Case KDS
Case KDS
Pembimbing :
dr. Etty Christiati Sujudi, Sp.A
Disusun oleh :
Abednego Tri Novrianto
112016331
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ANAK
RSUD TARAKAN
NIM : 11.2016.331
IDENTITAS PASIEN
PASIEN
Agama :Islam
2
ORANG TUA / WALI
Ayah
Agama : Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
3
KELUHAN UTAMA:
Kejang
KELUHAN TAMBAHAN:
Pasien mulai mengeluhkan batuk tidak berdahak dan pilek sejak 3 hari SMRS. Pada
pagi hari sebelum masuk rumah sakit orang tua pasien merasakan bahwa badan pasien
hangat. Suhu tubuh pasien tidak sempat diukur. Kemudian pasien dibawa ke Puskesmas
Krendeng. Dari Puskesmas Krendeng pasien hanya diberikan obat batuk dan pilek. Kemudian
1 jam SMRS saat pasien pulang dari Puskesmas pasien mengalami kejang saat tertidur.
Kejang berlangsung kurang lebih 10 menit. Tangan dan kaki pasien mulai kaku dan
kemudian kelonjotan. Kejang diseluruh tubuh. Mata pasien tampak mendelik dan mulut
pasien mengunci. Kemudian setelah kejang pasien langsung lemas dan merintih. Pasien
kemudian dibawa ke klinik terdekat dan diberikan obat demam dan anti kejang dari klinik
namun belum diberikan ke pasien. Di klinik suhu pasien sempat diukur 39 oC. Lalu keluarga
membawa pasien ke Puskesmas untuk dirujuk ke RSUD Tarakan. Di IGD RSUD Tarakan
pasien mendapatkan obat kejang yang diberikan lewat anus dan dilakukan pemeriksaan
laboraturium darah.
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat kejang. Ini juga merupakan pertama
kalinya pasien mengalami panas tinggi. Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal.
4
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
POHON KELUARGA
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
RIWAYAT SOSIAL
Pasien belum bersekolah. Keseharian pasien bermain dengan sepupunya yang berusia kurang
lebih 3 tahun dan pengasuhnya. Pasien jarang bermain diluar rumah. Aktifitas sehari – hari
pasien adalah bermain kejar - kejaran, petak umpet, bermain mainan yang ada dirumah dan
menonton tv. Di keluarganya dan lingkungan sekitar pasien tidak ada yang menderita sakit
dengan pengobatan yang lama. Biasanya pasien makan nasi 2 – 3 kali sehari, minum susu 2 x
500 mL. Pasien tinggal dirumah pribadi dengan ukuran 8 x 12 m bersama dengan kedua
orang tua dan pengasuhnya. Sumber air dari air tanah. Kebersihan rumahnya cukup terjaga,
dengan ventilasi dan penerangan yang cukup.
Kehamilan
5
Perawatan antenatal : rutin ke bidan setiap bulan, 12 x kontrol selama kehamilan.
Ketika hamil pasien mendapatkan imunisasi Tt pada usia kehamilan 4 bulan.
Penyakit selama kehamilan : tidak ada
Kelahiran
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berbicara : 18 bulan
Pasien rutin ke Posyandu setiap bulan untuk mengukur berat badan (BB) dan panjang / tinggi
badan (PB/TB) dilakukan sejak lahir hingga usia saat ini. Dalam pemeriksaan didapati
pertumbuhan dalam batas normal.
6
RIWAYAT IMUNISASI
(+) Polio, 5 kali saat usia 1 bulan 2 bulan 3 bulan 6 bulan dan IPV 7 bulan.
Kesan : imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu sesuai jadwal Departemen Kesehatan.
RIWAYAT NUTRISI
No Usia Makanan
.
