelakaan Kerja V
tenaga kerja.
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung APAR, Fixed Fire
Paragraf 2 Pasal 17 V
untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam Intallation
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan


menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
ayat 2 (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan V
pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif
dan/atau proteksi aktif Sertifikat K3 Gedung

Permintaan sertifikat K3 gedung ke


Manajemen Building
Undang-Undang No 28 tahun 2002 Bangunan Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya
4 Web
Gedung petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan
ayat 3
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir V
melalui sistem penangkal petir.
Gedung

Pasal 19 Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran V


Pasal 20 Penangkal Petir V
Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pengukuran Pencahayaan
Pasal 21 16 ayat (1) meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, V
Ruangan
dan penggunaan bahan bangunan gedung.

Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


27 ayat (2) harus disediakan di dalam bangunan gedung meliputi sistem Jalur evakuasi darurat
Pembuatan sign jalur evakuasi di office
Pasal 30 peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi gedung, Sertifikat Proteksi V 20%
Kirana
apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah Kebakaran Gedung
tinggal.

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
Pasal 164/1 dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan V
oleh pekerjaan.

Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
Pasal 164/2 V
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Buku Himpunan Peraturan Prosedur Pemeliharaan
Undang Undang No.36 Tahun 2009 tentang Perundang-undangan K3, Kesehatan HR ; MCU,
5 Semua
Kesehatan Balai Hyperkes dan HSE Meeting, HSE
Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan Keselamatan kerja Campaign
Pasal 165/1 melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi V
tenaga kerja.

Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya


Pasal 166/1 pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib V
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

Undang Undang Lalu Lintas dan Jalan No 22


6
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang Undang Gangguan Hinder Ordonantie Tanpa izin dilarang mendirikan bangunan-bangunan tempat bekerja yang
7 Pasal 1 V
STAATSBLAD TAHUN 1926 NOMOR 226 berikut: (22 Jenis)

Permintaan untuk mendapat izin harus dilampiri dengan keterangan yang


Web Izin UUG Semua
seksama, jika perlu diterangkan dengan gambar yang teliti tentang tempat yang
akan dibangun itu, juga tentang mesin-mesin, perkakas-perkakas dan alat
Pasal 4 V
penolong serta cara memasangnya, demikian pula suatu keterangan tentang
apa yang akan dikerjakan, dibuat, dikumpulkan atau disimpan dalam bangunan
itu.

PERATURAN PEMERINTAH RI
bab 2 SMK3 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. Web SMK3 Perusahaan Semua V
Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012
1 SMK3 meliputi : Kebijakan, Perencanaan K3, Pelaksanaan, Pemantauan,
tentang Penerapan SMK3 pasal 6 V
Peninjauan
Pasal 3 Penetapan Kawasan Tanpa Rokok V

Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang Kawasan Tanpa Rokok di
secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena Menara Kuningan dan
Pasal 22 Medika Plaza klinik V
kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan
Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2003 sebagai kawasan tanpa rokok
2 Web Gedung
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA
Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2003
2 Web Gedung
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
Pimpinan atau penanggungjawab tempat umum dan tempat kerja yang
menyediakan tempat khusus untuk merokok harus menyediakan alat Penyediaan smoking area
Pasal 23 V
penghisap udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak di Menara Kuningan
merokok.

Dalam satu ruangan hanya diperbolehkan ada satu bejana tekan atau botol
Pasal 35 baja yang sedang digunakan, sebagai cadangan disimpan di gudang atau
ruangan lain yang ditentukan oleh Direktur sesuai dengan peraturan

Dalam satu ruangan hanya diperbolehkan ada satu bejana tekan atau botol Penempatan Kompressor
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1982
3 baja yang sedang digunakan, sebagai cadangan disimpan di gudang atau Buku Peraturan dan APAR pada tempat
tentang Bejana Tekan
ruangan lain yang ditentukan oleh Direktur sesuai dengan peraturan yang sesuai

Dilarang menaruh bejana tekan dan botol baja dekat tangga, gang, dimuka
lubang pemasukan angin, alat pengangkut dan benda-benda bergerak lainnya
yang dapat menimpa

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan


limbah B3 dilarang membuang limbah B3 Meminta copy kerjasama Henkel dengan
Pasal 3 V
yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, Holcim
tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Limbah yang tidak termasuk dalam daftar sebagaimana dimaksud dalam


Pasa1 7 ayat (3) diidentifikasi sebagai Pembuangan kepada Pihak
limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih Ketiga yang berizin
karakteristik sebagai berikut :
a. mudah meledak; Meminta copy kerjasama Henkel dengan
Pasal 8 V
b. mudah terbakar; Holcim
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e. menyebabkan infeksi; dan
f. bersifat korosif.

(1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan
1. Penyimpanan
bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah B3 wajib
berdasarkan klasifikasi
melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun limbah
limbah,
B3. Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
2. penyerahan limbah Menyimpan dokumen penyerahan limbah
bab 3 Pasal 9 ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh V
kepada lembaga kepada Henkel
penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan
bersertifikasi,
dan/atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah
3. dokumen penyerahan
dan/atau penimbun limbah B3.
limbah

(2) Apabila kegiatan reduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih
menghasilkan limbah B3, dan limbah B3 tersebut masih dapat dimanfaatkan, Meminta copy kerjasama Henkel dengan
V
penghasil dapat memanfaatkannya sendiri atau menyerahkan pemanfaatannya Holcim
Peraturan Pemerintah RI No 18 Tahun 1999 kepada pemanfaat limbah B3.
4 tentang Pengelolaan Limbah B3 dan perubahannya Web penyerahan limbah kepada
No 85 tahun 1999 lembaga bersertifikasi
(4) Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil Meminta copy kerjasama Henkel dengan
V
limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 Holcim
yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3.

(1) Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya


paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada
pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.
(2) Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per Penyerahan limbah kepada Meminta copy kerjasama Henkel dengan
Pasal 10 V
hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lembaga bersertifikasi Holcim
lebih dari sembilan pu1uh hari sebelum diserahkan kepada
pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan
Kepala instansi yang bertanggung jawab.
No 85 tahun 1999

EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang :


a. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3;
Pasal 11 b. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3; Tracking Limbah V HSE Site membuat Neraca Limbah B3
c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.

Setiap pengangkutan limbah B3 oIeh pengangkut limbah B3 wajib disertai Menyimpan dokumen penyerahan limbah
Pasal 16 V
dokumen limbah B3 kepada Henkel

Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 dan dokumen limbah B3 Manifest B3


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) kepada pengumpul dan/atau Menyimpan dokumen penyerahan limbah
Pasal 17 V
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh kepada Henkel
penghasil limbah B3.

Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3


Pasal 12 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data MSDS V
Sheet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(1) Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik


operasi serta pelaksanaannya sesuai dengan tata cara pengangkutan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. izin Transportasi Limbah B3 Meminta copy kerjasama Henkel dengan
Pasal 13 V
(2) Persyaratan sarana pengangkutan dan tata cara pengangkutan dari Pihak ke 3 Holcim
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang
berwenang di bidang transportasi.

Setiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan, disimpan wajib dikemas sesuai Pengklasifikasian dalam
Pasal 14 V
dengan klasifikasinya. penyimpanan B3
Peraturan Pemerintah RI No 74 Tahun 2001
5 Web Bahan Kimia
tentang Pengelolaan B3
Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan
Pasal 15 Simbol, Label dan MSDS V
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).

Terdapat simbol pada


Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan
Pasal 17 tempat penyimpanan V
simbol dan label.
limbah sementara

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga Program K3 Perusahaan,
Pasal 22 V
keselamatan dan kesehatan kerja. APD

Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib


Pasal 23 MCU Berkala Karyawan V
dilakukan uji kesehatan secara berkala.

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menanggulangi Prosedur Tumpahan Bahan
Pasal 24 V
terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3. Kimia

KEPUTUSAN PRESIDEN

Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
Pasal 2 kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam Jaminan Kecelakaan Kerja V
Buku Himpunan Peraturan
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Keputusan Presiden NO. 22/1993 tentang Penyakit Perundang-undangan K3,
1 Semua
yang Timbul karena Hubungan Kerja Balai Hyperkes dan
Keselamatan kerja SOP Pelaporan Penyakit
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Akibat Kerja dan Investigasi
Pasal 4 V
Pasal 1, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini. Diagnosis PAK

PERATURAN MENTERI
Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang
Pemeriksaan tenaga kerja
Pasal 1/a dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan
sebelum bekerja V
pekerjaan

MCU berkala sudah


Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-
Pasal 1/b dilakukan CJKEX untuk V
waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
personnel

Dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan telah memenuhi syarat
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Dilakukan oleh Dokter
Pasal 1/d V
Per10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal Clinic
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Buku Himpunan Peraturan


Peraturan Menakertrans No. 02/Men/1980 tentang
Perundang-undangan K3,
1 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Semua
Balai Hyperkes dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Keselamatan kerja
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pekerja diterima dalam kondisi kesehatan baik, tidak mempunyai penyakit Buku Himpunan Peraturan Cek untuk Fit to Work hasil
Peraturan Menakertrans No. 02/Men/1980 tentang Pasal 2/1 menular, cocok untuk pekerjaan yang dilakukan MCU
V
Perundang-undangan K3,
1 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Semua
Balai Hyperkes dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Pasal 3/1 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. V
Keselamatan kerja
Pasal 3/2 Pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali. MCUberkala sudah V
dilakukan CJKEX untuk
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi : pemeriksaan fisik lengkap, personnel
Pasal 3/3 kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta V
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

SOP Pelaporan Kecelakaan


Melapor kepada Dirjen Bina Lindung Tenaga Kerja bila dalam pemeriksaan
Pasal 4 Kerja dan Penyakit Akibat V
berkala ditemukan penyakit akibat kerja.
Kerja

Pasal 5 Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus. V

Plan tahunan sudah


Pasal 6/1 Membuat perencanaan pemeriksaan kesehatan. V
direcord HRD

(1) Kebakaran dapat digolongkan:


a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
Pasal 2 b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B); V Pemasangan APAR untuk office Kirana
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam (Golongan D). Terdapat 2 jenis APAR :
Tepung Kering dan Busa
(untuk Lab)
2) Jenis alat pemadam api ringan terdiri:
a. Jenis cairan (air);
Pasal 2 b. Jenis busa; V Pemasangan APAR untuk office Kirana
c. Jenis tepung kering;
d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);

Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada Pemasangan mudah
Pasal 4 posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta Buku Himpunan Peraturan terlihat dengan tanda V Pemasangan APAR untuk office Kirana
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan segitiga APAR
Perundang-undangan K3,
2 Per.04/MEN/1980 tentang syarat pemasangan dan Semua
Balai Hyperkes dan
pemeliharaan APAR
Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati Keselamatan kerja Inspeksi APAR 1 bulan
Pasal 5 V Pemasangan APAR untuk office Kirana
sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat. sekali

Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai
Pasal 8 kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih Penempatan APAR V Pemasangan APAR untuk office Kirana
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak
kurang 15 cm dan permukaan lantai

Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,
Pemeriksaan APAR 1
yaitu:
Pasal 11 tahun sekali bersamaan V Pemasangan APAR untuk office Kirana
a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
dengan Refill
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;

Tanggal, bulan dan tahun pengisian, harus dicatat pada badan alat pemadam Pencatatan pada tabung
Pasal 22 V Pemasangan APAR untuk office Kirana
api ringan tersebut. APAR
Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian
Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Pasal 3 bangunan V
Manajemen Building
tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik. Sertifikat Proteksi
Buku Himpunan Peraturan Kebakaran Automatik
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Perundang-undangan K3, Gedung MK & KC
3 Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Kebakaran Gedung
Terhadap instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan pemeliharaan Balai Hyperkes dan Springkler, Smoke detector, Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Automatik Pasal 57 V
dan pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan tahunan. Keselamatan kerja Head detector, Flame Manajemen Building
detector

Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Pasal 138 V
terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan; Manajemen Building

Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan Buku Himpunan Peraturan Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Per.MenTenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Pasal 138 selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan Perundang-undangan K3, Sertifikat Lift Gedung MK & V
4 Gedung Manajemen Building
Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat Angkut pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali; Balai Hyperkes dan KC
Keselamatan kerja

Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Pasal 138 V
Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali di tentukan lain Manajemen Building

Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Pasal 30 V
dengan standar uji yang telah ditentukan. Manajemen Building
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Buku Himpunan Peraturan
Per.03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat Perundang-undangan K3, Sertifikat Lift Gedung MK &
5 Gedung
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Balai Hyperkes dan KC
Pengangkutan Orang dan Barang Keselamatan kerja
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Buku Himpunan Peraturan
Per.03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat Perundang-undangan K3, Sertifikat Lift Gedung MK &
5 Gedung
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Balai Hyperkes dan KC
Pengangkutan Orang dan Barang Keselamatan kerja Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Pasal 30 oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja dan V
Manajemen Building
dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib Buku Himpunan Peraturan Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di
Pasal 2 Perundang-undangan K3, V
membentuk P2K3. Kemenaker
Balai Hyperkes dan
Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah: Keselamatan kerja
Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di
Pasal 2 a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang Struktur P2K3 Perusahaan V
Kemenaker
atau lebih;
Permenaker NO. Per. 04/MEN/1987 tentang Panitia
6 Semua
P2K3 serta Tata Cara Penunjukkan Ahli K3 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di
Pasal 3 V
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Kemenaker

Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan


Pembentukan P2K3 dan didaftarkan di
Pasal 12 tentang kegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Laporan P2K3 V
Kemenaker
Kerja setempat.

Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja Permintaan sertifikat K3 gedung ke
V
dengantepat, aman dan memenuhi syarat; Manajemen Building
Pasal 50
Permintaan sertifikat K3 gedung ke
Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji: V
Manajemen Building
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Per-
Pemeriksaan dan pengujian instalasj penyalur petir dilakukan oleh pegawai Sertifikat Peangkal Petir Permintaan sertifikat K3 gedung ke
7 02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Gedung V
pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk; MK & KC Manajemen Building
Penyalur Petir
Buku Himpunan Peraturan
Perundang-undangan K3,
Pasal 51
Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu Balai Hyperkes dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai Keselamatan kerja Permintaan sertifikat K3 gedung ke
V
pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk Manajemen Building
termasuk penyediaan alat-alat bantu

Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kebakaran,


Pasal 2 V
dan peledakan.
Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan
Pasal 3 Buku Himpunan Peraturan V
yang belum mengikutsertakan tenaga kerja dalam program Jamsostek. Prosedur Pelaporan dan
Permenaker NO. Per. 03/MEN/1998 Tentang Tata Perundang-undangan K3,
8 Investigasi Kecelakaan Semua
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak lebih Balai Hyperkes dan
Pasal 4 HSE V
dari 2 x 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja

Pasal 5 Tata cara pelaporan kecelakaan. V


Pasal 6 Pemeriksaan kecelakaan. V
Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin dan harus cukup
V
luas.

Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara
Pasal 4 V
dan bersih.
Monitoring Lingkungan
Air, sampah atau bahan terbuang yang lain harus selalu dikumpulkan dan Kerja 1 tahun sekali V
dibuang ke tempat-tempat yang rapi. Buku Himpunan Peraturan Pencahayaan min 100 lux
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
Perundang-undangan K3, untuk ruangan terus
9 tentang Syarat Kesehatan, kebersihan serta Semua
Pasal 8 Dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapi. Balai Hyperkes dan dipantau min 1 tahun sekali, V
Penerangan Dalam Tempat Kerja
Keselamatan kerja dan langsung di follow up
jika tidak memenuhi
Tiap-tiap tempat kerja yang dipergunakan waktu malam hari harus selalu standar
Pasal 13 V
menyediakan alat-alat penerangan darurat.

Alat-alat penerangan darurat tersebut harus ditempatkan pada tempat-tempat


V
yang tidak mungkin menimbulkan bahaya.

Melaporkan penyakit akibat kerja secara tertulis kepada Kantor Direktur


Pasal 2 V
Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Prosedur Pelaporan
Pelaporan penyakit akibat kerja paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit Buku Himpunan Peraturan Kecelakaan dan PAK HSE
Permenaker NO. Per. 01/MEN/1981 Tentang Pasal 3 Perundang-undangan K3, V Hanya berlakuapabila ditemukan kasus
10 didiagnosa. Medical Check Up record, Semua
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja Balai Hyperkes dan penyakit akibat kerja
sejauh ini belum ada
Melakukan tindakan preventif terhadap penyakit akibat kerja, menyediakan Keselamatan kerja
Pasal 4 keluhan PAK V
APD untuk mencegah penyakit akibat kerja.

Pasal 5 Kewajiban dan hak tenaga kerja dalam pencegahan penyakit akibat kerja. V

Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan. V


Pasal 2/1 Melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (Pasal 2). Prosedur Pemeliharaan V
Kesehatan HR
Pasal 2/2 Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja. V

Pasal 2/3 Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja. V


EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pasal 2/4 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter. V


Prosedur Pemeliharaan
Pasal 2/5 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja. V
Kesehatan HR
Prosedur Pemeliharaan
Pasal 2/6 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja. V
Kesehatan HR
Pasal 2/7 P3K. Terdapat petugas P3K V
Pasal 2/8 Pendidikan kesehatan dan pelatihan pelatihan P3K (pasal 2). V
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
Pasal 2/9 SOP Penggunan APD V
APD, serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
Pasal 2/10 Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (pasal 2). V

Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yang memiliki kelainan dalam
Pasal 2/11 V
kesehatannya.
Buku Himpunan Peraturan
Peraturan Menakertrans No. 03/Men/1982 Pasal 2/12 Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan (pasal 2). Perundang-undangan K3, V
11 Semua
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja. Balai Hyperkes dan
Pasal 3/1 Hak tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Keselamatan kerja V
Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemajuan
Pasal 3/2 V
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 4/1a Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan sendiri oleh pengurus. V
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan dokter atau
Pasal 4/1b Prosedur Pemeliharaan V
pelayanan kesehatan lainnya.
Kesehatan HR
Kerjasama dengan perusahaan lain dalam menyelenggarakan pelayanan
Pasal 4/1c V
kesehatan

Pasal 4/2 Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan. V

Pasal 5 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipimpin oleh dokter. V

Pengurus memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang


Pasal 6/1 V
menjalankan pelayanan kesehatan.

Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan


Pasal 6/2 bebas memasuki tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan dan V
mendapatkan keterangan yang perlu.

Buku Himpunan Peraturan


Permenaker RI No Per 3/Men/1985 Pemakaian Asbes atau bahan yang mengandung asbes tidak boleh digunakan dengan Perundang-undangan K3, Tidak terdapat asbes pada
12 Bab II Semua
Asbes cara menyemprotkan. Balai Hyperkes dan peralatan kerja
Keselamatan kerja

Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan dapat


Peraturan Menteri Tenaga kerja No. PER- dengan cara:
01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan a Menyediakan sendiri atau bekerjasama dengan fasilitas Pelaksana Buku Himpunan Peraturan
JHT, JKK, JK
Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Pelayanan Kesehatan (PPK). Perundang-undangan K3,
13 Pasal 1 SOP Pemeliharaan HRD V
Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan b Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan Balai Hyperkes dan
Kesehatan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial kesehatan; dan Keselamatan kerja
Tenaga Kerja c Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan.

Penyakit akibat kerja dapat diketemukan atau didiagnosis sewaktu


Pasal 2 V
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja;
Dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus ditentukan apakah penyakit yang diderita tenaga kerja merupakan
Pasal 2/2 V
penyakit akibat
kerja atau bukan.

Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan


klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
Pasal 3/1 V
membuktikan adanya
hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya;
Buku Himpunan Peraturan
Keputusan Menakertrans No. 333/MEN/1989 Perundang-undangan K3, Prosedur Pelaporan
14 Semua
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Jika terdapat keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat Balai Hyperkes dan Kecelakaan dan PAK HSE
kerja oleh dokter pemeriksa kesehatan dapat dikonsultasikan kepada Dokter Keselamatan kerja
Pasa l3/2 Penasehat Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud Undang-undang N0. 2 tahun V
1951 dan bila diperlukan dapat juga dikonsultasikan kepada dokter ahli yang
bersangkutan;

Penyakit akibat kerja yang ditemukan sebagaimana dimaksud pasal 2 harus


dilaporkan oleh pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat
Pasal 4 V
lambatnya2 x 24 jam kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga
Kerja melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Buku Himpunan Peraturan


OH Doctor dan Dokter
Permenaker NO. Per. 01/MEN/1976 Tentang Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya Perundang-undangan K3,
15 Pasal 1 perusahaan KC clinic Dokter V
Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan KK. Balai Hyperkes dan
sudah Hyperkes
Keselamatan kerja

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk


Pasal 1 mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang V
Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Buku Himpunan Peraturan
Transmigrasi RI No. Per.01/MEN/1979 tentang Perundang-undangan K3,
16 Paramaedik
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan, (1) Setiap tenaga Para Medis yang telah dapat menyelenggarakan latihan akan Balai Hyperkes dan
dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan mendapatkan sertifikat. Keselamatan kerja
Pasal 4 (2) Dengan sertifikat tersebut tenaga kerja medis yang bersangkutan telah V
memenuhi syaratsyarat untuk menyelenggarakan pelayanan hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja sesuai dengan fungsinya.

Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja. V

Pasal 2/2 Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja. V

Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan


Pasal 4 utamanya untuk memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang V
lain yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.

Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
Pasal 5/1 V
kerja,dengan rasio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Menteri ini.

Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada :


a. tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah
Pasal 5/2 pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja; V
b. tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas : a. melaksanakan tindakan


P3K di tempat kerja;
Pasal 6 b. merawat fasilitas P3K di tempat kerja; c. mencatat setiap kegiatan P3K V
Buku Himpunan Peraturan
Peraturan Menakertrans No. 15/Men/VIII/2008 dalam buku kegiatan; dan
Perundang-undangan K3,
17 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di d. melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus. First Aider
Balai Hyperkes dan
Tempat Kerja.
Keselamatan kerja
Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas
P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.
Pasal 7 V
(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang
mudah dikenal oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan.

Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:


a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
Pasal 8 tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. V
(2) Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
peralatan yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
yang digunakan dalam keadaan darurat.
(3) Peralatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat
untuk pembasahan tubuh cepat (shower) dan pembilasan/pencucian mata.

Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus
Pasal 10 V
memenuhi persyaratan

Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja V

APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus sesuai dengan SNI atau
Pasal 2/2 V
standar yang berlaku

APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha
Pasal 2/3 V
secara cuma-cuma
Pasal 4/1 APD wajib digunakan di tempat kerja di mana: V
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pasal 4/1 (a) dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, dst V

dibuat, diolah, dipakai… bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
Pasal 4/1 (b) V
beracun, menimbulkan infeksi, dst

Pengusaha atau pengurus wajib mengumpulkan secara tertulis dan memasang


Pasal 5 V
rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja
Buku Himpunan Peraturan
Permenaker dan Transmigrasi No. Perundang-undangan K3,
18 Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakia atau Prosedur APD Medsite Semua
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 6/1 Balai Hyperkes dan V
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko Keselamatan kerja

Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan


Pasal 6/2 V
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.

Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat


Pasal 7/1 V
kerja.

APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang
Pasal 8/1 V
dan/atau dimusnahkan.

APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan


Pasal 8/2 berbahaya, harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan- V
undangan.

Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana


Pasal 9 dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai V
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.

19

20

21

22

Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan dan penanggulangan


Pasal 2/1 penyalahgunaan dan peredaran gelap lainnya di tempat kerja. narkotika,
psikotropika dan zat adiktif

Upaya aktif pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran


gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
Pasal 2/2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. penetapan kebijakan b.
penyusunan dan pelaksanaan program

Peraturan Menakertrans No. 11/Men/VI/2005 Pengusaha dapat meminta pekerja/buruh yang diduga menyalahgunakan
Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Pasal 6/1 narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya untuk melakukan tes dengan
23
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat biaya ditanggung oleh perusahaan
Adiktif lainnya di Tempat Kerja.

Berdasarkan hasil tes sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dokter yang telah
mendapatkan pelatihan di bidang narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
Pasal 6/4
dapat menetapkan apakah pekerja/buruh harus mengikuti perawatan dan atau
rehabilitasi.
Peraturan Menakertrans No. 11/Men/VI/2005
Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
23
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya di Tempat Kerja. EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Ketentuan lebih lanjut mengenai pekerja/buruh yang membutuhkan perawatan


dan atau rehabilitasi akibat penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
Pasal 7/1
adiktif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama

Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika dan


Pasal 2 (1) V
faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah NAB.

NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam


Pasal 4 V
Lampiran I nomor 1 Peraturan Menteri ini.

Pasal 5 NAB kebisingan 85 desibell A. Buku Himpunan Peraturan V


Peraturan Menakertrans No. 13/Men/X/2011 Nilai
Perundang-undangan K3, Monitoring Lingkungan
24 Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Semua
Balai Hyperkes dan Kerja
Tempat Kerja. Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan pengukuran faktor Keselamatan kerja
fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini
Pasal 15 V
dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundangundangan
yang berlaku.

Lamp 1 NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja V


Lamp 2 NAB Faktor Kimia di Tempat Kerja V

Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan


Pasl 2/1 V
mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif. Buku Himpunan Peraturan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Perundang-undangan K3, Monitoring Lingkungan
25 Semua
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan Balai Hyperkes dan Kerja
Pasal 3/1 penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta Keselamatan kerja V
meningkatkan kualitas air.

Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem


Pasal 2 (1) V
manajemen perusahaan. Buku Himpunan Peraturan
Permenaker No. 18/Men/XI/2008 tentang
Perundang-undangan K3, Audit Internal dilakukan 2
26 Penyelenggaraan Audit Sistem Manajemen Semua (Medika Plaza)
Balai Hyperkes dan kali dalam setahun
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk mengukur kinerja penerapan SMK3 di perusahaan dilakukan audit
Pasal 2 (2) Keselamatan kerja V
SMK3.

Pasal 1 Izin Gangguan diatur dalam peraturan daerah. V


Kriteria gangguan dalam penetapan izin terdiri dari: Lingkungan, Sosial,
Pasal 3 V
Ekonomi
Gangguan terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi gangguan terhadap fungsi tanah, air tanah, sungai, laut, udara dan
V
gangguan yang bersumber dari getaran
dan/atau kebisingan.
Gangguan terhadap sosial kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Pedoman Manara Kuningan dan
27
Penetapan Izin Gangguan di Daerah
(1) huruf b meliputi terjadinya ancaman kemerosotan moral dan/atau ketertiban Web Izin UUG
Kartika Chandra
V
umum.

