Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan
kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh
bahan kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi
mempunyai spesialis kerja bidang tertentu.
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau
dari satu macam klasifiksi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi
dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi,
biologi dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk pengobatan.
Karakteristik Paparan
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia
yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan
kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin
mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul
dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan
dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya
bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral,
maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena
memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda
maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk
kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang
lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga
suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi.
Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau
toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut sebagai
“ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat dipakai
untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik. Reaksi
alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya jarang
ditemukan.
Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan
polutan.
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek setempat
didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali antara
sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan masuk toksikan
kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga tiba pada beberapa
tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem syaraf pusat kemudian
sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan
tulang merupakan target yang paling belakangan.
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui saluran
pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur lain tersebut
diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang
berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang
berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup,
sedangkan kejadian “keracunan” biasanya melalui proses tertelan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat
berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem
syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila
diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan
beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka efek yang
terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan
hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul
tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi
mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila
bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis
bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai
cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari bahan toks
.
Interaksi Bahan Kimia
Interaksi bahan kimia terjadi melalui mekanisme :
1). Perubahan dalam absorbsi
Tempat penyerapan utama bagi toksikan adalah saluran pencernaan, paru dan kulit.
Dalam studi toksikologi sering juga diberikan melalui jalur khusus yaitu melalui
injeksi intraperitoneal, intramuskuler dan sub kutan.
Toksikan yang di absorbsi oleh paru biasanya berupa gas seperti : carbon
monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida serta aerosol. Tempat
penimbunan aerosol ditentukan ukuran partikelnya.
Partikel ukuran 5 mm atau lebih besar biasanya ditimbun pada daerah
nasopharyngeal. Partikel di daerah ini dapat dihilangkan saat pembersihan hidung
atau saat bersin. Partikel yang larut akan dilarutkan dalam mucus dan dibawa ke
pharynx taau diserap epitel masuk ke darah.
Partikel dengan ukuran 2 s/d 5 mm ditimbun pada darah tracheabroncheoli paru,
tempat ia akan dibersihkan oleh pergerakan cilia saluran pernafasan. Laju
pergerakan cilia pada mucus bervariasi menurut bagian saluran pernafasan dan
merupakan mekanisme penghilangan yang cepat dan efisien.
Pengikatan protein
Protein plasma
Protein plasma dapat mengikat senyawa asing dan beberapa komponen fisiologik
normal dalam tubuh. Peningkatan bahan kimia pada protein plasma mempunyai arti
penting dalam toksikologi karena beberapa reaksi racun dapat dihasilkan jika agen
dipindahkan dari protein plasma.
Faktor intrinsic
Faktor penting yang mengontrol jalannya reaksi enzymatic dari bahan asing adalah
konsentrasinya dalam pusat aktivitas dari enzym. Konsentrasi ini tergantung pada
“Lipophilicity, Protein binding, Doses, and Rouse administration”. Lopophilicity
penting karena dapat mengatur banyaknya absorbsi bahan xenobiotik dari jalan
masuknya (kulit, usus, paru). Bahan kimia yang bersifat lipophilik lebih mudah di
absorbsi dalam darah, sedangkan bahan yang larut dalam air kurang cepat diserap.
Proses induksi enzym adalah proses di mana terjadi peningkatan aktifitas yang
diakibatkan peningkatan kecepatan sintesis dari enzym biotransformasi paparan
bahan kimia tertentu dapat juga menginduksi enzym-enzym tersebut.
Perbedaan respon toksikologi dan farmakologi antara tikus betina dan jantan pernah
diteliti. Pada pemberian Phenobarbital dengan dosis yang sama, tikus betina tidur
lebih lama daripada yang jantan.
Fetus atau bayi yang baru lahir menunjukkan kemampuan yang terbatas untuk
biotransformasixenobiotik sehingga kemungkinan terjadinya keracunan lebih
meningkat pada binatang percobaan yang lebih muda.
- Efek aditif : suatu situasi dimana efek gabungan dan 2 bahan kimia sama dengan
jumlah dari efek masing-masing bahan bila diberikan sendiri-sendiri (2+3=5).
- ek sinergistik : situasi dimana efek gabungan dari 2 bahan kimia jauh melampaui
penjumlahan dari tiap 2 bahan kimia bila diberikan sendiri-sendiri (2+3=20)
- Potensiasi : keadaan dimana suatu senyawa kimia tidak mempunyai efek toksik
terhadap sitem atau organ tertentu, namun bila ditambahkan ke bahan kimia lain
akan membuat yang terakhir menjadi lebih toksik (0+2=10)
- Antagonisme : situasi dimana 2 bahan kimia diberikan bersamaan efeknya saling
mempengaruhi atau satu bahan kimia mempengaruhi bahan kimia yang lainnya
(4+6=8)
Distribusi toksikan
Setelah toksikan memasuki darah didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh maka
laju distribusi diteruskan menuju ke setiap organ tubuh. Mudah tidaknya zat kimia
melewati dinding kapiler dan membrane sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran
darah ke organ tersebut.
Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :
Kedua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat bahan kimia,
sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini jika dibandingkan
dengan organ lainnya. Hal ini berhubungan dengan fungsi kedua organ ini dalam
mengeliminasi toksikan dalam tubuh. Ginjal dan hati mempunyai kemampuan untuk
mengeluarkan toksikan. Organ hati cukup tinggi kapasitasnya dalam proses
biotransformasi toksikan.
Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang larut
dalam lemak seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan polybrominated
biphenyl. Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut yang sederhana
dalam lemak netral. Lemak netral ini kira-kira 50 % danberat badan pada orang yang
gemuk dan 20 % dari orang yang kurus. Toksikan yang daya larutnya tinggi dalam
lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam target organ, sehingga dapat
dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat tersebut pada orang
yang gemuk menjadi lebih rendah jika disbanding dengan orang yang kurus.
Tulang
Ekskresi toksikan
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal merupakan
organ penting untuk mengeluarkan racun. Beberap xenobiotik diubah terlebih dahulu
menjadi bahan yang larut dalam air sebelum dikeluarkan dalam tubuh.
Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu diantaranya
: hati dan sistem empedu, penting dalam ekskresi seperti DDT dan Pb ; paru dalam
ekskresi gas seperti CO. Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan
pada keringat, air mata dan air susu ibu (ASI).
Ekskresi urine
Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi toksikan dari
tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme yang sama seperti
pada saat ginjal membuang hasil metabolit dari tubuh.
Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah setelah
diabsorbsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah distribusi bahan
toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran pencernaan,
cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang berbentuk gas pada
kondisi suhu badan dan “volatile liquids” dapat diekskresi melalui paru. Jumlah
cairan yang dapat dikeluarkan melalui paru berhubungan dengan tekanan uap air.
Ekskresi toksikan melalui paru ini terjadi secara difusi sederhana. Gas yang
kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi sebaliknya yang tinggi
kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui paru.
Dose Response Relationship (Hubungan Dosis Respon)
Pengertian dose respons dalam toksikologi adalah proporsi dari sebuah
populasi yang terpapar dengan suatu bahan dan akan mengalami respon
spesifik pada dosis,interval,waktu dan pemaparan tertentu.
TOKSIKOLOGI MEDIS
Toksikologi medis, adalah subspesialisasi medis berfokus pada diagnosis,
manajemen dan pencegahan keracunan dan efek kesehatan yang merugikan
lainnya karena obat, toxicants kerja dan lingkungan, dan agen biologi. Ahli
toksikologi medis yang terlibat dalam penilaian dan pengobatan keracunan akut atau
kronis, reaksi obat yang merugikan (ADR), overdosis, envenomations, dan
penyalahgunaan zat, dan eksposur kimia lainnya.
Merupakan cabang toksikologi yang mengkaji aspek medis dan aspek hukum atas
pengaruh berbahaya zat kimia pada manusia. Pada bidang kajian ini, masukknya
senyawa kimia bisa terjadi karena kesengajaan untuk tujuan pembunuhan atau
secara tidak sengaja akibat kelalaian manusia. Akan tetapi, yang jelas peristiwa
keracunan yang terjadi menimbukan suatu masalah, dimana masalah tersebut harus
diselesaikan secara hukum di pengadilan. Kerja utama dari toksikologi forensik
adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan
menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya
racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan
analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan
perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat
disebut dengan ”Surat Keterangan Ahli” atau ”Surat Keterangan”.
Toksikologi medis secara resmi diakui sebagai subspesialisasi medis oleh American
Board of Medical Specialties. Praktisinya adalah dokter, yang spesialisasi utama
umumnya dalam pengobatan darurat, kedokteran kerja atau pediatri.
Toksikologi medis berkaitan erat dengan toksikologi klinis dengan disiplin kedua
meliputi non-dokter juga (umumnya apoteker atau ilmuwan).
Medis Toksikologi adalah subspesialisasi medis berfokus pada diagnosis ,
manajemen dan pencegahan keracunan dan efek kesehatan yang merugikan akibat
obat , racun kerja dan lingkungan , dan agen biologi . Toksikologi medis secara
resmi diakui sebagai subspesialisasi medis oleh American Board of Medical
Specialties .
Ahli toksikologi medis yang terlibat dalam perawatan tingkat tinggi yang
komprehensif orang dan pasien yang datang ke dalam kontak dengan obat-obatan ,
bahan atau zat lain yang menimbulkan ancaman bagi kesejahteraan mereka .
Berikut ini adalah daftar singkat dari beberapa pertemuan ini .
Overdosis yang tidak disengaja dan disengaja dari agen seperti :Obat terapi
termasuk antidepresan ( trisiklik misalnya , serotonin reuptake inhibitor , dll ) , obat
jantung ( misalnya beta - adrenergic blocking agen , calcium channel antagonis ,
steroid cardioactive seperti digoxin , dll ) , dan banyak lainnya. Over- the-counter
obat-obatan seperti aspirin , acetaminophen , ibuprofen , vitamin ( misalnya
suplemen zat besi , vitamin A , dll ) ,
pestisida
Penyalahgunaan obat
Pemeriksaan medis yang independen , menilai cedera atau cacat akibat eksposur
beracun
Bagian gawat darurat , unit perawatan intensif , dan lain unit - pasien di mana
mereka memberikan pengobatan langsung dan konsultasi samping tempat tidur
orang dewasa dan anak-anak keracunan akut
Klinik rawat jalan, kantor , dan situs pekerjaan di mana mereka mengevaluasi
dampak kesehatan dari paparan akut dan kronis zat-zat beracun di tempat kerja ,
rumah dan lingkungan umum
Pusat kontrol racun nasional dan regional di mana mereka memberikan konsultasi
telepon 24 jam untuk profesional kesehatan , responden pertama , pejabat
kesehatan masyarakat , personel keamanan perusahaan , dan masyarakat umum
mengenai identifikasi bahaya , dekontaminasi , manajemen darurat , dan perawatan
klinis rinci pasien keracunan
KEDOKTERAN FORENSIK
Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang
mempunyai efek membahayakan manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk
membantu mencari/menjelaskan penyebab kematian pada penyelidikan seperti
kasus pembunuhan (Buchari, 2010).
Istilah forensik belakang ini sering mampir di telinga kita melalui berbagai berita
kriminal. Biasanya menyangkut penyidikan tindak pidana seperti mencari sebab-
sebab kematian korban, dan usaha pencarian pelaku kejahatan. Secara garis besar
yang dimaksud dengan forensik sains adalah aplikasi atau pemanfatan ilmu
pengetahuan untuk penegakan hukum dan peradilan.
Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri
pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk
kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan
analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan
temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan
dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-
undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut
dengan ”Surat Keterangan Ahli” atau ”Surat Keterangan”.
Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan
rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun
tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan
mengendarai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan fatal, atau tindak kekerasan
dan kejahatan). (Wirasuta, 2009).
A.
Toksikologi forensic adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu kedokteran
untukkepentingan penegakan hukum dan pengadilan. Kedokteran forensik
mempelajari halikhwal manusia atau organ manusia dengan kaitannya peristiwa
kejahatan.Di Inggris kedokteran forensik pertama kali dikenal dengan
”Coroner ”. Seorang coroner adalah seorang dokter yang bertugas melalukan
pemeriksaan jenasah, melakukanotopsi mediko legal apabila diperlukan,
melakukan penyidikan dan penelitian semua kematian yang terjadi karena
kekerasan, kemudian melalukan penyidikan untuk menentukan sifat kematian
tersebut.
Di Amerika Serikan juga dikenal dengan ”medical examinar”. Sistem ini tidak
berbeda jauh dengan sistem coroner di Inggris.Dalam perkembangannya bidang
kedokteran forensik tidak hanya berhadapan denganmayat (atau bedah mayat),
tetapi juga berhubungan dengan orang hidup. Dalam hal iniperan kedokteran
forensik meliputi:
1. melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebab-sebab
kematian,apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan untuk
mencariperistiwa apa sebenarnya yang telah terjadi,
2. identifikasi mayat,
3. meneliti waktu kapan kematian itu berlansung ”time of death”
4. penyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan
terhadapanak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga,
5. pelayanan penelusuran keturunan,
6. di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada
bidangkecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan ” driving under drugs
influence ”.Bidang ini di Jerman dikenal dengan ”Verkehrs medizin”
Dalam prakteknya kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan dengan bidang
ilmu yanglainnya seperti toksikologi forensik, serologi / biologi molekuler
forensik, odontologiforensik dan juga dengan bidang ilmu lainnya
Bila dibandingkan dengan kelainan atau penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri,
kuman, virus, atau pun trauma; maka keracunan kasusnya relatif sedikit, sehingga
tidak jarang terjadi kekeliruan dalam penanganan pasien; untuk itu perlu diketahui
pada keadaan apa saja pemeriksaan toksikologi perlu dilakukan.
Pemeriksaan toksikologi
Dari pemeriksaan pada kasus-kasus yang mati akibat racun umumnya tidak akan di
jumpai kelainan-kelainan yang khas yang dapat dijadikan pegangan untuk
menegakan diagnose atau menentukan sebab kematian karena racun suatu zat.
Jadi pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan untuk menentukan adanya
racun pada setian kasus keracunan atau yang diduga mati akibat racun. Setelah
mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan jaringan-
jaringan atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan
pemeriksaan toksikologi. Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah
diambil sebanyak-banyaknya setelah disishkan untuk cadangan dan untuk
pemeriksaan histopatologis.
Secara umum sampel yang harus diambil adalah :
2. Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada
usus setiap jarak sekitar 60cm.
3. Darah yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer
(v.jugularis, a. femoralis dan sebagainya) masing-masing 50ml dan dibagi 2 yang
satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan pengawet.
4. Hati sebagai tempat detoksifikasi, tidak boleh dilupakan, hati yang diambil
sebanyak 500gram.
5. Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat
khususnya, dan bila urin tidak tersedia.
6. Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan keracunan
sianida, hal tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang
mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami
pembusukan.
7. Urin diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan
dieksresikan melalui urin, khususnya untuk tes penyaring pada keracunan narkotika,
alcohol, dan stimulan.
8. Empedu sama halnya dengan urin diambil oleh karena tempat ekskesi berbagai
racun terutama narkotika.
b. Jaringan otot, yaitu, dari tempat yang terhindar dari kontaminasi, misalnya
muskulus psoas sebanyak 200 gram.
Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat minimal 2x volume sampel tersebut,
bahan pengawet yang dianjurkan :
a. Alcohol absolute.
a. Natrium fluoride 1%
b. Natrium fluoride + Natrium sitrat (75mg + 50mg, untuk setiap 10ml sampel)
Kedua bahan diatas untuk sampel cair adalah Natrium Benzoat dan phenyl mercury
nitrate khusus urin.
1. Darah seharusnya selalu diperiksa pada gelas kaca, jka pada gelas plastic darah
yang bersifat aak asam dapat melumerkan polimer plastic dari plastic itu sendiri,
karena dapat membuat keliru pada analisa gas kromatografi.
2. Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel darah:
b. Jantung.
1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari
subclavia.
3. Urine diambil dengan menggunakan jarum panjang yang dimasukan pada bagian
bawah dinding perut terus sampai pada tulang pubis.
2. Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari: Vena
subklavia, Aorta, Arteri pulmonalis, Vena cava superior dan Jantung.
4. Pada kejadian yang jarang terjadi biasanya berhubungan dengan trauma massif,
darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada
rongga badan.
b. Jika dilakkukan tes untuk obat tersebut tidak dibawah efek obat pada saat
kematian.
d. Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk
mengevaluasi akurasi dari hasil tes dalam kavitas darah.
4. Hati.
6. Otak.
7. Urin.
9. Limpa.
10. Paru-paru
1. Alcohol absolute.
Alcohol dan larutan garan jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF 1%
dan campuran NaF dengan Na sitrat untuk sample cair, sedangkan natrium
benzoate dan mercuric nitrat khusus untuk pengawetan urin.
b. 3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal.
Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci dengan asam Kromat
hangat lalu dibilas dengan Aquades dan dikkeringkan. Pemeriksaan toksikologi yang
dapat dilakukan selain penentuan kadar AchE dalam darah dan plasma dapat juga
dilakukan pemeriksaan.
a. Kristalografi.
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung
dimasukan ke dalam gelas beker, dipanasakan dalam pemanas air sampai kering,
kerimudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrate yang
didapat, diteteskan di bawah mikroskop. Bila bentuk Kristal-kristal seperti sapu, ini
adalah golongan hidrokarbon terklorisasi.
Kaca berukuran 20cmx20cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan
alumunium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110° C selama 1 jam. Filtrate yang
akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan
mikropipet pada kaca, disertai dengan tetesan lain yang telah diketahui golongan
dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke
dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut
diatas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan ditarik keatas sambil melarutkan
filitrat-filitrat tadi. Setelah itu kaca TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia
Paladum klorida 0,5% dalam HCL pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam
alcohol. Interprestasi : warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi
sedangkan bila berwarna hijau dengan dasar dadu berarti golongan
organofosfat.Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan dengan
menentukan Rf masing-masing bercak. Angka yang didapat dicocokan dengan
standar, maka jenisnya dapat ditentukan dengan membandingkan besar bercak dan
intensitas warnanya dengan pembandingan, dapat diketahui konsentrasinya secara
semikuantatif.
2. Cara pengiriman
c. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan
mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.
f. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat
sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah pada saat pengiriman. Kotak
diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati serta diberi lak pengaman.
g. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dabuat berita acara
penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman. Demikian pula
berita acara penyegelan barang bukti lain seperti barang bukti atau obat. Dalam
berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel, atau materi
yang digunakan.
h. Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alcohol tidak dapat dipakai
untuk desinfektan local saat pengambilan darah, hal ini untuk menghilangkan
kesulitan dalam penarikan kesimpulan bila kasus menyangkut alcohol. Sebagai
gantinya dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.
sebuah surat yaitu surat visum et repertum. Setelah dibuat berdasarkan aturan
yang berlaku maka surat tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat bukti di