1 0 – 6 bulan ASI
2 7 – 10 bulan ASI
Bubur bayi 4 x 1 porsi
Susu formula
Buah pisang, alpukat, jeruk
3 10 – sekarang ASI
Nasi lembek dengan lauk (sop wortel, ikan, ayam) 3 x 1 porsi
Susu formula
Buah pisang, alpukat, jeruk, apel, pepaya
Jajan : bolu, roti, biskuit, es krim
Kesan : Nutrisi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 18 Februari 2018 Jam : 07.30 WIB Ruang : Melati lantai 5 (5101)
7
Pemeriksaan umum
Antropometri
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 85 cm
Lingkar lengan : 14 cm
BB/U : 0 – (-2)
8
TB/U : 0 – (-2)
BB/TB : -1 – (-2)
Kesan : kurang, berat badan pasien tidak sesuai dengan tinggi pasien.
9
LK/U : 0 – (-1)
Pemeriksaan sistematis
Kepala
Bentuk dan ukuran : normocepali, simetris, lingkar kepala 47,5cm, tidak ada
kelainan.
Rambut & kulit kepala: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata : simetris, mata cekung (-), konjungtiva anemis -/-, sclera
ikterik -/-, reflex cahaya +/+
Telinga : normotia, secret -/-
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulen, deviasi septum (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa lembab, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
Dada
Inspeksi : retraksi dinding dada (-), bentuk simetris, pectus ekskavatum/karinatum (-),
barrel chest (-)
10
Palpasi : massa (-)
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
5/5 5/5
Edema : - -
- -
Sianosis : - -
- -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 38,7 %
11
Eritrosit : 5,13 juta / uL
Kimia klinik
GDS : 136 mg / dL
RESUME
Anak laki-laki masuk ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan kejang 1 jam SMRS.
Tangan dan kaki pasien kaku kemudia pasien mulai kelonjotan, mulut mengunci, mata
mendelik. Kejang diseluruh tubuh. Kejang yang dialami pasien kurang lebih 10 menit.
Setelah kejang pasien merintih dan lemas. Kejang disertai demam tinggi 39 OC. Sebelumnya
pasien sakit batuk pilek sejak 3 hari SMRS. Sebelum dibawa ke IGD RSUD Tarakan pasien
tidak diberikan obat anti kejang dan obat penurun panas. Tidak ada riwayat kejang
sebelumnya.
Riwayat sosial pasien baik. Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien baik. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien baik sesuai dengan usianya. Riwayat imunisasi
pasien lengkap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Kebutuhan nutrisi pasien sudah tercukupi.
Stasus antropometri pasien baik. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pasien
sesuai dengan anak seusianya, namun status gizi pasien kurang.
DIAGNOSIS BANDING
12
3. Meningitis bakterialis
4. Epilepsy
5. Tetanus
6. Kejang e.c. imbalans elektrolit
7. ISPA
8. Gizi kurang
DIAGNOISIS KERJA
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. O2 2L/jam
2. IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam
3. Diazepam suppositoria
4. Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
5. Paracetamol syrup 4 x 5 mL
6. Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
Non medikamentosa
1. Tirah baring
13
PROGNOSIS
Follow Up
S Pasien tidak mengalami kejang sejak dirawat dibangsal. Pasien masih mengeluh
demam. Batuk pilek masih dirasakan terutama malam hari dan dingin. sesak nafas
disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus, muntah tidak ada. Pasien mengeluh
gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB sejak dirawat di bangsal. BAK dalam batas
normal.
O KU : tampak sakit sedang, Kes : CM
HR : 124x RR : 32x S : 37.2 OC
Kepala : normocepali
Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulent
Mulut : sianosis (-), mukosa lembab
Leher : pembesarah KGB (-)
Dada : Retraksi (-)
Jantung : BJ I II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesikuler dikedua lapang paru
Abdomen : supel, nyeri tekan (-)
Ektremitas : akaral hangat, CRT < 2 detik
Ditemukan eritema pada abdomen dan ekstremitas pasien.
A Kejang demam sederhana perbaikan
ISPA perbaikan
Insect bite
P O2 2L/jam
IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam
Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
14
Paracetamol syrup 4 x 5 mL
Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
Gentamicin zalf
S Pasien tidak mengalami kejang. Ortu pasien mengeluh demam anaknya hilang timbul.
Batuk pilek berkurang. Sesak nafas disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus,
muntah tidak ada. Pasien masih mengeluh gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB
sejak dirawat di bangsal. BAK dalam batas normal.
