Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA, ISPA, GIZI KURANG dan INSECT


BITE

Pembimbing :
dr. Etty Christiati Sujudi, Sp.A

Disusun oleh :
Abednego Tri Novrianto
112016331

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESAHATAN ANAK


RSUD TARAKAN
PERIODE 8 JANUARI 2018 – 17MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari / Tanggal Presentasi Kasus :...........................

SMF ANAK

RSUD TARAKAN

Nama : Abednego Tri Novrianto

NIM : 11.2016.331

Dokter pembimbing : dr. Etty Christiati Sujudi, Sp.A

IDENTITAS PASIEN

PASIEN

Nama lengkap : An. DA

Tanggal lahir (umur) : 12/05/2016 (1 tahun 9 bulan)

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Jembatan item, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat

Suku bangsa :Sunda

Agama :Islam

Pendidikan : Belum bersekolah

2
ORANG TUA / WALI

Ayah

Nama lengkap : Tn. AS

Tanggal lahir (umur) : 7 Februari1985 (33 tahun)

Suku bangsa : Sunda

Alamat : Jl. Jembatan item, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat

Agama : Islam

Pendidikan :SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : 2 juta – 3 juta

Ibu

Nama lengkap : Ny. Y

Tanggal lahir (umur) :5 April 1988 (30 tahun)

Suku bangsa : Sunda

Alamat : Jl. Jembatan item, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : 1 juta – 2 juta

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

3
KELUHAN UTAMA:

Kejang

KELUHAN TAMBAHAN:

Demam, batuk, dan pilek

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT:

Pasien mulai mengeluhkan batuk tidak berdahak dan pilek sejak 3 hari SMRS. Pada
pagi hari sebelum masuk rumah sakit orang tua pasien merasakan bahwa badan pasien
hangat. Suhu tubuh pasien tidak sempat diukur. Kemudian pasien dibawa ke Puskesmas
Krendeng. Dari Puskesmas Krendeng pasien hanya diberikan obat batuk dan pilek. Kemudian
1 jam SMRS saat pasien pulang dari Puskesmas pasien mengalami kejang saat tertidur.
Kejang berlangsung kurang lebih 10 menit. Tangan dan kaki pasien mulai kaku dan
kemudian kelonjotan. Kejang diseluruh tubuh. Mata pasien tampak mendelik dan mulut
pasien mengunci. Kemudian setelah kejang pasien langsung lemas dan merintih. Pasien
kemudian dibawa ke klinik terdekat dan diberikan obat demam dan anti kejang dari klinik
namun belum diberikan ke pasien. Di klinik suhu pasien sempat diukur 39 oC. Lalu keluarga
membawa pasien ke Puskesmas untuk dirujuk ke RSUD Tarakan. Di IGD RSUD Tarakan
pasien mendapatkan obat kejang yang diberikan lewat anus dan dilakukan pemeriksaan
laboraturium darah.

Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat kejang. Ini juga merupakan pertama
kalinya pasien mengalami panas tinggi. Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Orangtua pasien mengatakan bahwa ini merupakan pertama kalinya pasien


mengalami kejang. Riwayat demam tinggi sebelumnya disangkal. Riwayat cidera kepala
sebelumnya disangkal. Riwayat alergi, riwayat jatuh, riwayat penyakit jantung bawaan
disangkal.

4
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi - + -
Asma - + -
Tuberkulosis - + -
Hipertensi + - Nenek
Diabetes - + -
Kejang demam + - Sepupu
Epilepsi - + -

POHON KELUARGA

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien

RIWAYAT SOSIAL

Pasien belum bersekolah. Keseharian pasien bermain dengan sepupunya yang berusia kurang
lebih 3 tahun dan pengasuhnya. Pasien jarang bermain diluar rumah. Aktifitas sehari – hari
pasien adalah bermain kejar - kejaran, petak umpet, bermain mainan yang ada dirumah dan
menonton tv. Di keluarganya dan lingkungan sekitar pasien tidak ada yang menderita sakit
dengan pengobatan yang lama. Biasanya pasien makan nasi 2 – 3 kali sehari, minum susu 2 x
500 mL. Pasien tinggal dirumah pribadi dengan ukuran 8 x 12 m bersama dengan kedua
orang tua dan pengasuhnya. Sumber air dari air tanah. Kebersihan rumahnya cukup terjaga,
dengan ventilasi dan penerangan yang cukup.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Kehamilan

