Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Dismenorea

Menurut WHO angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%.
Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang
tersiksa oleh dismenore. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita
mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation
And Environmental Medicine, 2008).

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya
terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti,
& Fauziah, 2012) bisa juga berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke
punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan neurologis
seperti kelemahan. Permasalahan dismenore adalah permasalahan yang sering
dikeluhkan saat wanita datang ke dokter atau tenaga kesehatan yang berkaitan
dengan haid. Kondisi ini akan bertambah parah apabila disertai dengan kondisi
psikis yang tidak stabil. Terlebih lagi di kalangan wanita yang bekerja dan harus
tetap masuk kerja dalam kondisi kesakitan (Anurogo & Wulandari, 2011). Meski
kebanyakan nyeri haid dapat hilang dengan sendirinya, tetapi jika berlangsung
sepanjang hari, akan mengganggu aktivitas (Oktavia,2016).

B. Pembagian Klinis Dismenorea

Disminore menurut Ana, 2007:I.G.B Manuaba (2009) yaitu:

1. Ringan

Disminorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat


melakukan aktifitas sehari-hari tanpa memerlukan pengobatan.
2. Sedang

Disminorea inimembuat klien obat penghilang rasa nyeri, dan kondisi


penderita masih dapat beraktivitas.

3. Berat

Disminore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapahari dan


dapat disertai dengan sakit kepala, kemeng pinggang, diare,dan rasa sakit
perut.

C. Klasifikasi Disminore

Disminore dikelompokkan menjad:

1. Disminore dikelompokkan menjadi:

Disminore yang esensial, intrinsik dan idiopatik. Disminore ini tidak


berhubungan dengan kelainan ginekologi

2. Disminore sekunder

Disminore yang ekstrinsik, diperoleh, acquired. Dihubungkan dengan


penyakit ginekologi seperti endometriosis, neoplasma uterus, infeksi pelvis,
danlain-lain.

D. Etiologi

Walaupun frekuensi disminore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama
dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan
denganmemuaskan. Namun demikian faktor-faktor berikut dapat diduga sebagi
penyebab disminore:
1. Faktor Psikis

Keluhan disminore ini banyak terjadi pada perempuan yang berjiwa labil dan
yang mengalami konflik pada kehidupan seksualnya, serta mengalami trauma
pada pertama kali menarche.

2. Faktor ovulasi

Pada saat ovulasi, hormon estrogen dan progesteron terdapat jumlah yang
banyak diduga, hormon esterogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi
uterus secara estogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus
secara berlebihan, sedangkan hormon progesteron bersifat menghambatnya.
Adanya peningkatan kontraksi secara berlebihan inilah yangmenyababkan
adanya rasa nyeri, tetapi teori ini dapat menerangkan fakta mengapa
tidaktimbul rasa nyeri pada perdarahan fungsional anovulator yang biasanya
bersamaan dengan kadar estrogen berlebihan tanpa adanya progesteron

3. Kerja Prostaglandin

Prostaglandin yaitu zat seperti hormon yang menyebabkan otot-otot uterus


berkontraksi sebagai faktor utama penyebab disminore. Dibawah pengaruh
progesteron selamafase luteal darisiklus menstruasi terjadipengeluaran
Prostaglandin F2Alfa yang mencapai pucaknya pada saat menstruasi.
Prostaglandin ini menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan
menyebabkan vasoplasma dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya
iskemia dankram pada abdomen bagian bawah.

4. Mengkonsumsi obat penenang atau tablet penyegar, hal ini juga dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya disminore.
E. Manifestasi klinis

1. Disminore primer

a. Usia lebih muda

b. Timbul setelah menarche dan setelah terjadinya siklus haid teratur.

c. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus.

d. Nyeri timbul pada hari pertama dan kedua haid.

e. Tidak dijumpai keadaan patologik palvix

f. Biasanya mulai pada saat siklus lelah menjadi ovulasi dalam tahun-
tahun pertama permulaan usia reproduktif dan siklus regular.

g. Pemeriksaan pelvix normal.

h. Sering terjadi mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala, perasaan
cemas dan tegang

1. Disminore sekunder

a. Usia lebih tua

b. Nyeri haid yang baru timbul satu tahun atau lebih sesudah haid
pertama.

c. Nyeri sering terasa terus menerus

d. Nyeri dimulai saathaid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya


darah.

