Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Pada

Pasien SLE (Systemic lupus


erythematosus)

CREDITS: This presentation template was


Kelompok 9
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics
Shelen & images
Aprilia Vitasari by Freepik
/ P3.73.20.1.19.034
Shinta Novia / P3.73.20.1.19.035
Tegar Imam Julian / P3.73.20.1.19.036
Anatomi

Organ-organ sistem imun disebut organ limfoid yang


merupakan kumpulan dari sel-sel limfosit yaitu sel darah
putih yang memegang peranan utama dalam sistem
imun. Organ limfoid ini terdiri dari:
1. Bone marrow (tulang sumsum)
Yaitu jaringan halus di pusat tulang yang menjadi
sumber utama semua sel darah termasuk sel darah
putih yang menjadi sel imun/limfosit B.
2. Thymus
Yaitu organ yang berada di belakang tulang dada yang
menjadi sumber utama limfosit T atau sel T.
 
anatomi
3. Lymph node
Yaitu titik titik kecil dari kelenjar getah bening yang dapat ditemui di leher, ketiak, dan
selangkangan. Masing-masing lymph node terdiri dari ruang ruang di mana sel-sel
limfosit berkumpul dan di mana mereka dapat kontak dengan antigen (zat-zat asing).
4. Lymphatic vessel
Sel limfosit diedarkan ke seluruh tubuh tidak hanya melalui pembuluh darah namun
juga melalui pembuluh limfatik atau lymphatic vessel yang dekat secara paralel dengan
pembuluh vena dan arteri. Lymphatic vessel juga membawa Lymph yaitu cairan bening
yang menyelubungi jaringan tubuh.
5. Spleen (limpa)
Yaitu organ datar di kiri atas perut. Seperti halnya lymph node, spleen terdiri dari ruang
ruang di mana sel-sel limfosit berkumpul dan kontak dengan antigen guna
mempertahankan pertahanan tubuh. Berikut disajikan visualisasi posisi organ-organ
sistem imun pada tubuh manusia.
Pengertian

Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakitautoimun multisistem dengan manifestasi dan
sifat yang sangat berubah – ubah, penyakit ini terutama menyerang kulit, ginjal, membrane serosa, sendi,
dan jantung. (Robins, 2007)
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit reumatik autoimun yang memerlukan perhatian khusus baik
dalam mengenali tampilan klinis penyakitnya hingga pengelolaannya. Pada penyakit ini, organ dan sel
mengalami kerusakan yang pada awalnya dimediasi oleh antibodi yang berikatan dengan jaringan dan
kompleks imun. (Harrison dkk. 2012; Saigal dkk, 2011)
 
Penyebab
Lupus merupakan penyakit autoimun. Kondisi ini
terjadi saat sistem imun yang seharusnya melindungi
tubuh dari infeksi atau cedera justru menyerang sel
dan jaringan yang sehat. Hal ini akan menyebabkan
peradangan dan kerusakan pada berbagai organ dan
bagian tubuh.

Namun, ada beberapa faktor yang diduga memicu terjadinya lupus, yaitu:
1. Lingkungan, seperti paparan sinar matahari, paparan asap rokok, atau paparan racun
atau bahan kimia tertentu, seperti merkuri dan silika
2. Kondisi genetik, termasuk memiliki keluarga yang menderita penyakit lupus
3. Hormon, terutama peningkatan hormon estrogen
4. Penyakit infeksi, seperti infeksi virus Epstein-Barr atau cytomegalovirus
5. Obat-obatan tertentu, seperti hydralazine dan procainamide
Patofisiologi

Patofisiologi lupus eritematosis sistemik atau systemic lupus eritematosus (SLE)


didasari oleh autoantibodi dan kompleks imun yang berikatan ke jaringan dan
menyebabkan inflamasi multisistem. Penyebab spesifik SLE hingga saat ini
belum diketahui, namun berbagai faktor seperti faktor genetik, sistem imun,
hormonal serta lingkungan berhubungan dengan perkembangan penyakit ini.
Sistem imun bawaan maupun didapat memberikan respon imun yang tidak
seharusnya kepada partikel sel tubuh. Salah satunya adalah pembentukan
autoantibodi terhadap asam nukleat yang disebut antinuclear antibodies (ANA).
Patofisiologi

Patofisiologi SLE disebabkan oleh respon imun yang abnormal berupa:


1. Aktivasi sistem imun bawaan oleh DNA dari kompleks imun, DNA atau RNA
virus dan RNA dari protein self-antigen.
2. Ambang batas aktivasi sel imun adaptif (limfosit T dan limfosit B) yang lebih
rendah dan jaras aktivasi yang abnormal.
3. Regulasi sel T CD4 dan CD8, sel B dan sel supresor yang tidak efektif,
4. Penurunan pembersihan kompleks imun dan sel yang mengalami apoptosis.
Manifestasi klinik
1. Ruam malar adalah ruam berbentuk kupu-kupu di pipi dan pangkal
hidung yang juga disebut butterfly rash
2. Fotosensitivitas adalah reaksi tubuh yang terlalu berlebihan
terhadap paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari dan sumber
cahaya lainnya sehingga menjadi lebih sensitive
3. Ulkus di mulut/Sariawan adalah luka atau peradangan di bibir
dan dalam mulut yang dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak
nyaman. Sariawan sering kali dianggap sepele, namun dapat
mengganggu saat penderita sedang makan, minum, atau
berbicara.
4. Alopecia adalah rambut yang rontok tiba-tiba dimulai
dengan satu atau beberapa bekas botak melingkar yang
mungkin tumpang tindih.

Manifestasi
5. klinik
Arthritis (artritis) atau radang sendi adalah peradangan atau
inflamasi di dalam dan sekitar persendian tubuh. Adapun sendi
adalah titik di mana dua atau lebih tulang berkumpul
6. Ruam diskoid bersisik tebal dan khas, mulai dari warna merah
hingga ungu. Muncul di area kulit yang secara teratur terpapar
sinar matahari, seperti wajah, leher, dan punggung tangan.
Diagnosis pasti SLE dapat ditegakan
Pemeriksaan Diagnostik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
SLE fisik dan pemeriksaan penunjang.
American College of Rheumatology
(ACR), pada tahun 1982, mengajukan 11
kriteria untuk klasifikasi SLE, dimana bila
didapatkan 4 kriteria, maka diagnosis SLE
dapat ditegakkan. Bedasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan ruam malar,
ruam diskoid, fotosensitivitas, dan
berdasarkan pemeriksaan penunjang
didapatkan ANA (+).
Pemeriksaan Diagnostic SLE
Ruam Malar
Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada Ulkus mulut
daerah malar dan cenderung tidak melibatkan lipat
Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan
nasolabial.
dilihat oleh dokter pemeriksa

Ruam Diskoid
Plak eritema menonjol dengan keratotik dan Artritis
sumbatan folukilar. Pada LES lanjut dapat Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih
ditemukan parut atrofik. sendi perifer, ditandai nyeri tekan, bengkak atau
efusia

Fotosensitivitas
Ruam Kulit yang diakibatkan reaksi abnormal Seroritis
terhadap sinar matahari, baik dari anamnesis pasien
atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa. Pleuritis : riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction
rub yang didengar oleh dokter pemeriksa atau
terdapat bukti efusi pleura.

Perikarditis : Terbukti dengan rekaman EKG atau


pericardial friction rub atau terdapat bukti efusi
pericardium
Pemeriksaan Diagnostic SLE
GANGGUAN RENAL GANGGUAN HEMATOLOGI
a. Proteinuria menetap >0.5 gram per hari atau >3+ bila. - Anemia hemolitik dengan retikulosis. Atau
tidak dilakukan pemeriksaan kuantitatif. Atau b. Silinder - Lekopenia <4.000/pada dua kali pemeriksaan atau lebih,

S
seluler : dapat berupa silinder eritrosit, hemoglobin, AtauAnemia hemolitik dengan retikulosis. Atau
granular, tubular atau campuran - Lekopenia <4.000/pada dua kali pemeriksaan atau lebih,
 
ANTIBODI ANTI NUKLEAR POSITIF (ANA)
GANGGUAN NEUROLOGI
T Titer abnormal dari antibodi anti-
nuklearberdasarkan pemeriksaan

W
Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, pada setiap kurun waktu perjalanan penyakit
atau ketidakseimbangan elektrolit). Atau b. Psikosis tanpa keterlibatan obat yang diketahui
yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau berhubungan dengan sindroma lupus yang
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, diinduksi obat

O
atau ketidakseimbangan elektrolit

GANGGUAN IMONOLOGI
a. Anti-DNA : antibodi terhadap native DNA dengan titer
yang abnormal. Atau
b. Anti-Sm : terdapatnya antibodi terhadap antigen
nuklear Sm.
Penatalaksanaan Medik
Edukasi dan konseling Pasien dan
keluarga penderita SLE
• Penjelasan tentang penyakit lupus dan
Content Here penyebabnya
• Tipe dari penyakit SLE dan karakteristik dari
tipe-tipe penyalit SLE
• Masalah psikologis yaitucara pemahaman
Content Here
diri pasien SLE, mengatasi rasa leleah,
stres, emosional, trauma psikis, masalah
terkait dengan hubungan dengan keluarga,
serta cara mengatasi nyeri.
Program Rehabilitasi
Pasien SLE memerlukan berbagai latihan untuk mempertahankan
kestabilan sendi karena jika pasien SLE diberikan dalam kondisi
immobilitas selama lebih dari 2 minggu dapat mengakibatkan penurunan
massa otot hingga 30%. Tujuan, indikasi, dan teknis pelaksanaan program Content Here
rehabilirasi melibatkan beberapa hal, yaitu istirahat, terapi fisik, terapi
dengan modalitas, ortotik, dan yang lainnya.
Penatalaksa
03 Pengobatan medikamentosa
naan Medik Jenis obat yang dapat digunakan pada pasein SLE adalah:
- OAINS 14
- Kortikosteroid
- Klorokuin
- Hidroksiklorokuin (saat ini belum tersedia di Indonesia)
- Azatioprin
- Siklofosfamid
- Metotreksat
- Siklosporin A
- Mikofenolat mofetil
Jenis obat yang paling umum digunakan adalah kortikosteroid yang
dipakai sebagai antiinflamasi dan imunosupresi. Namun,
penggunaan kortikosteroid menimbulkan efek samping. Cara
mengurangi efek samping dari penggunaan kortikosteroid adalah
dengan mengurangi dosis obatnya segera setelah penyakit
terkontrol. Penurunan dosis harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari aktivitas penyakit muncul kembali dan terjadinya
defisiensi kortikol yang muncul akibat penekanan aksis hipotalamus-
pituitari-adrenal kronis.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat keluarga : apakah ada yang menderita
lupus
2. Riwayat kesehatann saat ini : demam, kelelahan,
lemah, nyeri sendi
3. Sistem Integumen :
a. Ruam eritermatous, plak eritermatous pada kulit
kepala, muka atau leher.
b. Ruam berbentuk kupu- kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi.
c. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi tu palatum
durum.
lanjutan
4. Sistem Kardiovaskuler :
a. Friction rub perikardium yang menyertai
7. Sistem Renal
miokarditis dan efusi pleura.
a. Edema dan hematuria
b. Lesi eritematous papuler dan purpura yang
8. Sistem saraf
menjadi nekrosis (pada ujung jari tangan,
a. Gangguan Neurologis: kejang
siku, jari kaki).
b. Depresi
5. Sistem Muskuloskeletal
c. Psikosa
a. Pembengkakan sendi
b. Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak
c. Rasa kaku pada pagi hari
6. Sistem pernafasan
a. Pleuritis atau efusi pleura
B. Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilitas, rasa nyeri, kemerahan (SDKI, D.0129)
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun (SDKI, D.0083)

C. Intervensi
1. Gangguan integritas kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit berkurang menurun.
Dengan Kriteria Hasil:
Nyeri menurun
Kemerahan menurun (SLKI, L.14125)

Intervensi :
Perawatan Integritas Kulit (SIKI, I.11353)
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area tulang yang menonjol
3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
Edukasi
4. Anjurkan menggunkaan pelembab
5. Anjurkan minum air yg cukup
6. Anjurkan menghindari suhu ekstrim.

2. Gangguan citra tubuh


Tujuannya : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh
menurun.
Dengan kriteri hasil :
Verbalisasi perubahan gaya hidup meningkat
Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
Hubungan sosial membaik (SLKI, L.09067)
Intervensi :
Promosi Citra Tubuh (SIKI, I.09305)

Observasi
Identifikasi perubshsn citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
3. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
Edukasi
1. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
2. Latih peningkatan penampilan diri
3. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
SIMPULAN
Penyakit Systemic Lupus Erythematosus melibatkan proses dengan banyak faktor yang terlibat. Proses yang
paling utama adalah terbentuknya autoantibodi sebagai proses pematangan sel B yang menimbulkan kerusakan
jaringan dan memulai proses autoreaktivitas yang kemudian bermanifestasi sebagai penyakit lupus atau SLE.

Adapun gejala kerusakan pada SLE terjadi akibat reaksi peradangan yang diperantarai oleh autoantibodi.
Pada asuhan keparawatan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), perawat harus melakukan perawatan secara
komprehensif agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Evaluasi menentukan apakah intervensi akan
dilanjutkan atau dihentikan sebagai indikator tercapai atau tidaknya proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai