Definisi nyeri seperti yang diajukan oleh Perhimpunan Internasional dalam mempelajari
nyeri menekankan sifat kompleks nyeri sebagai suatu keadaan fisik, emosional, dan psikologis.
Hal ini dikenali bahwa nyeri tidak harus berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan yang
hadir. Kegagalan untuk menghargai faktor-faktor kompleks yang mempengaruhi pengalaman
nyeri maupun ketergantungan sepenuhnya pada temuan pemeriksaan fisik dan uji laboratorium
mungkin mengarahkan pada kesalahpahaman maupun pengobatan yang tidak adekuat terhadap
nyeri. Konsep anatomis yang terlalu disederhanakan merupakan predisposisi terhadap intervensi
terapeutik sederhana, seperti neurektomi atau rhizotomi, yang mungkin mengintensifkan nyeri
atau membuat nyeri baru dan kerap kali sangat mengganggu.
Nosiseptor merupakan suatu kelas aferen primer yang terspesialisasi dimana memberikan
respon terhadap rangsangan yang intens dan berbahaya pada kulit, otot, sendi, viseral, maupun
pembuluh darah. Nosiseptor bersifat khas dimana mereka secara khusus berespon terhadap
berbagai bentuk energi yang menghasilkan cedera (rangsangan panas, mekanis, dan kimiawi)
serta memberikan informasi pada CNS berkaitan dengan lokasi maupun intensitas rangsangan
yang berbahaya. Pada jaringan normal, nosiseptor adalah tidak aktif hingga mereka dirangsang
oleh energi yang cukup untuk mencapai ambang rangsangan (istirahat). Dengan demikian,
nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak (fungsi penapisan) menuju CNS dalam interpretasi
nyeri.
Nociceptors are a specialized primary afferent class which responds to intense and
dangerous stimuli to the skin, muscles, joints, visceral, and blood vessels. Nociceptors are unique
in that they specifically respond to various forms of energy that produce injuries (heat,
mechanical, and chemical stimuli) and provide information on the CNS regarding the location
and intensity of dangerous stimuli. In normal tissue, nociceptors are inactive until they are
stimulated by enough energy to reach the threshold of stimulation (rest). Thus, nociceptors
prevent the propagation of random signals (screening functions) to CNS in the interpretation of
pain.
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan
sebagai serabut penghantar nyeri, atau
impuls nosiseptif.
nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C.
Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang dimaksud adalah rangsang atau stimulus
tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal yang dapat merusak atau berpotensi merusak
tanpa adanya mediator inflamasi. jaringan, berupa suhu ekstrem, mekanis,
( Guyton A.C & Hall, J.E, 2014 ) maupun alogen atau kimiawi. Nosiseptor
yang teraktivasi oleh stimulus nyeri, akan
Rangsang nyeri diterima oleh mengirimkan impuls melalui neuron aferen
nosiseptor di kulit dan visera. Sel yang primer, menuju kornu dorsalis medula
nekrotik akan melepaskan K+ dan protein spinalis, dan diteruskan melalui traktus
intrasel yang dapat mengakibatkan spinotalamikus menuju thalamus hingga ke
inflamasi. Mediator penyebab nyeri akan cerebri. Terdapat empat proses yang
dilepaskan. Leukotrien, prostatglandin E2 , menjelaskan proses elektro-fisiologik
dan histamine akan mensensitisasi nosisepsi: transduksi, transmisi, modulasi,
nosiseptor selain itu lesi jaringan juga dan persepi. Proses tranduksi adalah proses
mengaktifkan pembekuan darah sehingga dimana stimulus nyeri akan diterjemahkan
melepaskan bradikinin dan serotonin. Jika menjadi suatu aktivitas listrik apda ujung-
terdapat penyumbatan pembuluh darah, akan ujung saraf. Proses transmisi adalah proses
terjadi iskemia dan penimbunan K+ dan H+ penyaluran impuls melalui saraf sensoris
ekstrasel yang diakibatkan akan semakin menyusul proses transduksi yang disalurkan
mengaktifkan nosiseptor yang telah melalui serabut saraf A delta dan serabut C
tersensitasi. Perangsangan nosiseptor ke medulla spinalis. Proses modulasi adalah
melepaskan substansi peptide P (SP) dan proses interaksi antara sistem analgesik
peptide yang berhubungan dengan gen endogen dengan impuls nyeri yang masuk
kalsitonin (CGRP), yang meningkatkan ke kornu.
respon inflamasi dan menyebabkan
vasodilatasi serta meningkatkan Nosiseptor adalah reseptor yang