15
Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
Paracetamol syrup 4 x 5 mL
Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
Gentamicin zalf
S Pasien tidak mengalami kejang. Demam (-). Batuk pilek berkurang. Sesak nafas
disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus, muntah tidak ada. Pasien masih
mengeluh gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB sejak dirawat di bangsal. BAK
dalam batas normal.
O KU : tampak sakit sedang, Kes : CM
HR : 120x RR : 32x S : 36.6 OC
Kepala : normocepali
Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulent
Mulut : sianosis (-), mukosa lembab
Leher : pembesarah KGB (-)
Dada : Retraksi (-)
Jantung : BJ I II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesikuler dikedua lapang paru
Abdomen : supel, nyeri tekan (-)
Ektremitas : akaral hangat, CRT < 2 detik
Ditemukan eritema pada abdomen dan ekstremitas pasien.
A Obs. Febris
ISPA perbaikan
Insect bite
P O2 2L/jam
IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam
16
Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
Paracetamol syrup 4 x 5 mL
Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
Gentamicin zalf
BAB II
ANALISA KASUS
17
Pada kasus ini pasien mengalami gejala klinis yang mendukung terhadap diagnosis
kejang demam sederhana. Dari anamnesis diketahui pasien mengalami kejang setelah
sebelumnya suhu tubuhnya meningkat hingga 39OC. Kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan kejang hanya terjadi 1x dalam kurun waktu 24 jam. Riwayat kejang sebelumnya
disangkal oleh orang tua pasien. Pada kasus ini pasien juga tidak memiliki riwayat cidera
kepala.
Kejang Demam
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.1 Sesuai dengan
kasus ini, pasien pada awalnya menderita batuk pilek 3 hari SMRS. Kemudian pasien
mengalami kenaikan suhu hingga 39OC sebelum masuk rumah sakit. Setelah suhu tubuh
pasien naik, kemudian pasien mengalami kejang.
Kejang demam terjadi pada 2 – 4% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Jika kejang
yang didahului demam terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersamaan dengan demam. Usia pasien dalam kasus ini adalah 1 tahun 9 bulan yang berarti
termasuk dalam kategori anak dengan resiko kejang demam.2
Kejang demam sendiri dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
pada umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. 80% kejadian kejang pada keseluruhan
kasus kejang demam merupakan kejang demam sederhana. Sedangkan kejang demam
kompleks memiliki ciri-ciri kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit. Kemudian kejang
berbentuk kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului dengan
kejang parsial. Kejang demam kompleks dapat berlangsung lebih dari 1 kali dalam 24 jam. 1
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kejang
demam sederhana karena kejang yang dialami pasien diawali dengan kekakuan pada kedua
tangan dan kaki (tonik) dan kemudia pasien mengalami kelonjotan (klonik). Kejang yang
dialami pasien berlangsung 10 menit yang berarti sesuai dengan kriteria kejang demam
sederhana yaitu berlangsung kurang dari 15 menit. Selain itu kejang juga tidak berulang lagi
dalam 24 jam.
18
Meningitis
Epilepsi
Dari uraian tersebut maka tidak sesuai dengan keadaan pasien, karena pasien
mengalami kejang setelah terlebih dahulu mengalami kenaikan suhu yang tinggi sebagai
pencetusnya.
Tetanus8
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan pada otot (spasme) tanpa
disertai dengan gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan gangguan kuman secara
langsung namun sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuskular dan
saraf autonom. Kuman penyebab tetanus adalah Clostridium tetanii, kuman berbentuk batang
dengan sifat basil gram positif dengan spora terminal sehingga tampak seperti pemukul
genderang. Kuman ini juga bersifat obligat anaerob dan bergerak menggunakan flagel.
Kuman ini dapat menghasilkan eksotoksin yang sangat kuat.
19
Gejala khas yang dapar ditemukan pada infeksi tetanus adalah :
1. Trismus, yaitu kekakuan pada otot mengunyah (M. Masetter) sehingga pasien akan
sukar membuka mulutnya. Akibat kekakuan ini maka mulat pasien akan tampak
mencucut.
2. Risus sardonicus, terjadi akibat kekakuan otot mimik, sehingga tampa dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar ke bawah.
3. Opistotonus, kekakuan otot penunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot
badan dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat mengakibatkan tubuh
melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku seperti papan.
Kejang biasa terjadi pada pasien dengan kelainan kadar natrium, hipokalsemia, dan
hipomagnesemia. Pada kasus tertentu, kejang yang terjadi biasanya adalah kejang umum
yang bersifat tonik-klonik, meskipun kejang parsial atau kejang tipe lain dapat terjadi. Pada
semua kasus, abnormalitas kadar elektrolit yang berubah secara mendadak lebih sering
menyebabkan kejang daripada perubahan yang bersifat perlahan atau bertahap.
Pemeriksaaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan penunjang darah rutin yang telah dilakukan didapati leukosit
pasien 13.540 yang menunjukkan adanya proses infeksi.
20
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis maka pungsi lumbal tidak perlu dilakukan.
ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau yang sering disebut juga infeksi
respiratori akut terdiri dari infeksi respiratori atas akut dan infeksi respiratori bawah akut.
Pengertian akut adalah jika infeksi berlangsung hingga 14 hari. Infeksi respiratori atas akut
(IRAA) adalah infeksi primer respiratori di atas laring, sedangkan infeksi laring ke bawah
disebut infeksi respiratori bawah akut (IRBA). IRAA terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsilitis,
sinusitis dan otitis media. IRBA terdiri dari epiglotitis, laringotrakeobronkitis (croup),
bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
Salah satu keluhan yang diderita pasien adalah adanya batuk dan pilek yang
berlangsung sejak 3 hari SMRS. Batuk tidak disertai dahak dan suara yag menjadi serak. Dari
pemeriksaan fisik paru didapati suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada
rhonki dan wheezing. Gejala yang ditimbulkan pada pasien tersebut sesuai dengan
manifestasi klinis yang ditimbulkan pada pasien rhnitis dan bronkhitis akut yang termasuk
dalam ISPA.5,6
Antropometri
1. BB/U = 0 – (-2)
2. TB/U = 0 – (-2)
3. BB/TB = -1 – (-2)
4. LK/U = 0 – (-1)
Dari data tersebut berarti berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pasien sesuai
dengan usianya, namun berat badan pasien tidak sesuai dengan tinggi badan pasien yang
menunjukkan status gizi pasien kurang.
Tatalaksana
21
Tatalaksana utama pada kasus kejang demam adalah mengatasi kejangnya terlebih
dahulu dengan pemberian antikonvulsan sesuai dosis, kemudian diberikan antipiretik untuk
mengatasi pencetus kejang. Pada saat kejang pasien dapat diberikan Diazepam stesolid per
rectal dengan dosis 5 mg suppositoria untuk berat badan kurang dari 12 kg, dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 12 kg. Pemberian dapat diulangi 1 kali lagi dengan jarak waktu
pemberian 5 menit.7 jika kejang timbul kembali maka penata laksanaan kejang berdasarkan
algoritma yang telah ditetapkan oleh IDAI. Berikut ini adalah algoritma penatalaksanaan
kejang:
22
Antipiretik yang dapat diberikan adalah Paracetamol dengan dosis 10 –
15mg/kgBB/kali dapat diberikan 4 kali dalm sehari maksimal 5 kali. Dapat juga diberikan
Ibuprofen 5 – 10mg/kg/kali, 3 – 4 kali sehari.1
Prognosis
1. Ad vitam adalah dubia ada bonam karena dari pemeriksaan fisik kesadaran pasien
dalam keadaan kompos mentis dan dapat sembuh sempurna. Resiko kematian pada
pasien dengan kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi meskipun pada
anak dengan resiko tinggi.
2. Ad fungsionam adalah dubia ada bonam karena aktivitas pasien akan segera membaik
yaitu dapat berkomunikasi dan dapat bermain aktif.
3. Ad sanationam adalah dubia ada bonam karena anak dengan kejang demam memiliki
kemungkinan 30 – 50% kemngalami kejang demam beruang.
23
DAFTAR PUSTAKA
24