Anda di halaman 1dari 2

Preparasi Ekstraksi Curcumin

1. Sampel rimpang kunyit dibersihkan dari pengotor lalu ditiriskan dan dipotong kecil-kecil
2. Dikeringkan pada temperature 55 0C selama 4 hari.
3. Hasil pengeringan digiling sampai berbentuk serbuk.
4. 200 gram serbuk dimaserasi dengan 400ml pelarut (etanol 80%), selama 24 jam atau kalau di .
5. Diuapkan dgn rotary evaporatr hingga menjadi ekstrak kental

Pembuatan larutan uji

1. Dimasukkan ekstrak ke silica gel, fase gerak pake etanol air 70:30,
2. Tetesan ditampung setiap 5 ml hingga didapatkan beberapa fraksi
3. Setiap fraksi di analisis secara KLT

Cara memastikan bahwa fraksi tsb adalah kurkumin dengan menggunakan KCKT Shimatzu :

- Fraksi hasil KLT yang memiliki senyawa kurkumin yang baik difraksinasi menggunakan KCKT
Shimatzu menggunakan kolom C18
- Fase alir berupa methanol-air dengan berbagai perbandingan dan laju alir 1 ml/mnt
- Detector uv panjang gel 280-500 nm dan Volume injeksi 20 mikro liter
- Lalu terlihat puncak terpisah, bandingkan setiap puncak yang terpisah dengan standar kurkumin.

Preparasi Ekstrak kumis kucing


1. Daun segar kumis kucing, dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil, dan dikeringkan.
2. Digiling sampai menjadi serbuk.
3. Sebanyak 200 gram daun kumis kucing tersebut dimaserasi dengn 1,33 Lmethanol:air
(50:50) selama 12 jam dengan dua kali pengulangan.
4. Diuapkan dengan rotary evaporator selama 30 menit pada suhu 40 0C sampai pelarut tidak
lagi tersisa. Dan didapatkan ekstrak kental.
5. Ekstrak kental yang diperoleh difraksinasi dengan methanol:air (1:3)

Isolasi dan pemurnian

1. Fraksinasi ekstrak daun kumis kucing dengan menggunakan larutan butanol: air (1:3)
2. Akan menghasilkan dua lapisan yang terpisah, lalu kedua lapisan dianalisa secara KLT.
3. Akan diperoleh lapisan bawah adalah senyawa murni yang mengandung sinensetin.
4. Pemurnian sinensetin diteruskan dengan kromatografi kolom.
Penelitian ini dilakukan dengan metode evaluasi inhibisi udem pada telapak kaki tikus jenis
wistar yang terbentuk akibat induksi karagen

Dalam penelitian ini digunakan tikus dengan berat badan antara 250-300 gram. Tikus-tikus ini
diaklimatisasi selama satu minggu pada suhu kamar, diberi makanan berupa pelet dan air minum
secukupnya. Tikus dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu satu kelompok sebagai kontrol
dan empat kelompok lagi diberi bahan uji berupa ekstrak dengan dosis (100,250,500 dan 1000)
mg/kg dan satu kelompok sebagai pembanding. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor
tikus. Tikus dipuasakan makan selama 18 jam sebelum percobaan dimulai (air minum tetap
diberi secukupnya). Sebelum hewan diberi bahan uji volume kaki tikus diukur menggunakan alat
pletismometer sebagai volume awal (Vo). Pada kelompok kontrol diberikan suspensi CMC
0,5%, kelompok pembanding diberikan suspensi asetosal dengan dosis 200 mg/kg dalam CMC
0,5%, kelompok uji masing – masing diberikan ekstrak dengan dosis 100 mg/kg, 250 mg/kg, 500
mg/kg dan 1000 mg/kg. semua perlakuan diberikan melalui oral dengan volume 1% berat badan.
Satu jam kemudian kepada semua tikus diberikan suntikan suspensi karagen 1% pada telapak
kaki tikus secara intrakutan. Kemudian volume kaki diukur lagi setiap satu jam selama 6 jam
sebagai volume akhir (Vt). Setiap kelompok tikus dihitung presentasi inhibisi udem rata-rata
untuk setiap dosis zat uji dengan rumus. (Lauren, 1964; Turner,1964):

% inhibisi radang = x 100 %

a = volume udem pada kelompok hewan kontrol

b= volume udem pada kelompok hewan uji

(Erlina Rustam, Indah Atmasari dan Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit
(Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Wistar. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,
Vol 12 no 2 2007

Anda mungkin juga menyukai