Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Konstipasi

1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama           : Samsul
Tanggal lahir   : 2 Januari 1993
Jenis kelamin   : Laki-laki
Tanggal MRS  : 30 November 2010
Alamat : Surabaya
Sumber Informasi   : Klien dan Ibu klien
Keluhan utama :
B. Status Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama
 Saat MRS : nyeri pada perut, seminggu belum BAB
 Saat Pengkajian :-

Lama Keluhan : 1 Minggu

Kualitas Keluhan :

Faktor Pencetus :

Faktor Pemberat :

Upaya Yang Telah dilakukan :

Diagnosa Medis  : Konstipasi

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Samsul yang berumur 17 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah. Samsul mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB.
Biasanya Samsul bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu Samsul tidak
pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, Samsul
mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
D. Riwayat kesehatan terdahulu
 Obat:
Perawat perlu mengkaji apakah klien menggunakan obat obatan
seperti: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan analgetik,
golongan diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat kalsium,
preparat besi, antasida aluminium, penyalahgunaan
pencahar.Penggunaan obat obatan tersebut bisa menyebabkan
konstipasi
 Penyakit yang pernah dialami:
Perawat perlu mengkaji apakah klien memiliki riwayat penyakit sebagai
berikut:
 Penyakit-penyakit saluran cerna seperti kanker kolon, divertikel,
ileus, hernia, volvulus, iritable bowel syndrome, rektokel, wasir,
fistula/fisura ani, inersia kolon.
 Penyakit yang berhubungan dengan kondisi neurologic: stroke,
penyakit parkinson, trauma medula spinalis, neuropati diabetic.
 Operasi
Perawat perlu mengkaji apakah klien pernah menjalani tindakan
pembedahan

E. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : lemah
 TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mn
F. Abdomen

Inspeksi : pembesaran abdomen

Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses

Perkusi : redup

Auskultasi : bising usus tidak terdengar

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor-
faktor resiko penyebab konstipasi, misalnya glukosa darah, kadar
hormon tiroid, elektrolit, anemia yang berhubungan dengan keluarnya
darah dari rektum, dan sebagainya. Prosedur lain misalnya anuskopi
dianjurkan dikerjakan secara rutin pada semua pasien dengan
konstipasi untuk menemukan adakah fisura, ulkus, wasir dan
keganasan.

Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi, terutama


yang terjadinya akut. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adakah
impaksi feses dan adanya massa feses yang keras yang dapat
menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon.
H. Terapi
Latihan usus besar, pembedahan, terapi farmakologis (orbitol,
laktulose, gliserin Bisakodil, Fenolptalein.)

2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Data subyektif : Pola BAB tidak Kontipasi


teratur
Ø  Seminggu tidak BAB,
kebiasaan BAB tiga kali sehari Eliminasi feses tidak
lancar
Data obyektif :
konstipasi
Inspeksi : pembesaran abdomen

Palpasi : perut terasa keras, ada


impaksi feses

Perkusi : redup

Auskultasi : bising usus tidak


terdengar

Data Subjektif: Sulit BAB Nutrisi kurang dari


kebutuhan
 Klien tidak nafsu makan Perut terasa begah

Data Objektif: Nafsu makan


menurun
 Bising usus tidak
terdengar Menurunnya intake
  makanan

Data Subjektif Konsistensi tinja Nyeri akut


yang keras
 Keluhan nyeri dari pasien
sulit keluar
Data Objektif
Akumulasi di kolon
 Perubahan nafsu makan
Nyeri anbdomen

3. Intervensi
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur

Tujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)

Kriteria hasil :

 Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari


 Konsistensi feses lembut
 Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi Rasional

Mandiri  

 Tentukan pola defekasi bagi klien  Untuk mengembalikan keteraturan


dan latih klien untuk pola defekasi klien
menjalankannya

 Atiur waktu yang tepat untuk


 Untuk memfasilitasi refleks
defekasi klien seperti sesudah
defekasi
makan

 Berikan cakupan nutrisi berserat


sesuai dengan indikasi  Nutrisi serat tinggi untuk
melancarkan eliminasi fekal
 Berikan cairan jika tidak
 Untuk melunakkan eliminasi feses
kontraindikasi 2-3 liter per hari
Kolaborasi  

 Ø  Pemberian laksatif atau enema  Untuk melunakkan feses


sesuai indikasi

 Evaluasi :

S : Ibu klien mengatakan bahwa BAB nya mulai normal

O : Klien sudah bisa BAB dengan lancar

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu


makan

Tujuan: menunjukkan status gizi baik

Kriteria Hasil:

 Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan


 Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
 Nilai laboratorium dalam batas normal
 Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Intervensi Rasional

Mandiri  

 Buat perencanaan makan  Menjaga pola makan pasien


dengan pasien untuk sehingga pasien makan secara
dimasukkan ke dalam jadwal teratur
makan.  Pasien merasa nyaman dengan
makanan yang dibawa dari rumah
 Dukung anggota keluarga untuk
dan dapat meningkatkan nafsu
membawa makanan kesukaan
makan pasien.
pasien dari rumah.
 Dengan pemberian porsi yang besar
 Tawarkan makanan porsi besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi
disiang hari ketika nafsu makan yang masuk.
tinggi  Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori
diperlukan atau dibutuhkan selama
 Pastikan diet memenuhi
perawatan.
kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
 Untuk mendukung peningkatan nafsu
 Pastikan pola diet yang pasien makan pasien
yang disukai atau tidak disukai.  Mengetahui keseimbangan intake
dan pengeluaran asuapan makanan
 Pantau masukan dan
pengeluaran dan berat badan
secara periodik.
 Sebagai data penunjang adanya
perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
 Kaji turgor kulit pasien

Kolaborasi
 Untuk dapat mengetahui tingkat
Observasi
kekurangan kandungan Hb, albumin,
 Pantau nilai laboratorium, dan glukosa dalam darah
seperti Hb, albumin, dan kadar
 
glukosa darah
 Klien terbiasa makan dengan
 Ajarkan metode untuk
terencana dan teratur.
perencanaan makan

Health Edukasi

 
 Menjaga keadekuatan asupan nutrisi
 Ajarkan pasien dan keluarga
yang dibutuhkan.
tentang makanan yang bergizi
dan tidak mahal

Evaluasi :
S : Ibu klien mengatakan bahwa nafsu makannya bertambah

O : Klien mampu menghabiskan porsi makan lebih banyak dari biasanya

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen

Tujuan: menunjukkan nyeri telah berkurang

  Kriteria Hasil:

 Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai


kenyamanan
 Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil
 Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi
 Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah
nyeri
 Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-
analgesik secara tepat

Intervensi Rasional

Mandiri  

 Bantu pasien untuk lebih berfokus  Klien dapat mengalihkan perhatian


pada aktivitas dari nyeri dengan dari nyeri
melakukan penggalihan melalui  Hati-hati dalam pemberian anlgesik
televisi atau  radio opiat
 Perhatikan bahwa lansia  Hati-hati dalam pemberian obat-
mengalami peningkatan sensitifitas obatan pada lansia
terhadap efek analgesik opiat
 
 Perhatikan kemungkinan interaksi
obat – obat dan obat penyakit pada  
lansia
Observasi  

 Minta pasien untuk menilai nyeri  Mengetahui tingkat nyeri yang


atau ketidak nyaman pada skala 0 dirasakan klien
– 10  Mengetahui karakteristik nyeri
 Gunakan lembar alur nyeri  Agar mngetahui nyeri secara
 Lakukan pengkajian nyeri yang spesifik
komperhensif

Health education

 Instruksikan pasien untuk


meminformasikan pada perawat  Perawat dapat melakukan tindakan
jika pengurang nyeri kurang yang tepat dalam mengatasi nyeri
tercapai klien
 Berikan informasi tetang nyeri  Agar pasien tidak merasa cemas

Evaluasi :

S : Ibu klien mengatakan bahwa nyeri pada klien sedikit berkurang

O : Nyeri klien berkurang dengan skala 0-4

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

Asuhan Keperawatan Ileus Paralitik

1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama           : Samsul
Tanggal lahir   : 2 Januari 1993
Jenis kelamin   : Laki-laki
Tanggal MRS  : 30 November 2010
Alamat : Surabaya
Sumber Informasi   : Klien dan Ibu klien
Keluhan utama :
B. Status Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama
 Saat MRS : Klien mengeluh perutnya kembung dan
tidak bisa kentut. Klien juga mengalami mual, muntah, serta
tidak nafsu makan. Perut klien terasa nyeri
 Saat Pengkajian :-

Lama Keluhan :

Kualitas Keluhan :

Faktor Pencetus :

Faktor Pemberat :

Upaya Yang Telah dilakukan :

Diagnosa Medis  : Ileus Paralitik

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Setelah mengalami pembedahan abdomen 2 hari yang lalu, Klien mengeluh
perutnya kembung dan tidak bisa kentut. Klien juga mengalami mual, muntah,
serta tidak nafsu makan. Perut klien terasa nyeri
D. Riwayat kesehatan terdahulu
Perawat mengkaji riwayat pembedahan abdominal, jenis pembedahan,
penyebab adanya intervensi bedah, kondisi klinis preoperatif,
pengetahuan mobilisasi dini pasien praoperatif dan adanya penyakit
siteik yang memperberat seperti adanya sepsis, gangguan metabolik,
penyakit jantung, pneumonia, pasca bedah, prosedur bedah saraf, dan
trauma abdominal berat
E. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : lemah
 TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mn
F. Abdomen
 Inspeksi: perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm
steifung. Benjolan pada regio inguinalis, femoral, dan skrotum
menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada invaginasi dapat terlihat
massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila
ada bekas luka operasi sebelumnya.
 Auskultasi: hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
 Perkusi: hipertimpani
 Palpasi: kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia
G. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas dan cairan dalam usus.
 Pemeriksaan simtologi
 Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
 Leukosit: normal atau sedikit meningkat
 Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl rendah
 Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
 Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
 Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.
H. Pola Kesehatan
Pola Kesehatan Gordon
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3) Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan atau cairan
Gejala : anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah.
Kulit buruk.
5) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
6) Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
I. Terapi

2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
Ds : Kontraksi otot polos usus menurun Ketidakseimbangan
- perut kembung, ↓ nutrisi : kurang dari
tidak BAB dan Tidak mampu melakukan kontraksi kebutuhan b.d mual,
tidak bisa kentut untuk menyalurkan isinya muntah, dan
- mual, muntah, ↓ anoreksia.
anoreksia Ileus Paralitik
- pada gejala ↓
tertentu juga Lumen usus yang tersumbat akan
muncul teregang oleh cairan dan gas yang
manifestasi menumpuk
berupa diare. ↓
Peningkatan tekanan intralumen

Do : Distensi abdomen

- Pada foto polos
Menurunkan pengaliran air dan
abdomen : dilatasi
natrium dari lumen ke darah
usus kecil dan

usus besar,
Tidak ada absorbsi
elevasi diafragma,

- Pemeriksaan fisik:
Ketidakseimbangan nutrisi :
Ada distensi Kurang dari kebutuhan tubuh
abdomen, nyeri
tekan local tanpa
nyeri kolik,
hipertimpani pada
saat perkusi akibat
adanya gas dalam
lambung, bising
usus tidak ada
Presdisposisi paska operatif bedah Konstipasi b.d
Ds : abdominal + Presdisposisi sistemik, hipomotilitas/kelump
meliputi sepsis, peritonitis, trauma, uhan intestinal
- perut kembung,
dll
tidak BAB dan

tidak bisa kentut. ILEUS

Do :
Hipomotilitas / kelumpuhan intestinal
- Pada foto polos ↓
abdomen : dilatasi
Hilangnya Respon saraf
usus kecil dan kemampuan terhadap
inflamasi
usus besar, dalam pasase
feses
elevasi diafragma, ↓
- Pemeriksaan Distensi abdomen
fisik : Ada distensi ↓
abdomen, nyeri Konstipasi
tekan local tanpa
nyeri kolik,
hipertimpani pada
saat perkusi akibat
adanya gas dalam
lambung, bising
usus tidak ada

Ds : Presdisposisi paska operatif bedah Risiko


abdominal + Presdisposisi sistemik, ketidakseimbangan
- perut kembung,
meliputi sepsis, peritonitis, trauma, cairan tubuh b.d
tidak BAB dan
dll keluarnya cairan
tidak bisa kentut
↓ tubuh dari muntah,
- mual, muntah,
ILEUS ketidakmapuan
anoreksia
↓ absorpsi air oleh
- pada gejala
Hipomotilitas / kelumpuhan intestinal intestinal
tertentu juga

muncul
Ketidakmampuan absorbsi air
manifestasi

berupa diare.
Penurunan intake cairan
Do : Pada foto polos ↓
abdomen : dilatasi Resiko ketidakseimbangan cairan
usus kecil dan usus
besar, elevasi
diafragma

3. Intervensi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam
diharapkan gangguan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - Mual, muntah hilang
- Bising usus kembali normal dg frek. 5-25x/mnt
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan yang
tepat
- Terjadi penurunan gejala kembung dan distensi
abdomen
- BB pada hari ke-7 pasca-bedah, meningkat min 0,5 kg
Intervensi Rasional
- Pantau nafsu makan klien - Menentukan intervensi

- Buat perencanaan makan dengan - Menjaga pola makan pasien


pasien untuk dimasukkan ke dalam sehingga pasien makan secara
jadwal makan. teratur

- Tawarkan makanan porsi besar - Dengan pemberian porsi yang


disiang hari ketika nafsu makan besar dapat menjaga keadekuatan
tinggi nutrisi yang masuk.

- Kaji keluhan mual, sakit menelan - menilai keluhan yg ada yg dapat


dan muntah. mengganggu pemenuhan
kebutuhan nutrisi.

- Evaluasi secara berkala kondisi - Sebagai data dasar teknik


motilitas usus pemberian asupan nutrisi
- Hindari intake secara oral - Umumnya, menunda intake makan
oral sampa tanda klinis ileus
berakhir. Namun, kondisi ileus
tidak menghalangi pemberian
nutrisi enteral

- Berikan nutrisi parental - Pemberian enteral diberikan secara


hati-hati dan dilakukan secara
bertahap sesuai tingkat toleransi
dari pasien

- Pantau intake dan output, anjurkan - Berguna dalam mengukur


timbang BB secara periodic (1x keefektifan nutrisi dan dukungan
seminggu) cairan

- Lakukan perawatan mulut - Menurunkan risiko infeksi oral

- Kolaborasi dengan ahli gizi - Ahli gizi harus terlibat dalam


mengenai nutrisi yang akan penentuan komposisi dan jenis
diberikan kepada pasien makanan yang akan diberikan
sesuai dengan kebutuhan individu

- Kolaborasi pemberian antiemetic - Membantu mengurangi rasa mual


dan muntah

Evaluasi :

S : Ibu klien mengatakan bahwa mual muntah klien berkurang

O :keadaan klien ada kemajuan, mual muntah berkurang

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

b. Konstipasi berhubungan dengan hipomotilitas/kelumpuhan intestinal


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5x24 jam
terjadi perbaikan konstipasi
Kriteria Hasil : - laporan pasien sudah mampu flaktus dan keinginan
untuk melakukan BAB
- Bising usus terdengar normal, frek. 5-25x/mnt
- Gambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya
akumulasi gas di dalam intestinal
Intervensi Rasional
- Kaji dan catat frekuensi, warna - Mengetahui ada tidaknya kelainan
dan konsistensi feces. yang terjadi pada eliminasi fekal

- Kaji faktor predisposisi terjadinya - Hal ini harus segera dikolaborasikan


ileus untuk mendapat intervensi medis,
misalnya adanya sepsis harus dalam
kondisi gangguan elektrolit harus
dikoreksi

- Monitoring status cairan - Penurunan volume cairan akan


meningkatkan risiko ileus semakin
parah karena terjadi gangguan
elektrolit. Dengan banyak
minum,dapat merangsang
pengeluaran feces. Peran perawat
harus mendokumentasikan kondisi
status cairan dan harus melaporkan
apabila didapatkan adanya perubahan
yang signifikan

- Evaluasi secara berkala laporan - Pemantauan secara rutin dpt


pasien tentang flatus dan periksa memberikab data dasar pada perawat
kondisi bising usus atau sebagai peran untuk kolaborasi
dg medis ttg kondisi perbaikan ileus.
Hasil evaluasi hrs didokumentasikan
secara hati-hati pada status medis
- Pasang selang NGT - Pemasangan selang NGT dilakukan
untuk menurunkan keluhan kembung
dan distensi abdomen. Pantau setiap
4 jam dari pengeluaran pada selang
NGT

- Kolaborasi opioid antagonis - Alvimopan ini ditunjukkan untuk


selektif membantu mencegah ileus
postoperatiof reseksi usus (Maron,
2008)

- Kolaborasi dalam pemberian - Memberi kemudahan dalam


terapi pencahar (Laxatif) pemenuhan kebutuhan eliminasi.

Evaluasi :

S : Ibu klien mengatakan bahwa BAB nya mulai normal

O : Klien sudah bisa BAB dengan lancar

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

c. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluarnya cairan tubuh


dari muntah, ketidakmapuan absorpsi air oleh intestinal
Tujuan : setelah melakukan intervensi keperawatan selama 5x24
jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria Hasil : - pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa
lembab turgor kulit normal
- TTV dalam batas normal
- CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
- Lab : nilai elektrolit normal
Intervensi Rasional
- Monitoring status cairan - Jumlah dan tipe cairan pengganti
ditentukan dari keadaan status
cairan. Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunyya produksi
urine, monitoring yg ketat pd produksi
urine <600 ml/hari merupakan tanda-
tanda syok hipovolemik

- Kaji sumber kehilangan cairan - Kehilangan cairan dari muntah dapat


disertai dengan keluarnya natrium via
oral yang juga akan meningkatkan
risiko gangguan elektrolit

- Dokumentasikan intake dan - Sebagai data dasar dalam pemberian


output cairan terapi cairan dan pemenuhan hidrasi
tubuh secara umum

- Monitor TTV secara berkala - Hipotensi dapat terjadi pada


hipovolemi yang memberikan
manifestasi sudah terlibatnya system
kardiovaskuler untuk melakukan
kompensasi mempertahankan
tekanan darah

- Kaji warna kulit, suhu, sianosis, - Mengetahui pengaruh adanya


nadi perifer, dan diaphoresis peningkatan tahanan perifer
secara teratur

- Pertahankan pemberian cairan - Jalur yang paten penting untuk


secara intravena pemberian cairan cepat dan
memudahkan perawat dalam
melakukan control intake dan output
cairan

- Evaluasi kadar elektrolit - Sebagai deteksi awal menghindari


gangguan elektrolit sekunder dari
muntah pada pasien peritonitis

Evaluasi :

S : Ibu klien mengatakan bahwa klin tidak mengeluh pusing

O : Klien tidak mengeluh Pusing, turgor kulit normal, mukosa bibir lembab.

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. Keperawatan Medikal Bedah. Terjemahan Yasmin Asih.


Jakarta : EGC, 2000

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Terjemahan I Made


Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC, 2002.

Carpenito, Juall Lynda. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC,
2006

Anda mungkin juga menyukai