Anda di halaman 1dari 19

Systemic Lupus Erythematosus

Pembimbing : dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

Oleh : Langlang Bawono, S.Ked.


Amelia Septiani, S.Ked
Mutiara rizki, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
01
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan
penyakit autoimun heterogen yang melibatkan banyak
organ yang berbeda dan menampilkan perjalanan klinis
yang bervariasi.
Manifestasi klinik dari SLE beragam tergantung
organ yang terlibat, dimana dapat melibatkan banyak
organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan klinis yang
kompleks, sangat bervariasi dapat ditandai oleh serangan
akut, periode aktif, terkendali ataupun remisi.
03
TINJAUAN PUSTAKA
Systemic Lupus Erythematosus

Systemik Lupus Erythematosus (SLE) adalah


penyakit autoimun sistemik yang ditandai
dengan adanya autoantibodi terhadap
autoantigen, pembentukan kompleks imun,
dan disregulasi sistem imun, menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ tubuh.
Systemic Lupus Erythematosus

Beratnya penyakit bervariasi mulai dari


penyakit yang ringan sampai penyakit
yang menimbulkan kecacatan, tergantung
dari jumlah dan jenis antibodi yang
muncul dan organ yang terkena.
Manifestasi Klinis
Penegakan Diagnosis
No Kriteria Batasan
1. Ruam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol, di atas area malar; tidak
melibatkan lipat nasolabial.
2. Ruam diskoid Bercak eritema menonjol dengan skuama keratotik yang lekat dan sumbatan
folikular (follicular plugging). Pada lesi lanjut dapat ditemukan parut atrofi
(atrophic scarring).
3. Fotosensitivitas Ruam kulit yang disebabkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari,
berdasarkan anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa.

4. Ulkus mulut Ulkus mulut atau nasofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh dokter
pemeriksa.
5. Artitritis nonerosif Melibatkan dua atau lebih sendi perifer; ditandai dengan nyeri tekan, bengkak
atau efusi.
6. Serositis  
a. Pleuritis a. Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritc friction rub yang didengar oleh
  dokter pemeriksa atau terdapat bukti efusi pleura.
  b. Terbukti dengan rekaman elektrokardiografi (EKG) atau pericardial
b. Perikarditis friction rub atau terdapat bukti efusi perikardium
7. Gangguan Ginjal a. Proteinuria menetap >0.5 gram/hari atau >3+ tanpa pemeriksaan
kuantitatif. Atau
b. Silinder seluler: dapat berupa silinder eritrosit, hemoglobin, granular,
tubular atau campuran.
8. Gangguan Neurologi a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidak seimbangan
elektrolit). Atau
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan
elektrolit.)
9. Gangguan hematologi a. Anemia hemolitik dengan retikulositosis. Atau
b. Lekopenia <4.000/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih. Atau
c. Limfopenia <1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih. Atau
d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan oleh obat-obatan
10. Gangguan imunologi a. Anti -DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal. Atau
b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm. Atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan atas :
1. kadar serum antibodi antikardiolipin IgG atau IgM yang
abnormal. Atau
2. Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metoda
standard. Atau
3. Tes serologi sifili positif palsu sekurang-kurangnya selama
6 bulan dan dikonfirmasi dengan test imobilisasi
Treponema pallidum atau tes absorpsi antibody
treponema fluoren.
11. Antibodi Titer abnormal antibodi antinuklear berdasarkan pemeriksaan imunofluoresensi
Anti nuklear positif atau pemeriksaan setara pada waktu kapanpun perjanan penyakit tanpa
(ANA) keterlibatan obat yang diketahui hubungan dengan lupus yang diinduksi obat.
PPPPPPPPPPPPPPPPPpemeriksaan
pPenunjang

Pemeriksaan Imunologi Pemeriksaan Darah Rutin


dan Urin Rutin

Tes imunologik awal yang diperlukan Ditemukan anemia hemolitik,


untuk menegakkan diagnosis LES trombositopenia, limfopenia, atau
adalah tes ANA. Beberapa tes lain leukopenia, Coombs test mungkin
yang perlu dikerjakan setelah tes ANA positif, level IgG mungkin tinggi dan
positif adalah tes antibodi terhadap serum globulin meningkat. Selain itu,
antigen nuklear spesifik, termasuk hasil pemeriksaan urin pada penderita
anti-dsDNA, Sm, nRNP, Ro(SSA), La LES menunjukkan adanya proteinuria,
(SSB), Scl-70 dan anti-Jo hematuria, peningkatan kreatinin
Edukasi
● Penjelasan tentang apa itu SLE dan penyebabnya
● Tipe dari penyakit SLE dan perangai daring masing-masing tipe tersebut
● Masalah yang terkait dengan fisik: kegunaan latihan terutama yang terkait
dengan pemakaian steroid seperti osteoporosis, istirahat, pemakaian alat
bantu maupun diet, mengatasi infeksi secepatnya maupun pemakaian
kontrasepsi.
● Pengenalan masalah aspek psikologis: bagaimana pemahaman diri pasien
SLE, mengatasi rasa lelah, stres emosional, trauma psikis, masalah terkait
keluarga atau tempat kerja dan pekerjaan itu sendiri, mengatasi rasa nyeri.
● Pemakaian obat mencakup jenis obat, lama pemberian dan sebagainya.
Perlu tidaknya suplementasi mineral dan vitamin. Obat-obatan yang
dipakai jangka panjang contohnya obat anti tuberkulosis dan beberapa
jenis lainnya termasuk antibiotik.
Tatalaksana
Arthritis, Arthralgia, dan Mialgia merupakan keluhan yang
sering dijumpai pada penderita LES. Pada keluhan yang
ringan dapat diberikan analgetik sederhana atau obat
antiinflamasi nonsteroid, jika tidak membaik berikan
hidroksiklorokuin 400 mg/hari

Sunscreen topikal yang mengandung PABA dan esternya,


benzofenon, salisilat dan sinamat yang dapat menyerap sinar
ultraviolet A dan B. Sunscreen ini harus selalu dipakai ulang
setelah mandi atau berkeringat. Glukokortikoid dapat
dipertimbangkan pada dermatitis lupus.

Nyeri dada dan nyeri abdomen pada penderita LES


dapat merupakan tanda serositis. Pada beberapa
penderita, keadaan ini dapat diatasi dengan salisilat,
obat antiinflamasi non-steroid, antimalaria atau
glukokortikoid dosis rendah (15 mg/hari)
Kkortikosteroid
Kortikosteroid (KS) digunakan sebagai pengobatan utama pada pasien
dengan SLE. Meski dihubungkan dengan munculnya banyak efek
samping, KS tetap merupakan obat yang banyak dipakai sebagai
antiinflamasi dan imunosupresi.

Dosis rendah < 7.5 mg prednison atau setara perhari


Dosis sedang >7.5 mg, tetapi < 30 mg prednison atau setara perhari
Dosis tinggi >30 mg, tetapi < 100 mg prednison atau setara perhari
Dosis sangat tinggi >100 mg prednison atau setara perhari
Terapi pulse >250 mg prednison atau setara perhari untuk 1 hari atau beberapa hari

Kortikosteroid dosis pulse 500-1000 mg IV per hari selama 3-5 hari


diberikan pada aktivitas penyakit berat untuk mengontrol penyakit lebih
cepat. Efek samping pemberian kortikosteroid antara lain infeksi,
diabetes, hipertensi, katarak, osteoporosis, dan sindrom chusing.
Sparing Agen Kortikosteroid

 Untuk memudahkan menurunkan dosis KS dan


berfungsi juga mengontrol penyakit dasarnya.
 Obat yang sering digunakan sebagai sparing agent ini
adalah azatioprin, mikofenolat mofetil, siklofosfamid
dan metotrexate.
 Pemberian terapi kombinasi ini adalah untuk
mengurangi efek samping KS.
Penggunaan Vitamin D

 Pada suatu penelitian ditemukan rendahnya kadar 25(OH)D serum pada pasien
SLE yang dapat disebabkan karena pasien SLE sering mengalami fotosensitivitas.
 Fotosensitivitas menyebabkan pasien SLE menghindari matahari dan
menggunakan pelindung matahari dengan sun protecting factor (SPF) ≥15.
 Warna kulit gelap , memakai pakaian lengan panjang dan penutup kepala juga
mengurangi pajanan sinar matahari.
 Oleh karena itu vitamin D dari makanan dan suplemen menjadi penting pada
pasien SLE.
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai