Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka Penelitian”

Oleh:

KELOMPOK 9 A11-A

Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)

Ni Luh Kade Nopita Wahyuningrum (17.321.2691)

Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)

Pande Eka Sukma Karisma (17.321.2706)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI


2020

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perumusan
Masalah dan Tinjauan Pustaka Penelitian”ini dengan tepat waktu.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perumusan Masalah dan Tinjauan
Pustaka Penelitian. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Denpasar, 31 Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka.......................................................................
2.1.1 Identifikasi Topik Penelitian.................................................................................
2.1.2 Sumber Penemuan Masalah Penelitian.................................................................
2.1.3 Identifikasi Masalah..............................................................................................
2.1.4 Tipe Masalah Penelitian........................................................................................
2.1.5 Kriteria Masalah....................................................................................................
2.1.6 Karakteristik Permaslahan.....................................................................................
2.1.7 Hal Yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Masalah..............................
2.1.8 Tinjauan Pustaka atau Survey Literature...............................................................
2.1.9 Penemuan Masalah................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka Penelitian


2.1.1 Identifikasi Topik Penelitian
Penelitian diawali dengan langkah pemilihan topik penelitian, yang
kemudian didukung dengan pengumpulan data awal. Menurut asal katanya,
istilah topik berasal dari bahasa yunani yaitu “topoi” yang berarti tempat.
Dalam hal tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi
landasan penulisan suatu tulisan. Topik adalah pokok permasalahan yang akan
diperkirakan atau masalah yang hendak dikemukakan dalam karya ilmiah.
Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang akan
dijadikan sebagai lapangan penelitian. Terdapat  hal-hal yang perlu
dipertimbangkan oleh calon  peneliti sebelum menentukan topik penelitian
antara lain : manageable topic,   obtainable data, interested topic, significance
of topic, apakah topik tersebut dapat diselidiki, serta keadaan waktu dan biaya.
1. Manageable topic (topik yang dipilih hendaknya berada dalam
jangkauan)
Baik ataupun tidaknya suatu penelitian tidak selalu tergantung kepada
luas tidaknya topik dan permasalahan yang diteliti. Suatu topik penelitian
yang masih berada dalam jangkauan peneliti dan tidak terlalu luas pada
akhirnya semakin mempermudah peneliti dalam mengorganisasikan,
mengatur dan mengendalikan jalannya penelitian. Paling tidak perlu
dipertimbangkan kemampuan yang dimiliki, lamanya waktu penelitian,
jumlah dana yang tersedia, keadaan personel peneliti serta peralatan yang
dimiliki.
2. Obtainable data (tersedianya data untuk membahas topik)
Suatu penelitian yang dijalankan tidak akan memenuhi sasaran tanpa
didukung oleh data yang memadai dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan atau tidak obyektif. Kegagalan penelitian seringkali karena
data yang tersedia tidak lengkap atau tidak obyektif. Peneliti harus
mampu melakukan perkiraan kemungkinan-kemungkinan ada tidaknya
data dan kesulitan-kesulitan penggalian data.
3. Interested topic (topik tersebut menarik untuk diteliti)
Daya tarik topik perlu pula diperhatikan, topik yang dipilih harus
menarik bagi si peneliti sendiri, selain itu topik tersebut juga harus
mampu membangkitkan minat bagi pembacanya, pemesan maupun
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
4. Significance of topic (topik tersebut cukup penting untuk diteliti)
Begitu pula halnya dengan tingkat keberartian topik, hal ini perlu
mendapat perhatian. Pemilihan topik selayaknya disesuaikan dan
diarahkan kepada tingkat  kebutuhan dan sumbangannya, baik utuk
kepentingan pembangunan, khalayak banyak, pengembangan ilmu
pengetahuan ataupun permintaan pemesanan.
5. Apakah topik tersebut dapat diselidiki
Selanjutnya, faktor penting lainnya dalam pemilihan topik adalah
mengenai kemungkinan keberhasilan penyelidikan. Topik yang dipilih
hendaknya secara logis dapat diselidiki. Penelitian-penelitian yang
kemungkinannya kita tidak dapat memperoleh data ataupun hasil
konklusi yang akan dibuat sebaiknya perlu dihindari.
6. Keadaan waktu dan biaya
Peneliti yang memiliki biaya relatif sedikit ada baiknya menghindari
pemilihan topik yang luas dan rumit. Begitupun halnya keadaan waktu
yang dimiliki, jika yang tersedia relatif singkat sebaiknya peneliti
memilih topik yang diperkirakan memerlukan waktu penelitian yang
relatif singkat pula. Keseimbangan antara ketersediaan waktu dan biaya
penelitian dengan topik memungkinkan peneliti mampu memenuhi
sasaran penelitian dengan hasil yang memuaskan