5
 Perawatan antenatal : rutin ke bidan setiap bulan, 12 x kontrol selama kehamilan.
Ketika hamil pasien mendapatkan imunisasi Tt pada usia kehamilan 4 bulan.
 Penyakit selama kehamilan : tidak ada

Kelahiran

 Tempat kelahiran : RS Ibnu Sinna


 Penolong persalinan : Dokter kandungan
 Cara persalinan : persalinan secara SC a/i presentasi muka
 Masa gestasi : cukup bulan
 Keadaan bayi : BBL = 2400 g, PB = 46 cm, lingkar kepala dan lingkar lengan
tidak ingat, bayi lahir langsung menangis, ketuban jernih, tidak ada lilitan tali
pusat. APGAR skor tidak diketahui. Kelainan bawaan tidak ada.

Kesimpulan : neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, SC (NCB - SMK)

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 1 tahun 3 bulan

Berjalan : 1 tahun 4 bulan

Menyebut “papa” / “mama” : 12 bulan

Berbicara : 18 bulan

Gangguan perkembangan mental / emosi : tidak ada

Pasien rutin ke Posyandu setiap bulan untuk mengukur berat badan (BB) dan panjang / tinggi
badan (PB/TB) dilakukan sejak lahir hingga usia saat ini. Dalam pemeriksaan didapati
pertumbuhan dalam batas normal.

Kesan : Perkembangan anak sesuai usia.

6
RIWAYAT IMUNISASI

(+) Hep B-0 di Rumah Sakit.

(+) BCG usia 1 bulan.

(+) DPT , 3 kali saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 6 bulan.

(+) Polio, 5 kali saat usia 1 bulan 2 bulan 3 bulan 6 bulan dan IPV 7 bulan.

(+) Hep. B, 3 kali saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 6 bulan.

(+) Campak, 1 kali saat usia 10 bulan.

Kesan : imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu sesuai jadwal Departemen Kesehatan.

RIWAYAT NUTRISI

No Usia Makanan
.
1 0 – 6 bulan ASI
2 7 – 10 bulan ASI
Bubur bayi 4 x 1 porsi
Susu formula
Buah pisang, alpukat, jeruk
3 10 – sekarang ASI
Nasi lembek dengan lauk (sop wortel, ikan, ayam) 3 x 1 porsi
Susu formula
Buah pisang, alpukat, jeruk, apel, pepaya
Jajan : bolu, roti, biskuit, es krim
Kesan : Nutrisi cukup

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 18 Februari 2018 Jam : 07.30 WIB Ruang : Melati lantai 5 (5101)

7
Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Frekuensi nadi : 124 x / menit

Frekuensi nafas : 34 x / menit

Suhu tubuh : 36,8 OC

Antropometri

Berat badan : 10 kg

Tinggi badan : 85 cm

Lingkar kepala : 47,5 cm

Lingkar lengan : 14 cm

BB/U : 0 – (-2)

Kesan : Normal, berat badan pasien sesuai dengan usia

8
TB/U : 0 – (-2)

Kesan : normal, tinggi badan pasien sesuai usia

BB/TB : -1 – (-2)

Kesan : kurang, berat badan pasien tidak sesuai dengan tinggi pasien.

9
LK/U : 0 – (-1)

Kesan : normal, lingkar kepala pasien sesuai dengan usianya

Status gizi : kurang

Pemeriksaan sistematis

Kepala

 Bentuk dan ukuran : normocepali, simetris, lingkar kepala 47,5cm, tidak ada
kelainan.
 Rambut & kulit kepala: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
 Mata : simetris, mata cekung (-), konjungtiva anemis -/-, sclera
ikterik -/-, reflex cahaya +/+
 Telinga : normotia, secret -/-
 Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulen, deviasi septum (-)
 Mulut : sianosis (-), mukosa lembab, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada

 Inspeksi : retraksi dinding dada (-), bentuk simetris, pectus ekskavatum/karinatum (-),
barrel chest (-)

10
 Palpasi : massa (-)
 Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

Jantung : BJ I II murni regular, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : supel, bising usus (+)

Anus / rectum : tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tidak ada.

 Kekuatan : 5/5 5/5

5/5 5/5

 Edema : - -

- -

 Sianosis : - -
- -

Pemeriksaan rangsang meningeal

 Kaku kuduk : negatif


 Brudzinski I : negatif
 Kernig : negatif
 Lasegue : negatif

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Darah rutin

Hemoglobin : 12.0 g/dL

Hematokrit : 38,7 %

11
Eritrosit : 5,13 juta / uL

Leukosit : 13,540 / mm3

Trombosit : 253.100 / mm3

Kimia klinik

GDS : 136 mg / dL

RESUME

Anak laki-laki masuk ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan kejang 1 jam SMRS.
Tangan dan kaki pasien kaku kemudia pasien mulai kelonjotan, mulut mengunci, mata
mendelik. Kejang diseluruh tubuh. Kejang yang dialami pasien kurang lebih 10 menit.
Setelah kejang pasien merintih dan lemas. Kejang disertai demam tinggi 39 OC. Sebelumnya
pasien sakit batuk pilek sejak 3 hari SMRS. Sebelum dibawa ke IGD RSUD Tarakan pasien
tidak diberikan obat anti kejang dan obat penurun panas. Tidak ada riwayat kejang
sebelumnya.

Riwayat sosial pasien baik. Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien baik. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien baik sesuai dengan usianya. Riwayat imunisasi
pasien lengkap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Kebutuhan nutrisi pasien sudah tercukupi.

Stasus antropometri pasien baik. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pasien
sesuai dengan anak seusianya, namun status gizi pasien kurang.

Dari hasil pemeriksaan penunjang laboraturium darah pasien didapati peningkatan


leukosit diatas normal, yaitu 13.540/mm3. Hb dan hematokrit pasien juga mengalami
penurunan ringan.

DIAGNOSIS BANDING

1. Kejang demam sederhana


2. Kejang demam kompleks

12
3. Meningitis bakterialis
4. Epilepsy
5. Tetanus
6. Kejang e.c. imbalans elektrolit
7. ISPA
8. Gizi kurang

DIAGNOISIS KERJA

1. Kejang demam sederhana


2. ISPA
3. Gizi kurang

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan elektrolit darah


2. Pungsi lumbal
3. EEG

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

1. O2 2L/jam
2. IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam
3. Diazepam suppositoria
4. Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
5. Paracetamol syrup 4 x 5 mL
6. Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)

Non medikamentosa

1. Tirah baring

13
PROGNOSIS

 Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up

Sabtu, 17 Februari 2018

S Pasien tidak mengalami kejang sejak dirawat dibangsal. Pasien masih mengeluh
demam. Batuk pilek masih dirasakan terutama malam hari dan dingin. sesak nafas
disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus, muntah tidak ada. Pasien mengeluh
gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB sejak dirawat di bangsal. BAK dalam batas
normal.
O KU : tampak sakit sedang, Kes : CM
HR : 124x RR : 32x S : 37.2 OC
 Kepala : normocepali
 Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
 Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulent
 Mulut : sianosis (-), mukosa lembab
 Leher : pembesarah KGB (-)
 Dada : Retraksi (-)
 Jantung : BJ I II murni regular, gallop (-), murmur (-)
 Paru : vesikuler dikedua lapang paru
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-)
 Ektremitas : akaral hangat, CRT < 2 detik
Ditemukan eritema pada abdomen dan ekstremitas pasien.
A  Kejang demam sederhana perbaikan
 ISPA perbaikan
 Insect bite
P  O2 2L/jam
 IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam
 Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali

14
 Paracetamol syrup 4 x 5 mL
 Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
 Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
 Gentamicin zalf

Minggu, 18 Februari 2018

S Pasien tidak mengalami kejang. Ortu pasien mengeluh demam anaknya hilang timbul.
Batuk pilek berkurang. Sesak nafas disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus,
muntah tidak ada. Pasien masih mengeluh gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB
sejak dirawat di bangsal. BAK dalam batas normal.

O KU : tampak sakit sedang, Kes : CM


HR : 112x RR : 30x S : 36.8 OC
 Kepala : normocepali
 Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
 Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulent
 Mulut : sianosis (-), mukosa lembab
 Leher : pembesarah KGB (-)
 Dada : Retraksi (-)
 Jantung : BJ I II murni regular, gallop (-), murmur (-)
 Paru : vesikuler dikedua lapang paru
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-)
 Ektremitas : akaral hangat, CRT < 2 detik
Ditemukan eritema pada abdomen dan ekstremitas pasien.
A  Obs. Febris
 ISPA perbaikan
 Insect bite
P  O2 2L/jam
 IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam

15
 Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
 Paracetamol syrup 4 x 5 mL
 Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
 Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
 Gentamicin zalf

Senin, 19 Februari 2018

S Pasien tidak mengalami kejang. Demam (-). Batuk pilek berkurang. Sesak nafas
disangkal. Dahak tidak ada. Nafsu makan bagus, muntah tidak ada. Pasien masih
mengeluh gatal pada tubuhnya. Pasien belum BAB sejak dirawat di bangsal. BAK
dalam batas normal.
O KU : tampak sakit sedang, Kes : CM
HR : 120x RR : 32x S : 36.6 OC
 Kepala : normocepali
 Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
 Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+) purulent
 Mulut : sianosis (-), mukosa lembab
 Leher : pembesarah KGB (-)
 Dada : Retraksi (-)
 Jantung : BJ I II murni regular, gallop (-), murmur (-)
 Paru : vesikuler dikedua lapang paru
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-)
 Ektremitas : akaral hangat, CRT < 2 detik
Ditemukan eritema pada abdomen dan ekstremitas pasien.
A  Obs. Febris
 ISPA perbaikan
 Insect bite
P  O2 2L/jam
 IVFD kAEN I B 1000 cc/24 jam

16
 Diazepam 3 mg i.v. jika kejang kembali
 Paracetamol syrup 4 x 5 mL
 Diazepam pulv. 3 x 3 mg (selama masih demam)
 Ambroxol 5mg
salbutamol 0.5mg
cetirizine 1mg
dexamethasone ¼ tab
3 x pulv. I
 Gentamicin zalf

BAB II

ANALISA KASUS

17
Pada kasus ini pasien mengalami gejala klinis yang mendukung terhadap diagnosis
kejang demam sederhana. Dari anamnesis diketahui pasien mengalami kejang setelah
sebelumnya suhu tubuhnya meningkat hingga 39OC. Kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan kejang hanya terjadi 1x dalam kurun waktu 24 jam. Riwayat kejang sebelumnya
disangkal oleh orang tua pasien. Pada kasus ini pasien juga tidak memiliki riwayat cidera
kepala.

Kejang Demam

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.1 Sesuai dengan
kasus ini, pasien pada awalnya menderita batuk pilek 3 hari SMRS. Kemudian pasien
mengalami kenaikan suhu hingga 39OC sebelum masuk rumah sakit. Setelah suhu tubuh
pasien naik, kemudian pasien mengalami kejang.

Kejang demam terjadi pada 2 – 4% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Jika kejang
yang didahului demam terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersamaan dengan demam. Usia pasien dalam kasus ini adalah 1 tahun 9 bulan yang berarti
termasuk dalam kategori anak dengan resiko kejang demam.2

Kejang demam sendiri dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
pada umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. 80% kejadian kejang pada keseluruhan
kasus kejang demam merupakan kejang demam sederhana. Sedangkan kejang demam
kompleks memiliki ciri-ciri kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit. Kemudian kejang
berbentuk kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului dengan
kejang parsial. Kejang demam kompleks dapat berlangsung lebih dari 1 kali dalam 24 jam. 1
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kejang
demam sederhana karena kejang yang dialami pasien diawali dengan kekakuan pada kedua
tangan dan kaki (tonik) dan kemudia pasien mengalami kelonjotan (klonik). Kejang yang
dialami pasien berlangsung 10 menit yang berarti sesuai dengan kriteria kejang demam
sederhana yaitu berlangsung kurang dari 15 menit. Selain itu kejang juga tidak berulang lagi
dalam 24 jam.

18
Meningitis

Meningitis bakterialis merupakan suatu peradangan pada selaput otak (meningens)


yang disebabkan oleh infeksi bakteri, ditandai dengan adanya bakteri penyebab dan
peningkatan sel – sel polimorfonuklear pada analisis cairan cerebrospinal. 3 Gejala klinis pada
anak dengan meningitis bakterialis antara lain anak tampak letargis, ubun- ubun tampak
membonjol dan tanda rangsang meningeal positif. Selain itu salah satu tanda khas pada
meningitis bakterial adalah high pitched cry (anak menangis dengan lengkingan yang tinggi).
Gejala klinis tersebut diatas tidak ditemukan pada pasien.

Epilepsi

Diagnosis epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dapat


ditegakkan bila terdapat minimal satu dari koondisi berikut :4

1. Terdapat minimal 2 episode kejang tanpa provokasi


2. Terdapat 1 episode kejang tanpa diprovokasi,
3. Sindrom epilepsi

Dari uraian tersebut maka tidak sesuai dengan keadaan pasien, karena pasien
mengalami kejang setelah terlebih dahulu mengalami kenaikan suhu yang tinggi sebagai
pencetusnya.

Tetanus8

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan pada otot (spasme) tanpa
disertai dengan gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan gangguan kuman secara
langsung namun sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuskular dan
saraf autonom. Kuman penyebab tetanus adalah Clostridium tetanii, kuman berbentuk batang
dengan sifat basil gram positif dengan spora terminal sehingga tampak seperti pemukul
genderang. Kuman ini juga bersifat obligat anaerob dan bergerak menggunakan flagel.
Kuman ini dapat menghasilkan eksotoksin yang sangat kuat.

19
Gejala khas yang dapar ditemukan pada infeksi tetanus adalah :

1. Trismus, yaitu kekakuan pada otot mengunyah (M. Masetter) sehingga pasien akan
sukar membuka mulutnya. Akibat kekakuan ini maka mulat pasien akan tampak
mencucut.
2. Risus sardonicus, terjadi akibat kekakuan otot mimik, sehingga tampa dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar ke bawah.
3. Opistotonus, kekakuan otot penunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot
badan dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat mengakibatkan tubuh
melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku seperti papan.

Kejang e.c. imbalans elektrolit9

Kejang biasa terjadi pada pasien dengan kelainan kadar natrium, hipokalsemia, dan
hipomagnesemia. Pada kasus tertentu, kejang yang terjadi biasanya adalah kejang umum
yang bersifat tonik-klonik, meskipun kejang parsial atau kejang tipe lain dapat terjadi. Pada
semua kasus, abnormalitas kadar elektrolit yang berubah secara mendadak lebih sering
menyebabkan kejang daripada perubahan yang bersifat perlahan atau bertahap.

Pemeriksaaan penunjang

Dari hasil pemeriksaan penunjang darah rutin yang telah dilakukan didapati leukosit
pasien 13.540 yang menunjukkan adanya proses infeksi.

Selain pemeriksaan penunjang darah rutin dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan


elektrolit darah untuk menyingkirkan dugaan bahwa kejang disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit pada darah. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan pungsi
lumbal untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan pasien menderita meningitis.
Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah sebesar 0,6 – 6,7 %. Pada bayi kecil seringkali
sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya
yang kurang jelas. Pungsi lumbal dianjurkan pada :1

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan


2. Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan

20
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis maka pungsi lumbal tidak perlu dilakukan.

ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau yang sering disebut juga infeksi
respiratori akut terdiri dari infeksi respiratori atas akut dan infeksi respiratori bawah akut.
Pengertian akut adalah jika infeksi berlangsung hingga 14 hari. Infeksi respiratori atas akut
(IRAA) adalah infeksi primer respiratori di atas laring, sedangkan infeksi laring ke bawah
disebut infeksi respiratori bawah akut (IRBA). IRAA terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsilitis,
sinusitis dan otitis media. IRBA terdiri dari epiglotitis, laringotrakeobronkitis (croup),
bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.

Salah satu keluhan yang diderita pasien adalah adanya batuk dan pilek yang
berlangsung sejak 3 hari SMRS. Batuk tidak disertai dahak dan suara yag menjadi serak. Dari
pemeriksaan fisik paru didapati suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada
rhonki dan wheezing. Gejala yang ditimbulkan pada pasien tersebut sesuai dengan
manifestasi klinis yang ditimbulkan pada pasien rhnitis dan bronkhitis akut yang termasuk
dalam ISPA.5,6

Antropometri

Dari pemeriksaan antropometri berdasarkan kurva WHO didapati:

1. BB/U = 0 – (-2)
2. TB/U = 0 – (-2)
3. BB/TB = -1 – (-2)
4. LK/U = 0 – (-1)

Dari data tersebut berarti berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pasien sesuai
dengan usianya, namun berat badan pasien tidak sesuai dengan tinggi badan pasien yang
menunjukkan status gizi pasien kurang.

Tatalaksana

21
Tatalaksana utama pada kasus kejang demam adalah mengatasi kejangnya terlebih
dahulu dengan pemberian antikonvulsan sesuai dosis, kemudian diberikan antipiretik untuk
mengatasi pencetus kejang. Pada saat kejang pasien dapat diberikan Diazepam stesolid per
rectal dengan dosis 5 mg suppositoria untuk berat badan kurang dari 12 kg, dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 12 kg. Pemberian dapat diulangi 1 kali lagi dengan jarak waktu
pemberian 5 menit.7 jika kejang timbul kembali maka penata laksanaan kejang berdasarkan
algoritma yang telah ditetapkan oleh IDAI. Berikut ini adalah algoritma penatalaksanaan
kejang:

22
Antipiretik yang dapat diberikan adalah Paracetamol dengan dosis 10 –
15mg/kgBB/kali dapat diberikan 4 kali dalm sehari maksimal 5 kali. Dapat juga diberikan
Ibuprofen 5 – 10mg/kg/kali, 3 – 4 kali sehari.1

Penatalaksanaan ISPA adalah terapi secara simtomatik yaitu dengan pemberian


antihistamin, antitusif, dekongestan, mukolitik dan antibiotik.5,6

Prognosis

Prognosis pada pasien ini adalah :

1. Ad vitam adalah dubia ada bonam karena dari pemeriksaan fisik kesadaran pasien
dalam keadaan kompos mentis dan dapat sembuh sempurna. Resiko kematian pada
pasien dengan kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi meskipun pada
anak dengan resiko tinggi.
2. Ad fungsionam adalah dubia ada bonam karena aktivitas pasien akan segera membaik
yaitu dapat berkomunikasi dan dapat bermain aktif.
3. Ad sanationam adalah dubia ada bonam karena anak dengan kejang demam memiliki
kemungkinan 30 – 50% kemngalami kejang demam beruang.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. IDAI. 2006.


2. Buku standar pelayanan medis kesehatan anak. Departemen ilmu kesehatan anak FK
Unhas. 2015.
3. Prober CG. Central nervous system infection. Dalam : Kliegman RM, Santon BM,
Geme J, Schor N, Behrman RE, penyunting. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke
– 19. Philadelphia: elsevier Saunders; 2011.
4. Fisher RS. Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, cross JH, elger CE, et al. ILAE
official report: a practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia. 2014 Apr;
55(4):457-82.
5. Naning R, Triasih R, Setyati A. Rhinitis. Dalam : Rahajoe NN, Supriyatno B,
Setyanto DB, penyinting. Buku ajar respirologi anak. Edisi I cetkan 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2010.
6. Naning R, Ismangoen H, Setyati A. Bronkitis akut. Dalam : Rahajoe NN, Supriyatno
B, Setyanto DB, penyinting. Buku ajar respirologi anak. Edisi I cetkan 2. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI. 2010.
7. Setyabudhy, Mangunatmaja I. Dalam : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku
ajar Pediatri Gawat Darurat. Badan penerbit IDAI. 2011. H.29-36.
8. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Buku ajar Infeksi
dan Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta. Badan penerbit IDAI. h.322-30.
9. Guerra LC, Moreno MCF, Chozas JML, dan Bolanos RF. Electrolytes disturbances
and seizures. Dalam: Epilepsia. Department of Internal Medicine Hospital de la
Merced, Spain. 2006, 47(12): 1990-1998.

24

Anda mungkin juga menyukai