Gangguan terhadap ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


meliputi ancaman terhadap:
a. penurunan produksi usaha masyarakat sekitar; V
b. penurunan nilai ekonomi benda tetap dan benda bergerak yang berada di
sekitar lokasi usaha.

Pasal 15 Izin Gangguan berlaku selama perusahaan melakukan usahanya. V


Pasal 2 Setiap orang yang melakukan Pengelolaan Limbah B3 wajib melakukan
pemberian simbol Limbah B3 dan pelabelan limbah B3 yang dikelolanya V

Pelabelan Simbol limbah B3 sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1


dilakukan pada :
a. Wadah / Kemasan Limbah B3
b. Tempat penyimpanan limbah B3 V
c. Alat angkut limbah B3

Pemberian simbol limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan


berdasarkan karakteristik V
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 14 Tahun
28 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Karakteristik limbah B3 sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 meliputi : Web Label dan Simbol B3 Kllinik
Berbahaya dan Beracum a. mudah meledak
b. mudah menyala
c. reaktif
d. beracun V
e. infeksius
f. Korosif
g. berbahaya terhadap lingkungan
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 14 Tahun EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA
28 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Web Label dan Simbol B3 Kllinik
Berbahaya dan Beracum

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Tata cara pelabelan simbol limbah B3 dan pelabelan limbah B3 dilakukan


sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak V
terpisahkan dari peraturan menteri ini
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

KEPUTUSAN MENTERI

Untuk menghindari timbulnya dampak negatif yang tidak diinginkan, sebagai


akibat dipergunakannya Bahan Berbahaya dan Beracun oleh perusahaan Buku Himpunan Peraturan
Keputusan Menteri Perindustrian No.148 Tahun
industri, maka perusahaan industri yang bersangkutan bertanggung jawab Perundang-undangan K3, Penyimpanan Reagen di
1 1985 Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya Pasal 2 Semua V
sepenuhnya terhadap pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun mulai dari Balai Hyperkes dan Lab
di Perusahaan Industri.
pengadaan di pabrik, penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan Keselamatan kerja
pengangkutan sampai di distributor.

Pasal 2/1 Pengurus wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran. V

Pasal 2/2 Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran meliputi : V

HIRA, Inspeksi, APAR,


Pasal 2/2a Pengendalian setiap bentuk energi. Training V

Pasal 2/2b Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi. V

Pasal 2/2c Pengendalian penyebaran panas, asap, dan gas. V


Terdapat tim
Pasal 2/2d Pembentukan unit kebakaran di tempat kerja. V
Penanggulangan
Kebakaran Gedung,
Pasal 2/2e Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala. Training dan Sertifikat K3 V
Gedung

Pasal 2/2f Memiliki buku rencana penanggulangan kebakaran di tempat kerja. SOP V

Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran seperti pada


HIRA, Inspeksi, APAR,
Pasal 2/3 pasal 2 (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang V
Training
berlaku.

Terdapat tim
Penanggulangan
Pasal 2/4 Buku perencanaan penanggulangan kebakaran memuat antara lain : V
Kebakaran Gedung dan
Sertifikat K3 Gedung
Induction dan Awareness
Pasal 2/4a Informasi sumber potensi bahaya kebakaran dan cara penanggulangannya. Training V

Pasal 2/4b Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana kebakaran di tempat kerja. V

Pasal 2/4c Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan kebakaran. V


Buku Himpunan Peraturan SOP
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Perundang-undangan K3, Tim Penanggulangan
2 Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulanagan
Pasal 2/4d Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran. Balai Hyperkes dan Kebakaran V
Kebakaran Di tempat Kerja
Keselamatan kerja
Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaran. V

Pasal 4 Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran. V


Pasal 5 Syarat unit penanggulangan kebakaran. V
Pasal 5/1 Petugas peran kebakaran. V
Pasal 5/2 Regu penanggulangan kebakaran. V
Pasal 5/3 Koordinator unit penanggulangan kebakaran. V
Pasal 5/4 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. V

Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah 25


Pasal 6/1 V
orang tenaga kerja.

Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan


kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
Pasal 6/2 V
ringan dan sedang atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran Terdapat tim
sedang II, sedang III, berat. Penanggulangan
Kebakaran Gedung dan
Pasal 6/3 Koordinator unit penanggulangan kebakaran. Sertifikat K3 Gedung V
Tempat kerja dengan resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang sekurang-
Pasal 6/3a V
kurangnya 1 orang setiap jumlah tenaga kerja 100 orang.

Tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan
Pasal 6/3b V
berat, sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja.
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN
Terdapat tim ASPEK HSE LAINNYA
Penanggulangan
Kebakaran Gedung dan
Sertifikat K3 Gedung

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pasal 7 Syarat dan tugas petugas peran kebakaran. V

Pasal 8 Syarat dan tugas regu penanggulangan kebakaran V

Pasal 9 Syarat dan tugas koordinator unit penanggulangan kebakaran. V

Pasal 10 Syarat, tugas dan wewenang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. V

Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja


Lamp.1 V
Perkantoran

Air menggunakan air


PDAM, pencahayaan di
ukur berkala 1 tahun sekali,
limbah domestik dibuang ke
Keputusan Menteri Kesehatan Buku Himpunan Peraturan TPS dan diangkut oleh
No.1405/Menkes/SK/XI/2002 Persyaratan Perundang-undangan K3, pihak Dinas Kebersihan
3 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja perkantoran dan/atau lingkungan Semua
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Balai Hyperkes dan Jakarta.
kerja industri meliputi air, udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran,
Industri. Lamp.2 Keselamatan kerja (House keeping) dilakukan V
radiasi, vektor penyakit,
berkala setiap bulan sekali,
persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, instalasi dan toilet
instalasi & alat keselamatan
di cek berkala setiap bulan
melalui safety inspection

Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja untuk mencegah


V
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Perusahaan wajib untuk mengendalikan bahan kimia berbahaya di tempat


Pasal 2 V
kerja.

Pasal 3 Pengendalian bahan kimia berbahaya meliputi : V


Pasal 3/1 Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label. V
Pasal 4 Ketentuan dalam MSDS. V
Pasal 4/1a Identitas bahan dan perusahaan. V
Pasal 4/1b Komposisi bahan. V
Pasal 4/1c Identifikasi bahaya. V
Pasal 4/1d Tindakan P3K. V
Pasal 4/1e Tindakan penanggulangan kebakaran. V
Pasal 4/1f Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan. V
Pasal 4/1g Penyimpanan dan penanganan bahan. V
Pasal 4/1h Pengendalian pemaparan dan APD. V
Pasal 5 Ketentuan dalam label. V
Pasal 5/1a Nama produk. V
Pasal 5/1b Identifikasi bahaya. V
Pasal 5/1c Tanda bahaya dan artinya. V
Pasal 5/1d Uraian resiko dan penanggulangannya. V
Pasal 5/1e Tindakan pencegahan. V
Pasal 5/1f Instruksi dalam hal terkena atau terpapar. V

Pasal 5/1g Instruksi kebakaran. V


Buku Himpunan Peraturan
Keputusan Menakertrans No. 187/MEN/1999 Pasal 5/1h Instruksi tumpahan dan kebocoran. V
Perundang-undangan K3, Warehouse, Lab,
4 Pengendalian bahan Kimia Berbahaya di Tempat Penyimpanan Reagen
Pasal 5/1i Instruksi pengisian dan penyimpanan. Balai Hyperkes dan Radiologi V
Kerja
Keselamatan kerja
Pasal 5/1k Nama, alamat, no. telepon pabrik pembuat dan distributornya. V

Pasal 6 MSDS dan label harus di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja. V

Kriteria bahan kimia berbahaya (bahan beracun, bahan sangat beracun, cairan
Pasal 9 mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif, V
bahan oksidator).

Kriteria bahan beracun dan sangat beracun ditetapkan dngan sifat kimia, sifat
Pasal 10 V
fisika dan toksik.

Pasal 11 Kriteria cairan sangat mudah terbakar ditetapkan dengan sifat kimia, sifat fisika. V

Pasal 12/1 Kriteria bahan kimia mudah meledak. V


Pasal 12/2 Kriteria bahan kimia yang termasuk kriteria reaktif. V
4 Pengendalian bahan Kimia Berbahaya di Tempat Penyimpanan Reagen
Balai Hyperkes dan Radiologi
Kerja
Keselamatan kerja

EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pasal 12/3 Kriteria bahan kimia yang termasuk kriteria oksidator. V

Pasal 14 Nilai ambang kuantitas bahan kimia berbahaya. V

Perusahaan yang menggunakan bahan kimia berbahaya lebih kecil atau sama
Pasal 15/2 dengan NAK (pasal 14) dikategorikan perusahaan yang mempunyai potensi V
bahaya menengah.

Pasal 17 Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah wajib : V

Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya setahun


Pasal 17/6 V
sekali.

Hasil pengujian faktor kimia digunakan sebagai dasar untuk pengendalian


Pasal 18 V
bahan kimia
Pengelola berbahaya.
penyediaan air minum harus :
(a) menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan,
Pasal 1 V
dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang
Lampiran Peryaratan kualitas air minum Bakteriologis
diproduksi V
Buku Himpunan Peraturan
Keputusan Menkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Perundang-undangan K3, Monitoring Lingkungan
5 Semua
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Balai Hyperkes dan Kerja
Lampiran Peryaratan kualitas air minum Fisik Keselamatan kerja V

1. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap program pencegahan dan


Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
Pasal 2 penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. V
HIV/AIDS di tempat kerja.
2. Pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Penggunaan PPE,
3. Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Pembuangan jarum suntik
tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan di Sharp Container,
melibatkan pihak ketiga atau ahli dibidang HIV/AIDS. Pembuangan limbah medis
Keputusan Menakertrans No. 68/MEN/IV/2004 di tempat sampah medis
Pasal 4 khusus, Pengelolaan V
6 Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Pemerintah melakukan pembinaan terhadap program pencegahan dan Dokter dan Paramedis
Tempat Kerja. penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. limbah B3 di pihak ke 3
Pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan
Informasi
melibatkanyang diperoleh
pihak dari ahli
ketiga atau kegiatan konseling,
dibidang tes HIV, pengobatan,
HIV/AIDS.
Pasal 6 perawatan dan kegiatan lainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang V
berlaku bagi data rekan medis.

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan


lingkungan
meliputi:
a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
Pasal 3 V
b. Sarana penyelamatan,
c. Sistem proteksi pasif,
d. Sistem proteksi aktif,
e. Pengawasan dan pengendalian.
KepMen PU No. 10 /KPTS/2000 tentang Ketentuan
7 Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran WEB Sertifikat K3 Gedung Gedung
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bab 1 KETENTUAN UMUM V
Bab II PERENCANAAN TAPAK UNTUK PROTEKSI KEBAKARAN V
Bab III SARANA PENYELAMATAN V
Bab IV SISTEM PROTEKSI PASIF V
Bab V SISTEM PROTEKSI AKTIF V
Bab VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN V

Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan
pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, pemeriksaan, pengujian dan
Kep Men 311 BW 2002 tentang Kompetensi AK3
8 Pertama perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat kompetensi keselamatan dan
Listrik
kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan sertifikat dan lisensi
keselamatan dan kesehatan kerja listrik.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program Jaminan Sosial Tenaga


Pasal 3 Kerja, perusahaan yang telah mengikuti program Jamsostek harus tetap V
melaksanakan pelayanan kesehatan kerja terhadap tenaga kerjanya.

Dalam hal perusahaan wajib mengikuti program pemeliharaan Jamsostek,


Pasal 4 maka pelayanan kesehatan kerja yang ada dimanfaatkan sebagai pelaksana V
pelayanan kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Pasal 5 Pelayanan kesehatan tenaga kerja. V


EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %


ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Pasal 5/1 Pemeriksan kesehatan tenaga kerja. V


Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
Pasal 5/2 V
kerja.

Pasal 5/3 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja. V


Pasal 5/4 Pembinan dan pengawasan perlengkapan kesehatan sanitair. V

Pasal 5/5: Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja. Buku Himpunan Peraturan V
Kepmen No. Kep. 147/MEN/1998 tentang Pemanfaatan Pelayanan
Perundang-undangan K3,
9 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan bagi Program Kesehatan bagi Program Semua
Balai Hyperkes dan
Jamsostek Jamsostek
Pasal 5/6 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja V

Pasal 5/7 P3K. V


Pasal 5/8 Pendidikan kesehatan dan pelatihan P3K (pasal 2). V

Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,


Pasal 5/9 V
APD, serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.

Pasal 5/10: Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (pasal 2). V

Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yang memiliki kelainan dalam
Pasal 5/11 V
kesehatannya.

Pasal 5/12: Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan (pasal 2). V

Pembiayaan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan (pasal 5) menjadi


Pasal 6 V
tanggung jawab perusahaan.

PERATURAN GUBERNUR

(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, wajib melarang


kepada penguna tempat umum dan/atau pengunjung untuk tidak merokok di V
tempat umum.

(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau
V
mengambil tindakan kepada pengguna tempat umum dan/atau pengunjung
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus apabila terbukti merokok di tempat umum Kawasan Tanpa Rokok di
1 Ibukota Jakarta No.88 tahun 2010 tentang Pasal 6 WEB Menara Kuningan dan Semua
Kawasan Dilarang Merokok Medika Plaza klinik

(5) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, dapat menyediakan


V
tempat khusus untuk merokok sebagai Kawasan merokok.

(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, wajib melarang kepada
V
staf dan/atau pegawainya untuk tidak merokok di tempat kerja

PERATURAN DAERAH

Setiap pemilik, pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung dan


lingkungan gedung yang mempunyai potensi bahaya kebakaran sebagaimana
Pasal 7 (1) HIRA V
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) wajib berperan aktif dalam mencegah
kebakaran.

Untuk mencegah kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemilik,


pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung wajib menyediakan :
a. sarana penyelamatan jiwa; Sertifikat K3 Gedung,
pasal 7 (2) V
b. akses pemadam kebakaran; APAR
c. proteksi kebakaran; dan
d. manajemen keselamatan kebakaran gedung.

Pasal 8 (1) Setiap bangunan gedung wajib dilengkapi dengan sarana penyelamatan jiwa V
Perda DKI No 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan
1
dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Sarana penyelamatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
Pasal 8 (2/a) V
sarana jalan keluar
Tangga Darurat Gedung
Pasal 8 (2/b) Pencahayaan darurat tanda jalan ke luar; V
Pasal 8 (2/c) Petunjuk arah jalan ke luar V
Pasal 8 (2/d) Komunikasi darurat V
EVALUASI PERSYARATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA
Perda DKI No 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan
1
dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
NAMA DAN JUDUL PERATURAN Status %
ISI PERATURAN Sumber Kondisi Aktual Aktivitas Terkait Tindakan Koreksi PIC
UNDANG-UNDANG OK NOK NA

Sertifikat K3 Gedung,
Pasal 8 (2/e) Pengendali asap V
APAR
Tempat berkumpul
Pasal 8 (2/f) Tempat berhimpun sementara V
sementara
Pasal 8 (2/g) Tempat evakuasi V
Sarana penyelamatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selalu
Pasal 8 (4) dalam V
kondisi baik
Tempat dan siap
berhimpun pakai. sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf f harus
sementara
memenuhi persyaratan dan dapat disediakan pada suatu lantai pada bangunan
Pasal 8 (7) V
yang
karena ketinggiannya menuntut lebih dari satu tempat berhimpun sementara.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0232-2005
2 Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara V
Tempat Kerja.
PERATURAN LAIN V
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0232-2005
1 Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Lampiran NAB V
Tempat Kerja.
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu
ATAN PERATURAN ASPEK HSE LAINNYA

Batas Waktu

Anda mungkin juga menyukai