Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Kondisi Sosial…(Wurdiyanti Yuli Astuti) 308

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT


BELAJAR SISWA SMK YPKK 3 SLEMAN
THE EFFECTS OF FAMILIES’ SOCIAL AND ECONOMIC CONDITIONS ON THE LEARNING
INTEREST OF STUDENTS OF SMK YPKK 3 SLEMAN

oleh:
wurdiyanti yuli astuti
fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta
wurdiyantiyulia@gmail.com
Pembimbing: Mustofa, M.Sc

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap minat belajar
siswa SMK YPKK 3 Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan masuk dalam kategori ex post
facto yang bersifat asosiatif kausal yaitu mencari pengaruh sebab akibat dari variabel yang diteliti. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda dengan menggunakan program SPSS Version 20
For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat pendidikan ayah tidak berpengaruh terhadap minat
belajar siswa; 2) Tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 3)
Pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 4) Kepemilikan aset rumah
tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 5) Tingkat pemenuhan
kebutuhan/pengeluaran keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 6) Kontribusi
seluruh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 68,06%. Sisanya sebesar 31,94% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model.
.

Kata kunci: Sosial Ekonomi Keluarga, Minat Belajar

Abstract
This study aims to find out the effects of the social and economic conditions on the learning
interest of students of SMK YPKK 3 Sleman. This was a quantitative study of the ex post facto category
which was causal and associative in nature to investigate the cause and effect of the variables under
study. The data analysis in the study was multiple regression analysis using the program of SPSS Version
20 for Windows. The results of the study show that: 1) fathers’ educational levels do not affect students’
learning interest; 2) mothers’ educational levels positively and significantly affect students’ learning
interest; 3) family incomes positively and significantly affect students’ learning interest; 4) family asset
ownerships positively and significantly affect students’ learning interest; 5) levels of need
fulfillments/family expenditures positively and significantly affect students’ learning interest; and 6) the
contribution of all the independent variables to account for the dependent variable is 68.06%. The
remaining 31.94% is explained by other variables outside the model.

Keywords: Families’ Social and Economic Conditions, Learning Interest

PENDAHULUAN dengan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, yaitu


Seiring dengan maju dan berkembangnya “setiap warga negara berhak mendapat
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kebutuhan pendidikan” sehingga pemerintah wajib
manusia pun semakin banyak dan berkembang mengusahakan dan menyelenggarakan
pula. Bahkan kini, pendidikan mulai menjadi pendidikan nasional karena pendidikan
kebutuhan primer bagi masyarakat. Hal ini sesuai merupakan tiang dan pondasi terpenting dalam
309 Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

kehidupan guna mewujudkan masa depan bangsa prosesnya yang terjadi secara internal didalam
yang cemerlang. diri individu tersebut.
Tujuan pendidikan menurut Dwi Siswoyo Proses perubahan tersebut dapat tercapai
(2011:26) merupakan sesuatu yang ingin dicapai jika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
oleh kegiatan pendidikan adalah suatu yang logis dari dalam diri seseorang atau faktor individual
bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan dan faktor dari luar individu yang disebut faktor
tujuan yang diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sosial. Faktor individual sendiri antara lain faktor
sadar tujuan, maka dalam praktik pendidikan kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
tidak ada artinya. Dalam pasal 3 UU Nomor 20 motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah
tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
berkembangnya potensi peserta didik agar digunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sosial. Yang dimaksud dengan keadaan keluarga
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan sendiri adalah, ada keluarga yang miskin, ada
menjadi warga negara yang demokratis serta pula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi
bertanggung jawab.” oleh suasana tentram dan damai, tetapi ada pula
Dalam keseluruhan proses pendidikan yang yang sebaliknya. Ada keluarga yang terdiri ayah-
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan baik ibu yang pelajar dan adapula yang kurang
lembaga pendidikan formal, informal maupun pengetahuan. Ada keluarga yang mempunyai
non formal, belajar merupakan kegiatan yang cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang
paling pokok guna mencapai tujuan pendidikan. biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang
Menurut Hilgard dan Bower (1975) dalam bermacam-macam itu mau tidak mau turut
bukunya Theories of Learning, belajar sendiri menentukan bagaimana dan sampai dimana
berhubungan dengan perubahan tingkah laku belajar yang dialami dan dicapai oleh anak-
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang anaknya. Termasuk dalam keluarga ini, ada
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang- tidaknya atau tersedianya fasilitas-fasilitas yang
ulang dalam situasi itu, dimana perubahan diperlukan dalam belajar turut memegang
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar peranan penting pula (Ngalim Purwanto, 2007).
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, Keluarga sendiri merupakan lembaga sosial
atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya pertama yang dikenal oleh anak. Keluarga
kelelahan, pengaruh obat, dsb). Belajar adalah bertanggung jawab menyediakan kebutuhan
suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu finansial untuk keperluan pendidikan anak.
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi
atau kecakapan. Jadi, belajar bukanlah tingkah tidak akan mengalami kesulitan memenuhi
laku yang nampak, tetapi terutama adalah kebutuhan sekolah anaknya, berbeda dengan
Pengaruh Kondisi Sosial…(Wurdiyanti Yuli Astuti) 310

orangtua/keluarga yang keadaan sosial tinggi. Di SMK YPKK 3 Sleman ini, tingkat
ekonominya rendah. Selain keluarga, lembaga pendidikan orang tua siswa bisa dikatakan masih
sosial lain yang berfungsi menanamkan sikap- rendah karena rata-rata adalah lulusan pendidikan
sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan menengah, dan hanya sebagian kecil saja yang
anak selanjutnya adalah sekolah. Padahal sekolah tingkat pendidikan orang tuanya mencapai
sendiri menampung siswa-siswi dari berbagai pendidikan tinggi. Hal tersebut diketahui dari
macam latar belakang atau kondisi sosial buku induk siswa milik SMK YPKK 3 Sleman.
ekonomi yang heterogen atau berbeda-beda. Pendapatan keluarga adalah jumlah
Keadaan yang demikian juga terjadi di pendapatan seluruh anggota keluarga baik yang
SMK YPKK 3 Sleman, dimana sekolah ini diperoleh oleh kepala keluarga maupun anggota
menampung siswa-siswinya dari berbagai macam keluarga yang lain selama kurun waktu tertentu
latar belakang ekonomi keluarga yang berbeda. dalam satuan rupiah. Tingkat pendapatan orang
Keadaan ekonomi keluarga tersebut berpengaruh tua siswa SMK YPKK 3 Sleman mayoritas
pada kemampuan membiayai dan menyediakan tergolong dalam pendapatan yang middle low
fasilitas belajar kepada anak-anaknya sehingga atau menengah ke bawah, yaitu golongan
keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan pendapatan cukup tinggi dan golongan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendapatan rendah.
belajar pada anak. Kepemilikan aset rumah tangga adalah
SMK YPKK 3 Sleman merupakan sekolah kepemilikan aset atau kekayaan dalam bentuk
menengah kejuruan dengan bidang keahlian barang-barang dimana masih bermanfaat dalam
bisnis dan manajemen, sekolah ini menampung menunjang ekonominya, aset yang dimiliki
siswa dan siswi yang berasal dari kondisi sosial tersebut dapat dimanfaatkan guna menunjang
ekonomi yang berbeda-beda. Keadaan sosial pendidikan anak. Aset tersebut diantaranya
ekonomi keluarga sendiri bisa dicerminkan dari adalah tempat tinggal, lahan berupa sawah/kebun,
indikator tingkat pendidikan orang tua, barang berharga lain seperti perhiasan, alat
pendapatan keluarga, kepemilikan aset rumah elektronik, dan kendaraan pribadi. Dilihat dari
tangga, dan pemenuhan kebutuhan hal-hal tersebut, siswa SMK YPKK 3 Sleman
keluarga/pengeluaran keluarga. Tingkat memiliki aset rumah tangga yang dapat
pendidikan atau jenjang pendidikan adalah menunjang pendidikannya namun dalam taraf dan
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan status yang berbeda-beda misalnya ada anak yang
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang tinggal di rumah milik keluarganya sendiri,
akan dicapai, dan kemampuan yang namun ada siswa yang menumpang di rumah
dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal milik saudaranya yang lain, ada anak yang
1). Jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya menggunakan sepeda sebagai alat transportasi ke
terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan sekolah dan ada juga anak yang menggunakan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan sepeda motor sebagai alat transportasi ke sekolah.
311 Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika kegiatan tersebut didukung oleh berbagai
setiap orang harus melakukan konsumsi berupa sarana dan fasilitas belajar yang mendukung,
pengeluaran. Pengeluaran satu keluarga dengan misalnya buku referensi, komputer/laptop, dan
keluarga yang lain tidaklah sama, tergantung pada gadget lainnya. Fasilitas belajar tersebut turut
jumlah penghasilan, jumlah anggota keluarga, mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
taraf pendidikan dan status sosial, serta Namun yang terlihat di SMK YPKK 3 Sleman,
lingkungan keluarga. Hal tersebut juga terjadi di tidak ada siswa yang memiliki buku referensi lain
SMK YPKK 3 Sleman pastinya, namun secara selain buku yang diberikan oleh sekolah yaitu
keseluruhan bisa dikatakan pemenuhan berupa lembar kerja siswa (LKS) dan buku cetak
kebutuhan keluarga yang mendukung kegiatan milik perpustakaan. Selain itu, tidak terlihat juga
belajar/pendidikan anak tergolong rendah. Hal ini siswa yang datang ke sekolah dengan membawa
bisa dilihat dengan rata-rata setiap siswa memiliki komputer jinjing atau laptop, padahal pada mata
uang saku yang jumlahnya tidaklah banyak pelajaran tertentu keberadaan komputer sangatlah
sehingga kebanyakan dari mereka membawa dibutuhkan oleh siswa. Selain itu, fasilitas
bekal makanan berupa nasi untuk makan siang pembelajaran yang disediakan sekolah pun sangat
dari rumah. terbatas terbukti dengan belum adanya peralatan
Kegiatan yang dilakukan di sekolah terdiri multimedia di kelas dan peralatan olahraga.
dari 2 macam kegiatan yaitu kegiatan Salah satu indikator keberhasilan belajar
intrakulikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Di siswa adalah ditunjukkan dengan hasil belajar
SMK YPKK 3 Sleman, ada berbagai macam siswa yang bagus. Semakin bagus hasil belajar
kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah siswa, bisa dikatakan kegiatan belajar siswa
paduan suara, voli, pramuka yang merupakan tersebut berhasil. Dalam laporan PPL UNY tahun
ekstrakurikuler wajib. Kegiatan siswa tersebut 2015 di SMK YPKK 3 Sleman, dari 33 siswa,
bisa dikatakan tetap berjalan, namun dalam hanya 9 atau 27% siswa saja yang nilainya berada
pelaksanaannya banyak siswa yang seharusnya di atas KKM yaitu 70, sisanya di bawah KKM .
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tetapi tidak Hal ini bisa dikatakan bahwa hasil belajar siswa
berangkat atau membolos. Karena adanya siswa SMK YPKK 3 Sleman masih rendah.
yang membolos tersebut akhirnya kegiatan tidak Dari pengamatan sebelumnya, siswa-siswi
bisa berjalan dengan semestinya. Selain pada di SMK YPKK 3 Sleman berasal dari kondisi
kegiatan ekstrakurikuler, siswa pun banyak yang sosial ekonomi keluarga yang berbeda, seperti
membolos pada jam sekolah. Hal tersebut tingkat pendidikan, kekayaan yang dimiliki, dan
dikarenakan partisipasi atau pengawasan orang pemenuhan kebutuhan keluarga sehingga dalam
tua yang rendah terhadap kegiatan sekolah anak- penelitian ini, ingin diketahui apakah ada
anaknya. pengaruhnya kondisi sosial ekonomi orangtua
Kegiatan belajar siswa dapat berjalan terhadap minat belajar. Selain itu, sekolah
dengan seharusnya dan seperti yang diinginkan sebagai salah satu pusat pendidikan berupaya
Pengaruh Kondisi Sosial…(Wurdiyanti Yuli Astuti) 312

membantu meningkatkan perkembangan baik 5. Partisipasi dan pengawasan orang tua dalam
perkembangan aspek spiritual, kognitif, dan juga kegiatan sekolah siswa SMK YPKK 3
psikomotorik siswa. Akan tetapi, minat belajar Sleman masih kurang dilihat dari masih
siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor banyaknya siswa yang membolos baik ketika
baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. jam pelajaran maupun dalam kegiatan
Salah satu faktor yang akan diteliti adalah faktor ekstrakurikuler .
dari luar siswa yaitu faktor kondisi sosial 6. Fasilitas belajar yang dimiliki siswa SMK
ekonomi keluarga. Berdasarkan latar belakang YKK 3 Sleman masih sedikit, dan bahkan
masalah di atas, maka ada beberapa hal yang tidak ada siswa yang memiliki buku referensi
menjadi permasalahan yaitu sebagai berikut : lain selain buku yang disediakan sekolah.
1. Dari buku induk siswa, diketahui tingkat Selain itu sekolah tidak memiliki fasilitas
pendidikan orang tua siswa SMK YPKK 3 pembelajaran seperti alat multimedia di kelas
Sleman rata-rata adalah lulusan pendidikan dan peralatan olahraga.
menengah dan hanya sebagian kecil yang 7. Dapat dilihat dari laporan PPL SMK YPKK
merupakan lulusan pendidikan tinggi. 3 Sleman tahun 2015, hasil belajar mata
2. Dari buku induk siwa, diketahui bahwa pelajaran ekonomi siswa kelas X dari 33
pendapatan keluarga siswa SMK YPKK 3 siswa hanya 9 siswa atau 27% siswa saja
Sleman rata-rata masih tergolong dalam yang lulus KKM.
golongan menengah ke bawah.
3. Kepemilikan aset rumah tangga siswa SMK
METODE PENELITIAN
YPKK 3 Sleman ada dalam taraf dan status
Jenis Penelitian
yang berbeda, ada siswa yang tinggal di
Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif
rumah keluarganya sendiri namun ada juga
kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk
yang menumpang di rumah saudaranya yang
mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y yang
lain, ada siswa yang menggunakan sepeda
bersifat kausal. Menurut Sugiyono (2011: 11-12)
ke sekolah, ada yang menggunakan sepeda
penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
motor, dan ada juga yang berjalan kaki ke
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
sekolah.
variabel atau lebih. Sedangkan hubungan kausal
4. Dari hasil pra observasi, diketahui bahwa
adalah hubungan sebab akibat, apabila X maka Y.
pemenuhan kebutuhan keluarga/pengeluaran
keluarga siswa berupa pengeluaran
Populasi dan Sampel Penelitian
kebutuhan pokok, pendidikan anak,
Populasi dalam penelitian ini adalah
kesehatan, listrik air dan telepon, dan
seluruh siswa SMK YPKK 3 Sleman tahun
pengeluaran kendaraan pribadi SMK YPKK
pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 8 kelas
3 Sleman berbeda-beda dan cenderung
dengan jumlah 130 orang tua siswa. Jumlah
rendah.
313 Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

