Disusun Oleh:
Elrica Grace Chendekiawan 219 210 029
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2
Daftar isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
Pemicu.........................................................................................................................................................4
I. Klasifikasi istilah.............................................................................................................................4
II. Identifikasi masalah.........................................................................................................................4
IV. Kerangka konsep.........................................................................................................................5
V. Learning Objective..........................................................................................................................6
VI. Pembahasan Learning Objective..................................................................................................6
VII. Kesimpulan................................................................................................................................15
Daftar pustaka...........................................................................................................................................16
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok Hemato Imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok Hemato
Imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Endy julianto,MKT Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial blok Hemato Imunologi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
4
Pemicu
Berman laki-laki, usia 50 tahun datang berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
I. Klasifikasi istilah
5
IV. Kerangka konsep
V. 1. Trauma
Learning Objective
benda tumpul 1. Peradangan pada sendi
2. Terkilir 2. Penyakit auto imun
3. Infeksi virus, bakteri, atau jamur
3. Kelebihan berat badan
DD :
1. Arthritis Reumatoid
2. Systemic Lupus
Erythematous (SLE)
6
V. Learning Objective
1. Apakah penyakit yang di derita os?
Jelaskan kriteria ARA
2. Penyakit kompleks Imun itu apa ?
Penyakit kompleks Imun itu terbagi dua, jelaskan !
Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
3. Apa pengertian anda mengenai penyakit Auto Imun ?
Mekanisme penyakit Auto Imun / patogenese !
keterkaitan dengan penyakit Auto Imun terbagi dua, jelaskan !
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit Arthritis
Remathoid )
5. Bagaimana mendiagnosa SLE ?
Kriteria Batasan
Kuam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada daerah malar dan
cenderung tidak melibatkan lipat nasolabial.
Ruam diskoid Plak eritema menonjol dengan keratoik dan sumbatan folikular.
Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik
Fotosensitivita Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar
s matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter
pemeriksa
Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh
7
dokter pemeriksa
Artrit is Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer,
ditandai oleh nyeri tekan, bengkak atau efusi
Serositis
Pleuritis a. Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang
didengar oleh dokter pemeriksa atau terdapat bukti efusi
pleura
Atau
b. Terbukti dengan rekaman EKG atau pericardial friction rub
Perikarditis atau terdapat bukti efusi perikardium
Gangguan a. Proteinuria menetap >0,5 gram per hari atau >3+ bila tidak
renal dilakukan pemeriksaan kuantitatif
Atau
b. Silinder seluler : dapat berupa silinder eritrosit, hemoglobin,
granular, tubular atau campuran
Gangguan a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
neurologi gangguan metabolik ( misalnya uremia, ketoasidosis, atau
ketidak-seimbangan elektrolit)
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, atau
ketidak-seimbangan elektrolit)
Gangguan a. Anemia hemolitik dengan retikulosis
hematologik Atau
b. Leukopenia <4.000/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau
lebih
Atau
c. Limfopenia <1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau
lebih
Atau
d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan oleh
obat-obatan
Gangguan a. Anti-DNA : antibodi terhadap native DNA dengan tiner
imunologik yang abnormal
8
Atau
b. Anti-Sm : terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm
Atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang
didasarkan atas: 1) kadar serum antibodi antikardiolipin
abnormal baik IgG atau IgM, 2) Tes lupus antikoagulan
positif menggunakan metoda standard, atau 3) hasil tes
serologi positif palsu terhadap sifilis paling tidak selama 6
bulan dan dikonfirmasi dengan test imobilisasi Treponema
palidum atau tes fluoresensi absorpsi antibodi treponema
(Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI, Jilid III, halaman 3362)
9
Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
10
beberapa cara antara lain dengan teknik imunofluoresen, RIA, dan countercurent
electrophoresis.
(Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi VI, Jilid I, halaman 530)
Bypass sel T
Sistem kekebalan tubuh yang normal membutuhkan aktivasi sel b oleh sel
sebelum yang pertama dapat mengalami diferensiasi menjadi sel B plasma dan
kemudian menghasilkan antibodi dalam jumlah besar. Persyaratan sel T ini
dapat dilewati dalam kasus yang jarang terjadi, seperti infeksi oleh organisme
yang memproduksi super antigen , yang mampu memulai aktivasi poliklonal
sel B, atau bahkan sel T, dengan secara langsung mengikat ke subunit β.
reseptor sel T dengan cara yang tidak spesifik.
Ketidakselarasan sel-T
11
Respons imun normal diasumsikan melibatkan respons sel B dan T terhadap
antigen yang sama, bahkan jika kita tahu bahwa sel B dan sel T mengenali
hal-hal yang sangat berbeda: konformasi pada permukaan molekul untuk Sel
B dan fragmen peptida protein pra-pemrosesan untuk sel T. Namun, tidak ada
sejauh yang kita tahu yang mengharuskan ini.
Umpan balik yang dimediasi reseptor sel Aberrant
Ciri dari penyakit autoimun manusia adalah bahwa ia sebagian besar terbatas
pada kelompok kecil antigen, beberapa di antaranya telah mengetahui peran
pensinyalan dalam respons imun (DNA, C1q, IgGFc, Ro, Con. A reseptor,
reseptor aglutinin kacang (PNAR)).
Mimikri molekuler
antigen eksogen dapat berbagi kesamaan struktural dengan antigen host
tertentu; dengan demikian, setiap antibodi yang diproduksi melawan antigen
ini (yang meniru antigen diri) juga dapat, secara teori, mengikat antigen tuan
rumah, dan memperkuat respons imun. Gagasan mimikri molekuler muncul
dalam konteks demam rematik , yang mengikuti infeksi streptokokus beta-
hemolitik Grup A. Meskipun demam rematik telah dikaitkan dengan mimikri
molekuler selama setengah abad, tidak ada antigen yang secara formal
diidentifikasi (jika ada terlalu banyak yang diusulkan). Selain itu, distribusi
jaringan yang kompleks dari penyakit (jantung, sendi, kulit, ganglia basal)
menentang antigen spesifik jantung. Sangat mungkin bahwa penyakit ini
disebabkan misalnya interaksi yang tidak biasa antara kompleks imun,
komponen pelengkap dan endothelium.
Idiotype cross-reaction
Idiotypes adalah epitop antigenik yang ditemukan di bagian pengikatan
antigen (Fab) dari molekul imunoglobulin. Plotz dan Oldstone menunjukkan
bukti bahwa autoimunitas dapat timbul sebagai akibat dari reaksi silang antara
idiotipe pada antibodi antivirus dan reseptor sel inang untuk virus yang
dimaksud. Dalam hal ini, reseptor sel inang dibayangkan sebagai gambar
internal virus, dan antibodi anti-idiotipe dapat bereaksi dengan sel inang.
Disregulasi sitokin
12
Sitokin baru-baru ini dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan populasi sel
yang fungsinya mereka promosikan: Sel-T pembantu tipe 1 atau tipe 2.
Kategori kedua sitokin, yang termasuk IL-4, IL-10 dan TGF- β (untuk
beberapa nama), tampaknya memiliki peran dalam pencegahan berlebihan
respon imun proinflamasi.
Apoptosis sel dendritik
sel sistem kekebalan yang disebut sel dendritik menghadirkan antigen untuk
limfosit aktif. Sel-sel dendritik yang rusak pada apoptosis dapat menyebabkan
aktivasi limfosit sistemik yang tidak tepat dan akibatnya penurunan toleransi
diri.
Penyebaran epitop atau pergeseran epitop
ketika reaksi imun berubah dari penargetan epitop primer menjadi penargetan
epitop lainnya. Berbeda dengan mimikri molekuler, epitop lainnya tidak harus
secara struktural serupa dengan epitop primer.
Modifikasi epitop atau paparan epitop kriptik
mekanisme penyakit autoimun ini unik karena tidak terjadi akibat defek pada
sistem hematopoietik. Alih-alih, penyakit timbul dari keterpaparan hubungan
N-glycan cryptic (polisaccharide) yang umum terjadi pada eukariota dan
prokariota yang lebih rendah pada glikoprotein sel dan organ non-
hematopoietik mamalia. Paparan glikans primitif filogenik ini mengaktifkan
satu atau lebih sel imun bawaan mamalia mengaktifkan satu atau lebih sel
imun bawaan mamalia mengaktifkan satu atau lebih sel imun bawaan mamalia
mengaktifkan satu atau lebih reseptor untuk menginduksi keadaan inflamasi
steril kronis.
Peran tipe sel imunoregulator khusus, seperti sel T regulatori , sel NKT , γδ
sel T dalam patogenesis penyakit autoimun sedang diselidiki.
13
menyerang satu organ tertentu, sedangkan yang sistemik artinya sistem imun
meyerang beberapa organ atau sistem tubuh yang lebih luas (Robbins, 2007).
Penyakit autoimun sistemik diantaranya adalah SLE, Sjrogen Syndrome, Rheumatoid
Arthritis, dan sebagainya. Sedangkan penyakit autoimun lokal diantaranya Diabetes
Mellitus Type 1 (Endokrinologis), Crohn’s Disease (Gastrointestinal), Vitiligo
(Dermatologis), Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (Haematologis), Myasthenia
Gravis (Neurologis), dan sebagainya.
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit
Arthritis Remathoid )
Lupus Eritematosus Sistemik/ Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah
penyakit autoimun multisistem dengan manifestasi khas dan perilaku klinis
bervariasi. Secara klinis, tidak dapat diramalkan, penyakit yang mereda dan
kambuh dengan permulaan akut atau berangsur-angsur yang dapat
menjangkiti hampir semua organ di badan, walaupun demikian, penyakit
tersebut terutama mengenai kulit, ginjal, membran serosum, sendi dan
jantung. Secara imunologi penyakit ini berhubungan dengan berbagai macam
antibodi, termasuk yang klasik adalah antibodi antinukleus (antinuclear
antibody/ANA). Istilah LES yang berarti red wolf berasal dari gejala dini
berupa kemerahan di pipi. Sebenarnya kemerahan tadi lebih menyerupai
kupu-kupu dibanding muka serigala.
( Sumber : Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi IX, halaman 120
Penyakit Artritis Reumatoid (AR) atau Rheumatoid Arthritis (RA), kata arthritis
mempunyai arti inflamasi pada sendi (“arthr” berarti sendi “itis” berarti inflamasi).
Inflamasi menggambarkan tentang rasa sakit, kekakuan, kemerahan, dan
pembengkakan. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dan
sistemik yang menjangkiti banyak jaringan tetapi pada dasarnya menyerang sendi dan
menyebabkan sinovitis proliferatif nonsupuratif yang sering kali berkembang
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dibawahnya dan berakibat
artritis yang disertai kehilangan disfungsi.
14
( The Arthritis Society . 2015. Rheumatoid Arthritis Causes Symptoms and
Treatments. Arthritis CA, pp. 4-5.)
5. Bagaimana mendiagnosa SLE ?
Lupus Eritematosus Sistemik biasanya dimulai dengan gejala dan tanda
nonspesifik atau spesifik, namun dapat juga bermanifestasi pertama dengan
memar, splenomegali, neuritis perifer, mioendokarditis dan endokarditis,
pnemumonitis interstisial, meningitis aseptik, atau tes Coombs positif.
Pemeriksaan tes imunologi seperti tes ANA merupakan pemeriksaan yang
penting dalam membantu diagnosis LES, walaupun tidak spesifik untuk LES
tapi sangat sensitif (95%) sehingga dapat dipakai sebagai skrinning. Bila
dijumpai 4 atau lebih kriteria ARA (American Rheumatism Association),
diagnosis SLE memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 95%. Sedangkan bila
hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE
dan diagnosis bergantung pada pengamatan klinis. Pemeriksaan penunjang
minimal lain yang diperlukan untuk diagnosis dan monitoring
a. Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED)
b. Urin rutin dan mikroskopik, rotein kwantitatif 24 jam, dan bila diperlukan
kreatinin urin
c. Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid)
d. PT, aPPT pada sindrom antifosfolipid
e. Serologi ANA, anti-ds DNA, komplemen (C3,C4)
f. Foto polos thoraks
(Sumber : Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi IX, halaman 120)
VII. Kesimpulan
15
Daftar Pustaka
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Salim EM, Sukmana N. 2014. Penyakit kompleks imun. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid I, edisi VI . Jakarta. Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit.
16
The Arthritis Society .2015. Rheumatoid Arthritis Causes Symptoms and Treatments.
Arthritis CA, pp. 4-5.
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
17
Disusun Oleh:
Grace Br. Simanungkalit 219 210 028
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020/2021
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok Hemato Imunologiini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok Hemato
Imunologiini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2.(Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT). Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran
dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial Hemato Imunologiini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
PEMICU…………………….........................…………….………………… 3
Berman laki-laki, usia 50 tahun datang berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
I. Klasifikasi Istilah
V. Learning Objective
1. Apakah penyakit yang diderita Os?
Jelaskan kriteria ARA
2. Penyakit kompleks imun itu apa?
Penyakit komplek imun itu terbagi dua, jelaskan
Diagnostik laboratorium penyakit autoimun
3. Apa pengertian anda mengenai penyakit autoimun?
Mekanisme penyakit autoimun/pathogenesis
Keterkaitan dengan penyakit autoimun terbagi dua, jelaskan
4. Jelaskan penyakit autoiun non organ spesifik (SLE dan penyakit arthritis
rheumatoid)
5. Bagaimana mendiagnosa SLE?
VI. Pembahasan
1. Apakah penyakit yang diderita Os?
Jelaskan kriteria ARA
1. Os terkena penyakit Rheumatoid Arthritis (RA) karena dilihat dari gejala
pemicu hampir sama dengan gejala penderita penyakit Rheumatoid Arthritis
(RA) yaitu keluhan di bagian sendi.
2. Kriteria ARA dikembangkan sejak tahun 1982 dan direvisi pada tahun 1997.
Kriteria ARA yaitu :
a. Ruam Malar : ruam kemerahan, meninggi, tidak gatal yang ada di daerah
pipi dan menyebar di sepanjang lipatan hidung dan mulut. Ruam malar
menyebar seperti gambaran kupu-kupu dan biasanya dipicu oleh paparan
trehadap sinar ultraviolet.
b. Ruam Diskoid : ruamnya awalnya merah kemudian berkembnga menjadi
bersisik dan berubah warna lagi menjadi ciklat gelap. Umumnya ruam-
ruam akan muncul di aerah wajah dan kepala, walaupun tidak menutup
kemungkinan bisa muncul di area lainya.
c. Foto sensitive
d. Ulkus di mulut : ulkus yang terjadi pada selaput lender rongga mulut.
Ulkus mulut sangat umum terjadi pada hubungan dengan banyak penyakit
dan berbagai mekanisme.
e. Artritis/artralgia : istilah umum yang berarti peradangan pada sendi.
Radang sendi ditandai dengan kemerahan, rasa hangat, bengkak, dan nyeri
di dalam sendi.
f. Serositis : penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi
mikrovaskular multisistematik dengan pembentukan auto-antibodi.
o Efusi pericardial : pengumpulan cairan pada kantung pericardium,
cairan dapat berasal dari serosa, darah atau limfe.
o Efusi paru : terdapat penumpukan cairan pada pleura beripa
transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan
pleura viseralis.
g. Kelainan ginjal : bila dijumpia kelainan struktur atau fungsi ginjal
o Proteinuria (>0.5 gr/24 jam) : urin mengandung jumlah protein
yang tidak normal. Dapat mengakibatkan diabetes, tekanan darah
tinggi dan penyakit yang penyebabkan peradangan pada ginjal.
o Cellular cast : mineral sulfat yang paling umum.
h. Kelainan neurologis : kelainan pada sistem saraf.
i. Kelainan darah : karena kekurangan hemoglobin sehingga penderita
melakukan transfusi darah sekali sebulan.
o Anemia hemolitik : sel darah merah hancur atau mati lebih cepat dari
waktu yang seharusnya (120 hari).
o Leukopenia (< 4000) : rendahnya jumlah sel darah putih yang ada
pada tubuh.
o Limfopenia (<1500) : salah satu jenis sel darah putih, berfungsi
sebagai bagian di sistem daya tahan tubuh.
o Trombositopenia (<100.000) : jumlah trombosit lebih rendah dari
normal. Berfungsi untuk pembekuan darah normal.
j. Sero-imunologi : reaksi antigen-antibodi secara in vitro.
o Anti ds DNA : biomarker klasik untuk mendeteksi adanya penyakit
LES.
o Anti Sm : antibodi yang berspesifik pada lupus dan berhbungan
dengan aktivitas penyakit.
o Sel LE : adanya raum kupu-kupu pada wajah dan nyeri sendi.
o VDRL : mendeteksi keberadaan bakteri penyebab sifilis.
k. ANA : mengukur kadar dan pola aktivitas antibodi pada darah yang
melawan tubuh (reaksi autoimun).
(Sumber : Memahami Interpretasi Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Ginjal Kronis
Hal 61 ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2 Hal 484 ; Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Hal 126)
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik (SLE dan penyakit
Arthritis Remathoid)
a. Penyakit autoimun non organ spesifik mrupakan proses autoimun langsung
menyerang hanya satu organ. Aktivitas autoimun lebih luas ke pada seluruh
tubuh manusia.
b. Penyakit Arthritis Remathoid merupakan gangguan inflamasi kronis yang
dapat mempengaruhi banyak sendi, terutama di tangan dan kaki. Penyakit
arthritis remathoid merupakan penyakit yang bia dibilang bersifat menurun.
Namun hal ini dapat terjadi jika ada interaksi antar faktor keturunan dengan
faktor lingkungan.
(Sumber : Penyakit-penyakit Autoimun Hal 23 ; Waspada Ancaman Penyakit Tidak
Menular Hal 84)
5. Bagaimana mendiagnosa SLE?
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Penghitungan sel darah lengkap : Penderita lupus dapat mengalami anemia
dan juga kekurangan sel darah putih.
- Analisis urine : dapat mengalami kenaikan kandungan protein dan se
darah merah dan dapat menyerang ginjal.
- Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody) : memeriksa keberadaan sel
antibodi.
- Pemeriksaan imunologi : anti-dsDNA antibody, anti-Sm antibody,
antiphospholipid antibody, syphilis, lupus anticoagulant, dan Cooms’ test.
- Tes Komplemen C3 dan C4 : senyawa pada darah untuk membentuk
sebagian sistem kekebalan tubuh.
b. Pemindaian
- Ekokardiogram : mendeteksi aktivitas jantung dan denyut jantung dengan
gelombangan suara.
- Foto rontgen : mendeteksi ada/tidaknya cairan pada paru-paru.
Kriteria revisi American Rheumatism Association tahun 1997 untuk systemic
lupus erythematosus (SLE)
KRITERIA KETERANGAN
Malar rash Malar erythema
Discoid rash Erthematous patches, scaling, follicular plugging
Fotosensitivitas Paparan sinar UV menyebabkan rash
Ulkus mulut Biasanya ulkus nasofaring dan mulut yang tidak nyeri
Artritis Tidak erosive melibatkan dua atau lebih sendi perifer
Serositis Pleuritis atau pericarditis
Gangguan ginjal Proteinuria melebihi 0.5 g/hari or >3+ dipstick, atau didapat sel
cast
Gangguan Neurologis Kejang atau psikosis tanpa sebab lain
Gangguan Hematologis Anemia hemolitik, lekopenia, limfopenia, atau trombositopenia
Gangguan Imunologis Antibodi Anti-DSdna ATAU ANTI-Sm, atau positif palsu VDRL,
kadar abnormal lgM atua lgG antibody antikardiolipin, atau
antikoagulan lupus
Antibodi Antinuklear Kadar ANA yang Abnormal
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pemicu laki-laki berusia 50 tahun disimpulkan menderita penyakit
Arthritis Remathoid (AR) yang dapat dilihat dari keluhan bengkak, sendi pergelangan
tangan, simetri menyerang banyak sendi dan juga tidak ada dijumpai kelainan pada
kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo. 2015. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
Press (AUP)
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G, Chandranita Manuaba dan Fajar Manuaba. 2003. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nasronudin, dkk. 2011. Penyakit di Indonesia Solusi Kini & Mendatang Ed 2. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP)
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek
Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT Alex Media Komputindo
Akbar, Ilham Aldika. 2019. SLE dalam Kehamilan. Surabaya: Airlangga University Press
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Mikha Berliana Sidabalok 219 210 030
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok Hemato Imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok Hemato
Imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. ( Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT ). Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran
dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial Hemato Imunologi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
7. Kesimpulan......................................................................................................12
Pemicu
Berman laki-laki, usia 50 tahun dating berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
V. Kerangka konsep
DD:
VI. Learning Objective 1. Arthritis Rheumatoid
1. Apakah penyakit yang di derita os?
2. Systemic Lupus
Jelaskan kriteria ARA
Erythematosus
2. Penyakit kompleks Imun itu apa ?
3. Rheumatoid Arthritis
Penyakit kompleks Imun itu terbagi dua, jelaskan !
Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
3. Apa pengertian anda mengenai penyakit Auto Imun ?
Mekanisme penyakit Auto Imun / patogenese !
keterkaitan dengan penyakit Auto Imun terbagi dua, jelaskan !
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit Arthritis
Remathoid )
5. Bagaimana mendiagnosa SLE ?
VII. Pembahasan
1. Penyakit yang diderita os adalah Rheumatoid Arthritis (RA)
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik
yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan
sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri
sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti
dengan kematian prematur. Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit
autoimun, dimana target dari sistem imun adalah jaringan yang melapisi sendi
sehingga mengakibatkan pembengkakan, peradangan, dan kerusakan sendi.
Penyebab dari RA terkait dengan keterlibatan persendian simetrik poliartikular,
manifestasi sistemik dan tidak dapat disembuhkan, RA diduga akibat dari
disregulasi sistem imun tubuh sehingga manifestasinya sistemik. kriteria diagnosis
rheumatoid arthritis yaitu terjadinya kekakuan pada pagi hari di daerah persendian
dan sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal. Selain
itu adanya pembengkakan pada jaringan lunak atau persendian sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan.
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitas erosif simetrik yang terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Pasien dengan gejala
penyakit kronik apabila tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif disabilitas bahkan kematian dini.
Kriteria ARA
Berikut adalah kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi
tahun 1987 yang masih dapat digunakan dalam mendiagnosis RA:
1) Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
2) Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi
atau lebih secara bersamaan.
3) Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu
pembengkakan persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal), MCP
(metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
4) Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi misalnya
PIP (proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau MTP
(metatarsophalangeal)
5) Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler.
6) Rheumatoid Factor serum positif.
7) Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang
terlibat.
(Sumber: Daud R., 2010, Diagnosis dan Penatalaksanan Arthritis Rheumatoid, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.)
c. Myasthenia Grafis
Terjadi penempatan antibodi pada nikotinik reseptor. Tidak
ada penempelan asetilkolin
b) Sjorgen syndrome
Biasanya ditandai dengan gejala seperti badan
lemas,nyeri sendi,sertamat dan mulut yang kering. Jika
tidak ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan
kerusakan pada mata dan gigi serta organ lainnya
seperti ginjal dan paru.
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit
Arthritis Remathoid )
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan
pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana merupakan penyakit
autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi, cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis
kelamin, keturunan, dan psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri
sebagai pencetus awal RA. Sering faktor cuaca yang lembab dan daerah dingin
diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus
Proses autoimun dalam patogenesis RA masih belum tuntas diketahui, dan
teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadi berbagai peran yang saling
terkait, antara lain peran genetik, infeksi, autoantibodi serta peran imunitas
selular, humoral, peran sitokin, dan berbagai mediator keradangan. Semua peran
ini, satu sam lainnya saling terkait dan pada akhirmya menyebabkan keradangan
pada sinovium dan kerusakan sendi disekitarnya atau mungkin organ lainnya.
Sitokin merupakan local protein mediator yang dapat menyebabkan pertumbuhan,
diferensiasi dan aktivitas sel, dalam proses keradangan. Berbagai sitokin berperan
dalam proses keradangan yaitu TNF α, IL-1, yang terutama dihasilkan oleh
monosit atau makrofag menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel
fibroblast sinovium, osteoklas, kondrosit serta merangsang pengeluaran enzim
penghancur jaringan, enzim matrix metalloprotease
Gejala-gejala yang sering dijumpai adalah pembengkakan pada pergelangan
tangan dan pembengkakan simetris
(sumber: buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi VI hal 3132)
Sensitivitas foto: Reaksi yang tidak biasa pada kulit setelah berjemur
Radang sendi
Penyakit Ginjal: Jumlah albumin urin melebihi 0,5 gram atau gips seluler
ditemukan dalam urin setiap hari
Hematologi Disorder: Termasuk hemolitik, jumlah sel darah putih rendah, atau
jumlah trombosit rendah
Klasiikasi ini terdiri dari 11 kriteria dimana diagnosis harus memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut
yang terjadi secara bersamaan atau dengan tenggang waktu.
VII. Kesimpulan
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 18, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2011. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7, Vol. 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo AW, setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Maria Immaculata Esteria Nainggolan 219 210 031
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok Hemato Imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok Hemato
Imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. ( Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT ). Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran
dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial Hemato Imunologi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
Pemicu.......................................................................................................1
I. Klarifikasi istilah...................................................................................1
V. Learning objective................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................3
PENUTUP.................................................................................................................9
VII. Kesimpulan........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
ii
Pemicu
Berman laki-laki, usia 50 tahun dating berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
DD:
1. Arthritis Rheumatoid
2. Systemic Lupus
Erythematosus
VIII. Learning Objective
( Sumber : 2006. Penyakit kompleks imun dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jilid I, edisi IV )
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit Arthritis
Remathoid )
Systemic Lupus Erythematous atau SLE
Merupakan penyakit autoimun Non Organ Spesifik yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau system dalam
tubuh. Peynakit ini terjadi di dalam tubuh akibat system kekebalan tubuh salah
menyerang jaringan sehat yang merupakan penyakit multi-sistem dimana
banyak manifestasi klinis yang didapat oleh si penderutam sehingga penderita
akan mengalami gejala yang berbda dengan penderita lainnya tergantung dari
organ apa yang diserang oleh antibody tubuhnya sendiri. Manifestasi klinis
yang paling sering dijumpai adalah skin rash, arthritis, dan lemah. Pada kasus
yang lebih berat, SLE bisa menyebabkan nefritis, masalah neurologi, anemia,
dan trombositopenia.
Arthritis Remathoid
Merupakan penyakit autoimun yang mengenai jaringan persendian, dan sering
juga melibatkan organ tubuh lainnya yang di tandai dengan terdapatnya
sinovitis erosif sistemik (Sekar, 2011). Insiden puncak antara usia 40-60 tahun,
lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (Muttaqin, 2008). American
College of Rheumatology (2012) menyatakan bahwa, Rheumatoid Arthritis
adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak sendi. Artritis pasca
trauma, ini dapat diikuti cedera lutut yang serius. Patah tulang di lutut atau di
ligamen lutut mungkin merusak articular kartilago, hal ini menyebabkan nyeri
lutut dan fungsi lutut menurun (AAOS, 2015).
Sumber : Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Salim EM, Sukmana N. 2006. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
IV: Penyakit kompleks imun . Jakarta: FKUI
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Grace Tabita Ginting 219 210 032
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya
yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tutor dalam Blok Hemato Imunologi
ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan Tutor Blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat
kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah
mungkin Tutor Blok Hemato Imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
dengan baik.
2. Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran dalam
menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan dari
Tuhan, serta makalah Blok Hemato Imunologi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para
pembaca umumnya.
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
I. Pemicu...............................................................................................................................1
V. Pembahasan......................................................................................................................2
VI. Kesimpulan.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
Pemicu
Berman laki-laki, usia 50 tahun datang berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi pergelangan
tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas diberi obat anti rhematik.
Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
1. Klasifikasi istilah
2. Identifikasi masalah
1.Keluhan bengkak sendi pergelangan tangan
2.Simetri menyerang banyak sendi
3. Analisa masalah
DD:
1. Arthritis Rheumatoid
2. Systemic Lupus
Erythematous (SLE),
5. Learning Objective
( Sumber : . Salim EM, Sukmana N. 2006. Penyakit kompleks imun. Dalam: Sudoyo
AW, editor. Buku ajarilmu penyakit dalam. Jilid I, edisi IV. Jakarta.
Pusat pembicaraan Berangkatemen ilmu penyakit dalam FKUI.)
( Sumber : Sudoyo , A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing )
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit Arthritis
Remathoid )
penyakit autoimun non-organ spesifik mempengaruhi organ multipel dan biasanya
berkaitan dengan respons autoimun terhadap molekul yang tersebar di seluruh tubuh,
terutama molekul intraseluler yang berperan dalam transkripsi dan translasi kode genetik
(DNA dan unsur inti sel lainnya).
Lupus Eritematosus Sistemik ( SLE ) adalah penyakit autoimun yang kompleks yang
ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan banyak system organ
dalam tubuh.
( Sumber : Salim EM, Sukmana N. 2014. Penyakit kompleks imun. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid I, edisi VI . Jakarta. Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit).
SLE pada tahap awal, seringkali bermanifestasi sebagai penyakit lain misalnya artritis
rheumatoid, gelomerulonefritis, anemia, dermatitis dan sebagainya. Ketepatan diagnosis
dan pengenalan dini penyakit SLE menjadi penting. Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria
diatas, diagnosis SLE memiliki sensitivitas 85 %dan spesifisitas 95 %. Sedangkan bila
hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE dan diagnosis
bergantung pada pengamatan klinis. Bila hasil tes ANA negative, maka kemungkinan
bukan SLE. Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka
belum tentu SLE, dan observasi jangka panjang diperlukan.
Pemeriksaan penunjang minimal lain yang diperlukan untuk diagnosis dan monitoring
Kompleks imun dalam sirkulasi dapat ditemukan dengan 2 cara, yaitu: pemeriksaan
antigen spesifik dalam kompleks dengan antibodi dan dengan pemeriksaan antigen
nonspesifik. Oleh karena beraneka ragam antigen dapat ditemukan dalam kompleks
imun, cara antigen spesifik sangat sulit untuk digunakan di klinik. Maka banyak peneliti
telah memilih untuk mengembangkan teknik antigen nonspesifik. Dewasa ini banyak cara
yang dapat dikerjakan untuk menemukan kompleks imun dalam sirkulasi, tetapi tidak ada
satupun cara yang ideal. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah cara yang
menggunakan cell line limfoma (sel Raji). Kerusakan jaringan oleh karena kompleks
imun tidak selalu disertai dengan adanya kompleks imun dalam sirkulasi. Penemuan
kompleks imun dalam serum berguna untuk menilai dan memantau penyakit serta efek
pertukaran plasma. Bila kompleks imun diduga berperan pada suatu penyakit, maka
sedapatnya dilakukan biopsi jaringan dan kompleks imun diperiksa dengan teknik
imunofluoresen. Karena itu pemeriksaan kompleks imun di dalam jaringan lebih
bermakna dibanding dengan pemeriksaan kompleks imun dalam sirkulasi.
( Sumber : Salim EM, Sukmana N. 2014. Penyakit kompleks imun. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid I, edisi VI . Jakarta. Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit.)
7. Kesimpulan
Berdasarkan pemicu laki-laki berusia 50 tahun disimpulkan menderita penyakit Arthritis
Remathoid (AR) yang dapat di lihat dari keluhan bengkak sendi pergelangan tangan, simetri
menyerang banyak sendi dan juga tidak ada dijumpai kelainan pada kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Salim EM, Sukmana N. 2006. Penyakit kompleks imun Dalam: Sudoyo AW, editor. Buku ajarilmu
penyakit dalam. Jilid I, edisi IV. Jakarta: Pusat pembicaraan Berangkatemen ilmu penyakit dalam FKUI.
Salim EM, Sukmana N. 2014. Penyakit kompleks imun. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I,
edisi VI . Jakarta : Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit.
Sudoyo , A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Ruth Wydia Wati Aritonang 219 210 033
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Tutor 3 dalam Blok Hemato Imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan Laporan Tutor 3 Blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin makalah Blok Hemato Imunologi ini
dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta makalah Blok Hemato Imunologi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
Pemicu .................................................................................................. 1
Kesimpulan ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 19
Pemicu
Berman laki-laki, usia 50 tahun dating berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
I. Klarifikasi istilah
II. Identifikasi masalah
Keluhan bengkak sendi pergelangan tangan
Simetri menyerang banyak sendi
V. Learning objective
1. Apakah penyakit yang di derita os?
Jelaskan kriteria ARA
2. Penyakit kompleks imun itu apa ?
Penyakit kompleks imun itu terbagi dua, jelaskan !
Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
3. Apa pengertian anda mengenai penyakit Auto Imun ?
Mekanisme penyakit Auto Imun / patogenese !
Keterkaitan dengan penyakit Auto Imun terbagi dua, jelaskan !
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit
Arthritis Remathoid )
5. Bagaimana mendiagnosa SLE ?
VI. Pembahasan Learning Objective
1. Apakah penyakit yang di derita os?
Jelaskan kriteria ARA
Kriteria ARA :
Rheumatoid Arthritis (RA)
Kriteria Batasan
Ruam malar Eritema menetap, datar, atau menonjol, pada malar emince,, dan lipat
nasolabial
Ruam diskoid Bercak eritema menonjol dengan gambaran SLEi keratotik dan sumbatan
folikular. Pada SLEi lanjut ditemukan parut atrofik
Fotosensitifitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik
dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa
Serositis Pleuritis atau perikarditis didokumentasikan oleh EKG atau friction rub
atau bukti efusi pleura
Gangguan Hematologic Anemia hemolitik atau leukopenia (<4000 / μL) atau limfopenia (<1500 /
μL) atau trombositopenia(<100.000 / μL) tanpa disebabkan oleh obat-
obatan
( Sumber : Penyakit Autoimun dalam Buku Harrison’s : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam )
( Sumber : Penyakit Autoimun dalam Buku Harrison’s : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam )
( Sumber : Penyakit Kompleks Imun dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI )
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit
Arthritis Remathoid )
Kriteria Batasan
Ruam malar Eritema menetap, datar, atau menonjol, pada malar emince,, dan lipat
nasolabial
Ruam diskoid Bercak eritema menonjol dengan gambaran SLEi keratotik dan sumbatan
folikular. Pada SLEi lanjut ditemukan parut atrofik
Fotosensitifitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik
dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa
Ulkus Mulut Ulkus mulut, umumnya tidak nyeri
Artritis non-erosif Melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai oleh rasa nyeri, bengkak,
dan efusi
Serositis Pleuritis atau perikarditis didokumentasikan oleh EKG atau friction rub
atau bukti efusi pleura
Gangguan Renal Proteinuria >0.5 g/d or √3+, or cellular casts
Gangguan Neurologi Kejang-kejang tanpa disebabkan oleh obat-obatan
Gangguan Hematologic Anemia hemolitik atau leukopenia (<4000 / μL) atau limfopenia (<1500 /
μL) atau trombositopenia(<100.000 / μL) tanpa disebabkan oleh obat-
obatan
Gangguan Anti-dsDNA, anti-Sm, and anti-phospholipid
Immunologic
Antibodi antinuklear Titer ANA yang abnormal oleh imunofluoresensi atau pengujian setara
pada suatu titik waktu dalam tidak adanya obat yang diketahui menginduksi
ANA
Keterangan:
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 18, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2011. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7, Vol. 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo AW, Stiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S. 2017. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4
BLOK HEMATO IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Syntia Monica Sitepu 219 210 034
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok hemato imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok hemato imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok hemato
imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
3. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
4. dr. Endy julianto,MKT Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial blok hemato imunologi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
PEMICU.......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ………………………………………………...................... 5
Berman laki-laki, usia 50 tahun dating berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
X. Klasifikasi istilah
DD:
1. Arthritis Rheumatoid
2.Sistemik Lupus
Eritematosus (SLE)
V. Learning objective
1. Apakah penyakit yang di derita os?
Jelaskan kriteria ARA
2. Penyakit kompleks Imun itu apa ?
Penyakit kompleks Imun itu terbagi dua, jelaskan !
Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
3. Apa pengertian anda mengenai penyakit Auto Imun ?
Mekanisme penyakit Auto Imun / patogenese !
keterkaitan dengan penyakit Auto Imun terbagi dua, jelaskan !
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit Arthritis
Remathoid )
5. Bagaimana mendiagnosa SLE ?
2. Penyakit kompleks Imun itu apa ? Penyakit kompleks Imun itu terbagi
dua, jelaskan ! Diagnostik laboratorium penyakit Auto Imun ?
4. Jelaskan penyakit Auto Imun Non Organ Spesifik ( SLE dan Penyakit
Arthritis Remathoid )
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) merupakan kompleks penyakit yang
mempengaruhi banyak sistem organ (multipel). Penyakit tersebut dominan
menyerang etnis tertentu dan perempuan dibandingkan laki-laki dengan
rasio 10:1
Patogenesis SLE sangat kompleks melibatkan kelainan imun multipel
termasuk fungsi abnormal sel B yang terus menerus membentuk antibodi
dan membentuk sel T yang autoreaktif. Di samping itu terjadi pula
pembersihan abnormal kompleks imun berakibat penumpukan dalam
jaringan, aktivasi komplemen dan apoptosis sel cacat yang menyebabkan
penumpukan autoantigen yang potensial. Hasil akhir proses diatas adalah
induksi radang dan gagal organ termasuk ginjal, jantung, kulit dan sistem
saraf
(Sumber: Buku Imunologi Dasar Edisi 9 halaman 371)
Disusun Oleh:
YUSTIKA RITONGA 219 210 035
Grup Tutor A4
Diketahui Oleh :
Fasilitator
( Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok Hemato Imunologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Hemato Imunologi ini, penulis menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok Hemato
Imunologi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. ( Dr.dr. Endy Juliyanto, MKT ). Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran
dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial Hemato Imunologi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Pemicu ............................................................................................................. 1
Kesimpulan ..................................................................................................... 12
Berman laki-laki, usia 50 tahun dating berobat ke UGD dengan keluhan bengkak sendi
pergelangan tangan, simetri menyerang banyak sendi. Selama ini OS berobat di Puskesmas
diberi obat anti rhematik. Vital sign batas normal, tidak dijumpai kelainan kulit.
DD:
1. Arthritis Rheumatoid
2. SLE
Kriteria diagnostik AR
Kriteria diagnostik AR di susun untuk pertama kalinya oleh suatu komite khusus
dari American Rheumatism Association(ARA) pada tahun 1956. karena kriteria
tersebut dianggap tidak spesifik dan Terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik,
Komite tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi Akar
tersebut pada tahun 1958. dengan kriteria tahun 1958 ini Seseorang dikatakan
menderita Ar classic jika memenuhi 7 dari 11 kriteria yang ditetapkan, definisi
jika memenuhi 5 kriteria probable jika memenuhi 3 kriteria dan possible jika
hanya memenuhi 2 kriteria saja. walaupun kriteria tahun 1958 ini telah digunakan
selama hampir 30 tahun tetapi dengan terjadinya perkembangan pengetahuan
yang tepat mengenai Ar ternyata diketahui bahwa dengan menggunakan kriteria
tersebut banyak dijumpai kesalahan diagnosis atau dapat memasukkan jenis art
arthritis lain seperti spondiloartropati seronegative, penyakit psedorheu-matoid
akibat deposit kalsium pirofosfat hydrate, Lupus eritematosus
sistemik,polymyalgia rheumatica,penyakit lyme dan beragai jenis artritis lainya
sebagai AR.
Pada 1987 ARA berhasil dilakukan revisi susunan kriteria klasifikasi rheumatoid
arthritis dalam format tradisional yang baru. sehingga susunan kriteria tersebut
adalah sebagai berikut:
67
kaku pagi
titik artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
artritis pada persendian tangan
arthritis simetris
nodul rheumatoid
faktor reumatoid serum positif
perubahan gambaran radiologis
pasien dikatakan menderita jika memenuhi sekurang-kurangnya kriteria 1
sampai 4 yang diderita sekurang-kurangnya 6 minggu
( sumber: FKUI Buku Ajar Penyakit Dalam ed.4 )
68
3. pemeriksaan sel SLE yaitu sel-sel yang abnormal ditemukan di sumsum tulang
penderita dikategorikan sebagai leukosit yang fagosit seluruh inti sel leukosit lain.
( sumber: kuby immunology 6th edition )
3.) Penyakit Autoimun
sistem imun gagal membedakan antara antigen asing dan antigen-diri serta melakukan
serangan yang merusak terhadap satu atau lebih jaringan tubuh sendiri. Suatu keadaan
ketika sistem imun gagal untuk mengenali dan menoleransi antigen-diri yang berkaitan
dengan jaringan tertentu.
69
terhadap antigen sendiri diaktifkan oleh mekanisme ini, autoantibodi dapat muncul. Peran
agen mikroba tertentu dalam autoimunitas dipostulasikan karena beberapa alasan di luar
potensi mereka untuk kerusakan DNA atau aktivasi poliklonal.Seperti dibahas
sebelumnya, beberapa sindrom autoimun dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu,
dan imigran ke suatu daerah dapat memperoleh peningkatan kerentanan terhadap
gangguan terkait. dengan wilayah itu. Ini ditambah dengan fakta bahwa sejumlah virus
dan bakteri memiliki penentu antigenik itu mirip atau bahkan identik dengan komponen
sel inang normal, mengarah pada hipotesis yang dikenal sebagai mimiki molekuler.Ini
mengusulkan bahwa beberapa patogen mengekspresikan protein epitop yang menyerupai
komponen diri baik dalam konformasi atau urutan primer. Misalnya, demam rematik,
penyakit yang disebabkan oleh penghancuran sel otot jantung secara autoimun, dapat
berkembang setelah infeksi Streptococcus Grup.Dalam kasus ini, antibodi antigen
streptokokus telah terbukti bereaksi silang dengan protein otot jantung, menghasilkan
deposisi kompleks imun dan aktivasi komplemen, reaksi hipersensitivitas tipe II. Dalam
satu studi, 600 antibodi monoklonal berbeda spesifik untuk 11 virus yang berbeda
dievaluasi reaktivitasnya dengan antigen jaringan normal. Lebih dari 3% antibodi spesifik
virus yang diuji juga terikat pada jaringan normal, menunjukkan bahwa kesamaan
molekul antara antigen asing dan inang mungkin cukup umum.Dalam kasus ini,
kerentanan juga dapat dipengaruhi oleh haplotipe MHC individu, karena molekul MHC
kelas I dan kelas II tertentu mungkin dipengaruhi.lebih efektif daripada yang lain dalam
menyajikan yang homolog peptida untuk aktivasi sel-T.Pelepasan antigen terasing juga
diusulkan
mekanisme inisiasi autoimun, salah satu yang mungkin dalam beberapa kasus juga dapat
dihubungkan dengan paparan lingkungan. Induksi toleransi diri dalam sel T dihasilkan
dari paparan timosit imatur terhadap antigen diri di timus, diikuti oleh penghapusan
klonal atau inaktivasi diri sendiri. Antigen yang tidak diekspresikan dalam timus tidak
akan terlibat dengan pengembangan sel T dan karenanya tidak akan menyebabkan
toleransi diri jaringan setelah kecelakaan atau infeksi dapat melepaskan antigen yang
diasingkan ini ke dalam sirkulasi. Sebagai contoh, pelepasan antigen otot jantung setelah
infark miokard (serangan jantung) dapat menyebabkan pembentukan, auto-antibodi yang
menargetkan sel-sel otot jantung yang sehat. Studi yang melibatkan injeksi antigen yang
70
diasingkan secara langsung ke dalam timus hewan yang rentan mendukung hal ini
mekanisme yang diusulkan: injeksi protein myelin CNS atau sel beta pankreas dapat
menghambat perkembangan EAE atau diabetes, masing-masing.Dalam percobaan ini,
paparan sel T yang belum matang untuk antigen sendiri biasanya tidak ada dalam timus
mungkin menyebabkan toleransi pusat dan mungkin juga perifer terhadap antigen-antigen
ini. Perlu diingatkan kembali bahwa, meskipun peristiwa-peristiwa tertentu mungkin
terkait dengan pengembangan autoimunitas, kombinasi kompleks dari genotipe dan
faktor lingkungan cenderung mempengaruhi keseimbangan toleransi diri terhadap
pengembangan antigen. penyakit autoimun.
71
4.) Penyakit autoimun non-organ spesifik
SLE
Salah satu contoh terbaik penyakit autoimun sistemik adalah systemic lupus
erythematosus (SLE). Seperti beberapa sindrom autoimun lainnya, penyakit ini
lebih sering terjadi pada wanita, dengan rasio sekitar 9: 1. Set gejala biasanya
muncul antara 20 dan Usia 40 tahun dan lebih sering pada wanita Afrika Amerika
dan Hispanik daripada Kaukasia, untuk alasan yang tidak diketahui. Pada kembar
identik di mana satu menderita SLE, yang lain memiliki peluang hingga 60%
untuk mengembangkan SLE, menunjukkan komponen genetik. Namun, meskipun
kerabat dekat pasien SLE 25 kali lebih mungkin untuk tertular penyakit, masih
hanya 2% dari orang-orang ini pernah mengembangkanSLE.
Individu yang terkena mungkin menghasilkan autoantibodi ke sejumlah besar
antigen jaringan, seperti DNA, histone, sel darah merah, trombosit, leukosit, dan
faktor pembekuan. Tanda dan gejala termasuk demam, kelemahan, radang kulit,
ruam kulit, dan disfungsi ginjal. Antibodi yang spesifik untuk sel darah merah dan
trombosit dapat menyebabkan lisis yang dimediasi komplemen, menghasilkan
anemia hemolitik dan trombositopenia, masing-masing.Ketika kompleks imun
antibodi otomatis dengan berbagai antigen nuklir disimpan di sepanjang dinding
pembuluh darah kecil,reaksi hipersensitivitas tipe III berkembang. Kompleks ini
mengaktifkan sistem komplemen dan menghasilkan kompleks serangan-membran
dan fragmen komplemen (C3a dan C5a) yang merusak dinding pembuluh
darah,menghasilkan vaskulitis dan glomerulonefritis. Dalam kasus yang parah,
aktivasi komplemen yang berlebihan menghasilkan peningkatan kadar serum
fragmen komplemen tertentu dalam serum, menyebabkan agregasi neutrofil dan
lampiran ke endotel pembuluh darah. Seiring waktu, jumlah neu yang beredar
trofil menurun (neutropenia) dan oklusi berbagai pembuluh darah kecil
berkembang (vasculitis), yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
meluas.Diagnosis kolaboratif SLE melibatkan deteksi antibodi antinuklear yang
diarahkan terhadap DNA untai tunggal atau tunggal, nukleoprotein, histone dan
RNA nukleolar.Pewarnaan imunofluresent tidak langsung dengan serum dari
pasien SLE menghasilkan pola pewarnaan nuklir yang khas.Tikus Selandia Baru
72
Putih (NZW) secara spontan mengembangkan penyakit autoimun yang sangat
mirip dengan SLE. Tikus NZB mengembangkan anemia hemolitik autoimun
antara usia 2 dan 4 bulan, di mana saat berbagai antibodi otomatis dapat dideteksi,
termasuk antibodi terhadap eritrosit, protein nuklir, DNA , dan limfosit T. Hibrida
F1 mengembangkan glomerulonefritis dari endapan imun kompleks di ginjal dan
mati sebelum waktunya. Seperti pada SLE pada manusia, insidensi autoimunitas
pada hibrida F1 lebih besar pada perempuan.
Salah satu contoh terbaik penyakit autoimun sistemik adalah systemic lupus
erythematosus (SLE). Seperti beberapa sindrom autoimun lainnya, penyakit ini
lebih sering terjadi pada wanita, dengan rasio sekitar 9: 1. Set gejala biasanya
muncul antara 20 dan Usia 40 tahun dan lebih sering pada wanita Afrika Amerika
dan Hispanik daripada Kaukasia, untuk alasan yang tidak diketahui. Pada kembar
identik di mana satu menderita SLE, yang lain memiliki peluang hingga 60%
untuk mengembangkan SLE, menunjukkan komponen genetik. Namun, meskipun
kerabat dekat pasien SLE 25 kali lebih mungkin untuk tertular penyakit, masih
hanya 2% dari orang-orang ini pernah mengembangkanSLE.
Individu yang terkena mungkin menghasilkan autoantibodi ke sejumlah besar
antigen jaringan, seperti DNA, histone, sel darah merah, trombosit, leukosit, dan
faktor pembekuan. Tanda dan gejala termasuk demam, kelemahan, radang kulit,
ruam kulit, dan disfungsi ginjal. Antibodi yang spesifik untuk sel darah merah dan
trombosit dapat menyebabkan lisis yang dimediasi komplemen, menghasilkan
anemia hemolitik dan trombositopenia, masing-masing. Ketika kompleks imun
antibodi otomatis dengan berbagai antigen nuklir disimpan di sepanjang dinding
pembuluh darah kecil, reaksi hipersensitivitas tipe III berkembang. Kompleks ini
mengaktifkan sistem komplemen dan menghasilkan kompleks serangan-membran
dan fragmen komplemen (C3a dan C5a) yang merusak dinding pembuluh darah,
menghasilkan vaskulitis dan glomerulonefritis. Dalam kasus yang parah, aktivasi
komplemen yang berlebihan menghasilkan peningkatan kadar serum fragmen
komplemen tertentu dalam serum, menyebabkan agregasi neutrofil dan lampiran
ke endotel pembuluh darah. Seiring waktu, jumlah neu yang beredar trofil
menurun (neutropenia) dan oklusi berbagai pembuluh darah kecil berkembang
73
(vasculitis), yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang meluas.Diagnosis
kolaboratif SLE melibatkan deteksi antibodi antinuklear yang diarahkan terhadap
DNA untai tunggal atau tunggal, nukleoprotein, histone, dan RNA
nukleolar.Pewarnaan imunofl uorescent tidak langsung dengan serum dari pasien
SLE menghasilkan pola pewarnaan nuklir yang khas.Tikus Selandia Baru Putih
(NZW) secara spontan mengembangkan penyakit autoimun yang sangat mirip
dengan SLE. Tikus NZB mengembangkan anemia hemolitik autoimun antara usia
2 dan 4 bulan di mana saat berbagai antibodi otomatis dapat dideteksi, termasuk
antibodi terhadap eritrosit,protein nuklir,DNA,dan limfosit T.Hibrida F1
mengembangkan glomerulonefritis dari endapan imun kompleks di ginjal dan
mati sebelum waktunya. Seperti pada SLE pada manusia, insidensi autoimunitas
pada hibrida F1 lebih besar pada perempuan.
Arthritis Remathoid
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun yang cukup umum, paling
sering didiagnosis antara usia 40 hingga 60 dan lebih sering terlihat pada wanita.
Sementara itu, bantuan sistem hematologi, kardiovaskular, dan pernapasan juga
sering terkait. Banyak individu dengan RA menghasilkan grup autoantibodi yang
disebut faktor reumatoid yang reaktif dengan faktor penentu di wilayah Fc IgG -
dengan kata lain, antibodi yang ditentukan untuk antibodi! Faktor rheumatoid
klasik adalah antibodi IgM yang berikatan dengan sirkulasi normal. IgG,
membuat kompleks IgM-IgG yang dipasang dalam sendi. Kompleks imun ini
dapat mengaktifkan kaskade komplemen, menghasilkan reaksi hipersensitivitas
tipe III, yang mengarah pada peradangan kronis pada sendi. Perawatan untuk RA
termasuk obat tidak spesifik yang diperuntukkan untuk mengurangi
peradangan,seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan kortikosteroid.
Lebih banyak pengubah imun spesifik penyakit juga sudah diperkenalkan,
termasuk antibodi yang memindahkan TNF- dan IL-6.
( sumber: Medical imunnology 5th edition )
74
5.) Lupus eritematosus sistemik atau lebih dikenal dengan nama systemic Lupus
erythematosus atau SLE merupakan penyakit chronic inflammation autoimun yang belum
diketahui etiologinya dengan manifestasi klinis beragam serta berbagai perjalanan klinis
dan prognosisnya titik Penyakit ini ditandai oleh adanya periode dan episode serangan
akut dengan gambaran klinis yang beragam berkaitan dengan berbagai organ yang
terlibat. SLE merupakan penyakit kompleks dan terutama menyerang wanita pada usia
reproduksi. Faktor genetik, imunologi dan hormonal serta lingkungan berperan dalam
proses patofisiologi penyakit SLE
Tanda dan gejala termasuk demam, kelemahan, radang kulit, ruam kulit, dan disfungsi
ginjal.
( sumber: Buku Ajar Penyakit Dalam jilid iii Edisi vi )
75
VII.) KESIMPULAN
76
DAFTAR PUSTAKA
77