Anda di halaman 1dari 6

NAIMATUS SHOLIHAH/XII IPA-1/22

PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap, penurunan
titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik
beku dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin.
Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu
biologi. Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan
sehari-hari.

A.              PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP

Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang
sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi.

Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya
yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau
rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di
beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.

B.              PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU

1.                Membuat Campuran Pendingin

          Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0oC.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es putar. Cairan
pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.

          Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur
dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu
akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan pembuat es
putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini
kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga
campuran membeku.

2.                Antibeku pada Radiator Mobil

Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol. Di
daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka
radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air radiator
diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah
membeku.

3.                Antibeku dalam Tubuh Hewan

Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub, memanfaatkan
prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut
mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC. Dengan
demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat
antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan
selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga ,
ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi
mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan
trihalose.

4.                Antibeku untuk Mencairkan Salju

Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi es salju.
Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan
bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2. Penaburan garam tersebut dapat
mencairkan salju. Semakin banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju
yang mencair.

5.                Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)

Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif
zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat
terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya, maka
massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.

C.              PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS

1.                Mengontrol Bentuk Sel

  Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik. Larutan-
larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan lain disebut
hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
daripada larutan lain disebut hipertonik.

Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah. Cairan infus
harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke
luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.

2.                Mesin Cuci Darah

Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi menggunakan metode
dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran
semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus
oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.

3.                Pengawetan Makanan

Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur


digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab
makanan busuk yang berada di permukaan makanan.

4.                Membasmi Lintah

Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam yang
ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam tubuh
sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.

5.                Penyerapan Air oleh Akar Tanaman

Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman melalui akar.
Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di
sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

6.                Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik

Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan yang lebih
pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan
yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.

Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi tekanan
pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk
merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air tetapi
tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan
merembes dari air murni ke dalam air asin.

Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam air limbah
sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

http://wahyu-apriliyanto.blogspot.com/2011/09/penerapan-sifat-koligatif-larutan-dalam.html
NAIMATUS SHOLIHAH/XII IPA-1/22

PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

1.    TEKANAN OSMOTIK

Pengaplikasisan tekanan osmotik dalam bidang kesehatan, yaitu tekanan osmosis dalam
cairan infus.
Jika seseorang memerlukan nutrisi dari injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan
infus harus sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik). Cairan Isotonik
adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (nacl 0,9%).

Jika tekanan dalam sel darah merah > tekanan cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel
darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus
yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan
darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, nacl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+nacl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Jika tekanan dalam sel darah merah < tekanan cairan infus (hipotonik), maka sel darah merah
akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik
adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Kesimpulan sifat koligatif tekanan osmotik berguna bagi bidang medis.

2.Penurunan Titik Beku

Air Radiator

Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan
mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut di dalamnya. Sebagai contoh air
murni membeku pada suhu 0 C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula di
dalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0 C. Sebagai contoh larutan garam 10%
NaCl akan memiliki titik beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C. Dari
sinilah kita bisa mengetahui Mengapa Ice Cream Di Freezer Tidak Membeku?
Mengapa Kita Belajar Mengenai Fenomena Penurunan Titik Beku Larutan?
Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini
bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol
sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat
dipakai di musim dingin. beberapa ikan di daerah artik mampu melepaskan sejumlah
senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan
titik beku kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.
Bagaimana Mengukur Penurunan Titik Beku Larutan?
Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Untuk mengukur
besarnya titik beku larutan kita membutuhkan dua hal berikut:

Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.

Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.

Rumus mencari perubahan titik beku larutan adalah sebagai berikut:

?Tf = m. Kf. I

3.Kenaikan Titik Didih Larutan

Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. "Kenaikan Titik Didih Larutan" merupakan
fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat terlarut di dalam
pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan
dengan titik larutan. Sebagai contoh Pada saat merebus air  titik didih air murni adalah 100 C
jika kita melarutkan gula atau garam dapur ke dalam air maka titik didihnya akan lebih dari
100 C.

Bagaimana Kita Mengukur Kenaikan Titik Didih Larutan?

Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan, Untuk menghitung
perubahan titik didih

4.Penurunan Tekanan Uap

Pernahkah kamu melihat peristiwa penguapan? Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan
dari zat cair menjadi gas. Jika zat cair dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat
tersebut akan menguap hingga ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan
tetap berlangsung dan pada saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju penguapan
sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi kesetimbangan dinamis antara
zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi
reaksi atau proses yang terjadi masih terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap
jenuh dinamakan tekanan uap jenuh.
Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar tekanan uap
suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap. Tekanan uap
suatu larutan dapat diukur dengan alat manometer merkurium. Perhatikan Gambar disamping.
Gambar Manometer merkurium
Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara dalam pipa
penghubung dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup, maka uap yang ada
dalam pipa penghubung hanyalah uap dari pelarut larutan tadi sehingga uap itu disebut
tekanan uap larutan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada di
atas permukaan cairan dan tekanan uap yang terbaca semakin tinggi.
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan Perancis F.M.
Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan
uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak
mudah menguap, apa yang akan terjadi?
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan Perancis F.M.
Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan
uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak
mudah menguap, apa yang akan terjadi?

Gambar Partikel-partikel Pelarut Murni

dan Larutan

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut murni
(Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan (Gambar B). Partikel-
partikel pada larutan lebih tidak teratur dibandingkan partikel-partikel
pada pelarut murni. Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut
murni. Inilah yang dinamakan penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap
murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat dituliskan secara
matematis seperti berikut.

http://song2dragon.blogspot.com/2011/08/penerapan-sifat-koligatif-larutan.html

Anda mungkin juga menyukai