Refarat Misna Misi
Refarat Misna Misi
RABIES
Disusun Oleh:
MISNA MISI
`102119058
Pembimbing :
dr. Filemon Tarigan Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “RABIES”. Refarat ini
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar refarat ini
lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis menyadari bahwa refarat ini banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat memperbaiki dan
Besar harapan penulis agar refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
keilmuannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
A. RABIES............................................................................................... 4
1. Defenisi Rabies................................................................................ 4
2. Epidemiologi Rabies........................................................................ 4
3. Etiologi Rabies................................................................................. 6
4. Patofisiologi Rabies......................................................................... 7
6. Diagnosa Rabies............................................................................... 14
8. Penatalaksanaan Rabies................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rabies disebut juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut
pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat
zoonosis atau zoonotik yaitu jenis penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke
Lyssavirus. Virus ini berbentuk seperti peluru atau silindris yang berukuran
dengan panjang 130-300µm dan diameter 70µm yang menular dan sangat ganas,
virus ini juga bersifat neurotropik yang dapat berkembang biak pada jaringan
saraf.
sisanya oleh hewan lain seperti, monyet, kucing dan kelelawar. Penyakit ini
sangat ditakuti karena prognosisnya yang sangat buruk baik pada manusia
2013 ).
tersebar hampir di semua benua kecuali benua Antartika, lebih dari 150 negara
telah terjangkit penyakit ini. Setiap tahun lebih dari 55.000 orang meninggal
1
akibat rabies dan lebih dari 15 juta orang di seluruh dunia mendapatkan
penyakit ini. Sekitar 30-60% dari seluruh orang-orang yang digigit hewan
Kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Esser tahun 1884
pada seekor kerbau, kemudian oleh Pening tahun 1889 pada seekor anjing dan
oleh Eileris de Zhaan tahun 1894 pada manusia. Semua kasus terjadi di Provinsi
Jawa Barat dan setelah itu rabies terus menyebar ke daerah Indonesia lainnya.
tahun 2015, Hingga saat ini 25 provinsi tertular rabies dan hanya 9 (Sembilan)
provinsi di Indonesia yang masih tetap bebas rabies yaitu Nusa Tenggara Barat,
Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DIY, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Dalam 5 (lima) tahun terakhir (2011 – 2015) rata-rata
kasus gigitan hewan penular rabies per tahun adalah 78.413 kasus dan rata-rata
Barat tahun 2014, daerah Kabupaten Sijunjung merupakan daerah yang memiliki
kasus gigitan hewan terbanyak di Provinsi Sumatera Barat tahun 2014. Dari 434
kasus gigitan diketahui bahwa 1 orang meninggal dan 3 orang dinyatakan positif
2
Sijunjung sebanyak 375 kasus dengan 1 orang meninggal dunia. Meskipun
tetapi hal ini sangat jauh dari target Kementerian Kesehatan mengenai strategi
eliminasi rabies 2020 dimana 2 tahun terakhir tereliminasinya kasus rabies tidak
masyarakat karena dampak buruknya yang selalu diakhiri kematian, maka usaha
tergantung dari epidemiologi lokal, jenis dan sifat hewan pembawa rabies,
derajat kontak dan tes diagnostik yang tersedia di daerah tersebut. (Rahmadhani
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai serum anti rabies
hasil penemuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mencakup: adanya
hewan yang menggigit hilang/lari dan tidak dapat ditangkap atau dibunuh, hewan
yang menggigit mati, tapi masih meragukan menderita rabies, penderita luka
gigitan pernah di VAR, hewan yang menggigit pernah di VAR, identifikasi luka
gigitan (status lokalis) serta temuan lain pada waktu observasi hewan dan hasil
3
pemeriksaan spesimen dari hewan. (Kresno S Boedina. 2010 )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. RABIES
1. Defenisi Rabies
Rabies disebut juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi
akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit
ini bersifat zoonosis atau zoonotik yaitu jenis penyakit yang dapat ditularkan
4
2. Epidemiologi
tersebar hampir di semua benua kecuali benua Antartika, lebih dari 150
negara telah terjangkit penyakit ini. Setiap tahun lebih dari 55.000 orang
meninggal akibat rabies dan lebih dari 15 juta orang di seluruh dunia
(Kemenkes) tahun 2015, Hingga saat ini 25 provinsi tertular rabies dan
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam 5
(lima) tahun terakhir (2011 – 2015) jumlah rata-rata kasus gigitan hewan
penular rabies per tahun adalah 78.413 kasus dan rata-rata sebanyak 63.534
2014. Dari 434 kasus gigitan diketahui bahwa 1 orang meninggal dan 3
Rabies Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015, jumlah kasus
5
gigitan di Kabupaten Sijunjung sebanyak 375 kasus dengan 1 orang
penurunan di Kabupaten Sijunjung, tetapi hal ini sangat jauh dari target
tahun terakhir tereliminasinya kasus rabies tidak adanya kasus rabies pada
3. Etiologi
Agen penyebab rabies adalah virus dari genus Lyssavirus dan termasuk
ke dalam family Rhabdoviridae. Virus rabies terdapat dalam air liur binatang
yang telah terinfeksi melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau
jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies.
Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau
panjang 130 – 300µm dan diameter 70µm. Virus ini terdiri dari inti RNA
luar terdapat tonjolan yang terdiri dari glikoprotein G yang berperan penting
dalam timbulnya imunitas oleh induksi vaksin dan penting dalam identifikasi
6
lama. Pada pemanasan suhu 56oC, virus dapat bertahan selama 30 menit dan
pada pemanasan kering mencapai suhu 100oC masih dapat bertahan selama
2-3 menit. Di dalam air liur dengan suhu udara panas dapat bertahan selama
virus dapat bertahan selama bertahun-tahun, hal inilah yang menjadi dasar
kenapa vaksin anti rabies harus disimpan pada suhu 2 o – 8oC. Pada dasarnya
Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet,
pengaruh keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan
kloroform, Na deoksikolat, dan air sabun (Akoso, 2007). Oleh karena itu
sesegera mungkin setelah gigitan untuk membunuh virus rabies yang berada
7
4. Patofisiologi
jaringan otot sekitar luka gigitan. Kemudian virus akan berjalan menuju
susunan saraf pusat melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis. Setelah
mencapai otak, virus akan melakukan replikasi secara cepat dan menyebar
arah perifer melalui serabut saraf aferen baik sistem saraf volunteer maupun
otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan
jaringan di dalam tubuh, dan virus akan berkembang biak dalam jaringan-
8
Dr. Richard Hunt. Rabies.Virology – Chapter Twenty. Retrieved from
http://pathmicro.med.sc.edu/virol/rabies.htm : Microbiology and
Immunology On-line University of South Carolina School of Medicine.
Gambar 3 : Perjalanan Virus Rabies
5. Manifestasi Klinis
a. Pada manusia
1. Stadium prodromal
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas (malaise),
2. Stadium sensorik
Pada tahap ini sering ditemukan pasien merasa nyeri, panas disertai
3. Stadium eksitasi
9
Pada tahap ini penderita mengalami berbagai macam gangguan
4. Stadium paralisis
dari seluruh kasus rabies dan masa sakit lebih lama dibandingkan
10
hari, lebih lama bila dibandingkan dengan tipe furious.
1) Stadium prodromal
Tahap ini merupakan tahap awal dari gejala klinis yang berlangsung
2) Stadium eksitasi
11
Seringkali mulutnya berdarah akibat giginya tanggal atau akibat
Pada tahap ini mulai terjadi paralisis otot laring dan faring yang
air liur berbuih kadang disertai darah dari luka di gusi atau
mulutnya.
3) Stadium paralisis
12
Gambar 4 : Gejala Rabies pada Hewan (Anjing)
Tipe ganas apabila didominasi tahap eksitasi dimana anjing akan terlihat
13
dengan tipe tenang yaitu hipersaliva (mengeluarkan saliva yang
kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang bawah, lumpuh, kejang dan
mati.
Masa Inkubasi :
Masa inkubasi penyakit rabies 10 hari sampai 1 tahun. Umumnya antara 1-3
bulan. Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
d) Lokasi luka gigitan, semakin dekat jarak luka gigitan ke otak, maka gejala
klinis akan lebih cepat muncul. Oleh karena itu luka gigitan didaerah bahu
6. Diagnosis
a. Anamnesis
14
1) Jenis hewan yang diduga memaparkan virus rabies
cakaran
b. Pemeriksaan fisik
1) Vital sign
c. Pemeriksaan penunjang
air liur, dan darah. Pemeriksaan isolasi virus atau RT-PCR dapat
antigen rabies.
atau FAT)
15
merupakan jenis virus yang dominan ditemukan di jaringan saraf,
ikatan antigen dan antibodi. Antibodi yang tak terikat akan tersapu
tak ditemukan virus rabies, maka tak akan ada gambaran fluoresensi
di bawah mikroskop.
16
Uji amplifikasi virus bertujuan untuk memperbanyak asam nukleat
7. Diagnosis Banding
17
a) Ensefalitis
b) Tetanus
c) Poliomyelitis
d) Histerikal pseudorabies
8. Penatalaksanaan
a) Fase awal
Luka gigitan harus dicuci dengan sabun selama kurang lebih 15 menit,
(SAR)
18
pemberian sekaligus (deltoid kanan dan kiri , hari ke-7 dan hari ke-
21.
9. Komplikasi
Pada pasien yang dapat bertahan hidup dari rabies, komplikasi yang
dapat ditemukan lebih didominasi oleh gejala sisa neurologis akibat infeksi
verbal dan nonverbal, dan perubahan kekuatan motorik pada lengan dan
tungkai.
10. Prognosis
19
BAB III
KESIMPULAN
Rabies disebut juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonosis
atau zoonotik yaitu jenis penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia
Rabies disebabkan oleh virus RNA, family Rhabdoviridae dari genus Lyssavirus.
Virus ini berbentuk seperti peluru atau silindris yang berukuran dengan panjang 130-
300µm dan diameter 70µm yang menular dan sangat ganas, virus ini juga bersifat
Sebagian besar kasus (98%) disebabkan oleh gigitan anjing, sedangkan sisanya
oleh hewan lain seperti, monyet, kucing dan kelelawar. Penyakit ini sangat ditakuti
karena prognosisnya yang sangat buruk baik pada manusia maupun hewan, apabila
dengan kematian.
Pada pasien yang dapat bertahan hidup dari rabies, komplikasi yang dapat
ditemukan lebih didominasi oleh gejala sisa neurologis akibat infeksi virus rabies.
gangguan pola berjalan, gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, dan perubahan
kekuatan motorik pada lengan dan tungkai. Rabies memiliki n penyakit infeksi
dengan prognosis yang buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi, yang berakibat
19
DAFTAR PUSTAKA
Banyard, A.C., 2013. Control and Prevention of Canine Rabies: The Need for
364.
Budiman & Riyanto, 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam
Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel untuk Penelitian
Tehran, Iran.
Hampson K, dkk. Estimating the Global Burden of Endemic Canine Rabies. Jurnal
Penerbit FK UI.
19
Detection (RIAD) untuk mendeteksi antigen Virus Rabies Jaringan Otak.
19