sampel yang ditentukan dalam penelitian ini regresi linear berganda (multiple regresson) (Ali
adalah 40 sampel. Muhson,2005).
Untuk menentukan ukuran sampel,
digunakan teknik proporsional random sampling, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yaitu pengambilan sampel bertingkat (berstrata) Pengaruh Tingkat Pendidikan Ayah terhadap
guna memperoleh jumlah sampel menurut Minat Belajar
Berdasarkan hasil penelitian ini
masing-masing strata.
diungkapkan bahwa tingkat pendidikan formal
tertinggi yang mampu diselesaikan ayah siswa
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data SMK YPKK 3 Sleman sebagian besar (18
Teknik pengumpulan data dalam responden atau 45%) adalah sangat rendah yaitu
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner atau pada tingkat sekolah dasar. Jadi bisa dikatakan
angket. Angket akan diberikan kepada siswa- bahwa tingkat pendidikan ayah siswa SMK
siswi dan orang tua siswa SMK YPKK 3 Sleman YPKK 3 Sleman sangat rendah.
untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi Penelitian ini juga membuktikan bahwa
keluarga. Jenis angket yang diberikan dalam hipotesis pertama ditolak, yaitu tingkat
penelitian ini terdiri dari dua macam angket yaitu pendidikan ayah tidak berpengaruh terhadap
angket terbuka dan angket tertutup. Angket minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
terbuka digunakan untuk mengetahui tingkat nilai koefisien garis yang positif dan nilai
pendapatan dan pengeluaran keluarga dalam signifikansi lebih dari 0,05.
satuan rupiah, sedangkan angket tertutup
digunakan untuk mengetahui kondisi sosial
Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu terhadap
ekonomi keluarga dan minat belajar siswa.
Minat Belajar
Untuk mengetahui kesahihan butir
Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan
(validitas) dan konsistensi (reliabilitas) instrumen,
bahwa tingkat pendidikan formal tertinggi yang
maka dilakukan uji coba instrumen. Uji validitas
mampu diselesaikan ibu siswa SMK YPKK 3
dilaksanakan dengan rumus Product Moment dan
Sleman sebagian besar (15 responden atau
uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
37,5%) adalah pada tingkat Sekolah Menengah
rumus Alpha Cronbach (Suharsimi 2010: 221).
Pertama, kemudian disusul tingkat Sekolah
Dasar yaitu sebesar 14 responden atau 35%,
Teknik Analisis Data
dilanjutkan tingkat Sekolah Menengah Pertama
Teknik analisis data menggunakan analisis
yaitu sebanyak 9 responden (22,5%) dan terakhir
deskriptif variabel, uji prasyarat analisis yang
pada tingkat Sarjana yaitu 2 responden (5%).
meliputi uji normalitas, uji linearitas, uji
Penelitian ini juga membuktikan bahwa
multikolinearitas, dan uji Homosedasitas.
hipotesis kedua diterima, yaitu tingkat
Pengajuan hipotesis menggunakan persamaan
pendidikan ibu berpengaruh positif dan
Pengaruh Kondisi Sosial…(Wurdiyanti Yuli Astuti) 314

signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini Penelitian ini juga membuktikan bahwa
ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang hipotesis kedua diterima, yaitu pendapatan
positif (0,269) dan nilai signifikansi (0,021) keluarga berpengaruh positif dan signifikan
kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi terhadap minat belajar siswa. Hal ini
tingkat pendidikan ibu, maka minat belajar siswa ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang
juga akan semakin tinggi. Jika seorang ibu positif (0,001) dan nilai signifikansi (0,005)
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, maka kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi
ia akan memotivasi anaknya dan mendorong pendapatan keluarga, maka minat belajar siswa
agar anaknya meningkatkan minat belajarnya. juga akan semakin tinggi.

Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Pengaruh Kepemilikan Aset Rumah Tangga


Minat Belajar terhadap Minat Belajar
Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan
bahwa pendapatan keluarga siswa SMK YPKK bahwa kepemilikan aset rumah tangga siswa
3 Sleman di kuartil bertama bernilai Rp SMK YPKK 3 Sleman berdasarkan status
1.450.000,- kuartil kedua Rp 1.962.500,- dan rumahnya, semuanya menempati rumah milik
kuartil ketiga Rp 3.225.000,-. Dari 35 responden sendiri. Berdasarkan jenis rumahnya sebagian
(ayah yang memiliki pendapatan pokok), 18 besar atau 60% (24 dari 40 responden) memiliki
diantaranya (51,42%) pendapatannya berada di rumah permanen.
atas UMP dan sisanya yaitu 17 responden Penelitian ini juga membuktikan bahwa
(48,58%) pendapatannya berada di bawah UMP. hipotesis keempat diterima, yaitu kepemilikan
Dari 20 responden (ayah yang memiliki aset rumah tangga berpengaruh positif dan
pendapatan tambahan), semua pendapatannya signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini
berada di bawah UMP. Dari 27 responden (ibu ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang
yang memiliki pendapatan pokok), 9 diantaranya positif (1,327) dan nilai signifikansi (0,045)
(33,33%) memiliki pendapatan di atas UMP dan kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi
sisanya yaitu 18 responden (66,67%) memiliki kepemilikan aset rumah tangga, maka minat
pendapatan di bawah UMP. Dari 16 responden belajar siswa juga akan semakin tinggi. Aset
(ibu yang memiliki pendapatan tambahan), rumah tangga yang dimiliki dapat digunakan
semua pendapatannya berada di bawah UMP. sebagai sarana pendidikan siswa seperti kondisi
Dari 40 responden, hanya 13 responden yang rumah yang baik sehingga karena sarana yang
anggota keluarganya yang lain memiliki baik tersebut dapat meningkatkan minat belajar
pendapatan, 8 diantaranya (61,53%) memiliki siswa.
pendapatan di atas UMP dan sisanya yaitu 5
responden (38,47%) memiliki pendapatan di
bawah UMP.
315 Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan/ rendah sebesar 00,00%. Jadi bisa dikatakan


Pengeluaran Keluarga terhadap Minat Belajar bahwa minat belajar siswa SMK YPKK 3
Berdasarkan hasil penelitian ini Sleman ada pada kategori tinggi.
diungkapkan bahwa tingkat pemenuhan Penelitian ini juga membuktikan bahwa
kebutuhan/pengeluaran keluarga siswa SMK hipotesis keenam diterima, yaitu terdapat
YPKK 3 Sleman pada kuartil pertama bernilai pengaruh positif dan signifikan tingkat
Rp 1.465.000,- kuartil kedua bernilai Rp pendidikan orangtua, pendapatan keluarga,
2.025.000,- dan kuartil ketiga bernilai Rp kepemilikan aset rumah tangga, dan pemenuhan
2.722.500,-. Dari 40 responden 20 diantaranya kebutuhan/pengeluaran keluarga secara
(50%) merupakan keluarga yang jumlah bersama-sama terhadap minat belajar siswa
pendapatannya lebih besar daripada jumlah SMK YPKK 3 Sleman. Hal ini ditunjukkan
pengeluaran keluarganya atau bisa dikatakan dengan nilai R yang positif (0,825) dan nilai
termasuk keluarga surplus, dan sisanya yaitu signifikansi (0,000) kurang dari 0,05.
sebanyak 20 responden (50%) merupakan Secara simultan kelima variabel bebas
keluarga yang jumlah pendapatannya lebih kecil memiliki pengaruh positif dan signifikan dan
daripada jumlah pengeluarannya atau bisa pengaruhnya lebih dari 50% yaitu sebesar
dikatakan termasuk keluarga yang defisit. 68,06%, namun masih ada variabel lain yang
Penelitian ini juga membuktikan bahwa dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Total
hipotesis kelima diterima, yaitu tingkat nilai variabel lain yang tidak diteliti dalam
pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga penelitian ini yaitu 31,94%.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Berdasarkan analisis data juga diketahui
minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-
nilai koefisien garis yang positif (0,001) dan
masing variabel bebas. Sumbangan efektif
nilai signifikansi (0,011) kurang dari 0,05. Oleh
variabel tingkat pendidikan ayah sebesar 1,11%,
karena itu, semakin tinggi tingkat pemenuhan
sumbangan efektif variabel tingkat pendidikan
kebutuhan/pengeluaran keluarga maka minat
ibu sebesar 15,63%, sumbangan efektif variabel
belajar siswa juga akan semakin tinggi.
pendapatan keluarga sebesar 20,84%, sumbangan
efektif variabel kepemilikan aset rumah tangga
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
sebesar 11,99% dan sumbangan efektif variabel
secara bersama-sama (simultan) terhadap
pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga
Minat Belajar Siswa.
sebesar 18,48% terhadap minat belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini
SMK YPKK 3 Sleman. Diketahui juga
diungkapkan bahwa sebagian besar minat belajar
sumbangan relatif variabel tingkat pendidikan
siswa termasuk dalam kategori tinggi dengan
ayah sebesar 1,63%, sumbangan relatif variabel
presentase 65,00%. Disusul pada kategori
tingkat pendidikan ibu sebesar 22,97%,
sedang dengan presentase 35,00 % dan kategori
Pengaruh Kondisi Sosial…(Wurdiyanti Yuli Astuti) 316

sumbangan relatif variabel pendapatan keluarga 2.025.000,- dan kuartil ketiga bernilai Rp
sebesar 30,62%, sumbangan relatif variabel 2.722.500,-.
kepemilikan aset rumah tangga sebesar 17,62% 2. Kondisi minat belajar siswa SMK YPKK 3
dan sumbangan relatif variabel pemenuhan Sleman termasuk dalam kategori tinggi
kebutuhan/pengeluaran keluarga sebesar 27,16% yaitu dengan presentase 65%.
terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 3. Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga
Sleman. Hal ini membuktikan pendapatan terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3
keluarga memiliki pengaruh lebih besar terhadap Sleman secara simultan atau bersama-sama
minat belajar siswa dibandingkan dengan variabel menunjukan pengaruh yang positif dan
tingkat pendidikan orangtua, kepemilikan aset signifikan terhadap minat belajar siswa
rumah tangga, dan pemenuhan dengan nilai koefisien garis positif dan nilai
kebutuhan/pengeluaran. signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000.
Sedangkan secara parsial menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan ayah tidak
SIMPULAN DAN SARAN berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Simpulan Tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif
1. Kondisi sosial ekonomi keluarga siswa dan signifikan terhadap minat belajar siswa
SMK YPKK 3 Sleman dapat dideskripsikan Pendapatan keluarga berpengaruh positif
dari aspek pendidikan orang tua, pendapatan dan signifikan terhadap minat belajar siswa.
keluarga, kepemilikan aset rumah tangga, Kepemilikan aset rumah tangga
dan besarnya konsumsi atau pengeluaran. berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Dari aspek pendidikan, untuk pendidikan minat belajar siswa. Tingkat pemenuhan
ayah presentase terbesar yaitu 45% ada pada kebutuhan/pengeluaran keluarga
tingkat sekolah dasar, sedangkan untuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat pendidikan ibu presentase terbesar minat belajar siswa.
yaitu 37,5% ada pada tingkat sekolah
menengah pertama. Dari aspek pendapatan,
Saran
pada kuartil pertama bernilai Rp 1.450.000,-
Berdasarkan pembahasan, kesimpulan di
kuartil kedua bernilai Rp 1.962.500,- dan
atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
kuartil ketiga bernilai Rp 3.225.000,-. Dari
1. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga
aspek kepemilikan asset rumah tangga, 60%
siswa SMK YPKK 3 Sleman tersebut, maka
memiliki rumah permanen dan sisanya 40%
diharapkan keluarga siswa dapat mengatur
memiliki rumah semi permanen. Dari aspek
keuangannya agar pengeluaran keluarga
pengeluaran, pada kuartil pertama bernilai
tidak melebihi pendapatan yang diterima dan
Rp 1.465.000,- kuartil kedua bernilai Rp
mengutamakan pemenuhan kebutuhan
pendidikan anak.
317 Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

2. Cara meningkatkan minat belajar siswa yang dalam dirinya dan menentukan kekuatan dan
dapat dilakukan oleh orang tua yaitu dengan kelemahan yang ia punya, serta memberikan
memberikan reward setiap selesai ulangan perhatian dalam mengawasi anak demi
atau setiap semester, karena anak akan lebih peningkatan minat belajar siswa di sekolah.
semagat dalam belajar untuk mendapatkan Hubungan yang harmonis juga harus
nilai yang baik agar diberi reward. Orang tua dibangun antara orang tua dengan anak.
dapat juga mengarahkan dan membiarkan Selain itu, jika perlu orang tua dapat
mereka bekerja keras untuk melihat potensi mengikutkan anak pada AMT (Achievement

Motivation Training) yaitu program Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan.


Bandung : Remaja Rosdakarya.
pengembangan diri khususnya dalam hal
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
peningkatan minat dan motivasi belajar. Sistem Pendidikan Nasional
Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Ali Muhson. 2005. Aplikasi Komputer. Diktat. R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Universitas Negeri Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian.
Dwi Siswoyo. 2011. Ilmu Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.
Yogyakarta : UNY Press.
Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian.
Bandung : CV Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai