Anda di halaman 1dari 62

11.

Verbatim dalam Kualitatif

Tahap awal dalam melakukan pengeolahan data Kualitatif adalah Membuat Transkrip


(Verbatim) dari seluruh hasil pengamatan dan wawancara mendalam ataupun FGD.
TRANSKRIP merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan lengkap mengenai
apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung maupun dari hasil rekaman

PENULISAN VERBATIM A. Definisi Verbatim adalah penulisan (teks) kata-kata,


kalimat, ataupun percakapan dari rekaman berupa audio/video. -teknik analisis
kualitatif. Kualitatif adalah tekstual analisis. Memakan waktu yg lama (1/8) & menguras
energi. Alat bantu: 1. Voice recognition software (Nuance’s Dragon Systems or IBM’s
ViaVoice) 2. Transcription software (F4, Sony digital voice editor) 3. Teknik penulisan
verbatim, utk mempermudah pengguna (pembaca dan atau penganalisis) B. Hal
Penting dalam Verbatim 1. Format umum a. Tuliskan header yg informatif (kode
verbatim, kode audio/video, nama interviewee, interviewer, transcriber, translator,
waktu, …) b. Cantumkan nomer halaman & nomer baris c. Singkat interviewer (R) &
interviewee (E) d. Tuliskan transkrip dgn single space, font yg dpt terlihat & seragam –
sangkil & mangkus, pertimbangan saat dicetak e. Beri jarak antar komen dgn spasi f.
Tuliskan dgn italic (miring) bila bukan bahasa Indonesia g. Terjemahkan secara
langsung bila cuma beberapa kata h. Terjemahkan dlm alinea baru bila lebih dari satu
kalimat dgn menggunakan pembeda (bold, garis bawah, dsb) i. Save file dgn jenis file
yg dpt terbaca pd kebanyakan platform (.rtf  .doc atau .docx) 32 j. Simpan file dgn
nama yg mengindikasikan audio & FN ybs, simpan dlm folder yg sudah dipersiapkan 2.
Pauses a. Bila memilih menggunakan titik-titik (…), gunakan dgn memberikan spasi
setelahnya, namun tdk sebelumnya b. “Dia telah berjanji… Saya sendiri
mendengarnya.” c. Rekomendasi penulisan titik-titik (…), hanya utk akhir kalimat, yg
mengindikasikan bahwa ada kata/kalimat yg tdk dilanjutkan. Atau awal kalimat, yg
mengindikasikan bahwa responden berpikir lebih dahulu & menurutmu penting utk
menuliskannya juga d. APA menyarankan utk tulis dengan: [pause]. Bila ingin lebih
detail berapa detik, maka tulis dgn [pause 20 s], yg mengindikasikan pause slama 20
detik 3. Non-verbal communication a. Tuliskan semua non-verbal yg terlihat & terjadi
(tertawa, menangis, terisak, marah, geram, …) b. Tuliskan non-verbal dgn brackets []
drpd kurung () c. Contoh: “ayahku sangatlah lucu.” [tertawa] d. Jgn intepretasikan non-
verbal dlm verbatim, intepretasi hanya di fieldnote e. Contoh: “ayahku sangatlah lucu.”
[tertawa gugup] f. Konsisten dlm menuliskan keterangan, jgn tulis [terbatuk], di lain
waktu [batukbatuk] 4. Inaudible material a. Bila responden memberikan kutipan kata-
kata orang lain, maka berikan tanda kutipan agar dpt teridentifikasi bahwa responden
mengutip b. Contoh: c. Kemudian saya bilang, “berikan saja padanya”. d. Kemudian
saya bilang, berikan saja padanya. 33 5. Quotations a. Bila responden memberikan
kutipan kata-kata orang lain, maka berikan tanda kutipan agar dpt teridentifikasi bahwa
responden mengutip b. Contoh: c. Kemudian saya bilang, “berikan saja padanya”. d.
Kemudian saya bilang, berikan saja padanya. 6. Words that are emphasized a. Sering
kali ada beberapa kata yg ditekankan oleh responden, maka penekanan dapat
diberikan tanda dengan melakukan italic (miring) pada kata tsb b. Saya sangat, sangat,
sangat mencintainya 7. Confidentiality a. Selalu lakukan cek ulang utk
mengidentifikasikan apakah ada nama responden, nama orang lain, tempat, dsb. yg
terkait dgn etika anonimity. Anda bisa gunakan nama samaran, inisial, hilangkan dgn
blank atau highlight, contoh: i. Kemarin saya berjumpa dengan Bambang ii. Kemarin
saya berjumpa dengan ________ iii. Kemarin saya berjumpa dengan S iv. Kemarin
saya berjumpa dengan Paijo v. Kemarin saya berjumpa dengan Bambang vi. Kemarin
saya berjumpa dengan (ayah mertuanya) 8. Proof reading a. Verbatim sering kali perlu
di cek lg bbrp kali, bahkan lebih dari sekali agar sempurna b. Identifikasikan
kata/kalimat yg sebelumnya tdk terdengar c. Cek sekali lg kata-kata yg sering salah
penulisannya. Contoh: trus (terus), ntar (sebentar). Tulis sesuai dgn apa yg dikatakan d.
Bila menggantikan dgn keterangan, beri tanda kurung sbg indikasi bhw responden tdk
mengatakannya lgsg seperti verbatim 34 e. Bila gunakan inisial, buat dgn huruf yg
berbeda dgn nama depan responden. Ingat, bhw orang bisa menerka siapa yg
dimaksud bila dgn huruf yg sama 9. Miscellaneous a. Menuliskan kata yg tdk
dilanjutkan, contoh: b. Saya berjumpa dia di---, di rektorat, kemudian c. Saya berjumpa
dia di, di rektorat, kemudian d. Dia telah sampai di---, setelah itu pergi bersama e. Dia
telah sampai di, setelah itu pergi bersama f. Ketikkan nomor kurang dari sembilan dgn
huruf, bukan angka (tujuh, bukan “7”) g. Bila berbicara saling bertumpuk, tuliskan dgn
diberi spasi sampai dgn kata yg bertumpuk dimulai, contoh: A: saya memang sudah
bilang dari kemarin B: itu sudah, apa yang anda lakukan? 35 C. Penggunaan Program
f4 untuk Penulisan Verbatim 36 37 MANAJEMEN DATA KUALITATIF

Pengolahan Data Kualitatif

Kegiatan yang sangat menarik dalam penelitian Kualitatif adalah Pengumpulan data
dan Pengolahan data. Banyak mahasiswa yang merasa frustrasi dengan banyaknya
data hasil pengumpulan data kualitatif tetapi kesulitan dalam mengolah data kualitatif
tersebut. Beberapa hasil pengumpulan data yang memberikan kontribusi yang cukup
berat terhadap pengolahan data penelitian kualitatif adalah menganalisis hasil FGD dan
Wawancara. Pengumpulan data pada kualittif research sangat banyak dan berbentuk
naratif, sehingga membutuhkan pemahaman mengenai pengolahan data kualitatif
dengan benar.
Tahap awal dalam melakukan pengeolahan data Kualitatif adalah Membuat Transkrip
(Verbatim) dari seluruh hasil pengamatan dan wawancara mendalam ataupun FGD.
TRANSKRIP merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan lengkap mengenai
apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung maupun dari hasil rekaman.
Khusus ntuk wawancara mendalam dan FGD, transkrip harus dibuat dengan
menggunakan bahasa sesuai hasil wawancara (bahasa daerah, bahasa asing, bahasa
‘khusus’ dll).
Setelah membuat transkrip, proses analisa sudah mulai dilakukan dimana analisis
terhadap transkrip bertujuan:
1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan bagaimana makna
dominan yang ada dalam teks dan makna yang dapat dipertentangkan yg
bersifat, spesifik.
2. Menunjukkan makna-makna yang melekat dalam suatu teks, utamanya makna
tersembunyi  yang terkandung dalam teks.
3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan kehidupan, pengalaman,
kenyataan, dan hal-hal yg bermakna tentang subyek penelitian.
Data kualitatif dalam dianalisis apabila pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan
benar, seperti gambar dibawah ini:
Pada prinsipnya analisis data dalam penelitian kualitatif, bukan mencari kecenderungan
tentang realitas sosial yang diamati dan bukan memotret pola-pola umum dari realitas
sosial yang diamati. Analisis yang dilakukan pada penelitian kualitatif dimaksudkan
untuk mencari pemahaman mendalam tentang realitas sosial yang diteliti sebagaimana
realitas sosial tersebut dipahami oleh subyek penelitian dan untuk dapat melakukan
Interpretasi terhadap makna dibalik perkataan & tingkah laku subyek penelitian
Terdapat 4 Tahapan dasar  dalam melakukan Analisis data Kualitatif.
1. Raw data management- ‘data cleaning’
2. Data reduction, I, II – Membagi-bagi (‘chunking’) , ‘coding’
3. Data interpretation – ‘coding’, Mengkatagorikan (‘clustering’)
4. Data representation – ‘telling the story’, ‘making sense of the data for others’
Menurut Creswel, 2009, tahapan untuk melakukan analisis data seperti gambar
dibawah ini.
Sedangkan dalam Proses analisis penelitian menurut strategi Strauss dan Corbin harus
dilaksanakan melalui penerapan-penerapan teknik koding.

Teknik koding ini adal tiga:


1. OPEN CODING, dalam open coding, suatu gejala (misalnya dalam hal ini ‘reaksi
perawat terhadap dokter) akan diidentifikasi kategori-kategorinya untuk
kemudian (sesudah diberi sebutan/named, labelled) diidentifikasi atribut dan
dimensi.
2. AXIAL CODING, dalam axial coding, open coding yang telah dibuat akan di
Katagorikan sesuai dengan gejala yang berhasil diungkap dan akan
dihubungkan satu sama lain. Kategori-kategori itu ada yang dapat diposisikan
sebagai :
1. kondisi yang dianggap penyebab, ialah kejadian apapun yang
menyebabkan terjadinya suatu gejala
2. gejala itu sendiri, ialah peristiwa sentral yang akan menggerakkan
terjadinya serangkaian aksi/tindakan atau juga interaksi;
3. konteks, ialah suatu kompleks kondisi – lokasi dan/atau waktu tertentu—
yang menjadi ajang berlangsungnya suatu aksi atau interaksi;
4. kondisi pengintervensi, ialah kondisi-kondisi struktural yang memudahkan
atau menyulitkan jalannya proses dalam suatu konteks tertentu;
5. aksi atau interaksi, ialah strategi tindakan yang dilakukan untuk
merespons atau mengatasi permasalahan yang ada;
6. konsekuensi, ialah hasil yang diperoleh lewat penyelenggaraan aksi atau
interaksi
3. SELECTIVE CODING; suatu proses untuk menyeleksi kategori-kategori guna
menemukan kategori inti atau sentral, secara sistematis dapat dipakai secara
konsepsional untuk merangkai dan mengitegrasikan kategori-kategori lain dalam
suatu jaringan “kisah”. Kisah panjang-lebar yang merupakan paparan deskriptif
tentang realita sosial, yang diletakkan dalam fokus kajian inilah yang disebut
Proses mengintegrasikan kategori-kategori dalam selective coding yang berakhir
dengan story yang dapat dilaporkan ini dalam suatu tataran analisis yang jauh
lebih abstrak daripada yang berlangsung sepanjang proses axial coding.
Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah ketajaman imajinasinya untuk mereka-
reka bangunan teoretik dari data dan kategori data yang telah diperoleh, sangat
diharapkan pada tahap ini.
Latihan mengolah data Kualitatif
Dibawah ini telah tersedia “LEMBAR ANALISIS DATA KUALITATIF”. Pastikan anda
telah memiliki transkrip (Verbatim) telah dibuat oleh peneliti dari hasil wawancara
ataupun FGD. Kemudian mulai melakukan pen-codingan, seperti dalam tahapan berikut
ini:

1. OPEN
CODING
OP
EN
JAWABAN CO
N PERTA RESPO WAWANCA DIN
O NYAAN NDEN RA/FGD G
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
 

2. AXIAL CODING (KATAGORIKAN


CODING YANG TERSEDIA)
N OPEN AXIAL
O PERTANYAAN CODING CODING
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
3. SELECTIVE CODING (PENENTUAN THEMA FINAL)
NO PERTANYAAN AXIAL CODING SELECTIVE
CODING
(THEMA)
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
 
 

Memantapkan Analisis Data Kualitatif Melalui Tahapan Koding Dr. Mohammad Mahpur,
M. Si Tulisan ini dipersiapkan sebagai panduan praktis membuat koding untuk
menentukan fokus penelitian kualitatif Membaca beberapa tugas yang dikumpulkan
menggunakan jenis softfile hasil penggalian data awal, sebagian besar tugas koding
belum menunjukkan cara yang tepat sebagaimana penyampaian materi kuliah yang
sudah disampaikan sebelumnya. Untuk itu di paparan berikut ini akan saya sampaikan
hasil review dari beberapa tugas yang sudah terkumpul dan akan dilakukan
rekonstruksi teknik koding agar setiap kelompok mampu menyempurnakan hasil
pekerjaan. Sebelumnya perlu dipahami bahwa teknik koding adalah langkah yang
dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan gambaran fakta sebagai satu kesatuan
analisis data kualitatif dan teknik mengumpulkan serta menarik kesimpulan analisis
psikologis Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 2 terhadap data yang
diperoleh. Koding sebagaimana diuraikan oleh Saldana (2009) dimaksudkan sebagai
cara mendapatkan kata atau frase yang menentukan adanya fakta psikologi yang
menonjol, menangkap esensi fakta, atau menandai atribute psikologi yang muncul kuat
dari sejumlah kumpulan bahasa atau data visual. Data tersebut dapat berupa transkrip
wawancara, catatan lapangan observasi partisipan, jurnal, dokumen, literatur, artefak,
fotografi, video, website, korespondensi email dan lain sebagainya. Kode dengan
demikian merupakan proses transisi antara koleksi data dan analisis data yang lebih
luas (Saldana, 2009). Berikut ini beberapa tahapan yang perlu dilakukan seorang
peneliti agar bisa memulai koding dengan baik. Menyiapkan Data Mentah Menjadi
Verbatim Apakah anda sudah siap dengan data secara keseluruhan ? Data yang sudah
terkumpul bukan data mentah, seperti rekaman, video, gambar, coraat-coret observasi,
atau jenis data mentah lainnya yang belum diubah dalam sebuah bahasa atau kalimat.
Data yang akan dikoding adalah data yang sudah berbentuk kata-kata atau sekumpulan
tanda yang sudah peneliti ubah dalam satuan kalimat atau tanda lain yang bisa
memberikan gambara bahasa dan visual. Jika data wawancara, maka peneliti perlu
menyiapkan transkrip wawancara secara utuh dari hasil rekaman suara menjadi
sekumpulan kalimat sebagaimana audio asli dari hasil wawancara. Biasanya
Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 3 dikenal istilah “verbatim.” Jika
data observasi terstruktur atau partisipan, maka siapkan juga hasil check list,
sejenisnya sesuai dengan teknik observasi peneliti atau narasi catatan lapangan yang
sudah berbentuk lembaran. Jikalau berbentuk foto, anda sudah siapkan narasi dari
sebuah foto atau menandai dengan kata-kata, hal yang penting menunjukkan adanya
fakta psikologis. Begitu juga data dokumen lain, peneliti membuat terpisah dari data
aslinya, yakni dengan meng-copy agar data asli tidak rusak karena boleh jadi data asli
adalah data penting. Jika data yang anda temukan atau anda bangun dalam bentuk
video, dibutuhkan transkrip audio agar peneliti mendapat secara langsung paparan
percakapan selain melihat secara bersamaan fakta gerak visual video. Dalam konteks
video, koding akan diproses lebih kompleks, tidak hanya mencatat hasil pengamatan
data visual, tetapi juga isi percakapannya. Perlu diperhatikan, setiap data yang sudah
diubah menjadi data yang siap dikoding, jangan lupa memberikan “kode” untuk setiap
jenis data. Misalnya peneliti mempunyai data transkrip wawancara pada satu subyek,
maka untuk data ini dapat anda beri kode NT1. NT dapat dijadikan sebagai penanda
nama subyek, NATRI. Angka 1 dapat menjadi tanda dilakukan wawancara pertama.
Sebagai misal jika wawancara kedua, maka peneliti bisa memberikan kode NT2. NT2
berarti penanda subyek hasil wawancara dari Natri pada kali kedua. Data yang
berbeda, misalnya dari hasil observasi, bisa diperlakukan sama sebagaimana
penjelasan di atas. Pemadatan Fakta Mengapa dibutuhkan pemadatan fakta dari setiap
data yang sudah terkumpul ? Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 4
Setelah administrasi data terbangun, peneliti menuju langkah selanjutnya, yakni
melakukan pemadatan fakta. Pemadatan fakta bertujuan memperoleh fakta-fakta
psikologis dari data yang sudah terkumpul untuk dipilah “perfsakta secara terpisah-
pisah.” Pemadatan fakta dapat diambil dari seluruh data, baik dari transkrip hasil
wawancara, catatan lapangan, video, dokumentasi dan data lain yang ada. Kesalahan
yang sering terjadi pada pemula, pemadatan fakta dilakukan tidak “per-fakta,” tetapi
langsung diinterpretasikan dalam sebuah narasi pendek. Gambar 1. Contoh Kasus 1
Pada data hasil transkripsi wawancara, pemadatan fakta tidak lain adalah
merekonstruksi kalimat subyek menjadi kalimat yang tertata dengan baik dan dapat
memudahkan peneliti untuk memahami makna penuturan subyek. Mengapa ini
dibutuhkan ? Karena transkrip hasil wawancara, ucapan verbal subyek informan yang
diubah dalam bentuk ketikan kalimat, biasanya struktur kalimatnya tidak baku dan
Sekolah aneh karena tidak ada ekstrakurikuler Tidak ekstra menjadi tidak semangat
Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 5 sulit dipahami. Hal ini dimaklumi
bahwa bahasa verbal akan berbeda dengan bahasa tulis. Berdasar alasan ini maka
traskrip verbatime dibutuhkan untuk melihat struktur kalimat subyek dalam sebuah
bangunan kalimat tertulis. Oleh karena itu pemadatan fakta digunakan untuk
memudahkan peneliti menangkap makna sebuah kalimat yang dituturkan subyek dan
diubah menjadi kata, frase, atau kalimat baku. Pada gambar 1 untuk kode (1a)
pemadatan fakta yang tepat “sekolah aneh karena tidak ada ekstra-kurikuler”, bukan
fasilitas sekolah kurang memadahi. Pilihan kalimat kedua termasuk opini karena belum
ada bukti yang memadahi untuk memutuskan fasilitas sekolah tidak memadahi.
Pemadatan fakta hanya merestrukturisasi kalimat subyek agar mudah dipahami, bukan
melompat ke opini. Demikian juga kode (1b) bukanlah pemadatan fakta, tetapi
kesimpulan opini yang justru tidak berdasar fakta. Pemadatan fakta digunakan untuk
akurasi analisis, oleh karena itu sedapat mungkin pemadatan fakta mencerminkan fakta
sesungguhnya, bukan kesimpulan dari peneliti. Adapun interpretasi merupakan
kesimpulan untuk mengategorisasikan fakta tersebut kedalam tema psikologi.
Interpretasi “masalah sekolah dan diri” yang dipilih peneliti sebagaimana pada gambar
1 juga kurang sejalan dengan fakta. Sebaiknya setiap pemadatan fakta juga ditemukan
satu kategori interpretasi bukan dua pemadatan fakta langsung disimpulkan menjadi
kesatuan interpretasi. Yang perlu diperhatikan adalah interpretasi harus sejalan dengan
fakta. Pemadatan fakta 1 : Sekolah aneh karena tidak ada ekstrakurikuler (1a)
Interpretasi 1 : fasilitas sekolah Pemadatan fakta 2 : Tidak ada ekstra menjadi tidak
semangat (1b) Interpretasi 2 : Motivasi tidak semangat Beberapa kesalahan pemadatan
fakta bagi para pemula biasa tergesa-gesa membuat penilaian (judgement). Hal ini juga
terjadi pada kasus di atas untuk pemadatan fakta kode (4a dan 4b). introvert
Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 6 dan peduli adalah kesimpulan
yang tergesa-gesa. Ia lebih dekat ke judgement atau opini peneliti karena kesimpulan
introvert dan peduli bukan bagian dari pemadatan fakta tetapi sudah masuk interpretasi.
Teknik ini juga berlaku untuk jenis data yang lain, namun karena ada perbedaan jenis
data, peneliti sebaiknya menyesuaikan teknik pemadatan faktanya sejauh alur
pemadatan fakta dan interpretasi sesuai dengan tahapan sebagaimana yang sudah
dijelaskan. Pemberian interpretasi terkadang bisa langsung dilakukan bersamaan ketika
pemadatan fakta, namun pengalaman saya terkadang interpretasi saya tunda terlebih
dahulu dan dilakukan ketika sedang melakukan pengumpulan fakta sejenis karena
terkadang keputusan menentukan kode interpretasi pada saat pemadatan fakta
bergeser atau kurang tepat ketika fakta itu sudah dikumpulkan bersama dengan fakta
lain. Berdasarkan alasan itu, saya terkadang membuat interpretasi dari hasil pemadatan
fakta setelah saya kumpulkan menjadi kumpulan fakta sejenis. Adapun penjelasan
pengumpulan fakta sejenis akan dijelaskan kemudian. Menyiapkan Probing untuk
Pendalaman Data Ketika ada pemadatan fakta dan interpretasi, kadang data masih
menimbulkan sebuah tanda tanya baru, bagaimana menyikapi data yang seperti itu ?
Jika data dianggap belum lengkap dan menimbulkan pertanyaan bagi peneliti, hal ini
memberikan kesempatan bagi peneliti membuat catatan kecil untuk didalami. Catatan
ini dapat berupa investasi pertanyaan wawancara lanjutan sehingga peneliti akan
mendapatkan data yang lebih mendalam. Data yang mendalam sangat dibutuhkan bagi
peneliti kualitatif karena akan menambah kredibilitas analisis dan semakin menunjukkan
keunikan hasil penelitian. Teknik ini disebut sebagai “probing.” Hasil probing akan
diperlakukan Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 7 ssebagaimana
wawancara yakni dibuat transkrip verbatim. Probing dilakukan untuk mendapatkan
cross-check data ke subyek dengan tujuan agar fakta-fakta psikologis lebih akurat dan
mendalam. Probing menjadi siklus pendalaman data sehingga data sudah dianggap
jenuh (exhausted) sehingga dengan demikian peneliti mencukupkan penggalian data.
Pengumpulan Fakta Sejenis Jika semua data sudah dilakukan pemadatan fakta dan
diinterpretasikan, lalu mau diapakan fakta-fakta dan interpretasi yang sudah dilakukan.
Setelah pemadatan fakta dilakukan tuntas atas semua data yang dimiliki peneliti,
langkah berikut adalah pengumpulan fakta sejenis. Tujuan pengumpulan fakta sejenis
untuk mengetahui kualitas fakta psikologis yang sudah diperoleh dari data verbatim
wawancara atau lainnya. Pengumpulan fakta sejenis membantu peneliti melakukan
sistematisasi kategorisasi dan pada akhirnya menemukan tema-tema kunci sebagai
bahan menarasikan data. Pengumpulan fakta sejenis juga membantu peneliti untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mendalam, mencerminkan data
triangulasi, data dianggap mencukupi atau belum sehingga dibutuhkan pendalaman
data. Selain itu, pengumpulan fakta sejenis dapat membantu peneliti untuk mengukur
kredibilitas dan keandalan data kualitatif. Peneliti dalam pengumpulan fakta sejenis
akan mengetahui bahwa data dengan kategori tertentu dianggap sudah cukup mewakili
kesimpulan analisis atau masih terasa kering sehingga perlu didalami lagi.
Pengumpulan fakta sejenis dapat membantu peneliti melakukan investasi pertanyaan
pendalaman (probing). Dalam pengumpulan fakta sejenis kita dapat mengetahui
susunan fakta dan temuan analisis sehingga kualitas tumpukan fakta sejenis apakah
akan dipertahankan sebagai data yang dapat dianalisis Memantapkan analisis data
kualitatif melalui koding 8 atau fakta yang ada akan diabaikan karena bukan merupakan
fakta yang dibutuhkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Melalui
pengumpulan fakta sejenis, peneliti akan mempertahankan fakta sejenis dan boleh jadi
akan menggali lagi fakta itu karena dianggap masih menyisakan pertanyaan
pendalaman yang mendukung pembuktian menjawab masalah penelitian.
Pengumpulan fakta sejenis bersifat “natural dan deliberatif.” Natural untuk mendapatkan
“pola tindakan repetitif subyek” dan konsistensi makna subyek, sementara untuk
deliberatif karena salah satu tujuan utama peneliti melakukan pengkodean yaitu
menemukan pola tindakan repetitif dan konsistensi makna subyek yang ditemukan di
sejumlah data yang sudah didokumentasikan (Saldana, 2009). Pengumpulan fakta
sejenis dapat dilakukan mengacu pada analisis individual atau analisis kelompok. Jika
analisis individual, maka pengumpulan fakta sejenis mengikuti data individual, namun
jika analisis data dilakukan menggunakan analisis kelompok atau kolektif, maka
pengumpulan fakta sejenis diisi dari seluruh data. Adapun contoh yang diuraikan di sini
menggunakan pengumpulan fakta sejenis berdasarkan analisis kelompok, yakni semua
data tidak dibedakan oleh karena alasan individual tetapi dikumpulkan menjadi satu
dalam keranjang fakta sejenis. Berikut ini dicontohkan sebagaimana data pada gambar
1. Peneliti dapat mengambil copy-paste pemadatan fakta dan interpretasi untuk
kemudian dimasukkan ke keranjang fakta sejenis. Dari data yang ada, misalnya peneliti
menemukan sekumpulan fakta dan interpretasi di seputar fasilitas sekolah dan motivasi
siswa. Maka peneliti akan membuat keranjang fakta sejenis pada sekitar fasilitas
sekolah dan motivasi. Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 9
KERANJANG FAKTA SEJENIS (1) Kategorisasi atau Sub-kategori :
……………………… (seputar fasilitas sekolah) Fastilitas sekolah Sekolah aneh karena
tidak ada ekstrakurikuler (1a) Ruang ini dapat digunakan peneliti sebagai corat-coret
probing atau kata kunci kesimpulan analisis tentang kategorisasi seputar fasilitas
sekolah …………………. ……………………………………. ………………….
……………………………………. …………………. ……………………………………. ↑ ↑
Titik-titik diisi interpretasi yang sama sekitar fasilitas sekolah dari sumber data yang ada
Titik-titik diisi fakta sejenis yang diambil dari pemadatan fakta pada setiap jenis data,
baik wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya Contoh keranjang fakta
tersebut juga dibuat sama untuk temuan fakta dan interpretasi di sekitar motivasi siswa.
KERANJANG FAKTA SEJENIS (2) Kategorisasi atau Sub-kategori : ………………
(seputar motivasi) Motivasi tidak semangat. Tidak ada ekstra menjadi tidak semangat
(1b) Ruang ini dapat digunakan peneliti sebagai corat-coret probing atau kata kunci
kesimpulan analisis tentang kategorisasi seputar fasilitas sekolah ………………….
…………………………… …………………. …………………………… ………………….
…………………………… ↑ ↑ Titik-titik diisi interpretasi yang sama sekitar motivasi dari
sumber data yang ada Titik-titik diisi fakta sejenis yang diambil dari pemadatan fakta
pada setiap jenis data, baik wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya
Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 10 Jika peneliti sudah
mengumpulkan fakta sejenis, maka peneliti akan mampu melihat tingkat
kemendalaman temuan penelitian dan dapat menentukan apakah kumpulan fakta
kemudian dapat dijadikan analisis atau tidak. Kumpulan fakta sejenis dapat
ditindaklanjuti dan diputuskan masuk sebagai data yang bisa dianalisi hanya jika
kumpulan fakta tersebut menggambarkan adanya gugusan fakta yang sudah dapat
menggambarkan dinamika psikologis subyek atau kelompok. Hal ini dibuktikan dengan
adanya fakta sejenis yang menunjukkan repetisi (pengulangan) yang hampir sama.
Kesamaan ini membuktikan jika data yang dimiliki bersifat natural dan deliberatif
sehingga memberikan bobot fakta psikologis yang memperkuat analisis. Berdasarkan
kumpulan fakta sejenis ini, penarikan kesimpulan kategorisasi dan pembangunan teori
menggambarkan tertib logika induktif dan konstruktifistik. Namun, jika fakta sejenis
sangat terbatas, ada dua cara dalam menindaklanjutinya, yakni jika fakta sejenis
tersebut sangat menunjang menjawab masalah penelitian, sedangkan fakta sejenis
yang didapat sangat sedikit (satu atau dua fakta), maka peneliti mendapatkan informasi
pemula dan akan mendalami fakta tersebut dengan teknik wawancara atau dengan
cara penggalian data lainnya. Jika peneliti menemukan fakta sejenis tetapi tidak
mendukung untuk menjawab masalah penelitian, maka peneliti dapat mengabaikan
fakta itu karena fakta yang diperoleh memang tidak dibutuhkan mendukung dalam
untuk menjawab masalah penelitian. Pengumpulan fakta sejenis harus benar-benar
melihat secara jeli apakah fakta yang kita kumpulkan tersebut bisa berdekatan dan
mencerminkan kesamaan diantara fakta-fakta tersebut. Ketika fakta yang kita dekatkan
ada yang kurang tepat, maka akan mengganggu pengambilan kesimpulan kategorisasi
dalam kerangka mendapatkan tema dan teori psikologi. Berikut ini ada sejumlah
kesalahan yang terjadi dalam mengumpulkan fakta sejenis. Kesalahan lain, beberapa
mahasiswa ketika melakukan kegiatan koding pada proses pengumpulan fakta sejenis
justru menghilangkan interpretasi yang sudah dilakukan saat Memantapkan analisis
data kualitatif melalui koding 11 pemadatan fakta. Kerja ini akan sia-sia. Dalam
melakukan pengumpulan fakta sejenis, pengambilan fakta dari pemadatan fakta
seharusnya juga diikuti oleh pengumpulan interpretasi kecuali peneliti memang
menunda membuat interpretasi disaat pemadatan fakta dan baru kemudian interpretasi
dilakukan ketika sistematisasi pengumpulan fakta sejenis sedang dibangun. Tabel 1.
Contoh Pengumpulan Fakta Sejenis yang Kurang Tepat Interpretasi Pemadatan (bukan
pemadatan tetapi fakta sejenis) 3 Need achievement (kategori yang langsung melompat
mengabaikan kumpulan interpretasi) interpretasi yang terbuang, padahal di pemadatan
fakta sudah dilakukan  Adanya keinginan untuk menjadi artis korea (Yu5).  inginan
agar kelak dapat menyelesaikan trine dengan waktu yang singkat (Yu6).  Berharap
agar dirinya bisa lebih baik (An1).  berharap dapat menguasai bahasa asing (NAS2). 
Berusaha menylesaikan masalah secepat mungkin (NAS8).  Ingin lebih dekat dengan
Allah (NAS12)  Pingin lebih rajin (1cv)  Tugas berat dan lebih mendahulukan tugas
daripada belajar (4dv)  nonton video porno dtengah pelajaran (5bv)  Ingin lebih rajin
(1a)  Ingin nilai meningkat (1b)  Ingin memperbaiki sifat buruk (3a)  Ingin lebih rajin
menempuh pendidikan (4a)  ingin sukses (4c)  Ingin Rajin dan disiplin dalam belajar
(1a)  Ingin nilai bagus (1b)  Tidak ada keinginan belajar (1bv)  Ingin lebih rajin belajar
(1a)  Ingin lebih mandiri (2a)  Ingin menambah motivasi belajar (1a)  Ingin lebih rajin
(1a)  Inginbelajarserius, masak, belajarmandiri, rajinsholat (1a)  Inginlebihrajin,
tidakmalas, berharapbisa focus, dankonsenbelajar (1a)  Ingin lepas dari kenakalan (1C
V)  Ingin menjadi lebih baik (1B V)  Ingin lebih rajin belajar (1a)  Ingin lebih bisa
mengahapal (1c)  Menyukaisuatubidang (5a) Pada potongan pengumpulan fakta
sejenis berikut ini (pekerjaan kelompok Imamatun Nafiah), peneliti menghilangkan
interpretasi dan langsung membuat kesimpulan melompati proses interpretasi padahal
Pengumpulan fakta sejenis belum mendekatkan fakta yang mirip sehingga terlihat acak
dan tidak sistematis. Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 12 pemberian
nama dan mengetahui detil interpretasi akan membantu peneliti mendapatkan
pemahaman mengenai isi dari kategori faktafakta psikologis. Pada contoh di bawah,
peneliti langsung memangkas kumpulan interpretasi dan langsung melompat pada
pemberian kategorisasi, need achievement. Selain itu, pengumpulan fakta sejenis pun
tidak sistematis dalam proses mendekatkan fakta sejenis sehingga fakta yang hampir
mirip tidak dipasang secara berdekatan, padahal dengan cara ini peneliti akan
mengetahui repetisi dan kekuatan makna yang dibangun oleh subyek penelitian. Untuk
menyempurnakan pengumpulan fakta sejenis, tabel 1 akan dikemas kembali sehingga
memenuhi kriteria dan tetap mempertahankan interpretasi. Hasil pemadatan fakta yang
ada di tabel perlu disusun fakta sejenis untuk disusun berdekatan. Warna merah yang
ditandai adalah fakta yang seharusnya disusun secara berdekatan sehingga bisa
diperoleh kunci koding yang repetitif dan seragam. Berikut pengumpulan fakta sejenis
yang lebih tepat dari kalimat yang sudah diblock merah. Tabel 2. Contoh revisi
pengumpulan fakta sejenis dan kategorisasi KATEGORISASI : DORONGAN MOTIVASI
BERPRESTASI YANG KUAT Interpretasi Pengumpulan fakta sejenis Sub kategori :
Dorongan untuk selalu rajin belajar Rajin  Pingin lebih rajin (1cv) Rajin  Ingin lebih
rajin (1a) Rajin  Ingin lebih rajin (1a) Rajin  Ingin lebih rajin menempuh pendidikan
(4a) Rajin  Ingin lebih rajin belajar (1a) Rajin  Ingin lebih rajin belajar (1a) Rajin dan
fokus belajar  Ingin lebih rajin, tidak malas, berharap bisa focus, dan konsen belajar
(1a) Rajin dan disiplin  Ingin Rajin dan disiplin dalam belajar (1a) Bisa menghafal 
Ingin lebih bisa mengahapal (1c) Sub kategori : Dorongan meningkatkan motivasi
belajar Peningkatan  Ingin nilai meningkat (1b) Nilai bagus  Ingin nilai bagus (1b)
Menambah motivasi  Ingin menambah motivasi belajar (1a) Lebih baik  Ingin menjadi
lebih baik (1B V) Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 13 Menentukan
Kategorisasi Setelah pengumpulan fakta sejenis dilakukan oleh peneliti, lantas
diapakan kumpulan fakta sejenis tersebut ? Jika pengumpulan fakta sejenis dilakukan
dan peneliti sudah mendapatkan fakta yang mendalam dan meluas, peneliti akan
memperoleh gambaran data berbasis fakta secara visual. Pekerjaan ini akan
menyenangkan karena peneliti sudah mulai dapat melihat dan memahami dinamika
psikologis dari data yang sudah digali. Peneliti dapat memulai untuk menyusun narasi
hasil penelitian. Oleh karena itu dari kumpulan pemadatan fakta sejenis dan kesimpulan
interpretasi, peneliti akan dapat membuat kategorisai. Kategorisasi dapat diartikan
sebagai kesimpulan analisis setelah peneliti melihat kumpulan fakta dan
kesalinghubungan diantara fakta. Kesalinghubungan fakta ini juga akan dibantu kode
interpretasi sehingga pembuatan kata, frase atau kalimat kategorisasi akan betulbetul
mencerminkan varian fakta sejenis. Dalam psikologi, kategorisasi dapat diibaratkan
merupakan kesimpulan diagnosis dari gejala awal fakta yang didapat. Pada fakta yang
luas dan mendalam, kategorisasi dapat memunculkan varians sub-sub kategorisasi.
Jika dibandingkan dengan cara sebelumnya, peneliti tidak akan mendapat detil-detil
interpretasi pada proses pengodean karena langsung melompat memberikan
kategorisasi “need for achievement.” Penarikan kategorisasi ini dilakukan sebagaimana
alur sistematis yang ditunjukk pada arah anak panah yang menunjukkan jalur cara
interpretasi sehingga peneliti memperoleh sub-kategorisasi dan kategorisasi (Tabel 2).
Selain itu, kode interpretasi rajin…rajin….rajin….lebih eksplisit dan menunjukkan
repetisi begitu menonjol pada data. Hal ini tidak akan terlihat manakala peneliti hanya
melihat pada Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 14 kesimpulan akhir
kategorisasi “need for achievement.” Padahal, jika melihat repetisi rajin yang tersaji
pada data, penamaan kategorisasi tidak hanya “need for achievement,” dengan melihat
fakta yang seperti itu, muatan need for achievement-nya jauh lebih kuat. Muatan yang
menguat menunjukkan kategorisasi tidak semata need for achievement tetapi lebih
menjiwai data itu berdaasrkan bobot psikologisya sehingga lebih tepa diubah menjadi
“dorongan motivasi berprestasi yang kuat.” Gambar 2. Jalur model pengkodean menuju
pembangunan teori untuk proses inkuiri kualitatif (Saldana, 2009; hal. 12) Cara ini
menggambarkan alur analisis induktif yang digali dari data partisipan sehingga
kategorisasi muncul karena kepekaan peneliti dalam mengambil kesimpulan dari
kondisi senyatanya (real) untuk kemudian dikembangkan ke abstraksi interpretasi.
Kumpulan fakta sejenis merupakan gambaran pengkodean partikuler yang
dikembangkan ke arah pembangunan penarikan kesimpulan umum Memantapkan
analisis data kualitatif melalui koding 15 dalam seluruh kegiatan dalam rangka
membangun teori secara konstruktifistik. Metode ini yang kemudian disebut bahwa
penelitian kualitatif berparadigma konstruktifistik, yakni membangun teori dari makna-
makna yang dibangun oleh subyek atau informan penelitian. Kategorisasi merupakan
proses membangun teori secara konstruktifistik. Alur penarikan kategorisasi hingga
peneliti mampu menemukan teori dapat dilihat sebagaimana gambar 2 dari penjelasan
Saldana (2009; hal. 12). Membangun Konsep dan Menarasikan Bagaimana pada saat
kita sudah menemukan kategorisasi dari data yang kita peroleh dan mendapatkan
banyak kategorisasi. Ketika peneliti sudah mendapatkan banyak kategorisasi, maka
tugas selanjutnya memilih kebutuhan yang utama yaitu kategorisasi apa saja yang
paling penting menjawab masalah penelitian. Jika temuan kategorisasi kemudian tidak
sejalan dengan masalah awal penelitian berarti seorang peneliti harus memihak temuan
fakta di lapangan. Peneliti boleh jadi akan mengubah desain penelitiannya termasuk
rumusan masalah penelitian atau menurut Creswell (2013) mengenai kebutuhan akan
studi yang perlu dijawab karena peneliti telah menemukan fakta yang benar-benar
berpijak di lapangan (emik), termasuk masalah atau fokus penelitian yang dipilih.
Melalui cara ini ajuan proposal penelitian menjadi lebih match dengan realitas di
lapangan. Pada penelitian kualitatif, konfirmasi ide penelitian dengan fakta dilapangan
dibutuhkan agar penelitian kita tidak hanya menarik di ide peneliti dengan sejumlah
pijakan literatur tetapi tidak berkesinambungan dengan realitas di lapangan karena
diksi, bahasa, budaya, dan seting penelitian boleh jadi tidak ditemukan di referensi
Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 16 atau sebagaimana yang
dibayangkan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini seringkali terjadi pada mahasiswa
penyusun skripsi, setelah mereka saya minta mengoding data pendahuluan, pikiran
yang sebelumnya dijadikan pijakan, masalah atau ketertarikan studinya, ternyata
terbantahkan setelah mereka mengumpulkan data, mengkoding dan memetakan data
untuk dipilih fokus studinya. Apa yang dipikirkan tidak sejalan dengan fakta yang di
lapangan. Hal ini sebagaimana seringkali ditemui pada mahasiswa yang sedang
menyusun proposal penelitian skripsi dengan pendekatan kualitatif. Mereka sering
kehilangan fokus penelitian karena data rujukan kajian semata-mata ditumpukan pada
rujukan hasil penelitian dan teori tanpa mengintegrasikan hasil koding data. Ada juga
yang mempunyai data lapangan, tetapi data itu hanya di permukaan, hasil pembicaraan
dengan subyek penelitian, dan mereka tidak mentranskrip dalam bentuk verbatim. Data
mereka disimpan pada memori. Cara kerja ini mengakibatkan konten fakta psikologinya
tidak dikenali. Pada latihan awal ini, jika sudah menemukan banyak kategorisasi, maka
peneliti bisa mengumpulkan kategorisasi secara sistematis dan menggabungkan
diantara kategorisas-kategorisasi yang berhubungan menjadi satu kesatuan tema atau
konsep. Tema atau konsep ini, jika peneliti ingin membuat sebuah proposal penelitian
maka peneliti dapat menjadikannya sebagai fokus penelitian. Tetapi jika kategorisasi
yang sudah terbangun itu adalah bagian dari proses penelitian, maka bangunan konsep
atau tema yang terbangun dari sekumpulan kategorisasi akan dinarasikan sebagai
temuan penelitian atau analisis hasil penelitian yang disajikan secara tematik. Untuk itu
narasi yang dibangun oleh peneliti didasari oleh pemetaan secara sistematis makna-
makna yang saling berhubungan yang dibangun peneliti sehingga narasi utuhnya akan
menjadi gagasan tematik dan pada akhirnya membentuk rangkaian teori-teori psikologi.
Penting dipahami sekali lagi, penataan atau pemetaan kategorisasi yang diperoleh dari
serangkaian proses koding perlu Memantapkan analisis data kualitatif melalui koding 17
disusun secara sistematis sedemikian rupa sehingga membentuk konstruksi teori
psikologi yang holistik, mendalam dan unik. Peneliti ada baiknya juga dianjurkan
membangun visualisasi bangunan konsep atau tema yang ditemukan dalam bentuk
bagan-bagan sehingga pembaca akan lebih mudah memahami dinamika perjumpaan
diantara kategorisasi yang membentuk sebuah konsep dan gambaran teori temuan
penelitian. Kemampuan ini membutuhkan pengalaman dan kepekaan bagi seorang
peneliti sehingga mereka mampu menyuguhkan sebuah narasi deskriptif yang menarik
dan memukau pembaca karena suguhan temuan penelitian benar-benar memberikan
informasi teori psikologi yang orisinil.

VERBATIM WAWANCARA SUBJEK I Nama : S Umur : 39 tahun Jenis kelamin :


Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Wawancara I Hari/tanggal
wawancara : Jum’at, 3 Januari 2014 Pukul : 14.00 – 15.00 Tempat : Rumah Subjek I
(Perum Ketileng Indah) Pertanyaan Jawaban Kode Analisa Selain dirumah ada
kegiatan lain gak di luar? Nggak ada ya, paling cuma arisan RT atau pengajian aja, itu
juga nggak rutin sih, kalo pengajian cuma dua kali sebulan. Kalo pas keluar gitu D
dititipin ke siapa? Kan ada budhe (pembantu subjek), kalo aku pas ada pengajian gitu
budhe tak pesenin “nanti aku ada pengajian, tolong di jaga ya” gitu, kan pengajiannya
juga nggak lama-lama, budhenya kan juga nggak nginep di sini, sebelum manghrib
udah pulang. Kalo budhenya udah pulang, yang bantuin jaga D sama adeknya siapa?
Kalo udah malem gitu kan tinggal santai, yang penting D udah makan udah mandi
tinggal jagain dia sampek tidur aja, kalo adeknya kan udah bisa makan sendiri paling
tinggal tak siapin aja makanannya ntar dia makan sendiri. Kalo mas S (suami subjek)
bantuin juga mbak? Iya la, kebetulan ini dia pulang dan lumayan lama ni pulangnya,
dari kemaren September. Kalo pas dia dirumah ya bantuin aku juga buat jaga anak-
anak. Kakaknya ikut bantuin juga nggak? Kalo aku pas mau keluar bentar ya tak peseni
“mama mau keluar, adeknya dijagain”, pokoknya yang penting D itu dikamar jangan
sampek keluar soalnya aku takut kalo dia sampek keluar rumah, takut kalo dia ilang,
kan dia belum bisa ngomong, bicaranya 97 masih ndak jelas, dia juga belum banyak
tahu. Memang pernah kejadian dia keluar rumah? Yaaaa..untungnya belum, tapi
waswas aja. Kalo pas tak tinggal bentar, aku sholat apa ke kamar mandi gitu pintu
kamarnya tak kunci dari luar, soalnya dia udah bisa buka pintu sendiri. Mbak S kan
termasuk orang baru ya disini, udah berapa lama to mbak tinggal disini? Aku baru
empat tahunan kayaknya disini, waktu si H (anak ketiga subjek) masih bayi banget o,
pokoknya pas D udah mulai sekolah terus aku pindah disini. A1 Subjek merupakan
orang yang belum lama tinggal di lingkungan tempat tinggalnya sekarang. Ini rumah
sendiri apa kontrak to mbak? Ini ngontrak la, dulu malah aku awalnya numpang di
rumah kakak iparku yang deket sini soalnya belum dapet rumah, pas tahu rumah ini di
kontrakin langsung deh ak pindah sini. A2 Subjek belum memiliki rumah sendiri. Kalo
pendidikan terakhirnya mbak S apa to mbak? Aku SMK kejuruan la, dulu ambil jurusan
tata rias. A1 Subjek adalah seorang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dan
mengambil jurusan tata rias. Ooohh dulu kayaknya pernah buka salon ya mbak? He eh
la, tapi dah lama banget, jaman aku belum nikah, dulu buka salon di rumah ibuku tapi
juga cuma bentar tok ko, terus nggak lama aku nikah. A1 Subjek sempat berprofesi
sebagai penata rias dengan membuka salon dirumahny

Wawancara II Hari/tanggal wawancara : Selasa, 7 Januari 2014 Pukul : 13.00 – 17.30


Pertanyaan Jawaban Kode Analisa Usia pernikahan mbak S brapa tahun? Aku menikah
tahun 1998..eeeemmh..udah 16 tahunan ya. A2 Usia pernikahan subjek berjalan 16
tahun. Dulu kehidupan awal pernikahan gimana mbak? Maksutnya gimana? Ada
kendala atau nggak? Ooohh..nggak ada kendala apa-apa, baik-baik aja kok ya kayak
pasangan pada umumnya gitulah hahaha. B1 Kehidupan awal pernikahan subjek tidak
mengalami kendala yang 98 berarti. Hamil D usia berapa mbak? Pas aku umur 30 an
kok. D kan anak ke dua ya, dulu pas tahu hamil D perasaannya gimana mbak?
Senenglah, kan pas itu memang pengen punya anak lagi, kebetulan langsung dikasih,
seneng banget waktu itu. Ada kendala nggak saat hamil D? Nggak ada, pas hamil dulu
tu baikbaik aja, aku nggak sakit apa-apa, nggak minum obat penguat, pokoknya
kandungannya baik-baik ajalah. Dulu sempet di USG juga nggak mbak? Nggak sempet
la, aku juga nyeselnya disitu. Dulu tu rencana mau USG tapi nggak pernah sempet.
Tiap mau USG dokternya malah cuti terus, yowes sampek nglahirin nggak tak USG,
aku rada nyeselnya disitu la. E1 Subjek merasa menyesal karena tidak melakukan
USG. Berarti tahu kalo D itu DS pas udah lahir ya? He eh la, pas udah lahir terus kan
ada program menyusui dini itu to, nah dari situ aku baru tahu kalo D ada kelainan,
dokternya juga bilang “Bu, maaf anak ibu ada kelainan” gitu, bilangnya DS gitu. Soalnya
D waktu lahir juga nggak nangis blas, diem aja nggak ada respon, tapi pas tak asi in dia
mau. Pas proses melahirkan ada kendala nggak mbak? D itu lahirnya normal, tapi
dipacu sama pil soalnya pas pembukaan tu lama banget, pembukaan satu sampek tiga
tu cepet lah pas pembukaan empat tu nggak nambah-nambah, mandek di empat terus.
Kan aku nggak kuat nahan sakitnya lama banget terus aku bilang sama dokternya
minta dikasih pil aja biar cepet. Habis minum pil prosesnya cepet langsung keluar.
Perasaan mbak gimana setelah tahu bahwa D terntata DS? Ya pas dikasih tahu sama
dokternya kalo D ada kelainan, sempet kaget memang, ya sedih juga, nyesel juga
kenapa dari dulu nggak tak USG in biar tahu dari awal, biar nggak kaget juga, biar aku
bisa kasih tahu mas S juga kalo ternyata D ada kelainan. Kan pas aku hamil tiga bulan
sampek melahirkan posisi mas S lagi berlayar jadi aku ditinggal kerja. Tapi ya aku A3,
E1 Subjek merasa kaget dan sedih saat mengetahui anaknya lahir dan menyandang
DS, Subjek menyalahkan dirinya. 99 tetep terima, bersyukur aja la. Cari informasi
nggak mbak tetntang DS? Ke siapa aja? Pas lahiran dulu kan dokternya bilang, suruh
konsultasi ke dokter spesialis anak, yaudah aku kesana nanyaknanyak tetntang
anakku, terus dokter jelasin panjang lebar gitu. P4 Mengatasi masalah mencari
informasi tentang DS pada dokter spesialis anak. Share ke orang lain juga nggak
mbak? Iya, semenjak D sekolah kan ketemu banyak ibu-ibu yang punya anak DS juga
terus cerita-cerita pengalaman masing-masing gitu, sekalian belajar juga kan ada
beberapa yang kasusnya sama kayak D nanti tanya-tanya seputar pengalaman ibu-ibu
lain kalo pas kebetulan ngalamin kasus yang sama caranya bisa ditiru gitu. P3 berbagi
pengalaman dengan orang lain dalam menghadapi masalahnya. Perkembangan D
waktu bayi gimana mbak? Perkembangannya lambat banget la, kan pernah dikasih
tahu sama dokter anak pas konsul, suruh lihat perkembangannya. Pas bayi tengkurep
gitu dia bisa lancar kan aku seneng ya kok dia tengkurepnya lancar pikirku semoga
perkembangan yang lain juga lancar, aku berharapnya gitu. Tapi ternyata enggak, umur
10 bulan dia belum bisa duduk tegak, masih goyang gitu harus ada yang jagain di
belakangnya. Dia baru bisa jalan kan umur 7 tahun. Kalo sekarang udah bisa lari-lari,
kalo keluar ya pengennya lari-lari kemana-mana, pokoknya kalo dia sampek keluar
rumah wes paling susah tu puyeng aku sampekan, pengennya nggak mau masuk lagi.
Tapi klo ngomong dia belum bisa, paling cuma beberapa kata tok itupun nggak lancar
artikulasinya. K2 Subjek merasa tidak mampu mengontrol anaknya. Kalo mas S gimana
mbak? Menerima? Alhamdulillah, dia menerima la, tadinya aku juga nggak yakin,
sempet takut juga. Pas dia mau pulang gitu hawanya deg-degan la. B3 K2 Suami
subjek menerima keadaan anaknya. Subjek merasa takut pada suaminya. Cara ngasih
tahunya gimana? Aku nggak berani bilang sendiri waktu itu, aku nyuruh ibu mertuaku.
Kan ibu mertuaku juga yang nemenin aku pas lahiran. Pas mas S pulang, ibu P3
Subjek meminta bantuan ibu mertuanya untuk memberitahukan 100 mertuaku yang
cerita ke dia kalo D begini keadaanya. Habis dibilangin gitu dia nyamperin aku ke
kamar, aku kan diem aja, masih takut kalo dia kecewa atau marah sama aku, tp
ternyata dia malah ngasih pengertian, bilang “yaudah, sabar” gitu. P8 keadaan anaknya
pada suaminya. Subjek bersikap pasrah. Terus perasaan mbak gimana? Ya seneng,
sedih, takut..campur aduk pas itu. Tapi ya aku seneng, bersyukur kalo suamiku juga
menerima keadaan anaknya. E2 Subjek bersyukur atas reaksi suaminya. Kalo ngasih
tahu ke kakaknya D gimana? Kalo pas itu kan si B masih kecil ya, masih umur 5 tahun
jadi belom paham. Aku cuma bilang “ini adikmu nang, adik sakit, disayang ya” lama-
lama terus dia paham sendiri. Menerima nggak ? Alhamdullialah menerima, awalnya ya
nanya “D kenapa to mah?” terus ya tak jelasin kalo adiknya itu sakit jadi harus di jagain,
di sayang gitu. B3 Anak pertama subjek menerima keadaan adiknya. Perasaan mbak
waktu itu gimana? Ya rada nggak enak juga, takutnya si B nggak mau main sama
adiknya. Dia ya heran waktu dulu ngeliatin adiknya. Tapi lama-lama dia paham sendiri.
Ya aku bersyukur aja, B mau mengerti. Setelah D lahir ada perubahan nggak dalam
kehidupan sehari-hari? Ya pastinya ada lah la, harus 24 jam perhatian itu fokus ke D,
soalnya dia itu kecilnya sakit-sakitan, karena organ dalamnya dia itu juga nggak
sempurna, dulukan sering banget bolak-balik ke rumah sakit terus garagara harus
opnam, sampek si B itu tak titipin ke ibuku berminggu-minggu. B2 Subjek memusatkan
perhatiannya pada anaknya yang menyandang DS. Kalo sama suami dan anak? Ya itu,
bagi perhatian, porsinya harus dibagi-bagi. Kalo pas ada bapaknya ya ngurusin
keutuhan bapaknya dulu, baru ngurus kebutuhan anak-anak. Tapi memang porsi paling
besar memamng buat D karena yang paling tahu kebutuhannya D itu kan aku dan D
sangat butuh aku. B4 Subjek membagi perhatiannya pada seluru anggota keluarganya.
Susah nggak mbak bagi perhatian ke semuanya? Jelas susah la, awalnya tu susah
banget. Apalagi waktu itu si B masih umur 5 tahun ya, masih butuh perhatian juga,
untungnya dia mau tinggal sama mbahnya. Sekarang juga 101 punya si kecil harus
dibagi lagi perhatiannya, ngeladeni sini ngladeni sana. Sekarang sih udah lumayan ada
yang bantuin dirumah, ada budhenya, kalo aku belum selesai ngurusin D ya yang kecil
tak suruh sama budhe nanti gantian gitu. Ya harus pinter-pinter bagi perhatian, belum
ke bapaknya, belum ke kakaknya. Tapi ya aku ngasih pemahaman ke B juga kan dia
anak paling tua, tak suruh maklumi aja kalo aku lebih ngurusin adik-adiknya secara D
kondisinya begitu, H juga masih kecil, yang peting kebutuhannya tercukupi ajalaah. P1
Subjek mencari cara untuk membagi perhatiannya kepada seluruh anggota
keluargannya. Kalo hubungan D sama ayah dan kakak/adiknya gimana mbak? Baik-
baik aja ya, D sama papa sama B dan H deket juga ko. D juga paham kalo dia punya
kakak sama adik. kalo dikamar gitu D pengennya ya ngajak main adiknya, kejar-kejaran
dia seneng banget itu. Ya berantem juga ya rebutan juga. Perasaan mbak gimana?
Senenglah ya, terutama kakak sama adiknya bisa deket sma D ya walaupun kadang H
itu kadang takut sama D, takut kalo di pukul apa di cakar gitu soalnya D itu motoriknya
belum bagus, dia sebenernya pengen nyayang adiknya, kayak ngelus gitu lho tapi
malah di cakar, jadi H tu kadang takut tapi tetep deket. Ada kendala nggak mbak kalo
pas D sama ayah atau kakak/adiknya? Kendala sih paling di komunikasinya aja ya, D
kan bicaranya belum jelas jadi kalo ngobrol sama bapaknya gitu yan nggak nyambung.
Si D pengennya gini tapi bapaknya nangkepnya gitu jadi suka salah-salah pengertian.
Sama kakak/adiknya juga gitu. Kalo sama adeknya memang suka guyonan, tapi kalo
udah keblabasan ujungnya mesti berantem. K1 Subjek merasakan adanya kendala
dalam komunikasi antara D dengan suaminya. Perasaan mbak gimana? Ya sedih,
perkembangan bicaranya kok nggak ada perubahan, dulu memang tak ikutin terapi
wicara la, tp yaitu nggak berkembang terus nggak tak ikutin lagi. Pikirku tak ajari sendiri
K1 Subjek merasakantidak adanya perkembagan bicara pada 102 ajalah, jadi kalo aku
ngomong sama dia ya suaraku tak besarin sama mulutku ini tak mangap-mangapin biar
dia jelas bisa ngikutin. Ada beberapa kata gitu dia bisa ngikutin tapi ya cuma dikit tok.
P2 anaknya. Subjek melatih anaknya untuk berbicara dengan memberikan contoh.
Terus mbak ngatasin permasalahan itu gimana? Bapaknya sama anak-anakku tak
kasih tahu langsung sama tak latih biar mereka juga bisa memahami D, pokoknya kalo
D begini itu artinya begini jadi kamu harus begini. Si H walaupun dia masih kecil juga
tak ajarin. Jadi kalo pas aku nggak dirumah yang jagain D bisa tahu maunya apa. P2
Subjek mengajarkan kepada suami dan anak-anaknya cara memahami D. Kalo D
sendiri paling deket sama siapa mbak? Ya sama aku, apa-apa kan aku yang ngurusin,
kalo yang lain ya bantu juga, jagain juga tapi paling deketnya sama aku. D pernah
marah atau nangis nggak mbak? Pernah, kalo lagi berantem sama adiknya terus pukul-
pukulan atau nggak sengaja kejambak gitu kadang dia marah terus nangis gitu. Kalo D
pas marah gitu biasanya ngapain mbak? Teriak-teriak gitu to cari perhatian sama
sembarang barang yang didepannya tu diobrak abrik sama dia, jadi kalo pas marah gitu
terus aku masuk kamarnya y awes amburadul semua barangnya, bantak, guling, sprei
dah awut-awutan nggak karuan bentuknya. Apa yang mbak lakukan? Kalo dia nangis
tak diemin aja. D kalo nangis tu nggak bisa kenceng, kayak ditahan gitu lho. Tak lihat
dadanya sampek kayak sesek gitu malah tak suruh nangis aja yang kenceng biar
dadanya nggak sesek “nak nangis seng banter sisan” terus tak diemin aja nanti juga
diem sendiri. Kalo pas marah gitu ya tak diemin, kalo di alem-alem malah makin jadi,
malah ntar berantakin kamarnya aku sendiri yang repot ngerapihin lagi, mending di
diemin tak tinggal ngurusin yang lain nanti dia diem sendiri. P6 P7 Agresi verbal Subjek
membiarkan anaknya ketika 103 menangis atau sedang marah. D hiperaktif nggak sih
mbak? Waaaah banget, nggak bisa anteng, lha itu kalo di kamar semua di berantakin.
Sprei udah tak rapihin, bantal guling udah tak rapihin di obrak-abrik lagi sama dia, nanti
sarung-sarung sama spreinya dicopoti semua terus di unteluntel kalo nggak ya di
lemparin sama dia. Pas masuk kamarnya gitu wes amburadul semua. Makannya aku
nggak naruh banyak barang di kamarnya dia, lemari pakainnya selalu tak kunci, terus
kuncinya tak simpen. Kalo pas lupa gitu kunci lemari masih nempel yowes habis itu sak
lemari di obrak-abrik sama dia. Makannya dia kan nggak pernah tak bolehin keluar dari
kamar, bisa rusak semua barangbarang di rumah. Terus mbak S gimana? Yo tak
marahin dianya, kalo aku kadung jengkel pas aku capek banget gitu ya tak pukul dia ya
tak cubit. Dia kalo denger aku triak gitu dia udah takut tapi ya tetep aja besoknya di
ulangi lagi di ulangi lagi. Pokoknya kalo aku marah ya marah, tak pukul gitu tangannya.
Ya dia tahu itu sakit kalo dah gitu diem dia, tapi ya tetep. Kayak kemaren, aku lupa
ngunci pintu kamarnya, tiba-tiba dia keluar, awalnya anteng duduk di kusri lah kok tiba-
tiba speaker besar di sebelahnya di jatuhin sama dia, langsung tak seret tak masukin
kamar terus tak kunci dari luar. Nyamari ko dia tu tangannya. P6, P2 P2 Agresi verbal,
Subjek memukul dan mencubit anaknya. Subjek menarik dan mengunci anaknya di
dalam kamar. Kalo iri sama kakak/adiknya pernah nggak? Iya, di suka iri kalo aku lagi
ngelonin si H terus nanti aku di tarik-tarik gitu, kan tidurnya memang satu kamar. Kalo
aku lagi ngurusin si D yang kecil juga gantian iri bilang “mah kok mas D terus to” gitu
sampek puyeng aku kadang-kadang. K2 Subjek merasa pusing ktika anaknya
menunjukan sikap 104 iri satu sama lain. Kalo udah gitu, apa yang mbak lakukan? Kalo
pas lagi ngelonin gitu tak bagi, D di tanganku sebelah kanan nanti adiknya di tangan
sebelah kiri gitu terus tak suruh merem semua biar nggak ribut lagi. P2 Subjek
membagi pehatian langsung kepada kedua anaknya. Kalo hubungan mbak sama
keluarga besar gimana? Aku baik-baik aja ya, biasa aja sih. C2 Hubungan subjek
dengan keluarga besar tidak memiliki kendala yang berarti. Hubungan D sama keluarga
besar? Baik juga, deket juga sama sodarasodaranya. Awalnya memperkenalkan D ke
keluarga besar gimana? Kalo sama keluarga besar aku nggak terlalu yang gimana-
gimana soalnya waktu aku melahirkan justru ditemeni ibu mertuaku, jadi dia udah tahu
dari awal jadi mungkin dia juga udah ngasih tahu ke kakak-kakak iparku. Ya
ngenalinnya pas mereka nengokin aku pas dirumah sakit habis lahiran, kan mereka
ngelihat sendiri kondisinya D, tapi memang nggak semua keluarga dateng. Kalo ada
acara keluarga D selalu tak bawa kalo kondisinya memungkinkan, terus tak kenalin ke
semua sodaranya satu-satu. Mereka menerima? Iya menerima, mereka saying kok
sama D. B3 Keluarga besar subjek menerima keadaan anaknya. Perasaan mbak
gimana? Pasrah aja sih waktu itu, ya memang begitu kan keadaannya. ya seneng juga
keluarga besar baik-baik semua, jadi aku juga merasa terdukung secara batin gitu. P8
B3 Subjek merasa pasrah. Subjek mendapatkan dukungan dari keluarga besarnya.
Keluarga besar membantu nggak dalam merawat D? Iya membantu, kalo pas D sakit
kebetulan aku nggak ada yang nganter terus minta tolong sodara dianterin ke rumah
sakit. Keluarga besar selalu ksih perhatian kok, kalo ada apa-apa ya di bantu, saling
bantulah. B3 Subjek selalu mendapatkan perhatian dan bantuan dari keluarga
besarnya. Kalo masalah Alhamdullilah rejeki selalu ada, ya 105 ekonomi gimana mbak,
apakah ada kendala ? memang namanya kebutuhan itu ndak bisa diprediksi ya. Harus
pinter -pinter ngatur keuangan. Tapi alhamdullilah untuk kebutuhan anak -anak
insyaallah sudah tercukupi y a untuk sekolahnya, makannya, belum kebutuhan D kayak
terapinya, pokoknya harus pinter - pinter atur keuanganlah. Keluarga besar membantu
nggak dalam permasalahan finansial? Sejauh ini sih kalo masalah finansial aku nggak
pernah minta atau pinjem sama keluarga besarku. Ya alhamdulilah uang yang dipake
untuk kebutuhan ya rejeki dari bapaknya. Kalo sama keluarga besar membantuya ya
cuma sekedar kayak bantu jasa aja, kalo finansial memang aku nggak pernah pinjem.
Tapi kalo ninggalin buat anak -anak ya ada, kayak misalnya pakdhenya atau omnya
main kerumah terus ninggalin “ni buat beli susu” atau “ni buat jajan anak -anak” gitu ya
ada. Perasaan mbak gimana ? Ya pastinya seneng ya, keluarga besar masih perhatian
sama keluargaku terutama sama anak -anakku, senenglah pasti. D sudah sekolah ya
mbak, pertama sekolah umur berapa? Umur 7 tahun, pas dia sudah bisa jalan langsung
tak sekolahkan di SLB sini to, tapi masuknya di sekolah pengembangan, jadi dilatih dulu
dari awal, kan pemahamannya dia belum sempurna. Jadi dilatih dulu kayak pegang
pensil yang bener, dialatih biar dia nggak terlalu aktif biar bisa duduk tenang. Bisa
menerima dengan baik? Bisa, tapi dia itu mood -mood’an, kalo pas moodnya bagus ya
mau ngikutin kalo pas nggak ya agak susah. Tp dia itu tahu jam kapan dia harus
berangkat sekolah, kapan dia pulang, jadi kalo pagi dia mau sekolah gitu ya nggak
rewel, wayah bangun ya bangun, mandi ya mandi, disiplin kok dia ini. Kalo cara
memperkenalkan D ke lingkungan Pelan -pelan tak kenalkan, kalo di ketileng kan rata
-rata memang tetangganya yang punya anak begini 106 sekitar, ke tetangga gitu
gimana mbak? ya, kan sekolahnya juga sama, jadi nggak begitu sulit buat ngenalin D
ke tetangga. Tapi dulu waktu aku di bon harjo ya pelan-pelan aku ngenalinnya. Kalo
sama ibukku kan kadang suka di gendong terus di ajak jalan-jalan, terus tetangga
akhirnya pada tahu. Mereka menerima nggak? Ada yang nerima ada yang nggak, ada
yang heran juga. Kan nggak semua orang tahu ya DS itu apa. Yang DS di rumahku
dulu di bon harjo kan baru D, ya mungkin itu juga baru pertama kalinya mereka lihat
anak DS seperti itu. B3 Subjek merasa orang-orang disekitarnya cukup menerima
keadaan anaknya dengan baik, namun ada beberapa yang tidak menerima keadaan
anaknya. Kalo hubungan mbak sama tetangga gimana? Aku sama mereka ya baik-baik
aja. Kalo sama tetangga deket rumah kan setiap hari ya ketemu, kalo pas lewat ya
negur “buk” atau “pak” gitu. Kalo sama yang agak jauhan ya ketemunya kalo pas ada
acara atau pas pengajian gitu ya biasa aja. C1 Subjek mengaku hubungannya dengan
tetangga tidak ada kendala yang berarti. Perasaan mbak gimana, kalo ada yang seperti
itu? Aku sih biasa aja, yoweslah, kan nggak bisa nyalahin mereka juga, masak ya kita
mau nyuruh semua orang buat nerima kondisi kita. Bisa aja yang tadinya senyum-
senyum di depan tapi di belakang gimana gitu kan bisa juga terjadi, tapikan siapa juga
yang tahu. E6 Subjek menghiraukan respon yang ditunjukkan tetangganya terhadap
anaknya. Selain di sini, pernah nggak D diajak ketempat baru, kayak ke luar kota atau
diajak pergi kemana gitu? Ya pernah, kalo pas ada acara keluarga atau kita lagi liburan
kemana pasti tak ajak. Pokoknya kalo kondisinya memungkinkan aku bisa ajak dia pasti
tak ajak. Orang dia tu sebenernya seneng diajak jalan-jalan, kalo udah di luar gitu ya
pengennya lari-lari, mutarmuter sana sini. Sampek kesel ngikutin dia tu, ya mungkin
saking jarangnya keluar rumah ya. Kalo main di sekitaran rumah kan memang nggak
pernah, cuma kalo ada kereta-keretaan itu lho yang suka keliling komplek, D seneng
banget kalo naik itu. Kalo pas lewat gitu ya tak naikin itu. 107 Reaksi orang-orang
disekitar gimana mbak? Orang-orang disini apa di luar? Di luar, kalo pas ngajak D pergi
ke tempat baru, reaksi orang-orang pas ngeliat D gimana? Ya macem-macem, yang
biasa aja ada, yang ngeliatin terus ya ada, yang heran ya ada. Kan keliataan ya dari
mimik wajahnya pas ngeliatin gitu. Nanti juga ada yang bisik-bisik gitu sambil ngeliatin
D, yang sampek menghindar gitu juga ada disangkanya D itu gila. Macem-macem ko.
K3 Anak subjek mendapatkan pengakuan yang tidak meneyenangkan Kalo ada yang
seperti itu, apa yang mbak lakukan? Kalo Cuma ngelihat aneh gitu akunya sih biasa aja
ya, tak anggep manusiawilah itu, tapi yang sampek bilang anakku gila itu yang bikin
jengkel ya tapi aku ya diem aja, rasanya ya pengen marah tapi yasudahlah tak biarin
aja. Aku orangnya nggak suka besar-besarin masalah kok. C4, P8, E6 Subjek tidak
membeikan respon, subjek pasrah dan hanya meredam kemarahannya. Sejak kecil
sampek sekarang, D ada kendala nggak dalam perkembanggannya? Justru banyak la,
kalo dalam perkembangan jelas ya. Perkembangannya dia itu lambat banget. Umur 9
bulan belum bisa duduk tegak, responnya telat banget, jalan aja dia baru bisa di umur 7
tahun, sampek sekarang bicaranya belum jelas. Apa yang mbak lakukan? Tak ikutin
terapi la, pas aku konsul sama dokternya D, dokternya bilang “di ikutkan terapi saja bu,
supaya terlatih” yaudah tak ikutin terapi dia. P4 Subjek mencari informasi dengan
berkonsultasi pada dokter. Di ikutin terapi apa aja mbak? Fisioterapi buat ngelatih dia
jalannya itu, terus tak ikutin terapi wicara tadinya tapi tak berhentikan soalnya yang
nerapi bilang terapi wicaranya sementara dihentikan dulu aja difokuskan ke motoriknya
dia dulu aja soalnya memang nggak ada perkembangan, soalnya kan anak gitu tu
mood-moodan kalo bosen ya nggak mau ngikuti dia. Kalo sekarang ini dia mau tak
ikutin terapi okupasi cuma belum dapet orangnya yang nerapiin. Perasaan mbak
gimana, kalo nggak Sedih ya, niatnya kan udah baik yok ikut terapi biar makin lancar,
tapi 108 ada perkembangan gitu? anaknya sendiri ya kayak gitu. Mau maksain dia juga
nggak bisa, ntar malah ngamuk malah di obrak-abrik aku lagi yang repot to. Merawat
anak DS kan bisa dibilang lebih susah dibanding merawat anak normal yah, bisa
diceritakan permasalahan apa saja yang mbak S alami selama merawat D? Ya itu, di
perkembangannya, terlebih bicaranya. Pengennya kan aku juga ngajarin dia ngomong
pake artikulasi yang bener biar a i u e o nya kelihatan, biar kalo ngomong tu nggak
kayak di seret gitu lho. Tapi ya ternyata memang susah, mbuh akunya yang salah mbuh
D nya yang nggak mudeng aku ya binggung sendiri ko. Kalo ngajarin yang lain memang
aku nggak bisa ya. Kalo anak-anak udah pada rebut, adiknya gini nanti D nya gini, pada
cari perhatian, pusing aku kalo gitu. K1 Subjek mengaku kewalahan dalam mengajari D
berbicara dan subjek merasa frustrasi ketika kedua anaknya membuat keributan.
Permasalahan apa aja yang paling membuat mbak S merasa tertekan? D itu kan belom
bisa mandiri, semuasemuanya masih diurusin dan yang bisa ngurusin dia kan cuma
aku, kalo bapaknya atau kakaknya kan cuma ngejagain dia aja kalo nyuapin, mandiin
gitukan nggak bisa mesti sama aku semua. Kebelakang kan dia juga belum bisa
sendiri, sampek sekarang masih pake popok. Kalo pas nggak tahu dia lagi BAB
popoknya itu langsung dilepas terus di lempar sama dia. Dia kan juga masih agresif
banget, belum bisa di kontrol, suka nglemparin barang-barang, ngacakacak, sama kalo
tak bawa keluar suka lari-lari. Jadi masih belum bisa di kontrol, suruh diem lima menit
aja gitu nggak bisa. Makannya kalo tak bawa keluar gitu aku liat-ilat kondisi, aku
takutnya dia malah bikin repot. Kalo dia udah sakit itu wes paling pusing aku, dia kan
juga punya kelainan paruparu, kalo pas kambuh gitu aku wes paling sedih deh. Sama
kalo pas adiknya udah rewel mintanya deket sama aku terus, D nya nggak mau diem
udah gitu pas aku sendirian dirumah wes itu repot banget. K1 K1 Anak subjek belum
bisa mandiri. Subjek merasa sedih bila anaknya sakit. Subjek mengaku kewalahan
dalam mengurus kedua anaknya. 109 Terus cara ngatasinnya gimana mbak? Ya kalo
pas dua-duanya dia bikin ulah gitu pasti tak marahin, pokoknya kalo aku dah marah gitu
mereka langsung diem tapi kalo dibilangin masih nggak bisa, ya nanti tak pukul
merekanya. Nanti ujungnya mesti mereka nangis, kalo udah nangis gitu ya tak diemin
aja buat ngurusin yang lain, biar mereka tahu. P6, P2 P7 Agresi verbal, Subjek
memukul anaknya. Subjek membiarkan anmaknya menangis dan mengerjakan hal lain.
Kalo udah ngerasa tertekan gitu kan rasanya nggak enak yah, terus mbak ngapain aja
biar nggak ngerasa tertekan lagi? Aku kalo udah capek gitu biasanya tak buat tidur, biar
saraf-sarafnya tu nggak kenceng. Kalo udah capek banget terus di bikin marah-marah
kan sarafnya jadi kenceng makannya tak buat tidur aja, istirahat. Kalo nggak ya aku
mainan BB ku bentar, nanti bukabuka online shop atau buka-buka promo tiket liburan
iseng-iseng gitu. Kayaknya enak ya bisa liburan keluar negri, padahal ya nggak bisa
pergi hahaha. Tapi kadang kalo aku udah ngerasa berat banget mikir beban sendiri ya
aku cerita aja sama orang terdekat, semua uneg-uneg ku tak ceritakan semua ke dia
terus nanti aku minta solusi gitu ke dia, sebaiknya aku gimana, gitu. P7 P7 P3 Subjek
memilih untuk tidur ketika merasa stress. Subjek mengalihkan emosinya dengan
bermain smartphone. Subjek menceritakan keluh-kesahnya pada orang terdekat dan
meminta beberapa solusi. Apa yang mbak rasakan? Ya ngerasa tenang, lumayan ayem
gitu rasaya, kalo bisa buat istirahat apa tidur gitu ngerasa enteng walaupun tidurnya
nggak lama, bisa tidur 15 menit aja udah enteng bnget. Apa dengan cara itu udah
cukup membuat mbak merasa senang lagi? Iyaa..bisaa.. kalo bisa istirahat gitukan
badannya enteng lagi, saraf-sarafnya rileks lagi, searching-searching internet gitu juga
bisa bikin seneng sendiri lho la. Ya paling Cuma ngebayangin ya bisanya, tapi kalo pas
buka online shop terus ada yang tertarik gitu ada yang tak beli, secara nggak bisa
keluar rumah lama-lama kayak ke mall gitu kan ninggal anak kepikiran yawes kalo pas
pengen baju 110 apa tas gitu belinya kadang di online shop aja. Kenapa milih cara itu?
Ya itu aku memang nggak bisa berbuat banyak, daripada aku ngelakuin hal-hal yang
nggak bermutu kayak nonton tv atau males-malesan atau malah marah-marah nggak
jelas mending tak lakuin ke hal-hal bisa bikin aku seneng lagi. Bisa istirahat atau
sekedar iseng main BB. Walaupun memang nggak nyelesein masalah tapikan bikin aku
tenang lagi. Kalo aku udah tenang baru aku bisa nyelesein masalahku pelan-pelan, biar
nggak marah-marah lagi. K3 Subjek menghadapi tekanannya dengan melakukan hal-
hal yang dapat membuatnya senang kembali. Pernah sampek sakit atau nafsu makan
berkurang nggak? Pernah, ya paling pusing, meriang, masuk angin tapi kemarin
sempet kena gejala tipes juga. Kalo nafsu makan sih nggak sampek berkurang, masih
biasa aja sih. Berkurangnya bukan karena nggak nafsu sih, memang niat ngurangi
sendiri hahaha. Sampek mengganggu hubungan mbak sama keluarga atau orang-
orang disekitar nggak? Nggak sih, kalo sama keluarga sendiri pasti mereka udah tahu
ya kalo sampek mengganggu gitu enggak ko. Sama orang-orang sekitar juga nggak,
aku nggak pernah bawa atau nunjukin masalahku ke orang lain juga. Menurut mbak,
apa yang membuat mbak mampu melewati permasalahan/tekana n yang muncul? Ya
akukan masih punya suami, gimana juga suamikan juga harus ambil andil, jadi kalo ada
masalah yang harus diselesaikan berdua ya aku selasaikan sama suamiku. Untungnya
suami juga orangnya sabar, pengertian jadi aku nggak ngerasa sendirian gitu lho. P3
Subjek meminta bantuan suami untuk menyelesaikan masalah. Ada nggak yang
menghambat? Nggak ada sih ya, ngk ada kok. Tak bikin santai aja la, aku yakin aja
semua pasti ada jalan keluarnya.

Wawancara Subjek Triangulasi Subjek S Nama : SG Usia : 42 tahun Jenis kelamin :


Laki-laki 111 Pekerjaan : Pelayar Status : Suami Subjek S Menurut mas, mbak S itu
sebagai istri orangnya gimana? Sebagai istri di tu orangnya terbuka, kalo ada masalah
pasti cerita ke aku, setahuku sih semua masalah diceritakan ke aku. Pokoknya kalo ada
apa-apa pasti bilang ke aku kalo pas aku ada dirumah kayak gini ya langsung minta
bantuan aku, kalo aku pas kerja kan dia cuma bisa cerita aja. Dia itu kalo sama anak-
anak keras juga, tapi sayangnya kurang teges, jadi cuma marah-marah doang. Kamu
pernah lihat juga kan kalo pas D atau Haikal lagi nakal apa nggak nurut gitu suka
dimarahin sama mamanya, dipukl ya dipukul beneran, dicubit ya dicubitu, sama Bobi
juga gitu sama aja tapi dia sayang sama anak-anak kalo pas jengkel aja kayak gitu. P3
P2, P6 Mencari bantuan orang lain dalam menghadapi masalah. Melakukan tindakan
langsung memukul dan mencubit serta melakukan agresi agresi verbal. Tapi bisa bgi
perhatian nggak ke setiap anak? Menurutku bisa, waktunya dia kan memang buat
anak-anak terutama buat sama adiknya, kalo si bobi kan udah gede udah g mau
diperhatiin lagi, maklum anak SMP gayanya udah sok gede. Lah kalo ke mas sendiri
gimana? Kalo aku sih nggak terlalu menuntut, yang penting urusan kebutuhan
anakanak dululah, kan memang priorotas utamanya buat jagain anak-anak. Kalo
menurtku sih dia bisa bagi perhatian ke aku juga. Mbak S pernah ngeluh sakit nggak
mas? Kalo sakit yang parah sampek harus opname gitu nggak sih ya paling cuma
meriang apa pusing gitu aja sih setahuku kalo pas nggak enak badan dia juga bilang
sama aku. 112 Kalo pas dirumah gini mas bantuin mbak S jagain D juga? Iyalah, kalo
pas pulang gini nglepas rindu juga sama anak-anak hahahaha. Aku kan kalo kerja lama
nanti berapa bulan baru pulang. Ada rasa khawatir juga sih sama D takutnya malah
lupa atau nggak kenal sama papanya lagi, tapi nyatanya dia tetep ngenalin aku juga,
malah kalo ada aku pengennya sama aku terus. Kan sukanya tak ajak main keluar kan
dia seneng kalo nggak ada aku jarang bisa main keluar nggak ada yang ngawasin.
Pernah ada salahsalah pengertiannggak selama ngerawat D? Salah pengertian gimana
maksutnya? Salah tanggap gitu maksutnya, misalnya D bilang pengen ini tapi mas S
malah kasih yang lain atau justru nggak tahu yang dimaksut D, gitu? Oooh ya pernah,
apalagi dulu pas awal-awal dia bicara dikit-dikit tapi memang lebih banyak
nggremengnya, ngomong apa atau minta apa sambil nunjuk-nunjuik tapi aku nggak
paham dia pengennya apa suka salah-salah ngerti juga, kadang sekarang pun masih
suka gitu tapi aku udah banyak ngerti juga sih kalo dia bilang atau pengen apa. Kalo
pas salah-salah gitu cara buat tahunya gimana? Ya aku berusaha buat tahu apa
maksutnya dia sekalian aku belajar, tapi kalo aku bener-bener nggak tahu terus D nya
ngomong terus, aku langsung manggil mamanya nanya maksutnya apa. Kalo nggak
mamanya udah tahu terus dateng langsung ngasih tahu aku gitu. P2 Bertindak secara
langsung untuk menyelesaikan massalah. Biasanya masalah apa aja yang Ya macem-
macem La, ya masalah pribadi, masalah anak ya D juga, 113 diceritain mbak S ke
mas? perkembangannya, sekolahnya, kebutuhan anak-anak. Tapi banyaknya tentang
masalah rumah tangga ya biasalaah suami istri. Kalo ada masalah gitu, biasanya cara
nyeleseinnya gimana? Kita seringnya bicarain bareng-bareng terus nemuin jalan
keluarnya samasama. P3 Mencari dan menggunakan bantuan orang lain untuk
menghadapi masalah. Dengan cara itu udah bisa nemu jalan keluarnya ya mas? Iya,
kadang dia ngeluh terus cerita panjang lebar gitu, ya ceritanya macem-macem ntar
baru kita berdua cari kesalahannya dimana terus nemuin jalan keluar terbaik buat
nyelesein masalah itu. Kalo ada konflik sama aku juga sama, kita bicarain berdua tapi
nunggu emosinya dia reda dulu baru bisa diajak ngomong, yo gitulah. Nunggu
emosinya reda? Mbak S kayak jengkel gitu maksutnya? Iya, diem gitu. Dia itu kalo lagi
marah apa jngkel tu kadang suka diem aja, jengkel sama anak-anak juga gitu. Kalo
anak-anak pas nggak mau diatur gitu dia udah marah-marah tapi nggak ditanggepin ya
terus dia diem gitu, masuk kamar. E6 Memendam kemarahan. Kalo udah jengkel terus
masuk kamar gitu, di dalem ngapain? Paling nonton TV, kalo nggak ya ditinggal tidur
apa mainan tablet bukabuka online shop to sukanya, ngono kuilah. E5 Mengalihkan
kemarahannya dengan menonton TV, tidur dan bermain tablet.

VERBATIM WAWANCARA SUBJEK II Nama : Sr Umur : 60 tahun Jenis kelamin :


Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Wawancara I Hari/tanggal
wawancara : Sabtu, 4 Januari 2014 Pukul : 11.30 – 12. 30 Tempat : Rumah Subjek II
(Perum Ketileng Indah) Pertanyaan Jawaban Kode Analisa Selamat siang bu,
perkenalkan saya Bella, nama ibu siapa? Siang mbak, saya ibu Sr Usia ibu berapa ya?
Umur saya sudah 60 tahun mbak, sudah tua hahaha. A1 Usia subjek 60 tahun. Kalo B
usianya sekarang berapa bu? B sekarang umurnya 17 tahun mbak. Ibu memang
aslinya orang sini? Ooh ndak, dulu saya rumahnya di daerah Kranggan. Saya disini
masih lima tahun kok mbak. Pindah sini ya biar B itu sekolahnya deket sama rumah.
Dulu pas di Kranggan ya sudah sekolah disini juga, lulus SMP mau masuk SMK baru
pindah sini. A1 Subjek merupakan orang baru dalam lingkungan tempat tinggalnya
sekarang. Maaf ya bu, ini rumah ibu sendiri atau ibu mengontrak? Rumah sendiri mbak,
ya cuma ini tinggalan dari bapaknya, memang kecil tapi ya bersyukur masih bisa
ditinggali ya mbak hahaha. A2 Subjek menempati rumah peninggalan Alm. Suaminya.
Selain di rumah ada kegiatan lain di luar bu? Kalo kegiatan rutin gitu ndak ada sih
mbak, ya paling arisan aja. Berarti sehari-hari hanya di rumah saja ya bu? Iya, udah tua
juga sih mau pergi kemana? hahaha....dirumah aja ya beres-beres rumah, perginya
kalo nengokin anak aja di Salatiga, kan anak saya ada yang rumahnya di Salatiga. Kalo
pergi ndak jauh-jauh sih paling ke pasar atau ke tempat siapa gitu. Kegiatan juga ndak
banyak, ya A1 Subjek adalah 115 kegiatan di sekitar rumah saja, arisan atau pengajian
gitu. seorang ibu rumah tangga. Ibu dirumah tinggal dengan siapa saja bu? Saya Cuma
bertiga aja mbak, saya, anak perempuan saya yang nomor tiga R namanya, sama si B.
Kalo bapak kan sudah lama meninggal, jadi kita Cuma bertiga saja, anak pertama saya
di Salatiga, anak kedua sama ke empat juga sudah berkeluarga. A2 Subjek memiliki
lima orang anak, salah satunya menyandang DS, suami subjek sudah lama meninggal.
Maaf bu, sewaktu suami masih hidup pekerjaannya apa ya bu? Pegawai swasta mbak
di pabrik, itu lho teknisi mesin kan kerjanya ngawasin sama betulin mesin pabrik tekstil
itu lho mbak. A2 Suami subjek bekerja sebagai teknisi mesin semasa hidupnya. Kalo
pendidikan terakhir ibu apa ya? SMP mbak, di SMP 1 Jepara sana, soalnya dulu bapak
saya dinesnya di Jepara jadi saya sekolahnya disana. A1 Pendidikan terakhir subjek
adalah SMP. Kalo ibu pas keluar gitu, yang jagain B siapa bu? Ya kakaknya, kalo pas
saya nggak dirumah kayak kemaren ini saya nginep 2 hari di rumah anak saya di
Salatiga, ya si B sama kakaknya di rumah. B juga suka main di luar rumah bu? Iya
mbak, dia sudah akrab sama lingkungan disini, ya main sama anakanak juga, tapi ndak
pernah main sampek jauh gitu paling disekitaran sini aja, sholat dimasjid juga. Karena
udah lumayan lama juga kan mbak disini. Pokoknya saya tetep nitip ke kakaknya kalo B
main , takutnya kalo ada apa-apa, kakanya tak suruh ngawasin terus. Wawancara II
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 9 Januari 2014 Pukul : 13.00 – 17.00 Pertanyaan
Jawaban Kode Analisa Usia pernikahan ibu sudah berapa tahun? Sudah 42 tahun
mbak, saya menikah tahun 1972, tapi bapak sudah meninggal. A2 Usia pernikahan
subjek berjalan 42 tahun. Dulu kehidupan awal pernikahan gimana bu? Ndak gimana-
gimana itu mbak, biasabiasa aja, dulu saya menikah masih muda sekali, begitu lulus
SMP terus ndak lanjut sekolah lagi terus di suruh menikah sama orangtua saya, ya B1,
A2 Kehidupan awal pernikahan subjek tidak mengalami kendala yang berarti. Subjek
116 maklum mbak orang jaman dulu kan begitu ya hahahaha. menikah di usia muda,
karena keinginan orangtuanya. B anak paling bungsu ya bu, dulu waktu hamil B gimana
perasaan ibu? Seneng mbak, jaman dulu kan belum begitu musim KB jadi saya
anaknya banyak mbak. Ibu hamil B di usia berapa bu? Saya itu hamil dia pas umur
saya 40 tahun mbak, memang sudah tua. Ada kendala nggak bu saat hamil B? Ndak itu
mbak, kendala yang bagaimana? Saat hamil ibu sering sakit, atau kandungannya
lemah begitu bu? Ooohh, ndak mbak, waktu hamil saya ndak pernah sakit, ngidam gitu
juga ndak. Sehat-sehat aja kok mbak. Kandungan juga baik-baik aja. Dulu sempat di
USG juga nggak bu? Waktu jaman B memang sudah ada USG, tapi saya kan
periksanya di bidan sampek melahirkan jadi saya nggak pernah USGkan. Jauh juga sih
mbak rumah sama rumah sakit. Jadi saya priksanya di bidan yang dekat rumah saja.
Jadi pas hamil B saya ndak tahu keadaanya saya juga ndak ngerasain apa-apa kok pas
hamil dia itu. Ngidam ya ndak, apa gara-gara anak terakhir jadi saya ndak ngidam ya.
Sewaktu proses melahirkan ada kendala bu? Lahirannya kan di bidan jadi prosesnya
normal, ya nggak ada kendala apa-apa juga, cepet kok keluarnya. Cuma B itu waktu
keluar ndak nangis sama sekali. Berarti tahu kalo B itu DS pas sudah lahir ya bu? Iya
mbak, pas lahir bidannya langsung bilang kalo B ini ada keterbelakangan, debil gitu
bilangnya. Perasaan ibu gimana setelah tahu bahwa B terntata DS? Kaget ya mbak
setelah diberitahu bidannya, saya tu sempet takut kok pas lahir dia nggak nangis, sama
sekali nggak nangis lho mbak kan saya khawatir, terus baru diberitahu sama bidannya
kalo B keterbelakangan makannya ndak nangis. Ya saya kaget mbak, ya sedih ya
kaget, takut juga, campur aduk mbak, tapi saya A3 P8 Subjek terkejut, takut dan
khawatir saat mengetahui anaknya lahir dengan keadaan DS. Subjek menerima 117
menerima keadaan dia, mau gimana lagi kan itu anak saya, ya diterima saja. keadaan
anaknya. Cari informasi nggak bu tetntang DS? Ke siapa aja? Iya, dulu saya sempet
nanya-nanya ke psikolog, saya juga sering datang ke seminar-seminar mbak, sampek
sekarang kalo ada seminar tentang anak-anak kayak gini ya saya ikut, padahal itu
bayar lho mbak dan nggak murah, tapi saya seneng karena banyak manfaatnya, bisa
nambah pengalaman sama pengetahuan juga. Kan dari sana di ajari juga cara-cara
merawat anak yang sepeti ini tu bagaimna mendidiknya yang benar, gitu. P4 Subjek
mencari informasi menganai DS pada psikolog dan mengikuti seminar. Ibu juga pernah
bercerita atau berbagi pengalaman juga nggak bu sama orang lain? Ya pernah mbak,
kalo pas nganter B ke sekolah kan banyak ketemu sama ibu-ibu yang anaknya sekolah
disana juga, nanti ya cerita-cerita gitu, nanyananya tentang anaknya masingmasing,
nanti bagi pengalaman juga. Nanti kalo pas saya ada masalah dan kebetulan ada ibu
yang pernah menghadapi masalah yang sama dengan anaknya ya saya niru
pengalamannya itu mbak. P4 Subjek berbagi pengalam dan menggunakan pengalam
oranglain untuk menyelesaikan masalahnya. Waktu B bayi, bapak masih ada bu? Masih
mbak, suami saya meninggal itu B umur 9 tahun kok. Sampek sekarang dia tahu kalo
ditanya bapaknya kemana, mesti jawabnya “bapakku jadi pocong” gitu hahahaha.
Bapak menerima keadaan B nggak bu? Menerima mbak, bapak ndak pernah bilang
apa-apa tapi dia menerima keadaan B. B3 Suami subjek menerima keadaan anaknya.
Dulu cara memberitahukannya ke bapak gimana bu? Ya langsung, waktu itu yang
nemeni saya lahiran kan ya bapaknya, jadi tahunya langsung. Cuma saya ndak tahu
perasaan bapaknya dulu bagaimana kalo saya lihat sih ya biasa aja, tapi tetap
menerima kok. Kalo memberitahukan ke anak-anak ibu dan keluarga besar gimana bu?
Kakak-kakaknya ya saya beritahu langsung kan mereka juga sudah besar-besar, kalo
keluarga besar kan kebetulan memang jauh-jauh mbak, jadi ndak semuanya tahu, yang
tahu 118 cuma beberapa saja, pas main kerumah gitu ya tak kenalin B sama sodara-
sodaranya. Reaksi mereka gimana bu? Kalo kakak-kakaknya sih biasa aja mbak, tapi
mereka memahami keadaan adiknya. Kalo keluarga besar ya sudah menerima.
Maksutnya sudah menerima bu? Ya dulu ada yang biasa aja, ada yang ndak mau
deket. Kalo pas ada acara keluarga gitu ada yang sampek mingir gitu mbak. Tapi
sekarang sudah baik semua, sudah ndak begitu lagi. Mungkin mereka kasihan atau
sudah mengerti ya saya ndak tahu juga. Perasaan ibu waktu itu gimana? Ya jelas sedih
ya mbak, B kan nggak punya salah apa-apa, saya sama mereka juga sebenarnya baik-
baik saja ndak pernah punya masalah apa tu ndak pernah, tapi ko B digitukan. Ya saya
memang diem aja, tapi sebenernya saya sedih mbak. K2 Subjek merasa sedih karena
anak subjek mendapat penolakan oleh keluarga besarnya. Saat itu apa yan ibu
lakukan? Ya saya diam saja mbak, ndak ada yang bisa saya lakukan. Saya Cuma mikir
apa ini salah saya bawa B ke acara keluarga, apa keluarga saya malu punya sodara
kayak B gini, saya ya ndak tahu mbak. P8, E1 Subjek tidak melakukan perlawanan,
subjek menyalahkan dirinya sendiri. Setelah B lahir ada perubahan nggak dalam
kehidupan sehari-hari nda bu? Ya ada mbak, perhatian saya memang terpusatnya ke
dia, kan anak-anak yang lain juga sudah pada besar. Saya cuma herannya kok anak ini
ndak pernah nangis, laper minta susu gitu ya ndak nangis, pipis atau buang air gitu ya
ndak nangis, jadi saya rutin ngawasin dia terus biar ndak telat ngasih susunya, gantiin
popoknya. Diakan ndak minum ASI juga mbak, soalnya ASI saya sudah ndak keluar
jadi minumnya susu formula gitu pake dot. B2 Perhatian subjek hanya terpusat pada
anaknya yang menyandang DS. Bagaimana perasaan ibu saat itu? Bingung mbak,
takut saya namanya juga baru pertama kali mengalami seperti ini ya, saya ndak tahu
harus bagaimana, pokoknya ya saya awasi saja. Kalo pas saya kasih susu terus dia
mau minum ya berarti dia haus, K2 Subjek merasa bingung dan takut saat merawat
anaknya. 119 kalo ndak mau ya berarti masih kenyang, gitu saja mbak saya. Selalu
niteni wayahnya dia harus ini, ini gitu. Kalo sama suami dan anak bagaimana, kan
perhatian ibu terpusatnya ke B semua? Sama mereka ya biasa saja sih mbak,
perhatian saya memang terpusat sama B tapi ndak terus saya nggak ngusrusin anak-
anak yang lain. Ya perhatiannya di bagi-bagi mbak, untungnya mereka juga sudah
besarbesar sudah ngerti dan bisa mandiri jadi saya ikut kebantu juga mbak, paling
ngurusin B sama anak nomer empat aja, waktu itukan masih kecil juga dia, kalo anak-
anak yang lain sudah pada berar-besar jadi sudah mandiri. Kalo sama suami juga biasa
saja, suami juga mengerti kondisinya. Jadi kalo dibilang lupa ngurusin mereka ya ndak,
sama sekali ndak lupa. B4 Subjek mengaku membagi perhatiannya pada seluruh
anggota keluarga. Kalo hubungan B sama bapak dan kakak-kakaknya gimana bu?
Baik, alhamdulillah baik semua, ya dekat justru waktu bapaknya masih ada deketnya
saama bapaknya mbak, kalo bapaknya pulang kerja gitu lngsung mintanya sama
bapaknya terus. Perasaan ibu gimana? Ya seneng mbak, bahagia, keluarga bisa
sayang sama B, ndak dibedabedakan begitu. Ada kendala nggak bu kalo pas B sama
bapak atau kakakkakaknya? Ada mbak, di komunikasi ya, kan belum bisa ngomong
jelas jadi kadang bapak nya nga paham maksutnya B itu apa, nanti kalo B maksutnya
begini bapaknya nangkepnya begini, kakakkakaknya juga gitu jadi suka salahsalah. K1
Subjek merasakan adanya endala dalam komunikasi antara B dengan suami dan
anakanaknya. Kalo melihat seperti itu, perasaan ibu gimana? Kadang geli mbak kalo
lihat mereka salah ngerti gitu, tapi ya sedih juga. Kalo salah-salah gitukan kadang bikin
B jengkel, nanti pasti B nya marah sendiri, mungkin dia capek sendiri ya kok yang
diajak ngomong ndak ngertingerti. K2 Subjek merasa sedih ketika melihat suami dan
anaknya mengalami kendala dalam komunikasi. Terus ibu mengatasi permasalahan itu
gimana bu? Kalo pas saya lihat gitu ya saya jelasin “ngene lho maksutnya B tu, dia
kepengen ini” ya kayak gitu mbak, P2 Subjek menjelaskan secara langsung kepada
suami dan 120 kalo ada yang nggak paham ya saya yang jelasin. anak-anaknya. Kalo
B sendiri paling dekat dengan siapa bu? Paling dekatnya ya sama saya, tapi sama yang
lain juga dekat. B pernah marah atau nangis nggak bu? Ya pernah mbak tapi dia itu
ndak pernah nunjukkan kalo lagi marah, dia itu jengkel klo kakaknya itu bawel sama
dia. Kalo dia marah nunjukkannya ndak sama orang rumah, nanti pasti temennya di
sekolah yang jadi sasaran. Kalo nangis juga gitu, kalo nangis ndak ada suaranya,
nangisnya juga pasti dikamarnya sambil tutupan bantal gitu, pas saya datengi terus
bantalnya tak buka gitu udah basah semua, tak tanyak “nangis ya?” jawabnya “nggak”
gitu. Pasti ndak pernah ditunjukkan langsung. Ibu tahu kalo B memukul temennya
darimana bu? Dari gurunya mbak, gurunya telepon saya, nanya “bu, dirumah ada apa
kok B marah sampek mukul temennya?”, “oh ndak ada apa-apa kok pak, coba nanti
saya tanya anaknya” saya bilang gitu. E7 Subjek mengatakan seolah-olah tidak ada
masalah. Perasaan ibu gimana tahu B mukul temannya? Takut juga mbak, takut kalo
anak yang dipukul B itu kenapa-kenapa, kalo sampek ada apa-apa kan ujungnya yang
kena tetep saya to mbak, pasti saya yang disalahkan. B tu gitu orangnya dia kalo udah
marah ndak pernah ditunjukkan sama orang rumah, jadi sama saya itu dia juga ndak
pernah marah. Paling kalo tak bilangin dia Cuma diem aja. Lah kan saya ndak tahu ya,
dia diem itu dengerin saya apa jengkel kan saya ndak tahu mbak. Tahu-tahu ya gitu
dapet kabar B habis mukul temennya. Pusing mbak saya, hati ini juga ndak tenang to
jainya, pikiran. Berarti B sering kayak gini ya bu? Ya kadang-kadang mbak, kalo
dibilang sering ya ndak juga. Terus, apa yang ibu lakuakan? Saya langsung nanya ke
B, tapi nanyanya ya pelan-pelan, takut P2 Subjek berhati-hati bertanya pada 121
anaknya kalo masih pas keadaan marah, nanti kalo masih marah malah pas main ada
masalah lagi. Saya Tanya “kok tadi mukul temennya kenapa?”, ya saya kasih tahu
jangan di ulangi lagi, kasihan temennya, ”sama temen ndak boleh mukul-mukul” saya
bilang gitu. Saya juga langsung minta maaf lewat gurunya. anaknya, dan mengevaluasi
hal yang pernah terjadi. Maaf bu, kalo ibu lagi marah sama B, pernah mukul atau
mencubit B gitu bu? ndak pernah mbak, saya kalo marah sama anak-anak ndak pernah
saya mukul atau nyubit gitu ndak pernah. Paling saya cumah marah-marah aja,
makannya saya juga binggung kok B bisa sampek mukulin temannya, apa saya
marahinnya terlalu, apa B ndak mau saya tegur, apa saya salah cara ngasih tahunya.
Tak akui mbak saya memang orangnya agak cerewet tapi saya ndak pernah mukulin
anak. E1 Subjek menyalahkan diriya sendiri. Kalo iri sama kakakkakanya pernah nggak
bu? Nggak pernah mbak, kalo iri ndak sih paling ya jengkel aja kalo di suruhsuruh gitu.
Kalo kakaknya yang ini (menunjuk anak ke tiganya) kan memang cerewet orangnya,
kalo dia udah disuruh gitu nanti pasti marah bilangnya “tak cium lho” gitu kalo marah.
Kalo hubungan ibu sama keluarga besar bagimana? Baik-baik saja mbak, walaupun
dulu memang sempet jauh juga tapi sekarang sudah baik semua. Sudah mau
menerima kekurangan B, sudah mau mengerti kondisi B. C2 Subjek mengaku
hubungannya dengan keluarga besar sempat mengalami kendala yang membuat
mereka tidak saling berkomunikasi. Kalau hubungan B sama keluarga besar? Sudah
baik juga mbak, sudah mau dekat dengan B. Keluarga besar membantu nggak dalam
merawat B? Iya mbak, kalo B sakit gitu suka datang jenguk B, kalo B opname ya
diantarkan, pas B opname kebetulan saya harus pulang ya ada sodara yang nungguin
B di rumah sakit sampek saya balik lagi kesana. Maaf ya bu, ada kendala ekonomi Ya
sedikit banyak sih ada mbak, kalo masalah itu memang ngak bisa 122 nggak bu selama
dalam memenuhi kebutuhan B dan keluarga? dipungkiri. Saya cuma mengandalkan
anak-anak saya yang bekerja, itupun cuma dua anak saja, ini kakaknya yang satu
(menunjuk anak ketiganya) sudah ndak kerja gara-gara jatuh di tempat kerjaan terus
kena epilepsi, sekarang ndak saya bolehkan kerja, saya takut nanti ada apa-apa. Untuk
B saya memang tidak bisa memberikan banyak kebutuhan buat dia, yang penting
gizinya saja tercukupi, memang bukan makanan-makanan mewah, ya tetap makanan
sederhana yang penting bergizi, untuk kakaknya juga sama. Sapa tahu dari
makanannya sehat mereka semua juga bisa sehat. P3 Subjek meminta bantuan
anakanaknya. Keluarga besar membantu nggak dalam permasalahan finansial?
Yaaa..ada yang membantu juga mbak untuk kebutuhannya B gitu. Tapi saya ya ndak
pernah minta. Saya mintanya ke anak-anak saya, sekedar kewajiban mereka untuk
bantu momong adeknya gitu mbak. Perasaan ibu gimana? Ya saya seneng kalo ada
sodara yang bantu, berarti kan mereka memang perhatian juga sama B, saya juga
seneng kalo kakak-kakaknya juga tahu kewajibannya masih punya tanggungan adek
gitu. B sekarang sekolahnya kelas berapa bu? Dia masuk kelas kejuruan mbak, bikin
kerjaan tangan gitu, nanti hasilnya di jual atau bikin pameran gitu di sekolahannya. Dulu
awal B masuk sekolah usia berapa bu? Umur lima tahun mbak, pertama sekolah tak
masukan ke TK biasa, kepala sekolahnya ya tahu dia begitu, terus katanya ndak papa.
Tpi dia dua tahun di nol kecil terus mbak sebelum naik nol besar terus tak pindahkan ke
TK SLB. Bisa menerima dengan baik bu? Dia bisa tapi porsinya memang ndak kayak
anak normal kan mbak, tapi dia anteng kalo di sekolah, nurut sama gurunya. Syukurnya
gurunya itu sabar orangnya mbak, telaten kalo ngurusi B, tapi dia memang istilahnya
ndak naik kelas ke nol besar karena 123 takutnya nanti dia keteteran ngikuti temen-
temennya. Makannya tak titipkan di nol kecil dulu sampek saya nemu TK SLB mbak
terus tak pindahkan dia kesana, ya mengulang lagi dari awal. Tapi dia seneng kalo
disuruh sekolah gitu. Perasaan ibu gimana? Ya sedih mbak, pengennya kan tinggal
melanjukan ke nol besarnya saja, wong nol kecilnya dia sudah dua tahun, tapi ya ndak
papalah demi kemajuan B juga, mengulang di TK SLB ya ndak papa toh dianya juga
seneng jadi saya ikut seneg saja. K2 E2 Subjek merasa sedih karena B tidak mampu
mengikuti perkembangan akademiknya. Subjek melihat sisi positif dari masalah
perkebangan B. Kalo cara memperkenalkan B ke lingkungan sekitar, ke tetangga gitu
gimana bu? B itukan anaknya memang ndak bisa diem, kalo lihat anak seumurannya
gitu ya dia pengen main bareng, kalo di ketileng sini memang beberapa ada temen
sekolahnya jadi mereka langsung akrab, tapi kalo di rumah yang dulu cuma sedikit
temennya, yang mau main sama B cuma sedikit. saya memang ndak pernah kenalkan
B secara langsung sama tetangga, kebanyyakan ya dari B main sama anak-ana
tetangga nanti lama-lama jadi tahu kalo B itu anak saya, gitu mbak. Mereka menerima
bu? Ya ada yang menerima, ada yang nggak, ada yang sampek anaknya ndak boleh
main sama B, takut ketularan katanya, itu tetangga saya dulu waktu di kranjan, sampek
anaknya disuruh pulang kalo B datang mau main bareng gitu to mbak. Perasaan ibu
gimana, kalo ada yang seperti itu? Ya jengkel mbak, takut ketularan memangnya anak
saya bawa virus, dipikirnya itu penyakit menular. Orang tua mana yang mau kedaan
anaknya begitu, tapikan itu bukan penyalit menular kok ya sampek segitunya. C4, K2
Subje merasa jengkel karena anak subjek mendapatkan labeling oleh tetangga subjek.
Apa yang ibu lakukan? Ya saya sih ndak ngapa-ngapain, ya ndak terus langsung marah
sama orangnya, saya cuma diem tapi dalam P8, E6 Subjek tidak memberikan
perlawanan dan 124 hati saya jengkel yang penting B nya ndak kenapa-kenapa. hanya
meredam amarahnya. Terus hubungan ibu sendiri dengan tetangga gimana bu?
Tetangga di sini apa dulu di Kranggan mbak? Di Kranggan dan di sini bu, bagaimana?
Kalo disini baik-baik saja mbak, tetangga disini lebih ramah daripada dulu saya di
Kranggan, kalo di kranjan dulu memang saya jarang keluar rumah mbak, lingkungan di
sini sama Kranggan saja sudah beda. Kalo disini rame dan tetangga-tetangga suka
kumpul bareng kalo di Kranggan ndak mbak, sepi kebanyakan aktifitasnya memang di
dalam rumah. C1 Subjek mengaku bahwa hubungan dengan tetangga di tempat tinggal
lamanya tidak begitu baik dibandingkan dengan tempat tinggalnya sekarang. Selain di
sini, pernah nggak B diajak ketempat baru, kayak ke luar kota atau diajak pergi kemana
gitu bu? Pernah, tapi hanya ke acara tertentu saja, seringnya tak ajak kalo sodaranya
punya hajatan atau tak ajak belanja ke swalayan ADA majapahit itu to mbak, ya dia
mau nanti nemenin aku blanja. Tapi tak janjiin ndak boleh nakal, ndak boleh jauh-jauh
dari saya, nanti kalo ndak nakal tak belikan sesuatu, dia pengen apa gitu. Reaksi orang-
orang disekitar gimana bu saat melihat B? Ada yang ngelihatin terus, ada yang takut,
yang cuek juga ada, macemmacem kom mbak. Yang nunjuknunjuk juga ada, yang
ngelihatin aneh juga ada. Ada yang sampai menghindar gitu ndak bu? Ya ada juga
mbak, sampek lari juga ada, waktu itu anak kecil. Mungkin takut ngeliat B ya, kan
badannya besar hahaha. Tapi dulu pernah sampek B itu dikata-katain mbak, waktu
saya lewat sama B di jalan gitu to mbak, ada segerombolan anak muda lagi duduk-
duduk pas B lewat gitu mereka bilang “eh ada idiot ada idiot” begitu sambil ketawa-
ketawa gitu mereka lihatin anak saya. K3 Anak subjek mendapatkan hinaaan dari orang
sekitar. Kalo ada yang seperti itu, apa yang ibu lakukan? Saya langsung marah to
mbak, apa mereka ya ndak tahu kalo disebelahnya itu ada saya, padahal tu ya
kelihatan jelas kalo B jalan di sebelah saya. Langsung saya berhenti didepan mereka
langsung bilang “apa P2, P6 Subjek marah dan langsung menegur ketika mendapat
penghinaan tentang anaknya. 125 mentang-mentang kalian waras terus mulutnya ndak
bisa dijaga, kalian yang diberikan kelebihan itu harusnya bisa kasih contoh yang baik
malah bicaranya ndak bisa dijaga” terus mereka langsung diem semua. Kalo B gimana
bu? Dia ya diam saja, saya juga ndak tahu perasaan dia gimana, yang jelas saya sedih
dan jengkel sekali sama mereka. Kalo inget sampek sekarang aja saya masih sakit hati
mbak, jengkel rasanya, tapi yasudah saya berharap ndak ada yang seperti itu lagi sama
anak saya. E6 Subjek meredam amarahnya. Sewaktu B bayi ada kendala nggak bu
dalam perkembanggannya? Kalo B ya ada, namanya anak gitu ya mbak,
perkembangannya kan lambat, umur 9 bulan lehernya itu belum bisa tegak, tapi
alhamdulillah udah bisa jalan pas umur 21 bulan, bicara bisa walaupun ndak begitu
jelas awalnya, tapi dia kalo diajak ngomong gitu paham mbak. Perasaan ibu gimana?
Waktu itu ya sedih mbak, khawatir juga, takutnya kalo sampek besar lehernya memang
ndak bisa tegak sempurna gitu lho, tapi lama-lama ya bisa juga. K2 Subjek merasa
khawatir, sedih dan takut dengan perkembangan B. Apa yang mbak lakukan? Saya
bawa ke dukun bayi mbak, di pijet-pijet gitu sekalian dilatih ditegaktegakkan lehernya.
Tanya-tanya ke psikolog waktu itu saya, tanya cara menanganinya, biar bisa ngajarin
anaknya supaya bisa cepet ngomong gimana caranya. P3, P4 Subjek membawa
anaknya ke dukun bayi untuk mendapatkan penanganan dan mencari informasi pada
psikolog. Di ikutkan terapi juga nggak bu? Nggak pernah mbak, dari dulu nggak pernah
saya ikutkan terapi. Tapi semenjak sekolah kan ada terapi-terapi dari sekolah gitu ya
cuma saya ikutkan yang di sekolah saja, yang kurang di dia waktu sebelum sekolah kan
cuma bicaranya saja belum jelas, tapi setelah dia sekolah ya bicaranya bisa lancar kok.
Waktu awal gitu manggil nama kakak-kakakya belum bisa terus semenjak sekolah jadi
bisa manggil nama kakak-kakaknya. 126 Perasaan ibu gimana? Seneng mbak,
berartikan dia bisa mengikuti sekolahnya dengan baik, bisa mengerti juga. Ya
senenglah sebagai orang tua. Merawat anak DS kan bisa dibilang lebih susah
dibanding merawat anak normal, bisa diceritakan permasalahan apa saja yang ibu
alami selama merawat B? Sebenarnya di asupan makanannya ya mbak, B ini termasuk
yang sensitive sama makanan, salah sedikit nanti dia bisa sakit, minimal diare lah
sakitnya, dia paling nggak bisa makan pedes, makan kacang, makan mangga gitu dia
ndak bisa. Makannya saya harus hatihati sekali, kalo di rumah masih bisa saya awasi
dia makan apa saja tapi kalo di luar saya juga khawatir. Kalo dia makan apa saja mau
mbak sebenarnya tapi perutnya itu yang bermasalah, pencernaannya kan ndak seperto
orang normal, salah sedikit mesti diare, makannya saya selalu niteni kalo dia makan
gitu, apa yang bisa apa yang nggak. Kalo yang lainlainnya sih nggak ada mbak. Pernah
mengalami kejadian yang kurang menyenangkan nggak bu? Bisa diceritakan Dulu
pernah mbak, sempat waktu saya ajak dia pergi ada ke swalayan waktu belanja gitu
ada orang yang lihat terus bilang ke saya “ibu dibayar berapa buat jaga anak begini?”
gitu kok mbak Sampai ada yang sepeti itu ya bu, terus apa yang ibu lakukan? Ya saya
jawab saja “yang penting saya bisa makan” begitu. Terus saya tinggal pergi orangnya
saya pura-pura aja lihat-lihat baju. P7 Subjek melakukan penghindaran dengan
menyibukan diri. Perasaan ibu gimana ada yang bilang seperti itu? Saya kaget mbak,
mau marah tapi tak tahan, yasudah langsung saya jawab seperti itu saja terus saya
langsung pergi daripada diterus-terusin hati saya jadi panas mending saya tinggal aja
biar cepet. E6 Subjek menahan amarahnya. Permasalahan apa aja selama ibu
marawab B yang paling membuat ibu merasa tertekan? Namanya anak gitu mbak,
sebenernya kalo di tanya permasalahannya ya banyak, yang bikin saya sedih itu kalo B
udah sakit mbak. Anak seperti ini kan gampang sekali sakitnya ya kalo sudah sakit
sembuhnya lumayan lama dan penyakitnya nambah terus mbak. Pokoknya kalo sudah
sakit saya paling K2 Subjek merasa 127 sedih itu mbak. sedih bila anaknya sakit.
Bagaimana cara ibu mengatasinya? Ya diberikan asupan makanan yang sehat mbak,
sayur-sayuran sama buahbuahan yang bisa dia makan. Dari kecil kan dia ndak minum
ASI mbak, dari umur 6 bulan tak telateni aja makananya. Kadang juga saya kasih obat-
obatan herbal gitu mbak, saya racik terus di seduh gitu saya minumkan ke dia. Ya dia
ndak suka tapi saya paksa, ndak setiap hari juga saya kasihnya, kadang seminggu
sekali atau dua minggu sekali gitu. P2 Subjek memaksa anaknya untuk meminum obar
herbal. Kalau cara ibu mengatasi tekanan itu bagaimana bu? Supaya ibu tidak merasa
tertekan lagi Biasanya saya cerita sama anak saya mbak, terutama sama kakaknya ini
(anak ketiga subjek) mau cerita kemana lagi kalau bukan anak-anak sendiri, cerita ke
sodara takutnya nanti malah merepotkan. Kalau cerita ke anak sendirikan enak
bilangnya dan pasti mereka akan membantu. Ya namanya punya anak begini ya mbak,
kalau dibilang susah ya susah, tapi saya pasrah saja, saya mikir kenapa Tuhan kasih
saya anak seperti ini ya berarti Tuhan masih percaya sama saya kalau saya mampu
merawat dan membesarkan anak. Ya banyakbanyak berdoa saja sama Tuhan, sapa
tahu Tuhan menghendaki sarafsarafnya B ini jadi bener gitu mbak hahaha. P3 E2 E3
Subjek bercerita dan meminta bantuan kepada anak-anaknya. Subjek melihat sisi
positif dari masalah yang dialaminya. Subjek mendekatkan diri pada Tuhan. Apa yang
ibu rasakan setelah bercerita dan berdoa? Ya lumayan lega mbak, habis cerita gitu
perasaannya jadi plong, ya sebenernya saya ndak enak sama mereka. Tapi mau
bagaimana lagi kan mereka juga anak saya, mereka kakaknya B, kalo misal saya ndak
ada nantinya kan tetep B harus diasuh kakak-kakaknya. Kalo berdoa ya biar tenang aja
mbak pikirannya, kalo saya nggak nemu jalan keluar, ndak ada yang bisa diajak cerita
gitu ya saya ceritanya ke Tuhan gitu o mbak hahaha, kan Tuhan yang kasih hidup E3
Subjek menghadapi masalah dengan mendekatkan diri pada Tuhan. 128 jadi pasti
Tuhan juga akan kasih jalan dengan sendirinya, gitu to mbak. Apakah hanya dengan
bercerita dan berdoa sudah cukup membuat ibu merasa senang lagi? Yaaa..kalo
sampek seneng banget gitu ya ndak mbak, merasa lega bebannya bisa dibagi, jadi
saya ndak kepikiran sendiri. Bisa dipikirkan dan diselesaikan bersama. Kalo habis
sholat gitu ya ayem gitu rasanya, kan kewajiban juga mbak. Kenapa memilih cara itu
bu? Memang bisa bikin saya merasa lega saja sih mbak, selain itukan biar semakin
dekat dengan keluarga dan Tuhan juga ya. K3 Subjek menghadapi tekanannya dengan
bercerita dan meminta bantuan kepada anakanaknya untuk memecahkan
permasalahan yang dialaminya. Pernah sampai sakit atau nafsu makan berkurang
nggak bu? Kalo sakit paling pusing aja mbak, nggak sampek yang sakitnya serius gitu,
paling capek saja, mungkin karena usia juga sudah tua jadi gampang capek sama
meriang. Kalo nafsu makan alhamdulillah ndak sampek berkurang atau g nafsu makan
Pusing ada sebabnya atau tiba-tiba ibu merasa pusing? Tiba-tiba saja itu mbak, tahu-
tahu pusing gitu lehernya kenceng gitu mbak. K2 Subjek merasa pusing secara tibatiba.
Apakah sampai mengganggu hubungan ibu dengan keluarga atau orang-orang
disekitar? Ooohh ndak mbak, ndak pernah sampek mengganggu. Saya ndak pernah
bawa permasalahan saya ke orang lain kecuali keluarga saya sendiri. Menurut ibu, apa
yang membuat ibu mampu melewati permasalahan/tekana n yang muncul? Karena
saya masih punya keluarga, saya masih punya anak-anak yang bisa membantu saya,
walaupun saya sudah lama di tinggal suami, sebelum meninggal suami memang sudah
pesan supaya B dijaga, kalo anak-anak yang lain malah ndak dititipi, cuma B aja yang
di pesenin seperti itu. Alhamdulillah saudara-saudara juga banyak yang membantu.
Adakah yang menghambat bu? Saya rasa ndak ada sih mbak, semua ikut membantu,
sekarang B nya juga 129 sudah besar sudah bisa mandiri juga, jadi beban saya juga
sedikit berkurang. Wawancara Subjek Triangulasi Subjek Sr Nama : RN Usia : tahun
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Tidak bekerja Status : Anak Subjek Sr Menurut
mbak, ibu itu sebagai orangtua orangnya kayak gimana? Ibu itu orangnya sabar,
sayang sama anak-anaknya terutama ya sama B ini (menunjuk kearah dalam rumah)
Ibu tu adil nggak sama anak-anaknya? Kalo menurutku sih adil, ndak pernah beda-
bedain anaknya, tapi perhatian besarnya sama B kan dia anak paling terakhir, wong
jarak sama kakakkakanya juga jauh, dia punya kelainan juga pasti ibu lebih
memperhatikan dia. Sebagai anak, mbak R pernah ngerasa cemburu ndak kalo
perhatian ibu lebih besar ke B? Ya ndaklaaah, masak sama adik sendiri aku cemburu
hahaha, kan aku juga tahu keadaan adik kayak gimana. Dia lebih butuh perhatian ibu
daripada aku. Selain dirumah ibu punya kegiatan lain apa? Ndak ada, paling Cuma ikut
pengajian aja. Itu juga ndak sering. Ibu lebih banyak dirumah, ya kecuali kalo ada acara
kayak pengajian apa besuk siapa gitu, tapi ibu suka ikut-ikut acara seminar apa
pertemuan gitu tentang anak-anak yang kayak B gitu, ndak tahu ngapain disana
soalnya aku ndak pernah ikut. Ibu suka cerita-cerita nggak kalo lagi Iya, kadang suka
cerita ke aku kadang sama kakak-kakak juga. 130 punya masalah? Kalo pas cerita gitu
ibu suka sedih nggak? Iya, pernah nangis juga, tapi nangisnya pelan ndak sampek
yang berlebihan gitu. Cuma nangis sedih gitu. Ibu selalu minta solusi nggak kalo habis
cerita? Iya, memang tujuannya ibu cerita ke aku sama sodaraku yang lain kan memang
buat bantuin ibu. Selama aku bisa bantu ibu ya tak bantu, kalo aku sih memang bisanya
bantu tenaga ya, aku dah lama ndak kerja semenjak aku sakit. P3 Menyelesaikan
masalah dengan menggunakan bantuan orang lain. Ibu pernah marah nggak mbak,
marah ke mbak atau ke B gitu? Ya pernah, aku sering ditegur ibu kalo aku marahin B, B
itu kalo pagi kadang susah bangunnya. Lah dia tu kalo malem nonton tv bisa sampek
tenggah malem lho mbak, itu to nonton olga, dia kan ngefans banget sama olga, nonton
tv yang dicari olga terus sampek pengen ketemu olga beneran katanya. Kalo dah gitu
bangunnya nanti kesiangan, kalo pas hari sekolah gitu ya tak bangunin sampek tak
panggil berkali-kali. Aku malah ditegur sama ibu suruh biarin aja “mbok wes`to R, ngko
kan tangi dewe, kamu ki kok senenge gitu lho”, lah ntar kalo dia telat gimana? Ya kan.
Kalo ibu ndak pernah marahin B paling Cuma ngasih tahu aja kalo B salah atau lagi
marah. Tapi ibu ndak pernah marah-marah, mukul aja ndak pernah o mbak. Aku juga
ndak pernah mukul, cuma aku tu orangnya memang cerewet. Cara ngsih tahunya ibu
ke B itu gimana mbak, bisa dijelasin Jadi umpamanya si B itu lagi marah atau lagi sak
enak e dewe gitu to, lhaa ibu itu ngingetin dia tapi ndak marah, 131 nggak? cuma negur
B pelan gitu lho biar B itu nggak semakin marah. Soalnya ibu takut kalo ibu marah-
marahin B itu memang B nya diem aja nggak ngelawan tapi ternyata dia justru jadi
nakalin temennya. Dulu pernah di sekolah temennya itu dipukul sampek ibu di telpon
sama gurunya B. Di rumah juga pernah, tu di masjid, pulang-pulang langsung masuk
kamar naruh sarung langsung ke masjid lagi cepet-cepet gitu, tak tanyain “kenapa
kamu?” nggak di jawab, terus ibu langsung nyuruh aku nyusulin ke masjid eh nggak
tahunya bener dia berantem sama temennya. Makannya sekarang ibu nggak pernah
marahin B lagi, paling cuma ngasih tahu aja. P1 Bersikap hati-hati dalam
menyelesaikan masalah. Susah nggak mbak jagain adek seperti B gini? Ya lumayan
ya, tapi dia tu orangnya nurut. Kalo pas baik ya disuruh apa aja mau, ambil air, ngisi
bak gitu mau, kalo pas baik. Kalo pas nggak mau, cuma disuruh beresin tempat
tidurnya aja dia nggak mau ya nggak mau beneran. Suka ada salah-salah paham
nggak selama jagain B? Dulu pas waktu B masih kecil, pas dia belum lancar
ngomongnya. Aku sama kakak-kakaknya tu suka bingung B itu ngomong apa, kadang
kalo kita nggak ngerti maksutnya yaudah dibiarin aja. G tanya ke ibu atau ibu nggak
kasih tahu maksutnya apa gitu? Ya ibu suka ngasih tahu “ ini artinya gini, adiknya
pengen ini, kalo kayak gitu itu manggil kamu” kayak gitu. Tapi sekarang udah lancar
ngomongnya, semenjak dia sekolah itu dia bisa mangil ibu sama nama kakakkakaknya.
P2 Memberikan pengarahan langsung. 132 Ibu pernah sakit nggak mbak?
Alhamdulillah ndak mbak, yang tak syukurin itu ibu ndak pernah sakit, paling cuma
pusing atau ndak enak badan aja ntar kalo udah tak pijitin apa ibu istirahat gitu ntar
udah segeran lagi. Ndak pernah sampek yang parah gitu atau lama gitu. Aku takut kalo
ibu sakit, padahal keadaanku ya kayak gini. Aku sering banget pingsan mbak, kadang
ndak ngapa-ngapain aja jatuh, kata ibu pas tidur aja aku pernah kejang, tapi aku nggak
ngerasain apaapa. B gampang diatur nggak mbak? Ya lumayan, pokoknya tergantung
dia kalo pas baik itu nyenengin tapi kalo pas ngembek gitu ndak mau dimintain tolong.
Kalo kayak gitu, biasanya ibu gimana? Kalo ibu ndak pernah maksa B buat bantuin,
semaunya dia aja. Paling ibu Cuma ngasih tahu aja “nanti kalo mau, ibu dibantu ambil
air ya buat ngisi bak kamar mandi” gitu, Kalo B nggak mau ya aku yang bantuin ibu. P1
Bersikap hati-hati dalam menghadapi masalah. WAWANCARA VERBATIM SUBJEK III
Nama : W Umur : 49 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen Wawancara I Hari/tanggal wawancara : Jum’at, 10 Januari 2014 133
Pukul : 12.00 – 13.00 Tempat : Rumah Subjek III (Perum Ketileng Indah) Pertanyaan
Jawaban Kode Analisa Selamat siang bu, nama saya Bella, nama ibu siapa? Selamat
siang mbak, saaya ibu W. Usia ibu berapa ya? Usia saya 47 tahun mbak. A1 Usia
subjek sudah 47 tahun. Kalo usianya N berapa bu? N jalan 11 tahun mbak. Ibu
memang aslinya orang sini? Ndak mbak, dulu saya tinggalnya di daerah manyaran,
kami disini baru sekitar 4 tahunan mbak setelah bapaknya pensiun terus kami pindah
kesini. Kebetulan biar N juga dekat dengan sekolahnya kan pas itu kebetulan pas dia
mau masuk sekolah, piker saya yasudah pindah sajalah biar dekat ndak terlalu repot
kalo antar dia. A1 Subjek merupakan penduduk baru di lingkungan tempat tinggalnya
sekarang. Maaf bu, rumah ini rumah ibu sendiri atau ibu mengontrak? Oh ini rumah
sendiri mbak, tadinya rumah ini memang rumah kontrakan tapi kami membelinya dan
kebetulan pemiliknya juga menyetujui mbak. A2 Subjek menempati rumah miliknya.
Selain dirumah ada kegiatan lain diluar bu? Kalo kegiatan rutin setiap hari jam 18.30,
kami sekeluarga pergi ke gereja mbak. Kalo ibu sendiri ada kegiatan lain bu? Kalo saya
ndak sih mbak, jarang pergi saya paling kalo ada kegiatan atau kabar dari gereja aja.
Kalo dulu saya sempat ngelesi mbak, tpi sudah lama waktu N masih kecil, tapi
sekarang sudah ndak lagi semenjak papanya sakit karena habis jatuh dari kendaraan
karena harus pasang pen juga di kakinya, butuh perhatian khusus juga semenjak itu
saya berhenti ngelesi. A1 A2 Subjek adalah seorang ibu rumah tangga. Subjek pernah
bekerja sebagai tentor bimbingan belajar. Kalo bapak kerja apa bu? Bapak itu sudah
lama pensiun, dulunya kerja di perusahaan swasta, karena perusahaannya tutup
makannya bapak pensiun. A2 Suami subjek adalah pensiunan pegawai swasta. Kalo
pendidikan terakhir ibu apa? Saya itu lulusan hukum, sarjana hukum mbak, tapi
memang gelarnya ndak dipakai untuk kerja. A1 Pendidikan terakhir subjek adalah
sarjana hukum. Semasa bapak masih kerja dan ibu masih N dulu saya titipkan di
tetangga mbak, kan keadaan rumah kosong, bapaknya 134 aktif mengajar les N di
jagain siapa bu? kerja, saya ngelesi, kakak-kakanya sekolah semua terus N saya
titipkan ke tetangga sebelah saat masih dirumah lama. Anak tiga yang saya pegang
sendiri itu cuma anak pertama dan kedua karena belum terlalu sibuk ya. Saya ngelesi
itu sudah lama, sebelum N lahirpun saya sudah ngelesi. Ketika N lahir, saya sempet
cuti ngelesi terus N umur 2 tahun saya lanjut ngelesi lagi, bapak sama kakak-kakaknya
juga sibuk masing-masing saya titipkan N sama teangga sebelah. Berhenti ngelesi itu
pas umur N 7 tahun kalo ndak salah. N sudah akrab dengan tetangga ya bu? Sudah, ya
tetangga di rumah lama ya disini dia sudah akrab mbak. Karena kecilnya sudah ikut
tetangga waktu di manyaran jadi dia sudah akrab dengan orang-orang disana, disinipun
dia juga sudah punya temen akrab mbak. Kalo N keluar tiba-tiba ndak ada dirumah
kami sudah tahu N perginya kemana, kalo ndak main di belakang rumah ya paling main
dirumah temennya disana (menunjuk arah). Dia paling deket dengan dua anak itu.
Wawancara II Hari/tanggal wawancara : Minggu, 12 Januari 2014 Pukul : 13.00 – 15.30
Pertanyaan Jawaban Usia pernikahan ibu sudah berjalan brapa tahun bu? Sudah
berjalan 27 tahun mbak. A2 Usia pernikahan subjek berjalan 27 tahun. Dulu kehidupan
awal pernikahannya gimana bu? Baik-baik saja mbak, harmonis, tidak ada masalah
apapun. B1 Kehidupan awal pernikahan subjek tidak mengalami kendala yang berarti.
N anak ke ketiga ya bu, dulu saat tahu hamil N perasaannya ibu gimana? Jadi gini
mbak ceritanya, dulu saat saya hamil N itu saya nggak tahu kalo saya itu hamil. Jadi
setelah punya dua anak niat saya sama bapaknya ya 135 sudah pengen punya dua
anak saja, sudah cukup. Kemudian ikutlah saya program KB, terus saya minum pil.
Seinget saya tu saya ya ndak pernah lupa untuk minum pil. Terus kok suatu hari saya
ngerasa perut saya tu ndak enak, rasanya saya itu selalu laper. Padahal setiap pagi
saya selalu bikin jus buah gitu saya mix gitu to mbak, setiap sudah minum itu saya
sudah merasa sudah kenyang tapi kok itu ndak malah rasanya laper dan agak bikin
mual. Saya periksakan ke dokter, dokternya bilang katanya asam lambung saya yang
kena, saya tanya apa gara -gara saya minum pil KB, kata dokternya itu ndak ada
pengaruhnya terus diberilah saya resep obat untuk asam lambung, saya minum
obatnya setiap hari tapi saya juga masih minum pil KB nya. Setelah saya rasakan kok
bukannya sembuh tapi makin ndak enak saya periksakan lagi ke dokter, lalu dokter
menyarankan kalo cek laborat saja, di cek urinnya gitu mbak. Saya sempet ngeyel
sama dokternya, ndak mungkin to kalo saya hamil orang saya ndak pernah lupa minum
pil KB ko pikir saya gitu. Tapi saya ndak langsung cek laborat mbak. Suatu hari ketika
saya mau ngelesi, saya ngelewati laborat, terus pikir saya ah coba tak cek masak iya
saya hamil, tapi hasilnya positif mbak, saya sampek tanya sama petugasnya apa urin
saya ni nggak ketukar dengan yang lain. Saking ndak percayanya saya cek ke laborat
lain, hasilnya positif juga tapi saya masih ndak percaya. Terus suatu hari ketika ada
acara ulangtahun gereja terus ada es dawet yang pake tape ketan gitu to mbak, saya
makan sampek puas kan saya seneng banget sama tape ketan saya juga lupa sama
hasil laborat waktu itu. Terus pas malemnya perut 136 saya tu rasanya ndak karu
-karuan kayak ada kedut gitu mbak, terus besoknya saya bawa ke dokter kandungan,
terus disana di USG untuk ngecek bener ndak di perut saya ini ada janin, ternyata iya
benar saya hamil dan sudah jalan tiga bulan. Sebenernya saya kaget dan masih antara
percaya atau tidak, ya heran juga kok bisa padahal saya ndak pernah lupa minum pil.
Setelah itu saya konsultasikan ke dokter kandungannya, apa ndak papa kalo sudah
terlanjur telat begini, kata dokternya ndak papa, ndak akan ada maslah begitu, yasudah
saya percaya sama dokternya sat itu. Setelah itu sempet di USG lagi untuk mengecek
kandungan ibu tidak ? Setelah itu ndak pernah saya cek lagi mbak, karena saya sudah
terlanjur percaya sama dokternya, cek USG waktu itukan juga Cuma untuk memastikan
saja saya benar hamil atau ndak, setelah itu ya ndak pernah cek lagi. Karena setelah itu
saya periksanya di bidan sampek saya melahirkan. Saat proses melahirkan ada
kendala nggak bu ? N lahirnya normal karena proses bersalinnya di bidan. Cuma pas
lahirannya itu lama sekali karena plasentanya ndak mau keluar, karena terlalu lama
takut bayi dan ibunya kenapa -kenapa sampai akhirnya saya di rujuk ke rumah sakit,
sampai dirumah sakit ditangani dokter. Berarti tahu kalo N itu DS pas udah lahir ya bu ?
Jadi gini mbak, kami sekeluarga terutama saya dan suami tahu bahwa N itu DS justru
saat usianya 1 tahun. Pas N lahir dokternya ndak bilang kalo N ini kelainan karena dari
fisiknya dia sempurna seperti anak normal lainnya, dia juga nangis waktu lahir, kalo
wajah memang kita ndak lihat itu sebagai kejanggalan pada awalnya, karena ya itu
dokternya juga ndak bilang apa -apa, apa dokternya ndak tahu atau memang ndak
kelihatan saya 137 juga ndak paham mbak. Terus akhirnya ibu tahu kalau N itu DS
darimana bu? Pertama kali tahu itu pas umur N satu tahun dia sering sakit-sakitan terus
saya periksakan ke dokter, baru dari sana dokternya bilang “ibu, sebelummnya maaf,
kalau dilihat dri bentuk wajahnya sepertinya anak ibu ini DS” terus saya tanya “ DS itu
apa?” bilangnya kelainan kromosom, terus dokternya menyarankan untuk dibawa ke
spesialis genetika untuk mengetahui lebih tepatnya N itu benar DS atau tidak. Saat
dokter bilang seperti itu, perasaan ibu gimana? Saya kaget dan ndak percaya, ah
masak N itu kena DS, saya juga ndak pernah tahu DS itu apa. A3 Subjek merasa kaget
dan tidak percaya bahwa anaknya menyandang DS. Ibu jadi membawa N ke spesialis
genetika? Ndak jadi, karena waktu itu pertentangan batin juga mbak, keluarga
menyarankan dibawa saja kesana, tapi pikir saya buat apa kalo dibawa kesana hanya
untuk memastikan N itu DS atau tidak kecuali kalau terus dibawa kesana terus
dokternya bilang “iya” bahwa N itu DS dan dapat obat untuk menyembuhknnya baru
saya mau bawa kesana. Kalo hanya untuk memastikan saja buat apa, nanti malah
buang-buang tenaga dan biaya, kan pastinya tidak murah cek seperti itu mbak. Jadi
akhirnya ibu menerima keadaan N? Sebebernya ya awalnya saya masih belum
percaya, saya kepikiran terus mbak. Saya ingat-ingat semasa saya hamil N, apa ini
kesalahan saya karena dulu saya terlambat menyadari kalo saya hamil malah saya
banyak konsumsi obat saat itu, apa karena tape ketan yang saya makan. Setiap saya
berdoa saya selalu nangis, saya selalu minta maaf ke Tuhan, kalo memang ini
kesalahan saya, saya minta maaf. Tapi lama-lama ya saya menyadari bahwa ini
anugrah dari Tuhan untuk E7, E1 Subjek tidak percaya dengan keadaan anaknya.
Subjek menyalahkan dirinya sendiri 138 saya dan keluarga ya harus saya rawat. Saat
usia berapa ibu hamil N? Pas usia saya 38 tahun mbak. Ibu sempat cari informasi juga
tentang DS? Iya mbak, karena memang keluarga kami sangat awan dengan istilah DS
itu sendiri, kebetulan lingkungan di sekitar kami saat di manyaran juga tidak ada yang
seperti itu. Jadi waktu itu saya tanya-tanya tentang DS ya awalnya pas ketemu dokter
anak yang menyarankan saya ke spesialis genetika itu. Kalo N sakit kan memang saya
selalu priksanya kesana, setiap periksa nanti saya selalu tanya. Saya pernah menemui
psikolog anak juga mbak, tanya-tanya tentang perkembangan anak DS, terus
pantangannya apa saja, gimana cara merawatnya, gitu-gitu mbak. P4 Subjek mencari
informasi pada dokter dan psikolog anak. Share ke orang lain juga nggak ibu? Waktu itu
hanya cerita saja sama keluarga, sama saudara. Tapi semenjak N sekolah terus saya
ketemu ibu-ibu yang punya permasalahn yang sama terus kami saling berbagi cerita
gitu. Dari cerita-cerita gitu kan dapet ilmu juga ya mbak, pas saya mengalami masalah
saat merawat N dan kbetulan pernah ada ibu yang bercerita dengan pengalaman yang
sama terus saya ngikuti apa yang pernah ibu itu lakukan, dan ternyata memang benar.
Itu pernah mbak saya kayak gtu. P4 Subjek menggunakan pengalaman orang lain
untuk menyelesaikan permasalahannya. Kalau suami dan anak-anak ibu yang lain
bagaimana bu? Menerima? Iya mereka menerima, sama mbak seperti saya, awalnya
ya ndak percaya tapi ya tetap kami menerima kondisinya. B3 Keluarga subjek
menerima kondisi N. Kalo dengan keluarga besar gimana bu? Keluarga besar
menerima juga, karena memang dari awal kami kan berkomunikasinya memang
dengan keluarga besar jadi mereka tahu dan menerima, bahkan ikut mendukung. B3
Keluarga besar sujek menerima keadaan N. Perasaan ibu gimana? Ya saya sangat
senang, keluarga bisa memahami konisi N. Saya juga merasa termotovasi. Setelah N
lahir ada Pastinya ada ya mbak, saya pikir di B2 Subjek mengaku 139 perubahan
nggak dalam kehidupan sehari-hari? usia saya yang ndak muda lagi saya tinggal
membesarkan kedua anak saya saja, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain di kasihlah
saya anak satu lagi. Perubahan yang terlalu signifikan sih endak, hanya waktu dia seing
sakitsaakitan memang perhatian saya terpusan ke dia. Tapi saya ndak pernah
menspesialkan dia, walaupun dia lain dari kakak-kakaknya tetap saya perhatikan
semestinya, biar dia juga ndak jadi manja, saya tetep anggep dia seperti anak normal
walaupun ndak semuanya saya perlakukan dia seperti anak normal, tetap ada
beberapa hal yang saya perhatikan khusus tapi tetap tidak berlebihan. E7 perhatiannya
terpusat pada N saat sering sakitsakitan. Subjek menganggap N adalah anak yang
normal. Kalo sama suami dan anak? Ndak ada yang berubah, sama saja mbak. Saya
tetap memperhaatikan dan memperlakukan mereka seperti biasanya. Susah nggak bu
membagi perhatian ke semuanya? Engak sih mbak, tidak ada yang saya perlakukan
khusus. Perhatian saya bagi rata ke semuanya. Kakakkakaknya N kan juga sudah
besarbesra justru mereka juga membantu saya untuk merawat N. Kalo hubungan N
dengan ayah dan kakak-kakanya gimana bu? Biasa saja mbak, seperti hubungan anak
dan adik pada umumnya, tidak ada yang dibeda-bedakan atau di lebih-lebihkan.
Perasaan ibu gimana? Ya senag pastinya, semua orang di rumah sayang sama N,
kakakkakaknya juga saling bantu merawat N Ada kendala nggak bu saat N sama ayah
atau kakakkakaknya? Kendalanya itu kalo kita sedang mengjari N belajar, kayak
mengeja kata gitu to mbak. Terlebih saya sama papanya, cara ngajarnya tu beda. Kalo
papanya ngajarinya ya sama kayak waktu kecilnya dulu, padahal N ini belum bisa betul
mengeja, misalnya kata BACA gitu ya mbak. Kalo papanya ya di eja biasa BA-CA tapi
nanti N nulisnya cuma A-CA jadi huruf depannya itu ndak nyantol, kalo sama saya ya
harus tak tambahin jadi K1 Subjek mengaku saat mengajari N terdapat beberapa
kendala antara N dengan suaminya. 140 EBA-CA nanti dia tahu ditulis BA-CA gitu,
paling trobelnya disitu saja. Kalo beda gitu kan anak jadi sulit memahami. Perasaan ibu
gimana? Ya saya sih ndak papa, ndak terus marah gitu saama papanya. Terus ibu
mengatasi permasalahan itu gimana bu? Ya saya samakan persepsi sama papanya,
kalo ngajaarinnya itu begini, N ndak paham kalo papa ngajarinnya begini jadi di ejanya
harus ditambah huruf vokal dulu di awal huruf bacanya, gitu mbak. Saya samakan
persepsi saja sama paapanya P2 Subjek memberikan pemahaman pada suaminya
secara langsung. Kalo N sendiri paling deket sama siapa bu? Dengan semuanya mbak,
ngak cuma sama saya saja, semua orang rumah dia dekat. N itu orangnya welcome
dengan siapa saja, jadi dia gampang dekat dengan orang lain. Saking dekatnya dengan
kami semua, dia itu sampek hafal apa saja kesukaan kami, padahal saya belum tentu
tahu apa kesukaan kakak-kakaknya. N pernah marah atau nangis nggak bu? Ya pernah
mbak namanya juga anakanak. Kalo nangis/marah gitu waktu apa? Kadang karena
dibercandain kakakkakaknya atau saya bercandain. Sukanya itu bilang “mah aku mirip
ya sama leon” leon itu cucu saya, terus saya bilang “ya ndak to, leon kan hidungnya
mancung kalo N kan pesek” terus dia langsung ngambek gitu hahahaha...kalo nangis tu
kalo dia ngak ada yang ajak main atau temen mainnya lebih milih main sama anak yang
lain. N itu sebenernya orangnya sensitiv sama traumaan, kalo sekali dia udah sakit hati
kayak ndak diajak main gitu besoknya dia ya ndak mau main lagi sama temennya itu.
Jadi susah kadang kalo ajak dia ke acara gereja nanti ada anak yang nggak dia suka
gitu dia ya ndak mau ikut acara gereja itu. Perasa sekali dia itu, anaknya juga sangat
penyayang, dia ndak pernah nakal sama temen-temennya, klo sama anak kecil gitu dia
seneng banget. 141 Kalo seperti itu apa yang ibu lakukan? Ya kalo dia udah ngambek
sama temennya gitu ya saya coba hibur dia “yasudah di rumah aja main sama mama”,
tapi kalo itu acara gereja ya saya bujuk dia, nanti saya anter dia sampek di gereja, saya
tungguin sampek dia merasa PD lagi. P2 Subjek menghibur dan membujuk anaknya
ketika marah. Kalo iri sama kakakkakaknya pernah nggak bu? Kalo itu sih wajar mbak,
namanya juga anak-anak, bukan iri yang bagaimana-bagaimana sih nggak. Paling
kayak rebutan tu lho mbak, kalo kakaknya lagi pegang laptop N pengen main, Kalo
nggak ya rebutan remote tv yang paling sering. Kalo udah gitu, apa yang ibu lakukan?
Ya N nya kadang saya suruh ngalah kadang kakaknya. Kalo laptop gitukan lagi dipake
memang penting, nanti N saya suruh ngalah dulu, terus saya suruh main yang lain dulu
nanti kalo sudah selesai gantian gitu. Ndak sampek jadi keributan besar gitu ndak. Kalo
hubungan ibu dengan keluarga besar gimana? Biasa saja, terjalin dengan baik, tidak
ada masalah apa-apa mbak. C2 Subjek mengaku hubungannya dengan keluarga besar
tidak mengalami kendala. Hubungan N dengan keluarga besar? Baik juga mbak.
Awalnya memperkenalkan N ke keluarga besar gimana bu? Ya langsung saja
dikenalkan, keluarga besar kan juga tahu dari awal perkembangan N bagaimana, kan
saya kalo ada apa-apa juga ceritanya ke keluarga. Jadi mereka tahu semua. Mereka
menerima? Sangat-sangat menerima mbak. Keluarga besar juga membantu ibu dalam
merawat N? Tentunya mbak, keluarga kami memang terbiasa dengan itu. Tidak hanya
mereka ke saaya tapi juga sebaliknya. Kalo ada yang butuh bantuan ya kita saling
membantu semampu kita. Kayak waktu saya sama papanya mau pergi, kebetulan ndak
bisa bawa N dan dirumah sepi, saya titipkan dia ke saudara mana yang bisa di titipi,
gitu. Selama merawat N Saya rasa sih ndak ya mbak, walaupun 142 ada kendala
dalam hal ekonomi ndak bu? saya ndak kerja papanya juga sudah ndak kerja hanya
mengandalkan usaha jual gas LPG saja dirumah. Untuk memenuhi kebutuhan N dan
keluarga ndak susah. N juga ndak pernah sakitsakitan lagi sekarang. Keluarga besar
membantu nggak dalam permasalahan finansial? Ya membantu juga mbak, kalo pas
saya butuh gitu mereka membantu. Saling membantulah mbak. Perasaan ibu gimana?
Ya saya senang , sangat bahagia mempunyai keluarga seperti mereka. Bisa mengerti
keadaan dan sangat membantu sekali. Pertama sekolah saat N umur berapa bu?
Pertama sekolah itu dia umur 5 tahun, karena N terlambat bicaranya, tadinya saya mau
sekolahkan usia 3 tahun tapi tak tunggu-tunggu kok dia belum bisa bicara, sampai usia
5 tahun udah bisa tapi belum lancar tapi tetap saya sekolahkan daripada semakin telat.
Pikir saya yasudahlah masuk TK nya telat nanti masuk SD pas umurnya 7 tahun, kalo
SD negri kan kriterianya usia 7 tahun. Saya sekolahkan N di TK umum. Bisa mengikuti
dengan baik bu? Nah disana kepala sekolahnya bilang kalo N ini DS, karena ndak bisa
mengikuti teman-temannya kepala sekolahnya menyarankan untuk dimasukkan play
group dulu. Perasaan ibu bgaimana? Ya bimbang ya kecewa, sedih juga mbak. Sudah
masuk sekolahnya terlambat malah di suruh masuk play group, tapi yasudah saya
ngikut aja. Dia bisa mengikuti tapi ya porsinya ndak seperti anak yang lain. Barulah
waktu masuk SD, N tak masukan ke SLB daripada nanti dia keteteran. Awalnya ya
pertentangan juga mbak, kepengen saya N itu ya masuk sekolah umum tapi
yasudahlah tak coba saja. K2 P8 Subjek merasa bimbang, sedih dan kecewa. Subjek
merasa pasrah. Sekarang N kelas berapa bu? Dia sekarang di kelas 3 mbak. Kalo cara
memperkenalkan D Ya langsung tak kenalkan saja, berjalan saja seperti biasa mbak.
Saya 143 ke lingkungan sekitar, ke tetangga gitu gimana bu? ndak pernah ngumpet-
ngumpetin dia itu ndak pernah. Kan ada ya keluarga yang seperti itu, tapi saya dan
keluarga ndak pernah seperti itu. Kalo saya keluar ya tak ajak, ada acara apa ya tak
ajak tak kenalkan ke teman-teman saya, tak kenalkan ke semuanya. Mereka menerima
bu? Iya menerima, justru waktu N kecil itu saya titipkan ke tetangga saya mbak.
Dulukan saya masih aktif ngajar les di SMP YSKI, papanya masih kerja, kakak-
kakaknya masih kuliah di rumah ndak ada orang, jadi N saya titipkan ke tetangga
sampek dia umur 7 tahun. B3 Subjek mengaku lingkungan sekitarnya menerima kondisi
anaknya. Selain di sini, pernah nggak N diajak ketempat baru, kayak ke luar kota atau
diajak pergi kemana gitu bu? Pernah mbak, kalo pergi jauh pas dia bisa ikut ya tak ajak.
Kalo saya pergi itu saya selalu nawarin dia “mama mau pergi kesini, N mau ikut atau
dirumah saja?” kalo mau ya dia bilang “ikut mama” kalo ndak ya dirumah sama
kakaknya. Reaksi orang-orang disekitar gimana bu saat melihat keberadaan N? Ada
yang ngelihatin, tapi ada yang cuek saja, tapi kadang saya suka risih kalo ada anak-
anak seumuran dia atau yang lebih kecil terus mereka ramerame pas N lewat mereka
malah bisikbisik terus bilang “ih cacat” sambil nunjuk-nunjuk gitu mbak. K3 Anak subjek
mendapatkan hinaan dari rang disekitarnya. Sampai ada yang bilang begitu bu, ibu
menerima N dibilang seperti itu? Ya jelas endak to mbak, ibu mana yang ndak sakit hati
dengar anaknya dibilang seperti itu. Memang saya menyadari bahwa N tidak normal
tapi ya ndak keras-keras juga suaranya. Kan mending saya ndak denger daripada saya
sakit hati begini. C4 Subjek merasa tidak terima dengan perkataan orang sekitar
mengenai anaknya. lalu apa yang ibu lakukan? Saya sih diem aja mbak, tapi kadang
kalo saya rasa itu sudah keterlaluan ya pas nglewatin dia gitu saya bilang “hush, bilang
apa tadi? Dijaga ya bicaranya” gitu sambil tak lihatin mereka. P2, P6 Subjek menegur
secara langsung, agresi verbal Sewaktu N bayi ada kendala nggak dalam
perkembanggannya? Ada tapi ya ndak banyak mbak. N itu perkembangan fisiknya
bagus, kalo di bandingkan dengan anak-anak DS lain dia itu malah bisa dibilang ndak
ada 144 kendala sama sekali di perkembangan fisiknya. Kan ada anak yang bisa jalan
baru di usia 7 tahun misalnya, ada yang belum bisa makan sendiri, ada yang belum
bisa tegak badannya. Kalo N itu nyaris sempurna mbak, hanya terlambat saja
bicaranya. Entah memang begitu atau karna dulu tak titipkan ke tetangga ya saya ndak
tahu juga. Anak saya tiga yang saya rawat sendiri cuma anak pertama dan kedua,
bukan saya ndak mau ngreawat N ya ndak, karena semua pada sibuk akhirnya
terpaksa N kami titipkan ke tetangga sebelah rumah. Namanya juga diasuh orang lain,
entah N dibiarkan atau ndak pernah diajak ngobrol saya juga ndak tahu. Apa yang ibu
lakukan? Kalo pas saya punya waktu luang, N pelan-pelan tak ajari beberapa suku kata
paling tidak seperti “makan, minum, mandi” gitu dia harus bisa ngomong biar orang tahu
dia pengennya apa. Pengalaman dari pas lihat dia di terapi wicara itu kan mbak sama
aku coba-coba sendiri, kira-kira kalo aku ajarkan dengan begini N bisa mengikuti ndak
ya. Kalo pas ngomong sama dia ya mulut saya tak buka lebarlebar supaya artikulasinya
terlihat jelas, supaya dia juga paham. P1 Subjek melatih anaknya untuk berbicara
berdasarka pengalaman yang dilihatnya saat anaknya mengikuti terapi wicara dan
mencoba metode pelatihan yang dibuatnya sendiri. Perasaan ibu gimana? Ya sedih
mbak, karena pengaruhnya itu sama dia masuk sekolah. Saya sekolahkan dia umur 5
tahun kan karena bicaranya belum lancar, niatnya masuk TK eh malah jadi playgroup,
makin sedihlah saya mbak. K2 Subjek meara sedih karena tidak ada perkembangan
bicara pada sang anak. Di ikutkan terapi juga nggak bu? Iya, dulu saya ikutkan dia
terapi wicara mbak. Tapi ndak ada perkembangan, dasarnya ank begini kan dia mood-
moodan ya, kadang semangat kadang ndak mau, dia itu sebebernya cepet bisa tapi
sama terapisnya itu diulang terus diulang terus mungkin dia bosen ya kok pelajaran
yang di kasih itu-itu saja, 145 terus akhirnya kok ndak ada perkembangan. Saya
terapikan wicara itu dua kali mbak, tapi sama saja hasilnya. Perasaan ibu gimana?
Sedih ya mbak pastinya, sudah terapi sana sini tapi ndak ada hasil. Ya akhirnya pelan-
pelan saja saya ajari dia kata per kata. Saya belikan cd membaca juga mbak, kan nanti
dia bisa mendngarkan dan melihat gambarnya, justru dia malah seneng belajar dari
situ, cepet nangkepnya juga. Merawat anak DS kan bisa dibilang lebih susah dibanding
merawat anak normal, bisa diceritakan permasalahan apa saja yang ibu alami selama
merawat N? Sebenarnya kalo dibilang susah sih ndak terlalu mbak. N itu menurut saya
ndak merepotkan, ini bukannya saya ndak mau cerita atau bagaimana, ini memang
berdasarkan pengalaman saya selama merawat N. Menurut saya dia memang ndak
merepotkan, saya memperlakukan dia itu seperti anakanak saya yang lain, ndak saya
lebihlebihkan dan ndak saya kurangkurangi. Kalo dia salah dan harus di kasih tahu ya
saya kasih tahu kalo harus di pukul ya saya pukul ndak pernah saya manjakan dia,
karena saya mandang dia bukan sebagai anak yang kurang. Kalau kendala cuma di
perkembangan bicaranya itu tadi, sampai sekarangpun artikulasinya memang belum
jelas, bicaranya memang sudah lancar, bisa memahami semua kalimat cuma
artikulsinya saja yang kurang jelas, kalo pas ngomongnya cepet tu kayak di seret tu lho
mbak jadi kadang saya ndak tahu aa yang dibicarakan. P2,P6, E7 Subjek menegur dan
memukul anaknya ketika beruat salah, subjek menganggap seolah-olah anaknya tidak
mengalami keterbelakangan. Ada permasalahan yang sampai membuat ibu merasa
tertekan ndak? Ndak ada itu mbak, ndak pernah ada permsalahan yang sampek berat
sekali gitu kok. Pernah punya pengalaman yang kurang menyenangkan Pernah, tapi
sebenarnya ini bukan pengaalaman saya pribadi, ini pengalamannya N cuma saya
melihat secara langsung jadi saya juga ikut 146 nggak bu? Bisa diceritakan?
merasakan. N itukan orangnya sensitif, kalo dia sekali diperlakukan yang dia ndak suka
untuk seterusnya dia nggak akan mau melakukannya lagi. Sering kali N itu ndak
dianggap keberadaanya sama beberapa teman mainnya, misalnya N sedang asik main
sama satu temannya nanti ada satu anak lagi gabung main, nanti dua anak itu malah
asik main sendiri dan N malah ditinggal. Hal seperti itu sering sekali terjadi dan saya
pernah lihat sendiri di depan mata saya, anak saya dibiarkan dan ndak diajak main lagi.
Kalo sudah dicuekin gitu sama temannya dia langsung nyamperin saya sama mukanya
sedih gitu, sayatanya “kenapa wuk?” “nggak papa” terus diem, “sana main sama
temennya” diem aja cuma lihatin temennya main. Perasaan ibu gimana, saat melihat N
diperlakukan seperti itu? Hati saya tu nggregel mbak, sedih sekali lihat anak saya
diabaikan gitu sama teman-temannya, pengen marah kok mereka ya anak-anak.
Jengkel mbaak rasanya, kadang saya tu sampek nangis kalo tahu anak saya
dibegitukan. Tapi ya ndak ada yang tahu kalo saya nangis gitu. K2 Subjek merasa
sedih, marah dan jengkel terhadap perlakuan yang diterima anaknya. Lalu apa yang ibu
lakukan untuk mengatasi rasa sedih ibu? Kadang saya cerita ke papanya, kadang saya
cerita ke sepupu terdekat saya, saya ceritakan semua keluh kesah saya mbak, saya
ceritakan kesedihan saya ke mereka. Apa yang ibu rasakan setelah bercerita? Ya
lumayan lega mbak, kalo semua unek-unek bisa keluar itu rasanya kan plong ya.
Apalagi kan ceritanya ke orang yang benar-benar dekat dengan kita jadi juga tahu apa
yang saya rasakan. Nanti pasti mereka memberikan motivasi lagi untuk saya,
memberikan arahan bagaimana saya harus bersikap, seperti itu mbak. P3 Subjek
mendapatkan arahan untuk menyelesaikan permasalahannya. Kenapa ibu memilih cara
itu? Hanya itu yang membuat hati dan pikiran saya merasa tenang mbak, saya ndak
bisa kalo nyimpen unek-unek 147 sendiri, kalo bisa dibagi sama orang lain kan enak,
apalagi dapat solusi yang berguna untuk kedepannya mbak. Apakah ada hal lain yang
ibu lakukan selain bercerita ke orang terdekat ibu? Selain itu saya lebih mendekatkan
diri saja sama Tuhan, banyak bedoa, baca alkitab, ikut kegiatan gereja, atau kadang
saya pergi berkumpul degan teman-teman gereja. Kalo sedang sama mereka bukan
permasalahan yang saya alami yang saya ceritakan ke mereka tapi lebih ke hal-hal lain
yang sekiranya bisa membuat saya lupa sejenak dengan masalah yang sedang saya
alami. E3 P7 Subjek mendekatkan diri pada Tuhan. Subjek mencari kesenangan
dengan berkumpul bersama teman-temannya. Saat merasa sedih seperti itu apakah ibu
pernah samapi sakit atau nafsu makan berkurang? Kalo sakit sih ndak ya mbak, cuma
sakit hati saja hehehe. Nafsu makan juga ndak sampek berkurang kok. Hal itu apakah
sampai mengganggu hubungan ibu dengan keluarga atau orang-orang disekitar? Ndak
sih mbak, nggak sampai mengganggu. Saya ndak pernah marah sama mereka yang
menyakiti anak saya, saya jengkel ya sebatas saya pendam saja ndak sampek yang
saya marahi anak-anaknya gitu ndak. Kecuali kalo N disakiti secara fisik gitu, jangan
harap saya diam saja. E6 Subjek memendam kemarahannya. Menurut ibu, apa yang
membuat ibu mampu melewati permasalahan yang muncul? Saya masih punya
keluarga mbak, hal seperti apapun jika kita bicarakan dengan keluarga pasti ada jalan
keluarnya. Kalo ada permasalahan apapun saya larinya langsung ke keluarga mbak
karena mereka bisa memberikan motivasi pada saya, mereka yang bisa mengingatkan
saya kalo saya salah, mereka yang bisa membimbing saya Ada nggak yang mencoba
menghambat? Ndak ada ya mbak, kalo keluarga itu semuanya mendukung dan
memberikan semangat. 148 Wawancara Subjek Triangulasi Subjek W Nama : AN
Usia : 27 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Tidak bekerja Status : Anak
Subjek W Menurut mbak, ibu itu sebagai orangtua orangnya kayak gimana? Mama itu
orangnya teges, ya keras juga jadi kesannya galak. Adil nggak sama anak-anaknya?
Kalo menurutku, mama udah adil, mama nggak pernah beda-bedain anak-anaknya.
Sama N yang dibilang punya keterbatasan aja mama ndak mau manjain, bukan terus
nggak peduli tapi kalo tak lihat mama ndak mau N itu seperti bergantung sama mama
gitu, diajarin mandiri sama mama. Ibu pernah memaksakan sesuatu sama N ndak,
misalnya N harus bisa kerjakan PRnya sendiri pokoknya harus bisa, gitu? Kalo kayak
PR gitu memang awalnya mama ngajarin N untuk ngerjain sendiri dulu sampek mana
dia itu bisanya, kalo N mulai ada kesulitan baru di bantu. Kan mama memang tentor
bimbel ya dulu jadi kalo ngajarin anak-anaknya belajar gitu, kalo ada kesulitan baru
tanya ke mama. Ibu pernah punya keinginan untuk sekolahkan N ke sekolah umum
ndak? Dulu pernah waktu jaman mau masuk sekolah pertama kali, mama tu pengennya
N langsung masuk TK nggak usah lewat playgroup karena umurnya N juga udah besar
udah panteslah masuk TK, dulu tu karena N telat ngomongnya jadi dia juga terlambat
masuk sekolah. Awalnya mama sempet binggung mau dimasukkan ke TK biasa atau
TK 149 untuk anak-anak berkebutuhan, tapi mama bersikeras untuk masukan N ke TK
biasa karena pertimbangan umurnya N tadi pikir mama begitu. Sebulan dua bulan
nggak ada masalah tapi selanjutnya ternyata N ndak bisa ngikuti pelajaran, dia
keteteran sendiri, dari pihak sekolahnya minta supaya N masuk playgroup aja dulu.
Mama sempet nolak tetep pengennya N lanjut disitu kalo nggak ya dipindahkan ke TK
lain yang mau. Trus ya kami sekeluarga coba kasih pengertian ke mama, kan kami
takut kalo N nggak mampu ngimbangin temen-temennya ntar malah dia nggak mau
sekolah. Akhirnya mama pasrah, nurut apa yang papa bilang akhirnya N dimasukkan ke
sekolah luar biasa. E7 E7 P8 Memaksakan kehendak dengan tidak memikirkan kodisi
anaknya. Memaksakan kehendak, menganggap anaknya mampu. Menyelesaikan
masalah dengan bersikap pasrah. N kalo di rumah paling deket sama siapa mbak?
Sama semuanya dia deket, tapi kalo apa-apa yang pertama dicari pasti mama. Kalo
perhatian ibu ke N pernah bikin mbak ngerasa cemburu ndak? Endak, aku sih ndak
pernah cemburu. Tapi mama memang ndak pernah menspesialkan salah satu diantara
kami bertiga. Tapi memang perhatian mama besar ke N, toh jarak aku sama adikku
cowok sama N kan jauh. Dulu mama tu nggak nyangka kalo punya anak lagi,
sebebernya kan mama ikut program KB tapi pas diperiksain ke dokter ternyata bener
mama hamil lagi dan tahunya juga telat. Selain dirumah ibu punya kegiatan lain apa?
Kegiatan rutin gereja paling, mama aktif banget kalo di gereja. Jadi setiap ada
pertemuan gereja mama pasti ikut. Ibu suka cerita-cerita Iya, kan aku anak pertama ya,
cewek 150 ke mbak nggak kalo lagi punya masalah? pula, sekarang juga masih tinggal
di rumah mama. Mama suka cerita-cerita sama aku kayak curhat gitu lho, cerita
macem-macem. Nanti kalo misalnya mama butuh solusi, aku coba kasih saran gitu ke
mama. Mesti kan mama nanya “enaknya gimana ya wuk?” selama aku bisa kasih solusi
ya aku bantu mama. P3 Menyelesaikan masalah dengan menggunakan saran dari
orang lain. Kalo pas cerita gitu ibu suka sedih nggak? Kadang-kadang sih iya,
tergantung yang diceritain apa. Tapi mama tu ndak pernah nangis di depan aku, Cuma
kelihatan sedih aja Tadi kata mbak kan ibu orangnya keras, kalo pas marah sama anak-
anaknya gitu gimana? Mama itu kalo udah marah ya langsung diungkapkan, misalnya
ada yang salah entah aku, atau anak-anak yang lain mama langsung negur kami. Kalo
marah sama N gimana? Ya sama aja, kalo N bikin salah ya pasti dimarahi mama, kalo
ndak bisa dibilangin dicubit ya dicubit, dipukul ya dipukul. Ndak Cuma sama aku atau
kakaknya yang cowok ke N pun juga gitu. Ya itu tadi mama nggak pernah beda-bedain
kami. P6 Menyelesaikan masalah dengan mencubit dan memukul. Mbak juga bantu ibu
buat jagain N? Iya dong, pasti, semua orang dirumah berperan buat momong si N.
Susah nggak mbak jagain adek seperti N? Lumayan sih ya, awal-awalnya. Dulu waktu
kecil N itu gampang sakit, dikitdikit kena sakit, sebentar-bentar ke dokter kami sampek
panik, ini anak kenapa. Kan awalnya kita ndak tahu kalo N ini keterbelakangan, tahunya
setelah dia umur satu tahunan kalo ndak salah. Tapi dia itu orangnya nurut, mau
dengerin, mau ngertiin 151 keadaan, kalo nakal ya namanya anak kecil ya gitu, kalo
sekarang dia udah bisa mandiri, bisa bantu-bantuin, malah dia tu sukanya bantuin gitu,
ya nyapu, kalo lagi masak pengennya juga bantuin tapi kami yang khawatir ntar kan dia
belum sepenuhnya paham, takutnya kalo megang pisau malah motong yang lain
hahaha. Suka ada salah-salah paham nggak selama jagain N? Endak sih ya, paling tu
suka rebutan laptop apa remot tv gitu. Kalo pas aku lagi make laptop N suka ngributi
pengen pinjem buat mainan, kalo di bilang nanti gitu dia g maun denger. Kalo udah gitu
gimana? Paling mama yang negur, kalo aku kan make laptopnya penting, N yang mesti
ngributin pengen mainan. Kalo nggak bisa di bilangin ya mama mesti langsung marah,
terus nyuruh N mainan yang lain dulu. P2 Menyelesaikan masalah dengan member
teguran. Ibu pernah sakit nggak mbak? Sakit parah puji Tuhan ndak, jangan sampeklah
kalo bisa. Paling kecapekan aja, seringnya bilang “duh pegel, kok badane mama
rasanya ndak enak ya” gitu. Terus biasanya ibu ngapain kalo nggak enak badan?
Dibuat rebahan, istirahat tiduran gitu. Mama kalo lagi ndak enak badan gitu bilang
“mama tak tiduran dulu ya, nanti kalo ada tamu apa orang beli gas minta tolong ya”. P7
Menghindari masalah dengan tidur. Kalo udah istirahat, sudah merasa baikan? Iya,
kelihatan seger lagi. Kalo nggak ada acara gitu waktu luangnya mama sering dipake
buat istirahat atau nemeni anakku.

Anda mungkin juga menyukai