2.1.2 Sumber Penemuan Masalah Penelitian


Menurut Arikunto (2002), penemuan masalah dan sumber-sumber masalah
juga dapat dilihat melalui beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Temuan dan rekomendasi penelitian: Masalah dapat ditelusuri dari hasil


penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian kesimpulan dan
saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah dengan
menganilisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut
sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang
penelitian tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal yang lain yang
mungkin ditemukan dari analisis hasil penelitian orang lain. Contoh,
terdapat penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran bahasa Inggris
dengan konsentrasi pengembangan kosa kata melalui Spelling Bee untuk
siswa SMP kelas 7. Pada saat diaplikasi oleh guru kelas 7, ternyata hal
tersebut kurang sesuai dengan karakteristik siswa dan menganggap teknik
tersebut terlalu childish atau kekanak-kanakan. Maka guru tersebut,
mencari hasil penelitian lain sebagai acuan penelitian baru namun tetap
bertolak ukur pada hasil penelitian yang pertama.

2. Analogi: Analogi merupakan penemuan masalah dengan cara mengadaptasi


masalah dari suatu pengetahuan dan menerapkannya ke bidang pengetahuan
seorang peneliti baru, dengan adanya persyaratan bahwa kedua bidang
tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal yang penting. Contoh,
dalam kurikulum 2013, terkenal istilah scientific approach atau pendekatan
saintifik. Pendekatan tersebut awalnya dikembangkan dalam pelajaran yang
berkonsentrasi pada bidang ilmiah (saintifik). Namun, hal itu diterapkan
dan dikembangkan dalam pelajaran bahasa baik bahasa Indonesia maupun
bahasa asing sesuai dengan langkah-langkah dalam pendekatan tersebut.

3. Renovasi: Renovasi juga merupakan sebuah metode menemukan masalah


penelitian yakni dengan cara mengganti suatu unsur teori, untuk
meningkatkan kebenaran suatu teori. Contoh, terdapat hasil penelitian yang
mengkaji tentang penggunaan role model atau bermain peran dalam
peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas 7 SMP. Lalu seorang
peneliti berkeinginan untuk meningkatkan kebenaran teknik tersebut pada
siswa kelas 8 SMP. Jika hasilnya menunjukkan ada pengaruh, maka teknik
tersebut mampu meningkatkan kebenaran dalam teori berdasarkan hasil
penelitian yang menjadi acuan.

4. Pengalaman: Pengalaman merupakan sumber pengenalan masalah yang


peling berguna bagi peneliti pemula dalam memulai penelitian, yakni
pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi pendidikan. Banyak keputusan
yang harus diambil setiap waktu. Pengalaman seseorang merupakan sumber
yang baik sebagai permasalahan penelitian.
5. Literatur: Literatur adalah referensi yang digunakan sebagai cara untuk
menemukan masalah. Contoh literatur adalah seminar, diskusi, dokumen,
buku, jurnal, artikel, prosiding dan lainnya. Setelah membaca referensi
tersebut, lalu membandingkan dengan kenyataan yang ada dan ternyata
terjadi gap. Maka hal itu mampu memunculkan masalah untuk penelitian.

Stoner dalam Sugiyono (2014) juga mengemukakan bahwa masalah-masalah


dapat diketahui atau dicari apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:

1. Penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan,


2. Antara apa yang direncanakan dengan kenyataan,
3. Adanya pengaduan, dan
4. Kompetisi.
Sependapat dengan pendapat diatas, Suryabrata (2006:3-6) berpendapat bahwa
terdapat dua jenis pendekatan yang mampu mendapatkan masalah penelitian,
yaitu:

1. Pendekatan Non-Ilmiah

a. Akal Sehat (common sense)

Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam
batas tertentu keduanya memgandung persamaan. Menurut Conant
yang dikutip Kerlinger (1986:4) akal sehat adalah serangkaian
konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual schemes) yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep
adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari
hal-hal yang khusus. Dapat disimpulkan bahwa akal sehat banyak
digunakan oleh orang awam dalam mempersoalkan suatu hal.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu
dapat menunjukkan hal yang benar, namun dapat pula
menyesatkan. Contoh, akal sehat mengenai peranan hukum dan
ganjarannya dalam pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat
yang diyakini oleh banyak pendidik hukuman adalah alat trauma
dalam pendidikan. Penemuan ilmiah ternyata membantah
kebenaran akal sehat tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang
psikologi dan pendidikan menunjukkan bahwa bukan hukuman
yang merupakan alat utama dalam pendidikan, melainkan ganjaran.

b. Prasangka

Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh


kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu
menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan
akal sehat orang cenderung mempersenpit pengamatannya karena
diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung mengkambing
hitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat. Orang sering
tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan
lain. Orang sering cenderung melihat hubungan antara dua hal
sebagai hubungan sebab-akibat yang langsung dan sederhana,
padahal sesungguhnya gejala yang diamati itu merupakan akibat
dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah
perbuatan generalisasi yang terlalu luas, yang lalu merupakan
prasangka. Contoh dari sumber pengetahuan ini adalah penelitian
tentang stereotip (streotype) mengenai pendidikan.

c. Pendekatan Intuitif

Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat” mengenai


sesuatu berdasarkan “pengetahuan” yang langsung atau didapat
dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau yang tidak
dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi, orang memberikan
penilaian tanpa didahului suatu renungan. Pencapaian pengetahuan
tersebut sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkah-langkah
yang sistematik dan terkendali (terkontrol). Metode ini biasa
disebut metode a priori, dengan penalaran, belum tentu cocok
dengan pengalaman atau data empiris. Contoh, seorang peneliti
berpendapat bahwa teknik bercerita story telling bagus untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Jika itu hanya pendapat
dan tidak dilakukan dengan penelitian. Maka hal itu hanyalah
sebuah pendapat yang tidak terbukti kebenarannya. Namun berbeda
halnya dengan mengaplikasikan teknik tersebut dikelas, maka hal
itu bisa menjadi sebuah pengalaman dan jika dikaji lebih lanjut
bersistematik dan terkontrol maka itu bisa menjadi sebuah hasil
penelitian.

d. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba

Sepanjang sejarah manusia penemuan secara kebetulan itu banyak


terjadi, dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Misalnya,
penemuan seorang penderita malaria pada kolam berisi air pahit
yang berasal dari kulit pohon kina yang tumbang ke dalam parit.
Walaupun penemuan secara kebetulan itu berguna, namun
penemuan tersebut bukan penemuan memalui pendekatan ilmiah.
Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti,
serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa kepastian
akan diperolehnya suatu kondisi tertentu atau pemecahan suatu
masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan serangkaian
percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan
terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha
yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju, daripada yang
mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak
efisien dan tidak terkontrol.

e. Pendapat Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis

Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menempuh


pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai pengalaman
kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-
pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena
dipandang benar. Namun, pendapat otoritas ilmiah itu tidak
selamanta benar. Ada kalanya, atau bahkan sering, pendapat
mereka itu kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut
tidak diasalkan dari penelitian, melainkan hanya didasarkan atas
pemikiran logis. Kiranya jelas, bahwa pendapat-pendapat sebagai
hasil pemikiran yang demikian itu akan benar kalau premis-
premisnya benar.

2. Pendekatan Ilmiah

Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh


melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu
berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik
dan terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat diuji
(dites) dalam hal keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya, jika
penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkah-lengkah yang
serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang ajeg
(consistent), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil
terdahulu. Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu
telah terpolakan dan sampai batas tertentu diakui umum. Pendekatan
ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap
orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi, bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya pun tidak subjektif,
melainkan objektif. Sebagaimana yang dikemukakan diatas, Setyosari
(2010:5-11) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia
berhadapan dengan berbagai sumber-sumber pengetahuan dalam upaya
untuk mencari atau memperoleh jawaban terhadap suatu persoalan
yang dihadapi. Jawabannya dapat berasal dari berbagai sumber
pengetahuan yakni:

a. Pengalaman (Experience)

Pengalaman pribadi setiap orang sangat beragam dan berbeda-beda.


Kadang kala dengan berbekal pengalaman pribadi ini atau
pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain,
seseorang memperoleh manfaat darinya. Namun demikian, tidak
semua bentuk pengalaman sesuai untuk mengatasi masalah yang
kita hadapi. Pemecahan masalah melalu pengalaman pribadi setiap
orang berbeda-beda. Walaupun objeknya sama dan ada
kemungkinan hal yang diamati itu berbeda. Contoh, pada saat guru
mengajak siswanya menyaksikan keindahan alam suatu danau.
Mereka ada yang menyaksikan keindahan alamnya, ada yang
melihat kejernihan airnya, ada yang melihat beberapa perahu yang
berlayar, dan lainnya.

b. Kewenangan (Authority)

Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah


memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini sering juga
dipakai sebagai pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Contoh,
terjadinya kolosi dan korupsi di sebuah bank atau perusahaan yang
sering mengundang perhatian publik. Hal tersebut perlu
pembuktian oleh akuntan.

c. Berpikir Deduktif (Deductive Thinking)

Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang didasarkan pada


pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus dengan menggunakan logika tertentu. Cara berpikir ini
dilandasi dengan suatu sistem penyusunan fakta yang sudah
diketahui lebih dulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar.
Dasar-dasar berpikir yang dipakai adalah melalui serangkaian
pernyataan atau silogisme. Tiga dasar berpikir yaitu: (1) premis
mayor atau dasar pikiran utama mengandung suatu pernyataan
umum dan universal. (2) premis minor atau dasar pikiran kedua
mengandung bagian dari premis utama. Kebenarannya tergantung
pada bagian premis utamanya. (3) kesimpulan dibuat berdasarkan
kebenaran-kebenaran dalam premis mayor dan minor.

Contoh silogisme,

a. Premis mayor, planet-planet mengitari matahari


b. Premis minor, bumi adalah termasuk sebuah planet
c. Kesimpulan, bumi mengitari matahari
d. Berpikir Induktif (Inductive Thinking)

Dalam berpikir induktif seseorang harus melakukan pengamatan


atau observasi sendiri, mencari fakta-fakta untuk mencapai suatu
generalisasi. Cara berpikir induktif berbeda dengan cara deduktif
yang mendasarkan pada dasar pikiran harus diketahui terlebih
dahulu sebelum sampai pada kesimpulan yang benar. Dalam
berpikir induktif, kesimpulan akan tercapai dengan mengamati
contoh-contoh, fakta-fakta, gejala-gejala, atau objeknya. Induktif
sempurna dicapai dengan cara mengamati semua contoh-contoh
yang dijadikan objek peneyelidikan. Namun, tidaklah mungkin kita
mengamati satu per satu setiap gejala sehingga orang hanya
mengamati sebagian kecil saja. Oleh karena itu, kesimpulan yang
dicapai dikatakan sebagai induksi tidak sempurna. Contoh,

a. Setiap harimau yang diamati bertaring.


b. Hariamu dan kambing adalah binatang menyusui.
c. Oleh sebab itu, kambing adalah binatang bertaring.

Kesimpulan diatas salah, karena antara kambing dan harimau,


walaupun keduanya adalah binatang menyusui, tidak saling
berhubungan karena kambing bukan binatang bertaring. Agar
mendapatkan kesimpulan yang baik dan sempurna, fakta-fakta
khusus yang diamati dan dikumpulkan benar-benar berkaitan.
Fakta khusus ini menjadi data pendukung agar sampai pada
pengambilan kesimpulan yang benar. Oleh karena itu, kesimpulan
yang dicapai sebagai induksi sempurna.

3. Berpikir Ilmiah (Scientific Thingking)

Proses berpikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran (reasoning)


terhadap suatu hal sesuai dengan prosedur-prosedur ilmiah. Pendekatan
ilmih ini, dalam penelitian, biasanya dilukiskan sebagai suatu proses
dimana peneliti secara induktif melakukan pengamatan dan kemudian
menyusun hipotesis. Pendekatan ilmiah menuntut langkah-langkah
secara sistematis, objektif, terukur, teramati (empiris) dan analisis. Atas
dasar analisis inilah, seseorang dapat membuat keputusan untuk
menerima atau menolak hipotesis.

2.1.3 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah adalah: Apabila manajemen mengetahui
dan menyadari bahwa telah atau akan terjadi situasi yang tidak diinginkan
dalam perusahaan.Beberapa situasi yang tidak diinginkan ini misalnya,
pemogokan karyawan, tingginya tingkat perputaran karyawan, penurunan
jumlah produksi, pemilihan mesin pengganti dan sebagainya.Bagi peneliti
pemula, pertanyaan yang sering timbul adalah dari mana permasalahan dapat
diperoleh, atau bagaimana melihat permasalahan yang layak untuk diteliti?
Sementara permasalahan dalam perusahaan tidak terhitung jumlahnya, peneliti
pemula mungkin dapat memanfaatkan teori yang telah dipelajari.
Permasalahan dapat diperoleh dari penerapan teori ke dalam praktek bisnis
yang ada. Banyak teori yang relevan dengan penelitian bisnis, misalnya, teori
motivasi dan kepemimpinan serta manajemen produksi, pemasaran, dan
keuangan. Identifikasi permasalahan yang diturunkan dari teori membawa
beberapa keuntungan, yaitu:
1. Peneliti sudah mempelajari teori aplikasinya yang terkait untuk
menjawab persoalan yang ada
2. Formulasi hipotesis pada umumnya akan menjadi lebih mudah dan
jelas, karena mempunyai hubungan yang erat dengan teori
3. Hasil penelitian akan memberikan kontribusi terhadap teori yang
dijadikan dasar untuk perumusan masalah
Identifikasi masalah memerlukan kreativitas, pengetahuan, pengalaman, dan
kadang‐kadang juga keberuntungan. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan permasalahan penelitian adalah:
1. Kegunaan Penelitian
Aspek yang penting dalam pemilihan masalah penelitian adalah kegunaan
penelitian. Dengan kata lain, penelitian hanya dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang mempunyai manfaat lebih besar dari pada
biayanya. Pada beberapa penelitian tertentu, meskipun nilai penelitiannya
tidak dapat diukur dengan nilai moneter, kegunaannya sudah tidak dapat
diragukan lagi.

2. Prioritas
Banyak permasalahan yang memerlukan penelitian serta mempunyai
kegunaan penelitian yang jelas dalam perusahaan. Suatu permasalahan
tertentu, mungkin menjadi permasalahan yang sangat penting pada
beberapa periode yang akan datang, namun belum terlalu penting untuk
diteliti pada saat sekarang.
3. Kendala Waktu dan Dana
Waktu dan Dana yang tidak sedikit diperlukan untu mendukung
pelaksanaan penelitian tersebut.

4. Dapat diselidiki
Pertimbangan lain yang tidak boleh ditinggalkan adalah apakah
permasalahan yang dipilih dapat diselidiki. Ada dua hal dalam hubungan
dengan dapat dan tidaknya suatu permasalahan untuk diselidiki. Hal ini
bias terjadi karena masalah tersebut secara teoritis tidak dapat diselidiki,
atau belum terdapat teori dasar untuk menyelidiki sehingga baru pada saat
nanti.

2.1.4 Tipe Masalah Penelitian


Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut
Sugiyono (1994 : 36-39), antara lain :
1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan
dengan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel
yang berdiri sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat
perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain, hanya mencari
hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain. Contoh
permasalahan deskriptif :

1. Seberapa tinggi minat belajar mahasiswa kesehatan dalam era


millenial?
2. Seberapa besar efektivitas model pembelajaran e-learning terhadap
tingkat stress mahasiswa kesehatan?

2. Permasalahan Komparatif
Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda. Contoh :

1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa kesehatan STIKes


dan Poltekkes?
2. Adakah perbedaan pemahaman terhadap materi kesehatan antara
mahasiswa di perguruan tinggi formal (kelas) dengan pembelajaran
online?

3. Permasalahan Asosiatif Merupakan rumusan masalah


penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan simetris
adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:

1. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan


memimpin negara?
2. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan
jumlah murid sekolah?

b. Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
dependen (dipengaruhi), contoh:
1. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar
anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi
belajar variabel dependen).
2. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel
independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).

c. Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik


Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di
sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:

1. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di


kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
2. Hubungan antara makan di pagi hari dengan kecerdasan siswa

2.1.5 Kriteria Masalah


Menurut Sukardi (2009), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
masalah penelitian adalah:
1. Memiliki nilai penelitian: Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau
bermanfaat yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat dan
kepentingan bersama. Contoh, pengembangan ilmu pengetahuan terkait
pendidikan, maka hal tersebut akan digunakan oleh praktisi pendidikan seperti
guru, dosen, pengamat pendidikan, tutor, dan lainnya.

2. Memiliki fisibilitas: Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan


atau dijawab. Contoh, banyaknya siswa bahasa Inggris yang masih
mempunyai kekurangan dalam hal penguasaan kosa kata, maka peneliti
bisa mencari solusi tersebut dengan beberapa alternatif cara yang mampu
membuat siswa mempunyai penguasaan kosa kata yang lebih baik.
3. Sesuai dengan kualitas peneliti: Sesuai dengan kualitas peneliti artinya
tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
Contoh, dosen bahasa Inggris yang seharusnya meneliti terkait dunia
pendidikan khususnya bahasa Inggris dan hubungan dengan bidang
lainnya, tidak mengkaji masalah tax amnesty.
4. Actual: Actual atau Up to date, artinya permasalahan yang akan diteliti
adalah fakta perilaku yang sedang “hangat” terjadi di tengah masyarakat.
Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan selalu dinamis dan
berubah setiap periode waktu tertentu. Contoh, permasalahan perilaku
seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual dibandingkan perilaku
agresif.
5. Urgent: Urgent, artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang
“mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera ditemukan
“jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang
dapat merugikan kehidupan manusia. Contoh, rendahnya motivasi belajar
siswa kelas 3 SMA. Jika tidak mencari teknik, metode atau pendekatan
yang dilakukan pada siswa kelas 3, maka angka siswa tidak lulus akan
meningkat.

Faktor lainnya yang perlu diperhatikan, adalah:

1. Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,


2. Batas-batas masalah yang jelas,
3. Adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4. Adanya biaya yang diperlukan, dan
5. Tidak bertentangan dengan hukum.

Banyak peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan


permasalahanpenelitian sehingga menghambat perkembangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya keadaan berikut ini bisa
menjadi penuntun mewujudkan permasalahan:
2. Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam
pengetahuan kita.
3. Bila ada hasil-hasil penelitian atau kajian yang bertentangan.
4. Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui
penelitian.

2.1.6 Karakteristik Permasalahan


Karakteristik yang pertama adalah: Permasalahan tersebut dapat diselidiki
melalui pengumpulan dan analisis data. Beberapa permasalahan yang
berhubungan dengan filosofi dan etika sangat sulit untuk diteliti. Karakteristik
yang kedua adalah: Mempunyai arti penting baik dari latar belakang teori
maupun praktek. Sekedar menemukan permasalahan yang tidak ada
hubungannya dengan pengembangan teori ataupun tidak memberikan manfaat
apapun dalam praktek (bisnis) bukan merupakan hal yang disarankan dalam
penelitian. Permasalahan yang baik, sebenarnya adalah permasalahan yang
dirasakan baik oleh peneliti, dalam arti empat macam hal berikut :
1. Mempunyai keahlian dalam bidang tersebut
2. Tingkat kemampuan peneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan
yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan
yang ada
3. Peneliti mempunyai sumber daya yang diperlukan
4. Peneliti telah mempertimbangkan kendala waktu, dana, dan berbagai
kendala yang lain dalam pelaksanaan penelitian yang
akan dilakukan

2.1.7 Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Permasalahan


Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah
tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya, dalam usaha
mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari
satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu
mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang ditemukan
sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan
layak dan tidaknya serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Menurut Suryabrata
(2006:15-17), terdapat dua arah yang digunakan untuk memilih atau
menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, yaitu:
1. Pertimbangan dari Arah Masalahnya
Yakni membuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau
sudut objektifnya. Dari sudut ini, pertimbangan akan dibuat atas dasar
sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan
memberi sumber kepada pengembangan teori dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teori penelitiannya dan pemecahan
masalah-masalah praktis. Layak atau tidaknya akan berbeda dalam
konteks tertentu. Untuk itu, tidak ada kriteria dan keputusan akan
tergantung pada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi
secara kritis, menyeluruh, dan mengjangkau ke depan.
2. Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti
Dari segi subjektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti, perlu
dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti.
Sesuai atau tidaknya suatu masalah untuk diteliti tergantung pada
apakah masalah tersebut manageable (bisa dikelola) atau tidak oleh
calon peneliti. Manageability (pengelolaan) itu terutama dilihat dari
lima aspek, yaitu:

a. Biaya yang tersedia,

b. Waktu yang dapat digunakan,

c. Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia,

d. Bekal kemampuan teoritis, dan

e. Penguasaan metode yang diperlukan.

Setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah


masalah yang akan diteliti sesuai baginya, dilihat dari kelima aspek
diatas. Jika sekiranya tidak, sebaiknya dipilih masalah lain, atau
masalah itu dimodifikasi, sehingga sesuai dengan dirinya.

Hal ini dipertegas oleh Notohadiprawiro (2006) yang mengatakan


bahwa beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah diuraikan
menjadi 3 hal yaitu:

1. Pertimbangan Ilmiah: (a) apakah masalah tersebut dapat diteliti


secara ilmiah? Yaitu masalah yang realitasnya dapat diamati dan
datanya tersedia dan dapat dikumpulkan. (b) Apakah masalah
tersebut memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan? (c)  Dengan metode bagaimana masalah dapat
diteliti?
2. Pertimbangan Non-Ilmiah: (a) Apa manfaat hasil penelitian
bagi kepentingan praktis atau masyarakat? (b) Apakah masalah
terlalu peka untuk diteliti?  
3. Pertimbangan Peneliti: (a) Penguasaan teori dan metodologi.
(b) Minat peneliti terhadap masalaah. (c)  Kemampuan
pengumpulan dan analisis data. (d)  Ketersediaan waktu, dana
dan sumberdaya.

2.1.8 Tinjauan Pustaka atau Survey Literature


Tinjauan Pustaka atau Landasan ilmiah terlihat dalam tiga tahap yaitu :

1. landasan teori , untuk mencari jawaban sementara secara ilmiah


2. landasan metodologi untuk membuktikan jawaban teoritik
3. landasan kecendiakawanan dalam menginterpretasikan hasil hasil
penelitian.
Tinjauan pustaka, atau survey literature, merupakan langkah penting di dalam
penelitian. Langkah ini meliputi identifikasi, lokasi, dan analisis dari dokumen
yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian
secara sistematis. Teori‐teori akan memberikan landasan dan pengarahan
terhadap penelaahan permasalahan penelitian. Kecanggihan suatu penlitian
diantaranya terletak pada landasan teori yang digukan untuk memecahakan
permasalahan penelitian. Tujuan utama dari tinjauan pustaka ini adalah untuk
melihat apa saja yang pernah dilakukan sehubungan dengan masalah yang
diteliti. Selain menghindarkan diri dari duplikasi penelitian, tinjauan pustaka
juga dapat menghasilkan pengertian yang lebih jauh tentang permasalahan
yang diteliti. Melalui langkah ini penyusunan hipotesis juga lebih baik karena
pemahaman
permasalahan yang diteliti akan lebih mendalam. Strategi penelitian juga lebih
baik apabila peneliti menempuh langkah ini. Dengan mengetahui penelitian
yang telah dilakukan, penelitian akan dapat menghindarkan diri dari
kekurangan yang ada pada peneliti sebelumnya. Di samping itu dengan
mengetahui berbagai penelitian yang sudah ada, peneliti akan menjadi lebih
tajam dalam melakukan interpretasi hasil penelitian.
Bagi peneliti pemula, kesulitan yang timbul adalah sejauh mana tinjauan
pustaka ini harus dilakukan. Tidak ada kriteria yang tegas mengenai hal ini.
Namun tiga hal berikut dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk
menentukan seberapa jauh tinjauan pustaka perlu dilakukan:

a. Semakin banyak tinjauan pustaka tidak selalu semakin baik Fokus


terhadap area penelitian lebih diutamakan

b. Bidang penelitian yang telah sering dilakukan memerlukan focus yang


lebih terpusat dari pada area baru dimana penelitian masih jarang
dilakukan

c. Sebaliknya apabila penelitian yang dilakukan adalah pada bidang yang


belum atau masih jarang dilakukan penelitian, pembatasan focus
menjadi agak lebar

2.1.9 Perumusan Masalah


Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, alasan mengapa penelitian
diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian (Evans,
1997:63). Beberapa karakteristik perumusan masalah yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Pada umumnya menunjukkan variabel yang menarik peneliti dan
hubungan deskriptif, dimana permasalahan secara sederhana diungkapkan
dalam suatu pertanyaan yang harus dijawab. Namun demikian arti penting
penelitian tetap pada hubungan antar variabel. Perkecualian dalam hal ini
adalah dalam metode penelitian deskriptif, dimana permasalahan mungkin
merupakan suatu pertanyaan yang sederhana untuk dijawab
2. Menyusun definisi dari semua variabel yang relevan, baik secara langsung
maupun operasional. Definisi operasional ini harus jelas dan spesifik
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran yang berbeda,
yang pada akhirnya akan “mengganggu” pelaksanaan penelitian.

Perumusan masalah harus disertai dengan latar belakang masalah. Latar


belakang masalah adalah segala informasi yang diperlukan untuk memahami
perumusan masalah yang disusun oleh peneliti. Dengan kata lain, latar
belakang masalah merupakan informasi yang diperlukan untuk mengerti
permasalahan yang ada. Dengan penyajian latar belakang masalah,
pemahaman permasalahan penelitian menjadi lebih jelas. Perumusan masalah
ini merupakan komponen yang pertama, baik dalam proposal maupun dalam
laporan penelitian. Oleh karena itu pernyataan masalah memberikan arah
terhadap penelitian yang dilakukan.

Bentuk rumusan masalah penelitian terdiri dari:

a. Permasalahan deskriptif, yakni permasalahan yang menggambarkan


keberadaan variabel mandiri Contoh:
- Seberapa besar tingkat produktivitas kerja karyawan PT nnn?
- Bagaimana sikap masyarakat tentang konsep bisnis multilevel
marketing?
- Seberapa tinggi tingkat penjualan bisnis franchising PT. ABC?
b. Permasalahan komparatif, adalah permasalahan yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih objek/sampel yang
berbeda. Contoh:
- Adakah kesamaan antara sistem penjualan minuman ringan A dengan
B?.
- Adakah perbedaan kemampuan kerja karyawan perusahaan swasta
nasional dengan perusahaan asing?

c. Permasalahan asosiatif, merupakan permasalahan yang bersifat hubungan


antara dua variabel atau lebih. Ada 3 bentuk hubungan dalam hal ini:
1) Hubungan simetris : hubungan yang secara kebetulan munculnya
bersama. Contoh:
- Adakah hubungan antara pemilihan lokasi perusahaan
dengan dengan tingginya penjualan?.

- Adakah hubungan antara tinggi badan dengan prestasi


penjualan?
2) Hubungan kausal : hubungan yang bersifat sebab akibat antara variabel
independen (mempengaruhi) dengan variabel dependen (dipengaruhi).:
Contoh:
- Seberapa besar pengaruh promosi terhadap
volume penjualan?
- Adakah hubungan emotional quetion dengan
kinerja karyawan?
3) Hubungan interaktif/resiprocal: hubungan yang saling
mempengaruhi, namun tidak diketahui mana variabel independen dan
variabel dependen. Contoh:
- Adakah hubungan motivasi dengan prestasi ?.
- Adakah hubungan kecerdasan dengan kekayaan?.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Topik adalah pokok permasalahan yang akan diperkirakan atau masalah yang hendak
dikemukakan dalam karya ilmiah. Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian
atau peristiwa yang akan dijadikan sebagai lapangan penelitian. Terdapat  hal-hal
yang perlu dipertimbangkan oleh calon  peneliti sebelum menentukan topik penelitian
antara lain : manageable topic,   obtainable data, interested topic, significance of
topic, apakah topik tersebut dapat diselidiki, serta keadaan waktu dan biaya. Pada
penemuan masalah dan sumber-sumber masalah dapat dilihat melalui penemuan dan
rekomendasi penulis, analogi, renovasi, pengalaman dan literature. Karena
ditemukanya masah maka terjadi proses identifikasi masalah yang dimana apabila
manajemen mengetahui dan menyadari bahwa telah atau akan terjadi situasi yang
tidak diinginkan dalam perusahaan tersebut, dalam mengidentifikasi maslah peneliti
harus mempertimbangkan penentuan maslah karena jika yang ditemukan sekiranya
hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya
serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Karena sudah menemukan beberapa maslah
kemudian peneliti melaluka perumusan masalah yang dimana memiliki arti sebagi
konteks dari penelitian, alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang
mengarahkan tujuan penelitian untuk menentuka hasil akhir dari penelitian.

3.2 Saran
Dengan adanya materi Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka Penelitian
diharapkan bisa menjadi acuan dan refernsi bagi pembaca, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini jadi kritik dan saran sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai