Anda di halaman 1dari 15

Makalah PPAI yang bertemakan Tentang Mengenal Al-Quran

Disusun Oleh:

Fajriza Ulyanisa

Program Pendidikan Agama Islam Asrama Green Dormitory

Universitas Malahayati Bandar Lampung


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2020

Penulis
BAB I

MENGENAL AL-QURAN

A. Hakikat Al-Quran
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia,
ia adalah kalamullah yang merupakan asas dan sumber Islam yang pertama.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki keistimewaan tersendiri, salah satu
diantara keistimewaannya adalah terjaganya dari perubahan dan penyelewengan,
sebagaimana firman Allah Swt. :
﴾ َ‫﴿ إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُوْ ن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami-lah (pula) yang
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr : 9)
Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat yang sangat besar di antara mukjizatnya
adalah tidak menimbulkan perasaan bosan ketika membacanya bahkan yang terjadi
adalah sebaliknya. Al-Qur’an semakin banyak di baca maka akan memotivasi kita
untuk membacanya lebih banyak lagi, karena itulah Al-Qur’an Al-Karim memiliki
kedudukan tersendiri di hati kaum muslimin, sehingga menjadi kewajiban bagi keum
muslimin untuk menjaga, memelihara, memuliakan dan menghormatinya. Itulah yang
dinamakan dengan adab terhadap Al-Qur’an. Dalam hal ini pengertian Al-Quran
menurut bahasa dan istilah memiliki pengertian yang berbeda.
1. Menurut Bahasa
Untuk pengertian Al-Quran menurut bahasa, berasal dari bahasa arab yang
mana merupakan bentuk jamak dari kata benda atau masdar. Kata ini memiliki arti
yaitu bacaan atau sesuatu yang di baca secara berulang-ulang. Konsep dalam
penggunaan kata tersebut, juga dapat anda temukan pada salah satu surat yang ada
di Al-Quran. Menurut bahasa sendiri, Al-Quran sendiri diartikan sebagai sebuah
bacaan, anda dapat melihat lebih jelas pengertian Al-Quran menurut bahasa yang
sudah ditetapkan dengan jelas agar dapat dipahami semua umatnya.
2. Menurut Istilah
Secara istilah sendiri, Al-Quran dapat diartikan sebagai kalam Allah SWT, yang
mana diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai salah
satu mukjizat. Hal ini juga disampaikan dengan jalan mutawir dari Allah SWT.
Diantarkan langsung, dengan bantuan dari perantara malaikat Jibril dan juga
dengan membaca Al-Quran. Hal ini dinilai sebagai salah satu bentuk ibadah, yang
ditunjukkan kepada Allah SWT. Al-Quran sendiri memiliki isi dengan memuat
berbagai aturan-aturan mengenai kehidupan yang dimiliki manusia di dunia. Al-
Quran juga diperuntukkan untuk orang-orang yang beriman, dan juga takwa.
Dalam Al-Quran, pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah dalam
hal ini menunjukkan rahmat yang besar dan juga memberitahukan pelajaran untuk
orang-orang yang beriman. Al-Quran sendiri merupakan sebuah petunjuk, yang
mana dapat membantu mengeluarkan manusia dari kegelapan untuk dapat menuju
jalan yang lebih terang.
3. Menurut Para Ahli
 Pengertian alquran Menurut Dr. Subhi As-Salih
Alquran yaitu firman Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan oleh
mutawatir, serta dibagikan adalah termasuk ibadah.
 Pengertian alquran Menurut Muhammad Ali Ash-Shabumi
Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang tidak ada saingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pilih oara nabi dan rasul dengan
menggunakan malaikat Jibril sebagai, tuliskan ke mushaf-mushaf yang dikirim
kepada kita dengan cara mutawatir. Membaca dan Membaca Al Qur’an adalah
ibadah dan Al Qur’an dimulai dari surat Al Fatihah dan ditutup dengan surat
An Nas.
 Pengertian alquran Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik
Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang bernahasa Arab, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita
dengan cara mutawatir, diterbitkan untuk mushaf yang di awali dari surat Al
Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nas.

B. Nama-nama Al-Quran
1. Al-Kitab (buku)
Alkitab (bahasa Inggris: Bible) adalah sebutan untuk sekumpulan naskah yang
dipandang suci dalam Yudaisme dan Kekristenan. Kata "Alkitab" yang digunakan
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, dan juga digunakan umat
Muslim untuk menyebut Al-Qur'an.[1] Alkitab merupakan sekumpulan kitab suci
yang ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para penulis yang berbeda di lokasi-
lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-kitab
dalam Alkitab sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif
mengenai hubungan antara Allah dengan manusia. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)
2. Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan
[25]:1)
3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)
4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
5. Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
6. Al-Hukm (peraturan/hukum)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka
setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
7. Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah
kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat
Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)
8. Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman
kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
(QS. Al Jin [72]:13)
9. At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, QS. Asy Syu’araa’ [26]:192)
10. Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)
11. Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
12. Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)
13. Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan
mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
14. Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)
15. An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)
16. Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
17. Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)
18. Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an)
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)
BAB II
Adab-Adab Terhadap Al-Quran

A. Hakikat Al-Quran
1. Hakikat Adab
Adab dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Acap kali kata adab terlintas di beragam
referensi atau terucap dari petuah bijak seseorang, tetapi apa sebenarnya definisi
dan makna dari adab itu sendiri? Dalam bahasa Arab, kata adab merupakan
bentuk kata benda dari kata kerja adaba yang berarti kesopanan, sopan santun, tata
krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat.
Mengutip pernyataan Abu Isma’il al-Harawi, penulis kitab Manazil as-
Sa’irin, yang dimaksud dengan adab adalah menjaga batas antara berlebihan dan
meremehkan serta mengetahui bahaya pelanggaran. Keberhasilan seseorang
biasanya ditentukan oleh adab yang dimiliki. Menurut Ensiklopedia Tasawuf
Imam al-Ghazali karya Luqman Junaedi, adab menurut Rasulullah SAW adalah
pendidikan tentang kebajikan yang merupakan bagian dari keimanan.
Masih di buku yang sama, al-Hujwiri berpendapat, adab merupakan
keindahan dan kepatutan suatu urusan agama atau dunia. Kesemuanya itu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan memiliki nilai
kemanusiaan yang tinggi.
Nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT dan cinta kepada Rasulullah biasanya
berdasar pada pendidikan moral. Seseorang yang tidak peduli dengan pendidikan
moral, ia tidak akan mampu mencapai derajat kesalihan.
Untuk dicintai oleh Allah, segala sesuatu dilakukan harus bersih dan terpuji.
Sebab itu, adab merupakan bagian dari keseluruhan kegiatan ibadah.
Menutup aurat, berwudhu, mandi, bersuci, dan berhias merupakan bagian dari
adab. Semata-mata hal itu dilakukan karena mereka akan menghadap Allah.
Adab atau kesopanan di hadapan Allah juga diperintahkan langsung. Ini
seperti perintah berbusana yang baik dan sopan ketika shalat. “Pakailah pakaian
yang indah ketika memasuki masjid.” (QS al-Araaf [7] : 31).
Dalam kasus berdoa sebagai contoh, ada beberapa adab yang mesti
diperhatikan oleh Muslim. Ini dengan tujuan agar doa tersebut dikabulkan oleh
Tuhan.
Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani dalam Iqazh al- Himam Fi
Syar al-Hikam mengemukakan ada empat adab yang dilakukan ketika
memanjatkan doa.
Pertama, niat berdoa adalah ibadah. Berdoa merupakan bentuk
pengabdian, artinya doa mesti bersifat meminta, bukan menuntut.Hal itu
karena ketetapan menyangkut seseorang telah tertulis sejak zaman azali.
Bahkan, sebelum permintaan mereka dipanjatkan. Tetapi, Allah berkuasa
untuk memberi, menahan, dan menolak permintaan hamba-Nya.
Kedua, pengajuan doa harus dibarengi dengan ibadah yang tekun.
Mengharap surga, pahala, dan kedudukan yang tinggi bisa tercapai bila
kualitas ibadah semakin baik. Tidak dikotori dengan ragam perusak amal,
seperti riya, ujub, dan tergesa-gesa.Bila demikian, ibadah pun tidak sempurna.
Bahkan, bisa tertolak di sisi-Nya. Ibadah yang bukan karena Allah bisa
dikategorikan sebagai penyekutuan Allah dengan makhluk-Nya. “Dan, itu
termasuk dosa besar,” kata al-Hasani.
Ketiga, bersikap pasrah dan menyerahkan diri kepada Allah. Doa akan
mendapatkan setidaknya tiga respons yang berbeda. Pertama, terkabul lantaran
memang baik untuknya. Kedua, penundaan karena belum membutuhkan dan
dapat diganti dengan yang lain atau diberikan saat di akhirat. Dan ketiga,
penolakan sebab akan berdampak mudharat pada yang bersangkutan.
Keempat, ketika doa telah terkabul maka apa yang telah diminta harus
digunakan dengan sebaik-baiknya. Apa yang telah dikabulkan harus ditujukan
pada perbuatan baik yang diridhai oleh Allah. Dan, adab tidak terbatas pada
persoalan personal dan transendental. Tetapi, juga mencakup tata krama
berinteraksi dengan sesama. Tentu berbeda antara adab terhadap Allah dan
Rasul-Nya dan adab kepada guru, murid, orang tua, atau tetangga, misalnya. 

2. Hakikat Al-Quran
Kata Alquran berasal dari kata kerja qara'a yang berarti membaca dan bentuk
masdar (kata dasar)-nya adalah Quran yang berarti bacaan. Alquran dengan
makna bacaan dinyatakan oleh Allah dalam beberapa ayat, antara lain dalam
surah-surah al-Qiyamah ayat 16-18, al Baqarah ayat 185, al Hijr ayat 87, Thahaa
ayat 2 dan masih banyak lagi.
Alquran mempunyai beberapa nama, di antaranya adalah Kitab Allah, al-
Furqan yang berarti pembeda antara yang benar dan bathil (QS al Furqan [25]:1),
az-Zikir yang berarti peringatan (QS al Hijr [15]:9) dan at-Tanzil yang berarti
diturunkan (QS Asy-Syuraa [26]:192) dan lainnya.
Para ulama berbeda pendapat tentang hakikat Alquran. Imam al Ghazali dalam
kitab al-Mustasfamin 'Ilm al-Usul (suatu kitab yang membahas masalah usul
fikih), menjelaskan bahwa hakikat Alquran adalah kalam yang berdiri pada Zat
Allah SWT yang kadim (tidak bermula).
Menurut mutakalimin (ahli teologi Islam), hakikat Alquran adalah makna yang
berdiri pada Zat Allah SWT. Adapun golongan Muktazilah, hakikat Alquran
adalah huruf-huruf dan suara yang diciptakan Allah yang setelah berwujud lalu
hilang dan lenyap. Dengan pandangan ini, kaum Muktzilah memandang Alquran
sebagai ciptaan Allah SWT.

B. Adab-adab seorang Muslim terhadap Al-Qur’an


1. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu benar dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Allah berfirman, َ‫ْب فِي ِه هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِين‬
َ ‫ك ْال ِكتَابُ اَل َري‬
َ ِ‫َذال‬
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa, (QS. Al-Baqoroh: 2)
Seseorang tidak akan mungkin mau melaksanakan atau menjadikan sesuatu
sebagai pedoman sebelum yakin akan kebenaran dan tidak ada keraguan di
dalamnya. Setiap Muslim harus yakin dan percaya bahwa Al-Qur’an adalah
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat Jibril. Setiap Muslim harus yakin bahwa tidak ada keraguan sedikitpun di
dalam Al-Qur’an, karena Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an dan Allah
sendirilah yang akan menjaganya.
ِ َ‫نَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحا فِظُون‬
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)
Keyakinan dan tidak adanya keraguan adalah adab pertama bagi setiap Muslim
kepada Al-Qur’an.
2. Mampu membaca Al-Qur’an
Sungguh naif jika ada seseorang yang mengaku Muslim dan mengaku Al-Qur’an
adalah pedoman hidupnya tetapi tidak mampu membaca Al-Qur’an. Apakah
jadinya jika seseorang tidak mampu membaca kitab pedoman hidupnya? Sudah
dapat dipastikan, hidupnya akan terombang-ambing dan orientasi hidupnya tidak
jelas untuk apa dan siapa. Padahal Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َو بَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬

“Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Qur’an


sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang
menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang
bathil.” (QS Al-Baqarah: 185)

3. Mempelajari Al-Qur’an
Setelah kita mampu membaca Al-Qur’an, maka adab kita selanjutnya adalah
mempelajari apa yang ada di dalamnya. Belum sempurna jika kita hanya
membaca Al-Qur’an tetapi tidak tahu makna yang terkandung didalamnya.
Al-Qur’an masih berisi syariat Islam yang global. Belum ada perincian yang
membahas detail dalam masalah tata cara beribadah. Untuk memperjelas syariat
yang global tersebut, maka Rasulullah dengan hadist yang beliau sabdakan
memperjelas dan memperinci segala hal yang masih terkesan global dalam Al-
Qur’an.

4. Mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an


Setelah meyakini bahwasanya tidak ada keraguan di dalam Al-Qur’an,
kemudian mampu membacanya kemudian mempelajari apa yang ada di dalamnya,
maka adab selanjutnya adalah mengamalkan apa yang telah kita pelajari.
Pengamalan ilmu adalah sebuah apresiasi yang harus dilakukan seseorang
yang telah berilmu. Tidak berguna jika ada orang yang telah mempelajari Al-
Qur’an tetapi tidak pernah mengamalkannya.
Allah berfirman: ‫َولَوْ أَنَّهُ ْم فَ َعلُوا َما يُو َعظُونَ بِ ِه لَ َكانَ َخ ْيرًا لَّهُ ْم َوأَ َش َّد ت َْثبِيتًا‬
“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka).” (QS. An-Nisaa: 66)

Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa:

“Barangsiapa yang berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka


Allah akan menunjukkan mereka apa yang belum mereka ketahui.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pun menambahkan ancaman bagi yang tidak
mengamalkan ilmunya. ‫من تعلم علما لم يعمل به لم يزده إال كبرا‬

5. Mengajarkan dan mendakwahkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an


Adab yang terakhir adalah mengajarkan dan mendakwahkan apa yang ada di
dalam Al-Qur’an. Inilah tugas utama setiap Muslim untuk mendakwahkan syariat
Islam. Mengajarkan Al-Qur’anul Karim serta menjelaskan (maknanya) kepada
manusia adalah termasuk di antara amalan-amalan yang paling utama. Juga,
sebaik-baik cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang mana, orang yang mengajarkan dan mempelajarinya akan mendapatkan
kebaikan Dunia dan Akhirat. Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyAllahu ‘anhu
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

.”‫خيركم من تعلم القرآن وعلمه” رواه البخاري‬

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan


mengajarkannya.” (HR. al-Bukhari)

Dan pengajaran (mengajarkan) Al-Qur’an adalah salah satu pintu yang


agung di antara pintu-pintu dan bidang-bidang dakwah ke jalan Allah ‘Azza
wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ال إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ اًل ِم َّم ْن َدعَا إِلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬
َ َ‫صالِحًا َوق‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang


menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS.
Fushshilat: 33)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:”Dan berdakwah kejalan


Allah bisa dilakukan dengan berbagai perkara (cara), di antaranya adalah
pengajaran Al-Qur’an, dan ia adalah yang paling mulia (di antara semua
perkara).” (Fathul Bari 9/76) Bahkan para pengajar Al-Qur’an dan orang yang
mengamalkannya adalah termasuk manusia pilihan dari umat ini, sehingga ia
menjadi manusia pilihan di antara pilihan, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. ….” (QS. Ali ‘Imraan: 110)

Hal itu tidak lain karena mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya


adalah pondasi yang di atasnya berdiri bangunan agama. Dengannyalah
Syari’at dan hukum-hukum bisa diketahui. Dengan cahayanyalah umat
mendapatkan sinar penerang. Di atas jalannyalah mereka melangkah. Dan di
atas manhaj (metode)-nyalah mereka terdidik dan terbina.

3. Hidup Dalam Bimbingan Al-Quran 


MANUSIA merupakan hamba Allah, maka sudah sewajarnya manusia
mendapatkan petunjuk langsung dari-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Untuk
itu, Allah telah menurunkan Alquran sebagai pedoman dan pembimbing manusia
mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat. "Dalam Surah Albaqarah ayat 2
Allah menegaskan, 'Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi mereka yang bertakwa'. Jadi, tidaklah masuk akal apabila manusia tidak
berpedoman kepada Alquran. Sebab, hanya Allah yang mengetahui segalanya
tentang manusia dan bumi yang diciptakan-Nya," ujar Ustaz Suhairi Ilyas dalam
khotbahnya di Masjid Al Azhar, Jakarta, Kamis (23/6). Ayat tersebut, lanjutnya,
merupakan penegasan Allah bahwa Alquran merupakan sesuatu yang mutlak
sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa.
Alquran juga disebut sebagai alfurqon atau pemisah antara yang benar dan
yang salah. "Alquran membimbing manusia pada jalan hidup yang lebih baik dan
berkualitas." Manusia, lanjut Suhairi, perlu senantiasa menyadari bahwa
kehidupan di dunia hanyalah sementara. Akhiratlah yang menjadi tujuan akhir.
Kehidupan sejati ada di sana. Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, Allah
sudah menunjukkan jalannya melalui Alquran. "Dunia dan akhirat ciptaan Allah.
Allah Maha Tahu semua hal terkait dengan dunia dan akhirat. Maka, Allahlah
yang paling pantas memberikan petunjuk bagaimana kita bisa mencapai
keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat." Suhairi mengungkapkan
Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia yang telah berhasil
memimpin umatnya dengan waktu relatif singkat, yakni hanya kurang dari 23
tahun, tetapi beliau memimpin dengan sukses. Keberhasilan tersebut sepenuhnya
karena Rasulullah berpedoman kepada Alquran. "Karena itu, pada detik-detik
terakhir sebelum beliau wafat, Nabi berpesan agar kita tidak meninggalkan dua
pedoman hidup. Yakni, Alquran dan sunah Nabi. Jika kita berpegang teguh pada
keduanya, niscaya kita tidak akan pernah krisis dan sesat," terang Suhairi.
Jika manusia tidak berpedoman pada Alquran, krisis rumah tangga, negara,
dan dunia akan terjadi. Prinsip 5M Lebih lanjut Suhairi menjelaskan, untuk
menjadikan Alquran sebagai pedoman kehidupan, manusia perlu menjalankan
prinsip 5 M.
Pertama, manusia harus mengimani Alquran dan meyakini bahwa Alquran itu
merupakan firman Allah yang sifatnya mutlak. "Harus pula meyakini bahwa
Alquran dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat."
Kedua, membaca Alquran dengan tajwid yang benar, sebab arti Alquran tidak
lepas dari tajwid.
ketiga ialah berusaha memahaminya. Keempat ialah mengamalkan semampu
manusia, bukan semaunya.
Yang terakhir ialah mendakwahkan Alquran. Yakni, mengajak orang-orang
untuk mengamalkan apa yang diperintahkan dalam Alquran sesuai prinsip amar
maruf nahi munkar (mendorong pada kebaikan, mencegah kejahatan). "Terlebih
kepada keluarga kita sendiri, kalau mengajak untuk beribadah jangan asal-asalan
karena keluarga merupakan tanggung jawab kita di hadapan Allah. Tanggung
jawab orangtua pada anak bukan cuma memenuhi kebutuhan pakaian, makan, dan
minum, melainkan juga mengajak untuk beribadah pada Allah SWT," pungkas
Suhairi. (H-3).

Anda mungkin juga menyukai