Rumusan masalah
1. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pertolongan pertama terhadap
luka dan patah tulangnya?
2. APakah normal jika kadar hb roni 6,2 gr/dl?
3. Bagaimana prosedur transfuse darah
4. Apa yang menyebabkan henrdra menggigil,sesak nafas, acral
dingindan td turun?
5. Apa penyebab dari nyeri pada sendi jar tngan kirinya dan kaku
pada jar kiri dan knnan trutama pda pgi hari dan apakah keluhan
tersebut dapat mengakibatkan deformitas?
6. Bagaimana tanda inflamasi dapat diketahui?
7. Bagaimana tahapan inflamasi pda tubuh?
8. Apa fungsi system imunitas tubuh? Apa saja sel2 dalam system
imun?
9. Bagaimana tahapan respon imun tubuh manusia?
10. Apakah perbedaan dari respon imun spesifik dan non spesifik
?
11. apa penyebab hipersensitifitasdan sebuktan tipe2
hipersensitifitas
Macam-macam bidai
Berikut ini adalah beberapa bidai yang dapat digunakan dalam keadaan
darurat untuk patah tulang terbuka:
1. Bidai keras
Dibuat dari bahan yang keras, kaku, kuat, dan ringan untuk mencegah
pergerakan bagian yang cedera. Pada dasarnya ini adalah bidai yang
paling baik dan sempurna pada keadaan darurat. Bahan yang sering
dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastik, dan lain-lain.
Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi
untuk disesuaikan dengan bentuk cedera. Contohnya selimut, bantal,
bidai kawat, dan lain-lain.
Bila tidak tersedia bidai apaun, maka penolong dituntut untuk mampu
berimprovisasi membuat bidai yang cukup kuat dan ringan untuk
menopang bagian tubuh yang cedera. Misalnya majalah, koran, karton,
dan lain-lain.
Panduan pembidaian
1. Sebisa mungkin beri tahu rencana yang akan Anda lakukan pada
penderita.
2. Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat, dan hentikan perdarahan
(bila ada) sebelum melakukan pembidaian.
3. Siapkan alat seperlunya seperti bidai dan kain segitiga (mitella).
4. Jangan mengubah posisi yang cedera.
5. Jangan memasukkan bagian tulang yang patah.
6. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah (sebelum
dipasang, bidai harus diukur terlebih dahulu pada anggoda badan
penderita yang tidak mengalami patah tulang).
7. Jika ada tulang yang keluar, Anda dapat menggunakan mitella dan
membentuknya seperti donat atau menggunakan benda apapun
yang lunak dan memiliki lubang, lalu masukkan tulang di dalam
lingkaran donat tersebut agar tulang tidak tersenggol (sesuaikan
lingkaran dengan diameter tulang yang keluar).
8. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.
9. Gunakan beberapa mitella untuk mengikat bidai (jika di bagian
kaki, masukkan mitella melalui celah di bawah lutut dan di bawah
pergelangan kaki).
10.Ikat juga “donat” yang telah Anda pakai pada tulang yang keluar
dengan mitella.
11.Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu longgar.
12.Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
melakukan gerakan, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13.Jangan membidai berlebihan, jika anggota tubuh penderita yang
mengalami patah tulang sudah tidak dapat melakukan gerakan itu
berarti Anda sudah melakukan pembidaian dengan baik.
14.Bawa penderita ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
1) Inflamasi / Peradangan
•Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi atau perlukaan
•Tidak spesifik hanya untuk infeksi mikroba, tetapi respons yg
sama jugaterjadi pada perlukaan akibat suhu dingin,panas, atau
trauma
•Pemeran utama: fagosit, a.l: neutrofil, monosit, & makrofag
2) Tahap Inflamasi
1.Masuknya bakteri ke dalam jaringan
2.Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg
terinfeksimeningkatkan aliran darah (RUBOR/kemerahan &
CALOR/panas)
3.Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein
meningkat difusi protein & filtrasi air ke interstisial
(TUMOR/bengkak & DOLOR/nyeri)
4.Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venulake interstisial
5.Penghancuran bakteri di jaringan fagositosis (respons sistemik:
demam)
6.Perbaikan jaringan
4) Tahapan :
•Deteksi & mengenali benda asing
•Komunikasi dg sel lain untuk berespons
•Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
•Destruksi atau supresi penginvasi
Pada 15 menit awal transfusi darah, kondisi pasien akan terus dipantau
untuk memastikan pasien tidak mengalami reaksi alergi. Bila gejala-
gejala reaksi alergi terjadi, prosedur dapat segera dihentikan.
Setelah satu jam tes berjalan dan reaksi alergi tidak ditemukan, dokter
atau perawat bisa mempercepat proses transfusi darah.