Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PENGKAJIAN IMUNOLOGI

Dosen pengampu:
Ns. Dewi Purnama Sari, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:
ZAKFAR EVENDY
NIM.215070209111013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

1
PENGKAJIAN UMUM SISTEM IMUNOLOGI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam menjaga
kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer (sumsum tulang
merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil). Didalam tubuh,
sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing yang berasal dari luar tubuh
(debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh manusia
dibedakan atas respons non-spesifik dan respons spesifik.
Respons non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan kimia terhadap agen infeksi dan tidak
dipengaruhi oleh infeksi sebelumnya. Artinya, respons tersebut tidak memiliki memori terhadap
infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik ini merupakan lini pertama
pertahanan umum untuk mencegah masuknya dan meminimalisasi jalan masuk mikroba dan antigen
yang masuk kedalam tubuh manusia.
Jika pertahanan lapis pertama dan kedua tidak dapat membendung serangan bakteri atau
mikroba patogen, maka kehadiran patogen tersebut akan memicu pertahanan lapis ketiga untuk aktif.
Pertahanan itu melibatkan respons spesifik oleh sistem imun terhadap infeksi khusus sehingga
memperoleh kekebalan (imunitas). Imunitas spesifik yang diperoleh seseorang biasanya dapat
bertahan lama, bahkan seumur hidup. Imunitas spesifik melibatkan dua jenis limfosit. Kedua limfosit
dibentuk di sumsum tulang dan setelah dilepaskan di aliran darah limfosit lebih lanjut diproses untuk
membuat dua jenis sel yang secara fungsional berbeda. Sebagian limfosit yang telah dewasa di
dalam sumsum tulang berubah menjadi limfosti B atau disebut sel B. Sebagian limfosit yang belum
mencapai tahap dewasa akan meninggalkan sumsum tulang menuju kalenjar timus dan berubah
menjadi limfosit T atau sel T.

B. IMUNITAS
Imunitas mengarah pada kemampuan tubuh untuk melawan invasi organisme dan toksin,
sekaligus mencegah kerusakan jaringan dan organ. Untuk melaksanakan fungsi ini secara efisien,
sistem imun menggunakan 3 (tiga) strategi dasar, yaitu:
1. barier fisik dan kimiawi terhadap infeksi
2. respon peradangan
3. respon kekebalan

2
Barier fisik, seperti kulit dan membran mukosa mencegah invasi hampir semua organisme ke
dalam tubuh. Organisme yang melakukan penetrasi pada barier yang pertama akan mencetuskan
respon peradangan dan kekebalan. Kedua respon meliputi sel – sel (semua variasi dari sel primitif
dalam sumsum tulang belakang).

Tipe Imunitas
Secara umum, pertahanan host terhadap substansi asing adalah sama. Sebaliknya,
mikroorganisme khusus atau molekul dapat mengaktivasi respon imun spesifik dan mengawali
keterlibatan sekumpulan sel – sel imun. Respon spesifik ini diklasifikasikan sebagai kekebalan
humoral atau cell-mediated. Respon ini diproduksi oleh Lymphocytes (sel B dan sel T)

a. Imunitas Humoral
Dalam respon ini, invasi antigen menyebabkan sel B membelah dan berdifferensite ke sel
plasma. Akibatnya setiap sel plasma memproduksi dan mensekresi sejumlah besar antigen
spesifik imunoglobulin (Ig) ke dalam aliran darah. Immunoglobulin terdiri dari 5 tipe – IgA,
IgD, IgE, IgG, dan IgM. Setiap tipe melaksanakan fungsi yang khusus dan berbeda:
1. IgA, IgG, dan IgM melindungi terhadap invasi bakteri dan virus
2. IgD bertindak sebagai reseptor antigen dari sel B
3. IgE menyebabkan respon alergi

b. Imunitas Cell-mediated
Kekebalan jenis ini melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, dan jamur. Juga menolak
transplantasi sel dan tumor. Respon imun ini diperankan oleh makrofag yang memproses
antigen yang kemudian diarahkan ke sel T.

C. Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada mendeteksi tanda dan gejala yang paling
umum dari gangguan sistem imun: perdarahan abnormal, limfadenopati (hipertrofi jaringan limfoid,
seringkali disebut pembengkakan kelenjar), keletihan, kelemahan, demam dan nyeri sendi. Berfokus
pada masalah sistem imun, tetapi pertahankan pendekatan holistik dengan meminta keterangan
tentang sistem yang lain dan tentang kekhawatiran yang berhubungan dengan kesehatan. Masalah
sistem imun dapat desebabkan oleh masalah sistem lain, atau dapat merusak aspek-aspek kehidupan
klien.

3
Contoh pertanyaan pada pola sehat dan sakit membantu perawat mengidentifikasi masalah kesehatan
aktual atau potensial yang berhubungan dengan imun. Pertanyaan pada kelompok pola peningkatan
dan perlindungan kesehatan membantu perawat menentukan bagaimana gaya hidup dan perilaku
klien dapat mempengaruhi sistem imun. Pertanyaan pada kelompok pola peran dan hubungan
membantu perawat menentukan bagaimana masalah imun mempengaruhi gaya hidup dan hubungan
klien dengan orang lain.

1. Riwayat kesehatan Sekarang


Keluhan umum yang dialami oleh pasien yang mengalami gangguan imunologi termasuk
diantaranya fatigue atau kekurangan energi, kepala terasa ringan, sering mengalami memar, dan
penyembuhan luka yang lambat.
Ajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang penyakit pasien, seperti :
a Apakah anda menyadari adanya pembesaran nodus limph?
b Apakah anda pernah mengalami kelemahan atau nyeri sendi? Jika iya, Kapan anda pertama
kali merasakan keluhan tersebut? Apakah hal itu menimpa sebagain dari tubuh anda atau
keduanya?
c Pernahkah dalam waktu dekat ini anda menderita rash, perdarahan abnormal, atau slow
healing sore?
d Pernahkah anda mengalami gangguan penglihatan, demam, atau perubahan dalam pola
eliminasi?

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Eksplorasi penyakit utama yang pernah diderita oleh pasien, penyakit ringan yang terjadi
secara berulang, kecelakaan atau cedera, tindakan operasi, dan alergi. Tanyakan jika ia pernah
mengalami tindakan/ prosedur yang berdampak terhadap sistem imun, seperti transdusi darah atau
transplantasi organ

3. Riwayat Keluarga dan Sosial


Klarifikasi jika pasien memiliki riwayat kanker dalam keluarga atau gangguan hematologi
atau imun. Tanyakan tentang lingkungan dimana ia bekerja dan tinggal utnuk membantu menentukan
jika ia terpapar oleh bahan kimia berbahaya atau lainnya.

4
4. Pemeriksaan Fisik
Efek dari gangguan sistem imun biasanya sulit untuk diidentifikasi dan dapat berdampak
pada semua sistem tubuh. Berikan perhatian khusus pada kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa.
a. Inspeksi
1) Observasi terhadap pallor, cyanosis, dan jaundice. Juga cek adanya erithema yang
mengindikasi inflamasi lokal dan plethora.
2) Evaluasi integritas kulit. Catat tanda dan gejala inflamasi atau infeksi, seperti kemerahan,
pembengkakan, panas, tenderness, penyembuhan luka yang lama, drainage luka, induration
(pengerasan jaringan) dan lesi.
3) Cek adanya rash dan catat distribusinya
4) Observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya alopecia.
5) Inspeksi kuku terhadap warna, tekstur, longitudinal striations, onycholysis, dan clubbing.
6) Inspeksi membran mukosa oral terhadap plak, lesi, oedem gusi, kemerahan, dan perdarahan
7) Inspeksi area dimana pasien melaporkan pembengkakan kelenjar atau ‘lump’ terutama
abnormalitas warna dan pembesaran nodus lymp yang visible
8) Observasi respirasi, ritme, dan energi yang dikeluarkan saat melakukan upaya bernafas. Catat
posisi pasien saat bernafas.
9) Kaji sirkulasi perifer. Inspeksi adanya Raynaud’s phenomenon (vasospasme arteriol
intermiten pada jari tangan atau kaki dan terkadang telinga dan hidung)
10)Inpeksi inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa

b. Palpasi
1) Palpasi nadi perifer, dimana seharusnya simetris dan reguler
2) Palpasi abdomen, identifikasi adanya pembesaran organ dan tenderness
3) Palpasi joint, cek pembengkakan. Tenderness, dan nyeri
4) Palpasi nodus lymph superfisial di area kepala, leher, axilla, epitrochlear, inguinal dan
popliteal. Jika saat palpasi reveals pembesaran nodus atau kelainan lain, catat lokasi, ukuran,
bentuk, permukaan, konsistensi, kesimetrisan, mobilitas, warna, tenderness, suhu, pulsasi, dan
vaskularisasi dari nodus.

c. Perkusi
Perkusi anterior, lateral, dan posterior dari thorax. Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya.
Bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi yang biasa terjadi pada pneumonia. Hiperesonan

5
(meningkatnya bunyi perkusi) dapat dihasilkan oleh udara yang terjebak seperti pada asthma
bronchial.

d. Auskultasi
1) Auskultasi diatas paru untuk mengecek suara tambahan yang abnormal. Wheezing bisa
ditimbulkan oleh asthma atau respon alergi. Crackles disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan seperti pneumonia.
2) Auskultasi bunyi jantung diatas precordium. Auskultasi normal reveals hanya bunyi jantung 1
dan 2.
3) Auskultasi abdomen untuk bunyi bowel. Gangguan autoimmun yang menyebabkan diare,
bunyi bowel meningkat. Scleroderma (pengerasan dan penebalan kuit dengan degenerasi
jaringan konektif) dan gangguan autoimmun lainnya yang menyebabkan konstipasi, bunyi
bowel menurun

5. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk klien dengan tanda dan gejala gangguan imun, berbagai pemeriksaan diagnostic dapat
memberikan petunjuk mengenai kemungkinan penyebab gangguan.
a. Aglutinin, Febrile/Cold
Nilai normal
 Febrile aglitinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:180
 Cold aglutinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:16
b. Acquired immunodeficiency syndrome AIDS serology (AIDS screening, HIV antibody tes,
western blot tes untuk HIV dan antibody, ELISA untuk HIV dan antibody)
Tipe tes : darah yang didapat dari pungsi vena sebanyak 7 ml
Nilai normal : tidak ada HIV antigen atau antibodi
c. Anticardiolipin antibody (aCL, ACA)
Tipe tes : darah 5-7 ml dari pungsi vena
Nilai normal
 IgG anticardiolipin antibodi <23 g/L
 IgM anticardiolipin antibodi <11mg/L
d. Aldolase
Tipe tes : darah yang didapat ddari vena pungsi sebanyak 7 ml
Nilai normal

6
 Dewasa : 3.0 – 8.2 Sibley-Lehninger U/dl atau 22 – 59 mU dalam suhu 370c (SI unit)
 Anak : sekitar 2 kali nilai dewasa
 Bayi : 4 kali nilai dewasa
e. Antimyocardial antibody (AMA)
Tipe tes : darah vena
Nilai normal : negative (jika positif, serum diencerkan)
f. Antinuclear antibody (ANA)
Tipe tes : darah vena pungsi 7 ml
Nilai normal : titer < 1:20
g. Complement assay
Tipe tes : darah vena pungsi 7 ml
Nilai normal
 Total komplemen 75 – 160 U/ml atau 75 – 160 U/L (SI unit)
 C3 : 55 – 120 mg/dl atau 0.55 – 1.20 gr/L (SI unit)
 C4 : 20 – 50 mg/dl atau 0.20 – 0.50 g/L (SI unit)
h. C-reactive protein (CRP)
Tipe tes : darah 7 ml dengan pungsi vena periver
Nilai normal : <0.8 mg/dl
i. Cryoglobulin
Tipe tes : darah pungsi vena perifer 10 ml
Nilai normal : tidak terdeteksi adanya cryoglobulin
j. Epstein-Barr virus titer (EBV)
Tipe tes : darah pungsi vena perifer 5-10 ml
Nilai normal
 Titer ≤ 1:10 non diagnostik
 Titer 1:10 – 1:60 indikasi infeksi saat undetermin
 Titer ≥ 1:320 menunjukan infeksi aktif
k. Erythrocyte sedimentation rate (ESR)
Tipe tes : darah pungsi vena perifer 5-10 ml
Nilai normal
Metode westergren
 Pria ≤ 15 mm/jam
 Perempuan ≤ 20 mm/jam
 Anak ≤ 10 mm/jam

7
 Bayi 0-2 mm/jam
l. Human lymphocyte antigen (HLA)
Tipe tes : darah vena sekitar 10 ml dalam heparin.
Nilai normal : negatif
m. Human T-cell lymphotropic virus I/II antibody (HTLV)
Tipe tes : darah vena 7 ml
Nilai normal : negative
n. Imunoglobulin electrophoresis (Gamma Globulin Electrophoresis)
Tipe tes : darah pungsi vena 7 ml
Nilai normal
IgG:
Dewasa :565-1765 mg/dl
Anak:
4-12 tahun : 460-1600 mg/dl
2-3 tahun : 420-1200 mg/dl
1 tahun : 340-1200 mg/dl
6-9 bulan : 220-900 mg/dl
2-5 bulan : 200-700 mg/dl
1 bulan : 250-900 mg/dl
IgA:
Dewasa : 85-385 mg/dl
Anak:
4-12 tahun : 25-350 mg/dl
2-3 tahun : 18-150 mg/dl
1 tahun : 15-110 mg/dl
6-9 bulan : 8-80 mg/dl
2-5 bulan : 4-80 mg/dl
1 bulan : 1-4 mg/dl
IgM:
Dewasa :55-375 mg/dl
Anak:
9-12 tahun : 50-250 mg/dl
1-8 tahun : 45-200 mg/dl
6-9 bulan : 35-125 mg/dl

8
2-5 bulan : 25-100 mg/dl
1 bulan : 20-80 mg/dl
IgD dan IgE : minimal
o. Lymphocyte immunophenotyping
Tipe tes : darah pungsi vena 10 ml dalam sodium heparin, 5 ml dalam EDTA
Nilai normal
Sel Prosentase (%) Jumlah sel/μl
Sel T 60-95 800-2500
Thelper (CD4) 60-75 600-1500
T suppressor (CD8) 25-30 300-1000
Sel B 4-25 100-450
Natural killer cell 4-30 75-500
CD4/CD8 rasio >1.0

p. Mononucleosis spot tes


Tipe tes : darah vena 7-10 ml
Nilai normal : 1:28 titer
q. Rheumatoid factor (RF)
Tipe tes : darah pungsi vena 7 ml
Nilai normal
Negatif (<60 U/ml dengan nephelometric testing)
Pasien Lansia bisa secara nyata menunjukan peningkatan nilai

9
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa Brahm U. Pendit. EGC. Jakarta.
Lewis, Sharon Mantik et al. 2004. Medical Surgical Nursing Vol. 2. Mosby Year Book. St. Louis,
Missouri.
Nurrachmah, Elly. 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika
Sneltzen, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai