Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR DISTOSIA

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : FUTI ALHAMDA

NPM :

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES INDONESIA

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga makalah untuk perkuliahan Ilmu Kesehatan Anak yang berjudul
“Distonsia kelainan tenaga/his”dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar umat, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan dan motivasi serta
masukan dari berbagai pihak. Namun, penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Distosia Kelainan Tenaga / his........................................................................3
1. His hipotonik ......................................................................................
2. His hipertonik.....................................................................................5
3. His yang tidak terkoordinasi ..............................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................16
A. Kesimpulan.....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak bujur
atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala terdapat keseimbangan
antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan kekuatan tenaga ibu
sendiri, dan proses kelahiran berlangsung kurang lebih 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Sebagian besar persalinan adalah persalinan normal, hanya 12-
15% merupakan persalinan patologis, seperti distosia. Distosia sendiri dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yang salah satunya disebabkan oleh kelainan tenaga.
Distosia karena kelainan tenaga (HIS) adalah HIS yang tidak normal, sehingga dapat
menimbulkan penyulit pada saat persalinan, dan pada beberapa kasus dapat
mengakibatkan kematian pada janin maupun ibu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa his hipotonik ?
2. Apa his hipertonik ?
3. Apakah hisyang tidak terkoordinasi ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui his hipotonik
2. Mengetahui his hipertonik
3. Mengetahui his yang tidak terkoordinasi
BAB II

PEMBAHSASAN

HIS HIPOTONIK

His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundusberkontraksi lebih
kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak  pada kontraksinya yang
bersifat lemah, pendek, dan jarang dari hisnormal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu
a. Inersia uteri primer Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan
berlangsunglama dan terjadi pada kala I fase laten.
b. Inersia uteri sekunder Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama
dan terjadipada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah.

Pada keadaan Hipoptonic uterine contraction


 1..Keadaan umum penderita harus diberikan .Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
2..Penderitaan disiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan
kemungkinan yang ada.
3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,evaluasi
kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang
dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderitadiisti rahatkan, diberikan sedati va
sehingga dapat ti dur.
4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a. Penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetriklinik atau
radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea.
b. Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
c. Nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak adakemajuan, persalinan
diakhiri dengan sectio cesarea.
d. Pada akhit kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum
a t a u cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuanalat tersebut.
HIS HIPERTONIK

A. Pengertian

His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal,
tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat
dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus
presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :


a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim.
Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena
mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. His Yang Tidak Terkordinasi Adalah his yang
berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction.
                                       
B. Etiologi
1.      Usi dan paritas
Keadaan ini terutama merupakan keadaan pada primigravida. Sekitar 95 % dari kasdus-kasus
berat terjadi dalam persalinan pertama, dan uterus hamper selalu lebih efisien pada kehamilan
berikutnya. Insidensi pada primigravida lanjut usia hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan pada
wanita muda.
2.      Kondisi emosi dan kejiwaan
Kita tidak tahu bagaimana masalah kejiwaan dan emosi dalam bekerja menyebabkan atau
memperburuk inkoordinasi uterus dalam persalinan. Dikatakan bahwa rasa takut meningkatkan
tegangan pada segmen bawah uterus. Akan tetapi, ada wanita tenang yang mengalami
persalinan sulit dan ada wanita yang amat emosional yang melahirtkan dengan mudah.
Kebanyakan kelainan berat pada system saraf pusat tidak memberikan pengaruh yang
merugikan pada persalinan.
3.      Kelainan uterus
Sementara sebagian dokter mengagap bahwa overdistensi, vibroid, dan jaringan parut pada
uterus menjadi presdiposisi timbiulnya kontarkasi uterus yang jelek, dokter-dokter lainnya
menolak anggapan tersebut. Yang pasti, kelainan congenital uterus, uterus yang fungsiny tidak
lengkap atau uterus bikornis akan mengganggu persalinan.
4.      Pecahnya ketuban
Pecahnya ketuban dalam kondisi yang tepat akan merangsang uterus untuk berkontraksi lebih
baik dan mempercepat kemajuan persalinan. Akan tetapi, ketuban yang pecah sebelum serviks
mendatar m,asih keras, tebal, dan tertutup tentu menghasilkan persalinan yang lama dan tidak
efisien.
5.      Gangguan mekanis dalam hubungan janin dengan jalan lahir
Bagian terendah yang menempel baik pada serviks dan segmen pada uterus pada kala I
persalinan dan dengan vagina serta perineum pada kala II akan menghasilkan rangsangan reflex
yang baik pada myometrium. Segala sesuatu yang menghalangi hubungan baiak ini akan
menyebabkan kegagalan reflex tersebut, dan akaibatnya timbulah kontraksi yang jelek.
Hubungan antara posisi p[osterior, sikap ekstensi dan posisi melintang yang macet (transverse
arrest) dengan kerja urterus yang salah telah diketahui dengan baik. Mal posisi menyebabkan
gangguan uterus, dan jika keadaan ini bias diperbaiki, meka kontraksi kerap kali menjadi lebih
baik.
6.      Iritasi uterus
Rangsangan yang tidak tepat pada uterus oleh obat-obatan batau oleh tindakan maniipulasi
intrauterine dapat mengakibatkan his hipertonik (oksitosin yang berlebihan).
                                                                                                                              
C.    Penatalaksanaan
   A.    Pencegahan
1.      Perasaan takut diatasi dengan perawatan prenatal yang baik.
2.      Analgesic digunakan kalu perlu untuk mencegah hilangnya pengendalian.
3.      Sedasi berat diberikan pada persalinan palsu agar pasien tidak kelelahan ketika benar-benar
menjalani persalinan yang sesungguhnya.
B.     Penanganan
1.      Tindakan umum
·         Semangnat pasien harus diutamakan
·         DJJ dicatat setiap setengah jam dalam kala 1 dan lebih sering dalam kala II
·         Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian spenuhnya
·         Kandung kemih dan usus dikosongkan bila perlu
·         Pemeriksaan dalam perlu dilakukan , akan teteapi harus selalu disadarai bahwa tiap
pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi.
2.      Sedasi dan Analgesi
Meskipun sedasi dengan jumlah yang berlebihan dapat merintangi kontraksi uterus,
penggunaan sedsai yang tepat tidak akan mengganggu persalinan yang sebenrnya. Pasien
memerlukan sedasi untuk menurunkan kecemasnnya dan memerlukan analgesi untuk
mengurangi rasa nyeri.
C.     Bila ada  tanda-tanda obstruksi, persalianan harus segera diselesaikan dengan seksio seksaria
D.    Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan
cepat
E.     Penanganan disfungsi uterus hipertonik
Disfungsi semacam ini ditandai dengan nyeri uterus yang sangat hebat diantara saat-saat his
dan tentu saja tidak sebanding dengan efektivitasnya untuk menghasilkan penapisan serta
dilatasi serviks. Jenis disfungsi uterus ini secara khas terjadi sebelum serviks mencapai dilatasi 4
cm ataun lebih.Oksitosi jarang diperlukan pada keadaan hipertonus uteri dengan janin yang
masih hidup. Persalinan dengan seksio sesaria jika dicurugai terjadi gawat janin

His yang tidak terkoordinasi

Persalinan yang normal—eutasia—apabila ketiga faktor penting telah membuktikan kerja sama
yang baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Keadaan demikian
menunjukkan bahwa ketiga faktor power (P), passage (P), dan passenger (P) telah bekerja sama
dengan baik tanpa terdapat intervensi sehingga persalinan berjalan dengan mulus. Dengan
faktor 3 P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang mempengaruhi jalannya persalinan,
sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well born baby dan well health
mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan dari 3 P
disebut persalinan distosia.

Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut:

1. Power. kekuatan his dan mengejan.


His:
• Inersia uteri: primer, sekunder.
• Tetania uteri.
• His yang tidak terkoordinasi.
• Kelelahan ibu mengejan.
• Salah pimpinan kala kedua.

2. Passage: jalan lahir.


• Kelainan bentuk panggul.
• Kesempitan panggul.
• Ketidakseimbangan sefalopelvik.
• Kelainan jalan lahir lunak.

3. Passenger
• Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus, janin mak-rosomia.
• Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan
posisi oksiput.
• Kelainan letak janin: letak sUngsang; letak lintang dan atau letak mengolak; presentasi
rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat).
4. Tumor pada jalan lahir:
• Kelainan tulang pada jalan lahir.
• Tumor yang berasal dari: indung telur. otot rahim (mioma uteri) terfiksir pada pelvik minor.
• Tumor yang berasal dari vagina.
His (kekuatan kontraksi otot rahim)

Kelainan kontraksi otot rahim adalah:


1. Inersia uteri.
His yang sifatnya lemah. pendek. dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi:
a. Inersia uteri primer.
• Bila sejak semula kekuatannya sudah lemah
b. Inersia uteri sekunder.
• His pernah cukup kuat, tetapi kemudia melemah.
• Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, pada
bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan hahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan
konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit. puskesmas atau dokter spesialis.

2. Tetania uteri.
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan relaksasi otot
rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a. Persalinan presipitatus.
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya mungkin fatal:
• Terjadi persalinan tidak pada tempatnya.
• Terjadi trauma janinpkarena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
• Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri.
b. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim.
3. Inkoordinasi kontraksi otot rahim.
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim
untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
• faktor usia penderita relatif tua
• pimpinan persalinan
• karena induksi persalinan dengan oksitosin
• rasa takut dan cemas.
Dengan anjuran untuk melakukan pertolongan persalinan memakai partograf WHO, diharapkan
penderita dapat dikirim pada saat mencapai garis waspada sehingga keadaan janin dan ibu tiba
di rumah sakit yang mempunyai fasilitas dalam keadaan optimal. Metode partograf tersebut
diharapkan dapat memperkecil kejadian persalinan kasep (terlantar) yang mempunyai angka
kesakitan dan kematian yang tinggi pada ibu mauptin janin.
Jalan lahir merupakan komponen yang tetap. artinya dalam konsep obstetri modern tidak
diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu
tanpa membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut:
• Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang.
• Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.
• Pintu bawah panggul terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischii, ke depan
dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
• Pintu atas panggul menjadi pintu hawah panggul, seolah-olah herputar sembilan puluh
derajat.
• Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
• Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai
bidang sempit pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul lehar kanan kiri
menjadi pintu hawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua
segitiga.
• Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin terlalu hesar, kesempatan
panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus.
• Kelainan letak: letak lintang, letak sungsang.
• Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diduga riwayat persalinan yang
huruk dan persalinan dengan tindakan operasi.

Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan pemhukaan terutama:
1. Serviks.
a. Serviks’yang kaku.
• Terdapat pada primi tua primer atau sekunder.
• Serviks yang mengalami banyak cacat perlukaan (sikatrik).
b. Serviks gantung.
• Osteum uteri eksternum terbuka lebar, namun osteum uteri internum tidak dapat terbuka.
c. Serviks konglumer.
• Osteum uteri internum terbuka, namun osteum uteri eksternum tidak terbuka.
d. Edema serviks.
• Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks.
e. Serviks duplek karena kelainan kongenital.
2. Vagina.
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan persalinan:
• Vagina septum: transvaginal septum vagina, longitudinal septum vagina.
• Tumor pada vagina.
3. Himen dan perineum.
Kelainan pada himen imperforata, atau himen elastik pada perineum terjadi kekakuan sehingga
memerlukan episiotomi yang luas.
Passenger (janin dan plasenta)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai
berikut:
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah
lahir.
• Persendian kepala berbantuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah, dan
memberikan kemungkinan untuk melakukan putar paksi dalam.
• Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putar
paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus
dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan
persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfiksia.
Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena
persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak
mempunyai mekanisme maulage, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan
otak. Dengan demikian persalinan kepala pada letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang
harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi.
Persalinan fisiologis menempati jumlah terbesar 97% dengan oksiput bertindak sebagai
hipomoklion, dan lingkaran suboksipito- bregmatika sebesar 32 cm melalui jalan lahir. Berbagai
posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah
panjang sehingga menimbulkan kerusakan yang makin besar. Pada keadaan presentasi rangkap
karena volume janin yang melalui jalan lahir makin besar, di samping terjadi jepitan bagian
kecil, yang dapat menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya
adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat,
menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
Tumor pada jalan lahir
Tumor jalan lahir dapat menghalangi proses persalinan dengan jalan menghalangi turunnya
kepala atau bagian terendah. Tumor berasal dari ovarium yang bertangkai, mioma uteri yang
bertangkai, sehingga dalam perjalanan persalinan dapat terfiksir di pelvis minor. Tumor yang
berasal dari vagina sebagian besar dalam bentuk kista, sehingga tidak banyak mengganggu
perjalanan persalinan, hanya dengan jalan mengeluarkan isinya melalui pungsi.
Untuk dapat mengetahui secara dini terjadinya proses persalinan distosia, dilakukan evaluasi
setiap faktor yang mengalami kelainan pungsi. sehingga persalinan yang berjalan abnormal
dapat diketahui dengan past’.

Bentuk intervensi dari luar yang dapat dipertimbangkan adalah:


I. Melakukan induksi persalinan.
• Memecahkan ketuban
• Memberikan suntikan/infus oksitosin atau lainnya
2. Menyelesaikan persalinan dengan tindakan operasi pervaginam.
• Persalinan dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forsep
• Pertolongan persalinan letak sungsang atau lintang
3. Pertolongan persalinan dengan seksio sesarea.
Upaya menyelesaikan pertolongan persalinan dengan intervensi kekuatan dari luar bukan tugas
utama bidan, sehingga setiap persalinan yang diduga akan mengalami kesulitan sudah dirujuk
ke pusat dengan fasilitas yang mencukupi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkan karena
kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainan mbesar anak, bentuk anak
(Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang dan lintang), serta
karena kelainan jalan lahir. Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:
1.Inersia Uteri (Hypotonic uterine contraction
2.  Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
3.Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)

B. SARAN

Sebaiknya mahasiswi benar- benar memahami apa yang di maksud dengan distosia
karena kelainan tenaga (HIS), sehingga dapat di lakukan intervensi secara tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/16/distosia/
http://nurmalasaritri.blogspot.com/p/his-yang tidak terkoordinasi.htm
http:// askeb4-patologi.blogspet.com/p/hipertonik.html
https://litha-oktawidara.blokspet .com/2012

Anda mungkin juga menyukai