e. Berhubungan dengan pelvix

f. Sering kali memerlukan tindakan operatif terdapat dalam kelainan


pelvix.
1. Pengetahuan

b. Pengertian
1) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagiannya (Notoatmodjo, 2010).
2) Pengetahuan adalah sebagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang blum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
sesorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa dan aroma masakan tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
c. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2010), ada 6 tingkat pengetahuan antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterperstasikan secara benar tentang obyek yang diketahui
tersebut.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila sesorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, dan mencari hubungan antara kompenen-kompenen yang
terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan atau mengelompokan, membuat
diagram terhadap pengetahuan atas obyek trsebut pengetahuan atas
obyek tersebut.
5) Siamosis (syamosis)
Siamosis menunjukan kepada suatu kemampuan sesorang untuk
merangkum dalam suatu hubungan yang logis dari kompenen-kompenen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, siamosis adalah suatu
kemampuan seseorang untuk menyusun komunikasi baru kemampuan
seseorang untuk menyusun komunikasi baru dari komunikasi-komunikasi
yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu obyek tertentu. Penelitian ini
dengan sendirianya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Nursalam
(2004), antara lain :
1) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menujang
kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan berhubungan dengan
ekonomi. Semakin ekonomi meningkat maka semakin mendukung
tingginya tingkat pendidikan sesorang dan bertambahnya tingkat
pengetahuan.
4) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang akan
menambah ingkat pengetahuan. Lingkungan sosial akan mendukung
tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi berkaitan dengan
pendidikan. Apabila sosial ekonomi baik maka tingkat pendidikan juga
tinggi oleh peningkatan pengetahuan.

5) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang,
meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya, Tv, radio,
atau surat kabar maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang
6) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang tidak selalu berwujud suatu hal yang
pernah dialami seseorang, bias berasal dari mendengar atau melihat.

2. Pengertian perilaku

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang


sebagai hasil bersama atau resultan antara berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor external ( Notoadmojo, 2003 ). Menurut skinner
( 1938 ), seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
( Notoatmojo, 2003 ), sedangkan menurut robert Kwick ( 1974 ) menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
dinikmati dan bahkan dapat dipelajari ( Notoatmodjo, 2003 ).

a. Bentuk perilaku
Bentuk perilaku menurut Notoatmodjo ( 2003 ) sebagai berikut.
1. Bentuk pasif
Berntuk pasif merupakan respons internal, yaitu terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap lain , dan pengetahuan
2. Bentuk aktif
Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.

c. Prosedur pembentukan perilaku


Prosedur pembentukan perilaku menurut Skinner antara lain sebagai berikut.
1. Melakukan identifikasi tentang hal- hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah- hadiah atau reward bagi perilaku yang dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dihendaki. Kemudian komponen-
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju
kepada terbentukanya perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen– komponen itu sebagai
tujuan- tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk
masing- masing komponen.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang tersusun tersebut. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, hadiahnya diberikan sehingga mengakibatkan komponen atau
perilaku ini telah terbentuk, kemudian komponen ( perilaku ) yang kedua
yang telahdiberi hadiah ( komponen pertama tidak memerlukan hadiah
lagi ) demikan berulang- ulang, sampai komponen kedua terbentuk.
Setelah itu, dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan
selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk
( Notoatmodjo, 2003 )

d. Faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut Green ( 1980 ) dalam Notoatmojo ( 2003 ) perilaku dipengaruhi oleh
tiga faktor, sebagai berikut :
1. Faktor Perdisposisi ( Predisposing Factors )
Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan
kepercayaaan masyarakat, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, dan lingkungan sosial.
2. Faktor Pendukung ( enabling factors )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas bagi
masyarakat.
3. Faktor pendorong ( reinforcing factors )
Fakta ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh
agama, sikap, dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
e. Domain Perilaku
Faktor- faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut domain perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi
dua, sebgai berikut.
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan , yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,


sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseoramg.

Dengan perkataan lain, perilaku manusia sangatlah kompleks dan


mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom ( 1908)
seseorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku manusiakedalam
tiga domian, ranah, atau kawasan, yakni : a) kognitif (cognitif ), b) afektif
(affective), c) psikomotor ( psyhomotor )

3. Sikap
Merupakan konsep paling penting dalam psikologis sosial.
Konsep tentang sikap diri telah melahirkan berbagai macam pengertian
diantara para ahli psikologi. Pembahasan berkaitan dengan psikologis sosial
hampir selalu menyertakan unsur sikap baik setiap individu atau kelompok
sebagai salah satu bagian pembahasannya. Sikap pada awalnya diartikan
sebagai unsur untuk munculnya suatu tindakan dan cenderung merupakan
tingkah laku. Mengenai definisi sikap, banyak ahli yang mengemukakannya
sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Definisi sikap menurut
Triandis dalam Slameto (2003:88) adalah “sikap mengandung tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku.”
Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012:5)
“sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseroang terhadap sutatu aspek
di lingkungan sekitarnya”.
Sedangkan menurut Harlen dalam 11 Djaali (2006) “sikap adalah
kesiapan atau kecendrungan seseorang untuk bertindak berkenaan dengan
objek tertentu.” Definisi-definisi sikap yang telah dijelaskan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sikap merupakan keadaan
sikap, bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang terjadi,
serta bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan
emosional terhadap objek, baik berupa orang, lembaga atau persoalan
tertentu yang didalamnya terdapat tiga komponen, yaitu komponen kognitif,
komponen afektif, serta komponen tingkah laku.
Sikap juga dapat mempengaruhi keadaan seseorang untuk memilih
sesuatu yang dianggapnya benar, disaat ia dihadapkan di pilihan yang benar
dan salah, karena sikap merupakan keadaan emosional seseorang. b. Unsur-
Unsur Sikap Sikap mengandung unsur-unsur, yaitu: a. Adanya objek: tanpa
adanya objek sikap tidak akan terbentuk. b. Bentuk sikap berupa pandangan,
perasaan, kecenderungan untuk bertindak (respon terhadap objek). c. Tanpa
adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya objek, begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, unsur yang terdapat dalam sikap
ini merupakan hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri. Karna unsur
merupakan hal terpenting dalam pembentuk sikap, baik itu sikap positif atau
negatif. 12 c. Struktur Sikap Menurut Saifuddin Azwar (2012:23) struktur sikap
terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu : 1. Komponen
Kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. 2. Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. 3. Komponen Prilaku/Konatif Komponen prilaku
atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana prilaku atau
kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu
jalinan atau suatu kesatuan dari berbagai komponen yang bersifat evaluasi.
Langkah pertama adalah keyakinan, pengetahuan, dan pengamatan. Kedua,
perasaan atau feeling. Ketiga, kecenderungan individu untuk melakukan atau
bertindak. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan yang sangat erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya merupakan suatu sistem
yang menetap pada diri individu yang dapat menjelmakan suatu penilaian
positif atau negatif.
Penilaian tersebut disertai dengan perasaan tertentu yang mengarah
pada kecenderungan yang setuju (pro) dan tidak setuju (kontra). 13 Ketiga
komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui kognisi atau
perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka akan dapat
diketahui pula kecenderungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya
tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan
sikap. Dan ketiga komponen dari sikap menyangkut kecenderungan
berperilaku. Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap
seseorang menentukan perilakunya. Tetapi, lambat laun disadari banyak
kejadian dimana perilaku tidak didasarkan pada sikap. d. Bentuk Sikap
Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan
sikap negatif, yaitu: 1. Sikap positif Merupakan perwujudan nyata dari
intensitas perasaan yang memperhatikan hal-hal yang positif.
Suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif daripada
kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan
daripada keputusasaan. Sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk
selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan sikap
yang positif, seseorang tidak hanya mengekspresikannya hanya melalui
wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa
dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah. 2. Sikap negatif Sikap
negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan
diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka 14 yang muram, sedih,
suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang
menunjjukan ketidakramahan, ketidak mentenangkan, dan tidak memiliki
kepercayaan diri.

4. Penanganan dismenore

Penerangan dan istirahat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang


tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan
diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita.
Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau
takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat- nasihat mengenai
makanan sehat, istitahat yang cukup dan olahraga mungkin berguna.
Kadang- kadang diperlukan psikoterapi.

Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat- obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi


aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat- obat paten yang beredar dipasaran ialah
antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat


sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar disminorea primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan
ini dapat dicapai dengan pemberian slah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi

Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin memegang peranan yang


makin penting terhadap disminorea primer. Termasuk di sini indometasin,
ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari
pertama haid.

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan karena memudahkan


pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi
prasakral ( pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf
pusat ) ditambah dengan neurektomi ovarial ( pemotongan urat saraf
sensonik yang ada di ligamentum infundibulum ) merupakan tindakan akhir,
apabila usaha- usaha lain gagal.

Mengompres dengan suhu panas

Mengompres dengan air hangat pada bagian yang terasa kram ( bisa diperut
atau pinggang bagian belakang ). Gunakan bantal pemanas, kompres
handuk, atau botol berisi air panas ( hangat ). Suhu panas diketahui bisa
meminimalkan keteganagan otot. Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan
berangsur hilang. ( Laila, 2011 )

Minum minuman hangat

Minum minuman hangat juga berkhasiat untuk mengurangi sakit pada saat
menstruasi. Sebab, minuman hangat dapat memberikan sensasi
menghangatkan tubuh. Suhu panas yang diberikan mampu meminimalkan
otot yang berkontraksi agar lebih rileks. ( Laila, 2011 )

2. Konsep Aktivitas Belajar

a. Pengertian

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi
belajar- mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi
pada pandangan ilmu jiwa. Yakni menurut pandangan ilmu, jiwa lama dan ilmu
jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh dosen
pengajar sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi
oleh mahasiswa.

Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya


mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, merupakan bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap. Oleh karena itu untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan aktivitas yang baik dalam belajar.
Aktivitas belajar yang baik dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh mahasiswa dalam mencapai hasil belajar.

Berbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan adalah prinsip belajar.
Ada atau tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas. Tanpa ada
aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam interaksi belajar-mengajar
aktivitas merupakan prinsip yang penting. Tidak ada belajar kalu tidak ada
aktivitas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian aktivitas belajar
merupakan proses kegiatan individu baik fisik maupun non yang saling berkaitan
sehingga tercipta belajar yang optimal.

b. Jenis- jenis aktivitas belajar

Adapun jenis- jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul
( sardiman, 2011 ) yang harus dilakukan dengan baik oleh siswa untuk mencapai
tujuan belajar yang maksimal diantaranya adalah sebagai sebagai berikut :

1) Visual activities, yaitu kegiatan membaca jurnal dan buku, memperhatikan


gambar demonstrasi percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, yaitu kegiatan yang dilakukan seperti merumuskan,
bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, dan intruksi
3) Listening activities yaitu kegitan mendengarkan: uraian percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, yaitu kegiatan menulis cerita, karangan, laporan,
menyalin.
5) Drawing activities, yaitu kegiatan menggambar, membuat grafik, peta dan
diagram
6) Motor activities, yaitu kegiatan melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, pratikum laboratorium.
7) Mental activities, yaitu kegiatan menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis dan mengambil keputusan.
8) Emotional activities, yaitu tenang, merasa bosan, dan bersemangat

c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar


Menurut Suryabrata ( 2002 ), secara global faktor- faktor yang memepengaruhi
aktivitas belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni :

1. Faktor internal
2. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang
meliputi dua aspek, yakni
a) Aspek fisiologis
Aspek fisiologis adalah yang berkaitan dengan kondisi umum jasmani dan
tonus ( tegangan otot ) yang menandai tingkat kebugaran organ- organ
tubuh dan sendi- sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi seperti
tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga
sanagt mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi
dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis
Aspek psikologis adalah aspek yang berkaitan dengan keadaan psikologis
mahasiswa. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar mahasiswa.
Menurut Arden N Frandsen, bahwa hal yang mendorong seseorang untuk
belajar itu adalah sebagai berikut :
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,
2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju;
3) Adanya keingianan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman- teman;
4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;
5) Adanya keinginan untuk memdapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran;
6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagi akhir dari pada belajar.

2) Fakor Eksternal

Fakktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar mahasiswa yang
teridri atas dua macam, yakni :
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pra staf administrasi, dan
teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga ( letak rumah ), semuanya dapat member dampak baik atau buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan non sosial


Faktor- faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah geduk dan
letaknya,alat- alat belajar, keadaan cuaca , dan waktu belajar yang digunakan
siswa. Mengungkapkan dan memproduksi kembali apa- apaa yang tersimpan
dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu
sebagai respon terhadap stimulus yang sedang dihadapi.

3. Konsep mahasiswa

Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat


perguruan tinggi, baik negri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
perguruan tinggi. Umumnya mahasiswa berada pada tahapan remaja akhir, yaitu
berusia 18-21 tahun.

Mahasiswa di nilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan


dalam berpikir dan kerencanan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindaak
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah
manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo,
2007) .
E. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan
yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
Biasanya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan
variabel terkait (dependent variabel) (Notoatmodjo,2010).

1) Hopotesis Alternatif
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian antara kedua
kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variabel satu
dengan variabel yang lain. Dalam peneliti ini hipotesis Alternatif (Ha) adalah :
ada hubungan nyeri haid (Dismenore) dan perilaku intelektual tentang
penanganan dismenore dengan aktivitas belajar pada mahasiswi prodi ilmu
keperawatan UMKT Samarinda.
2) Hipotesis Nol (No)
Hipertensi yang mnyatakan tidak ada perbedaan sesuatu kejadian antara
kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara
variabel satu dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini hipotesa Nol
(Ho) adalah : tidak ada hubungan nyeri haid (Dismenore) dan perilaku
intelektual tentang penanganan dismenore dengan aktivitas belajar pada
mahasiswi prodi ilmu keperawatan UMKT Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai