Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar
oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan
zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu
sistem yang disebut sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah manusia terdiri atas
darah, jantung, dan pembuluh darah.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah
diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal dari kata Yunani haima yang berarti
darah.
Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah
tersebut mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa
darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein)  yang mengandung besi (Fe)
dalam bentuk heme yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan
kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. Manusia
dan hewan mempunyai system untuk mempertahankan diri terhadap penyakit yang
dikenal dengan system imunitas. Ada dua jenis imunitas , yaitu imunitas bawaan dan
imunitas adaptif. Kedau imunitas tersebut merupakan garis pertahanan pertama terhadap
semua pengganggu. Bagian utama tubuh yang berfungsi sebagai imunitas bawaan adalah
kulit,air  mata dan air liur.
System kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan , tentunya
harus disertai dengan pola makan yang sehat, makan cukup berolahraga, dan terhindar
dari masuknya senyawa yang beracun kedalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir
dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.tem kekebalan tubuh.
Kondisi system kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang
sehat terdapat system kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap
penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan system kekebalan tubuhnya
belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa system kekebalan tubuh sang ibu
untuk membantu daya tahan tubuh sang bayi . semakin dewasa, sis tem kekebalan
tubuh  terbentuk sempurna. Namun pada orang lanjut usia, system kekebalan tubuhnya
secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degenerative atau penuaan.

1
Pada pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan didalam kendaraan, makan
siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak nafsu makan. Belum lagi kualitas
makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan steres. Apabila terus
berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang
penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit degenerative.
Kondisi stress dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan
menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibody. Gejala
menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan, sehingga timbulberbagai penyakit
infeksi, penuaan dini pada usia produktif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hematologi ?
2. Bagaimana anatomi Hematologi ?
3. Bagaimana fisiologi Hematologi ?
4. Apa saja patofisiologi pada Hematologi ?
5. Apa yang dimaksud dengan Imunologi dan Sistem Imun ?
6. Apa fungsi dari Sistem Imun ?
7. Bagaimana Mekanisme Pertahanan Tubuh?
8. Apa saja gangguan pada Sistem Imun ?

C. Tujuan Penulisan
Dengan mempelajari teori ini, mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Pengertian Hematologi.
2. Anatomi Hematologi.
3. Fisiologi Hematologi.
4. Patofisiologi pada Hematologi.
5. Pengertian Imunologi dan Sistem Imun.
6. Fungsi Sistem Imun.
7. Mekanisme Pertahanan Tubuh.
8. Gangguan pada Sistem Imun

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hematologi
Hematologi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul darinya.
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan jaringan yang
membentuknya. Hematologi mempelajari baik keadaan fisiologik maupun patologik
organ-organ tersebut di atas sehingga hematologi meliputi bidang ilmu kedokteran dasar
maupun bidang kedokteran klinik.
Di bidang ilmu penyakit dalam, hematologi merupakan devisi tersendiri yang
bergabung dengan subdisiplin onkologi medic. Hematologi dalam hal ini membahas
hematologi dasar, hematologi klinik, dan imunohematologi. Perkembangan bidang
hematologi demikian cepat terutama akibat perkembangan imunologi, biologi molekuler,
dan genetika. Oleh karena itu, timbul pengkhususan mengenai anemia, keganasan
hematologi, penyakit perdarahan (hemorrhagic diathesis) dan transfuse darah, yang
banyak menyangkut imunohematologi.

B. Anatomi Hematologi
System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ
lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10%
berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap
orang tidak sama, bergantung pada usia, dan keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut
ini.
- Eritrosit : sel darah merah (SDM – red blood cell)
- Leukosit : sel darah putih (SDP – white blood cell)
- Trombosit : butir pembeku darah – platelet.

a. Sel Darah Merah (Eritrosit)


 Struktur Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen
masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara

3
membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan, karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom,
serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,
fosforilasi oksidatif sel, atau pembentuk protein.
Komponen eritrosit adalah sebagai berikut.
a) Membrane eritrosit
b) System enzim : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphatedehydrogenase).
c) Hemoglobin, komponennya terdiri atas :
Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi ;
Globin: bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah
merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu garam
hemoglobin akan bergabung dengan1,34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi berikatan
dengan oksigen.
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion
hydrogen serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan
dari hemoglobin.

 Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis)


Dalam keadaan normal, eritropoesis pada orang dewasa terutama
terjadi di dalam sumsum tulang, di mana system eritrosit menempati 20%-
30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel
eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensial dalam sumsum tulang.
Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah
system eritrosit, myeloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh
eritropoetin. Sel induk multipotensial akan berdiferensiasi menjadi sel
induk unipotensial.
Sel induk unipotensial tidak mampu berdiferensiasi lebih lanjut,
sehingga sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdiferensiasi
menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan membentuk DNA yang
diperlukan untuk tiga sampai dengan empat kali fase mitosis. Melalui
empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit.
Eritosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi
eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat,
piridoksin (vitamin B6), kobalt, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel
yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit
matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut.

4
a) Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.
b) Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan
eritroblas asidosis.
c) Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya
RNA dari dalam sitoplasma sel.

 Lama Hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini system enzim
mereka gagal, membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel
ini dihancurkan oleh sel system retikulo endothelial.

 Jumlah Eritrosit
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam
100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

 Sifat-sifat Sel Darah Merah


Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan
jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel seperti berikut ini.
a) Normositik : sel yang ukurannya normal
b) Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
c) Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
d) Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
e) Hipokromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
f) Hiperkromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak

Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah,


sifat ini memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa
kerusakan. Apabila sel darah merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka
sel tersebut tidak dapat bertahan selama peredarannya dalam sirkulasi.

 Antigen Sel Darah Merah


Sel darah merah memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang
terdapat di membrane selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-
antigen itu adalah A,B,O, dan Rh.

b. Sel Darah Putih (Leukosit)


 Struktur Leukosit
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti
sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya
bening (tidak berwarna).

5
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal.
Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang bergranula, yaitu :
oesinofil, basophil, dan neutrophil; serta golongan yang tidak bergranula,
yaitu limfosit T dan B, monosit dan makrofag.

 Fungsi Sel Darah Putih


Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut.
a) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (system
retikulo endotel).
b) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.

 Jenis-Jenis Sel Darah Putih


Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut.
a) Granulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki
diameter sekitar 10-12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula,
granulosit terbagi menjadi tiga kelompok berikut ini.
Neutrophil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang
terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak
berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60%-70%.
Eosinophil : granula berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran
dan bentuknya hamper sama denga neutrophil, tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
Basophil : granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih
kecil dari pada eosinophil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya
teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar,
banyaknya kira-kira 0,5% di sumsum tulang.
Neotrofil, eosinophil,dan basophil berfumgsi sebagai fagosit untuk
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
Selain itu, basophil bekerja sebagai sel mast dan mengeluarkan peptide
vasoaktif.
b) Agranulosit
Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
Limfosit : memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian
besar sel limfosit berkembang dalam limfe/limpa. Ukuran bervariasi
dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan berfungsi
untuk membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan
tubuh.

6
Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan B. Limfosit T
meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama, kemudian
berimigrasi menuju ke timus. Setelah meinggalkan timus, sel-sel ini
beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen
di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah
dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan
kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan memberitahu sel-sel
darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi. Limfosit B terbentuk di
sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai
antigen di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada
tahap ini, limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi
sel plasma serta menghasilkan antibody.
Monosit : ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar,
warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam
sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan
mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke
jaringan. Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total
komponen yang ada di sel darah putih.

 Jumlah Sel Darah Putih


Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x 109/l
yang terbagi sebagai berikut.
Granulosit :
a) Neutrophil 2,5-7,5 x 109
b) Eosinophil 0,04-0,44 x 109
c) Basophil 0-0,10 x 109

Agranulosit :

a) Limfosit 1,5-3,5 x 109


b) Monosit 0,2-0,8 x 109

c. Keping Darah (Trombosit)


 Struktur Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam
sumsum tulang yang tidak meiliki warna serta memiliki bentuk cakram
bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.

7
 Jumlah Trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-
400.000/mililiter), sekitar 30%-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan
sisanya bersirkulasi dalam darah.

 Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah.
Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu
pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap
kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh. Trombosit
melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat
(serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan
kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan
menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit
yang secara efektif menambal daerah yang luka.

 Plasma Hematologi
Plasma adalah bagian hematologi yang encer tanpa sel-sel hematologi,
warnanya bening kekuning-kuningan. Hamper 90% dari plasma
hematologi terdiri atas air. Zat-zat yang terdapat dalam plasma hematologi
adala sebagai berikut :
a) Fibrinogen yang beguna dalam peristiwa pembekuan hematologi.
b) Garam-garam mineral, yang berguna dalam metabolism dan juga
mengadakan osmotic.
c) Protein hematologi (albumin, globulin) meningkatan viskositas
hematologi juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, gukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e) Hormone, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f) Antibody.

d. Limpa
 Struktur Limpa
Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan
tangan. Limpa terletak pada sebelah kiri atas abdomen dibawah kostae.
Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan
diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan dengan
lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri.

8
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa
(masa jaringan limpa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel
leokosit).

 Fungsi Limpa
Limpa memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
a) Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
b) Destruksi sel eritrosit tua.
c) Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang di hancurkan.
d) Produksi bilirubin dari eritrosit.
e) Pembentukan limposit dalam folikel limpa.
f) Pembentukan imunoglobin.
g) Pembuangan partikel asing dari hematologi.

C. Fisiologis Hematologi
Dalam keadaan fisiologis, hematologi selalu berada dalam pembuluh hematologi,
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut.
1. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini.
a. Mengangkut gas kerbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian
dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang
membutuhkan.
b. Mengangkut sisa-sisa/ampas dari hasil metabolism jaringan berupa urea,
kreatinin, dan asam urat.
c. Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
d. Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
2. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3. Mengatur panas tubuh.
4. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
5. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6. Mencegah perdarahan.

D. Patofisiologi pada Hematologi


1. Leukemia
Leukemia ialah keganasan hematologic akibat proses neoplastic yang disertai
gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkatan sel induk
hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos "putih"; aima "darah"), atau lebih dikenal
sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah
medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan
9
secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum
tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-
sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel
darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel
darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak
merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini
dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi di dalam tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini
ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC (total iron
binding capacity) meningkat, saturasi transferin menurun, ferritin serum menurun,
pengecatan besi sumsum tulang negative dan adanya respon terhadap pengobatan
dengan perparat besi.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di
Negara-negara tropic karena sangat berkaitan erat dengan taraf social ekonomi.
Anemia ini mengenal lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak
kesehatan yang sangat merugikan serta dampak social yang cukup serius.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel
megaloblast dalam sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit
dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kesenjangan pematangan sitoplasma
dan inti, di mana sitoplasma maturansinya normal tetapi inti besar dengan setiap
dengan susunan kromosom yang longgar.
Anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti
eritroblast, terutama akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Anemia defisiensi
vitamin B12 relatif jarang dijumpai di Indonesia, tetapi anemia defisiensi asam folat
cukup sering dijumpai, terutama pada wanita hamil. Pada wanita hamil anemia
defisiensi asam folat paling sering disebabkan karena factor nutrisi, karena cadangan
asam folat tubuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan cadangan vitamin B12.

10
E. Pengertian Imunologi dan Sistem Imun
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan system
pertahanan tubuh.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
System imun adalah bentuk pertahanan tubuh terhadap penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme, malfungsi sel dan benda asing.

F. Fungsi Sistem Imun


Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel-
sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja
dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit. Keseimbangan, atau fungsi
homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.
Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk memantau ke
seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda
tersebut akan membinasakannya.
System imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh dan menghilangkan jaringan
atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan serta untuk mengenali
dan menghilangkan sel yang abnormal. Sasaran utama dari sitem imun adalah bakteri
patogen dan virus.

G. Mekanisme Pertahanan Tubuh


Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan tubuh kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang masuk
ke dalam tubuh.
1. Mekanisme pertahanan tubuh lini I
a. Kulit
Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat
kulit diperkirakan sekitar 7% dari berat tubuh total. Pada permukaan luar kulit
terdapat pori–pori (rongga) yang menjadi tempat keluarnya keringat. Kulit adalah

11
organ yang memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh
dari berbagai hal yang dapat membahayakan, sebagai alat indra peraba, sebagai
salah satu organ yang berperan dalam eksresi, pengatur suhu tubuh, dll. Secara
umum kulit memiliki 2 lapisan yaitu Epidermis (Kulit ari) dan Dermis (Kulit
Jangat) serta terdapat lapisan lemak bawah kulit (Hipodermis) yang juga sering
dibahas. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa lapisan lemak bawah kulit
juga termasuk ke dalam lapisan kulit, tidak dipisahkan dalam pengelompokkan
lapisan kulit tersebut.
b. Mucus dan Silia
Struktur mirip rambut yang disebut silia menyapu lendir ini ke
tenggorokan untuk batuk atau menelan.
Lendir atau mukus adalah cairan seperti sekresi yang disekresikan oleh
kelenjar mukus. Ini mengandung sel serosa dan sel mukosa. Mukus adalah cairan
encer koloid kental yang mengandung garam anorganik seperti Kalsium,
Magnesium, Kalium dll. Juga mengandung enzim lisosom yang bersifat antiseptik
dan bersifat asam dan mengandung Immunoglobulin, musin, dll.
Fungsi mucus yaitu :
a) Fungsi utama dari mukus ini adalah untuk melindungi sel-sel epitel yang ada
di saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dll.
b) Lapisan mukus yang terdapat di lambung dikenal sebagai mukosa lambung,
yang bertindak sebagai penghalang pelindung dari diserang oleh pepsin dan
asam klorida. Ketika selaput lendir diserang itu menyebabkan radang lambung
disebut Gastritis atau Ulkus.
c) Selaput lendir yang ada di mata adalah membran konjungtiva yang menutupi
bagian putih mata. Membran ini membantu dalam melumasi mata, mencegah
kekeringan pada mata dan membantu pembentukan air mata. Formasi air mata
di mata membantu menghilangkan debu dan partikel lain yang ada di mata.
d) Mukus juga hadir di hidung mencegah masuknya debu, patogen
dan mikroba lainnya melalui udara.

c. Saliva
Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar
ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-
langit. Saliva mengandung 99,5% air dan 0.5% bermacam-macam yaitu ada zat-
zat seperti kalsium (zat kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-lain. Mucyn
adalah bahan yang dapat menyebabkan sifat air menjadi kental dan licin.
Fungsi saliva :
a) Pembersihan mekanis, yang dapat menghasilkan pengurangan akumulasi plak.
b) Pelumuran elemen gigi geligi, yang akan mengurangi keausan oklusi yang
disebabkan oleh daya pengunyahan.
c) Pengaruh buffer, sehingga naik-turunnya derajat keasaman (pH) dapat ditekan
dan dikalsifikasi elemen gigi dapat dihambat.
d) Agresasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme.
e) Aktivasi anti bakterial sehingga menghalang-halangi pertumbuhan bakteri.

12
d. Asam Lambung
Asam lambung merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia HCl atau asam
klorida. Senyawa ini bersifat asam. Asam lambung akan membunuh bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh bersama-sama dengan bahan makanan.

2. Mekanisme pertahanan tubuh lini II


a. Sel Darah Putih
Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut.
a) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri
yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (system retikulo endotel).
b) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa terus ke pembuluh darah.
3. Mekanisme pertahanan tubuh lini III
a. Antibody
Sebagian besar infeksi tidak pernah berhasil melewati tingkat pertahanan pertama
dan kedua. Mereka yang memicu produksi dan pelepasan antibody. Protein yang
menempel, merusak, menggumpal, dan memperlambat partikel asing.
Setiap antibodi mengikat hanya ke satu situs pengikatan spesifik, yang dikenal
sebagai antigen. Antibodi adalah sejenis protein berukuran kecil yang beredar di
aliran darah, dan termasuk sebagai bagian dari sistem imunitas atau kekebalan
tubuh. Antibodi memiliki fungsi penting bagi tubuh sebagai benteng pertahanan
terhadap berbagai penyebab penyakit.
Antibodi dibuat oleh sel darah putih sebagai respons untuk membantu tubuh
melawan bakteri, virus, dan racun, serta menjaga tubuh dari berbagai penyakit dan
infeksi. Antibodi bekerja spesifik dengan menempel pada antigen, yaitu benda
asing di dalam tubuh yang dicurigai sebagai ancaman oleh sistem pertahanan
tubuh.
Manfaat dari tes antibodi adalah untuk membantu mendiagnosa adanya infeksi
pada berbagai organ tubuh, terutama infeksi saluran pernapasan dan organ
pencernaan, juga untuk mengetahui adanya gangguan sistem kekebalan tubuh.

H. Gangguan pada Sistem Imun


1. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus
ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,

13
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
2. DM tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 (dikenal juga sebagai diabetes tipe 1) disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk
memindahkan glukosa dari dalam darah ke dalam sel. Organ pankreas dalam tubuh
penderita diabetes melitus tipe 1 tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Kurangnya insulin membawa konsekuensi peningkatan glukosa
dalam darah dan urin. Gejala klasik adalah poliuria (sering buang air
kecil), polidipsia (cepat haus), polifagia (cepat lapar), dan penurunan berat
badan. Tanpa insulin, sel-sel tubuh akan mengolah lemak dan otot menjadi energi
sehingga menyebabkan turunnya berat badan. Ini dapat mengakibatkan kondisi akut
yang disebut ketoasidosis diabetik pada penderita diabetes melitus tipe 1, yaitu saat
darah menjadi terlalu asam serta terjadi dehidrasi yang membahayakan.
Diabetes tipe 1 termasuk penyakit autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel dalam pankreas karena menganggap mereka membahayakan tubuh.
3. Alergi/Hipersensitivitas
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan  kekebalan tubuh  dimana  tubuh 
seseorang menjadi  hipersensitif  dalam bereaksi secara  imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang
bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan
berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik.
Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Simtomanya meliputi mata merah, gatal-gatal, rhinorrhea, eksem, urticaria, atau
serangan asma. Pada sebagian orang, alergi berat terhadap lingkungan, atau alergi
makanan atau alergi obat-obatan atau reaksi terhadap sengatan dari tawon mungkin
dapat membahayakan jiwa dengan timbulnya anafilaksis. Tidak semua reaksi dari
hipersensivitas adalah alergi.
Reaksi alergi dapat diduga dan berlangsung cepat. Alergi disebabkan oleh
produksi antibodi berjenis IgE. Maka pembengkakan terjadi dari bersifat tidak
nyaman hingga membahayakan.

BAB III

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Hematologi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang
timbul darinya. Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah
dan jaringan yang membentuknya.
 Anatomi Hematologi
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
b. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
1) Eritrosit : sel darah merah (SDM – red blood cell)
2) Leukosit : sel darah putih (SDP – white blood cell)
3) Trombosit : butir pembeku darah – platelet.
 Fisiologi Hematologi
Dalam keadaan fisiologis, hematologi selalu berada dalam pembuluh
hematologi, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut.
a. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini.
1) Mengangkut gas kerbondioksida (CO2) dari jaringan perifer
kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke
jaringan yang membutuhkan.
2) Mengangkut sisa-sisa/ampas dari hasil metabolism jaringan berupa
urea, kreatinin, dan asam urat.
3) Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk
disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
c. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
d. Mengatur panas tubuh.
e. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
f. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
g. Mencegah perdarahan.
 Patofisiologi pada hematologi
a. Leukemia
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia megaloblastik
 Imunologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
system pertahanan tubuh.
System imun adalah bentuk pertahanan tubuh terhadap penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme, malfungsi sel dan benda asing.
 Fungsi system imun
System imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari invasi penyebab
penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau
substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk

15
ke dalam tubuh dan menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
(debris sel) untuk perbaikan jaringan serta untuk mengenali dan
menghilangkan sel yang abnormal. Sasaran utama dari sitem imun adalah
bakteri patogen dan virus
 Mekanisme pertahanan tubuh
a. Mekanisme pertahanan tubuh lini I : kulit, mucus dan silia, saliva, dan
asam lambung
b. Mekanisme pertahanan tubuh lini II : sel darah putih
c. Mekanisme pertahanan tubuh lini III : antibody
 Gangguan pada system imun :
a. AIDS
b. DM tipe 1
c. Alergi atau hipersensitivitas

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa yang tulisan
masih banyak kesalahan, baik dari isi materi dan cara penulisan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi wawasan
pengetahuan bagi pembacanya.

16

Anda mungkin juga menyukai