PENDHULUAN
A. Latar belakang
Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak
aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh
dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare
berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk
dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan
implikasi serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan
produktif suatu bangsa di masa yang akan datang (Unicef: 2012)
1
semakin meningkat pula sejumlah kebutuhan akan air. Pemakaian air sangat luas,
sehingga harus diupayakan sedemikian rupa agar tetap tersedia dan memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu baik fisik, biologi maupun kimia (Alwi, 2012)
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui PH dan tingkat
kebeningan berbagai sempel air.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui PH dan tingkat
kebeningan berbagai sempel air dengan baik dan benar
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air dalam obyek-obyek tersebut
bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan
aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara)
menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di
dunia terjadi kekurangan persediaan airAir merupakan satu-satunya zat yang
secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
3
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan)
dengan sebuah ion hidroksida (Anonim, 2008).
Tahap Pemeliharaan Air yang Bersih Menurut Ananda (2008) tahap
pemeliharaan air adalah sebagi berikut :
4
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan yang mungkin ada
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air
yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti indusri, perhotelan dan sebagainya.
Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih
kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia
sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai
dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air
buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari eksreta (tinja dan air seni), air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organik.
b. Air buanganindustri (industrial wastes water) yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku
yang dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen,
sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam
berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis
air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi
lebih rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan
yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
5
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
6
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli
terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun
keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah ini
maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara
lain :
a) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit,
terutama kolera typhus abdominalis, disentri baciler.
b) Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen.
c) Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau
tempat hidup larva nyamuk.
d) Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak
sedap.
e) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan
lingkungan hidup lainnya.
f) Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja
dengan tindak nyaman dan sebagainya.
7
C. Air sumur BOR
Air sumur bor air dari PDAM yang baik adalah yang aquifer. Aquifer
ini adalah air tanah batu di bawah tanah yang dikelilingi oleh batu atau
bahan lainnya yang tidak mengijinkan pengiriman pesan air untuk
melewati. Jadi, air ini adalah aquifer terjepit oleh batu-batu yang lain,
membuat tekanan di tanah air aquifer. Ketika sebuah artesian aquifer
adalah tapped dengan baik tekanan air yang baik, kadang-kadang semua
jalan ke permukaan, membuat mengalir dengan baik (Anonim, 2008).
D. Air Sumur
Air sumur biasanya kadar terlarut karbondioksida tinggi, oksigen
rendah, mineral/logam yang cukup tinggi. Pada air tanah biasanya
ditemukan kadar Fe dan Mangan/ Seng. Tapi dengan oksidasi
(penggunaan aerator/spray bar). kadarnya akan berkurang. Air tanah untuk
konsumsi sebaiknya berjarak minimal 10 meter dr lokasi septik tank
rumah. Jarak ini adalah jarak yang aman terhadap infiltrasi bakteri-bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan.
Air sumur terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Air sumur dangkal
Air yang keluar dari dalam tanah yang berasal dari lapisan air
didalam tanah yang dangkal. Kedalamannya 5 – 15 meter dari
permukaan tanah
b. Air sumur dalam
Berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah lebih dari 15
meter diatas permukaan tanah.
E. Air Sungai
Sungai telah digunakan sebagai sumber air, untuk makanan, untuk
transportasi, sebagai penghalang defensif, sebagai sumber hydropower untuk
menggerakkan mesin, dan sebagai sarana disposing limbah. organisme yang
8
terdapat didalam sungai diantaranya seperti salmon dan hilsa, telah
disesuaikan untuk dapat hidup baik di sungai maupun di laut.
F. Air PAM
Air PAM termasuk air dgn karakteristik yg paling layak dikonsumsi
karena diproduksi dengan standar tertentu. Air PAM biasanya membawa
Klorin atau Kloramin (substitusi untuk pengganti klorin) untuk
desinfektan dalam kadar yang aman untuk dikonsumsi. Klorin/kloramin
relatif tidak stabil, hilang karena aging/curing, pemanasan dan oksidasi.
Klorin/kloramin merubah rasa air dan yang paling membahayakan adalah
bersifat karsinogen jika bereaksi dgn mineral-mineral tertentu. Karena
Kloramin relatif lebih stabil dibanding klorin dalam reaksi pembetukan zat
karsinogenini, di beberapa negara maju, Kloramin bisanya dipakai sebagai
pengganti klorin. Dibandingkan kekurangannya, keuntungan
klorin/kloramin lebih banyak. Tanpa klorin/kloramin wabah mudah
menyebar lewat sumber air dan bisa menyebabkan kematian (kolera,
disentri dan lain-lain).
Zat Klorin/kloramin mudah hilang selama perjalanan/distribusi dari
sumber air (PAM) ke rumah. Semakin jauh dari sumber, biasanya kadar
zat klroin semakin sedikit. Satu hal yang tidak disadari oleh pengguna air
PAM, penguapan zat klorin seperti pada saat kita mandi air panas
menggunakan shower akan mempengaruhi kesehatan kita dalam jangka
panjang. Klorin yg menguap ini akan terhisap oleh paru-paru, menyebar
lewat darah dan disinyalir menyebabkan kanker. Karena itu filtrasi
klorin/kloramin biasanya diperlukan di rumah-rumah yg menggunakan
sumber air PAM (Rakaryan, 2007).
G. pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di
dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi
9
ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi
H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk
itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak
tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini
dikenal sebagai kapasitas pembufferan. Penanganan pH Seperti disebutkan
sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif
apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa
cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung
mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas (Anonim, 2003).
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tingkat kebeningan percobaan ini dilakukan pengamata secara visual terhadap air
yang berada di dalam gelas beaker.
11
BAB IV
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada praktikum hygiene sanitasi kali ini, dilakukan pemeriksaan pH terhadap
beberapa jenis air dengan prosedur pengukuran yang berbeda. Setiap jenis air
dilakukan pengukuran pH sebanyak 2 kali, yaitu menggunakan kertas pH dan alat
pengukur pH (pH meter). Sampel air yang digunakan pada praktikum kali ini ada
beberapa jenis, yaitu : air limbah rumah tangga, air PDAM, air rawa, air sumur,
air sungai, dan air danau.
Praktikum dilakukan dengan cara menyiapkan sampel air yang akan diukur
didalam beaker glass, kemudian dicelupkan kertas pH selama 3 detik dan hasil
12
dari kertas pH yang telah dicelupkan akan dibandingkan dengan indikator nilai
pH yang ada kemasan kertas pH. Selanjutnya pH diukur menggunakan pH meter
dengan cara mencelupkan pH meter kedalam beaker glass yang berisi sampel air
dan tunggu hingga muncul angka hasil.
Sampel pertama yang diukur adalah air limbah rumah tangga. Air limbah
rumah tangga yang digunakan adalah air cuci pakaian. Sampel air limbah rumah
tangga diukur menggunakan kertas pH dan didapatkan hasil yaitu 5, sedangkan
saat diukur menggunakan pH meter didapatkan hasil yaitu 6,7. Dari hasil
pengukuran tersebut terdapat hasil pH yang cukup berbeda, namun hasil tersebut
tetap menunjukkan jika air limbah rumah tangga khususnya air cuci pakaian
memiliki pH yang asam. Jenis sampel air limbah rumah tangga yang kami
gunakan adalah greywater karena sampel berasal dari limbah cucian baju. Disini
warna sampel air yang didapatkan adalah keruh dikarenakan air sudah dicampur
dengan sabun deterjen pencuci baju. Bau yang dihasilkan oleh sampel air adalah
bau tidak sedap. Menurut jurnal abdimas ubj, Air limbah domestik dibagi
menjadi 2 jenis yaitu greywater dan blackwater. Greywater adalah air limbah
yang berasal dari kegiatan mandi, mencuci, aktivitas memasak, dan lainnya.
Sedangkan black water adalah air limbah yang berasal dari kamar mandi atau
kakus.
Sampel kedua yang diukur adalah air PDAM (air keran). Air ini biasanya
digunakan untuk keperluan sehari – hari seperti mandi, mencuci dan lain
sebagainya. Sampel PDAM air diukur menggunakan kertas pH dan didapatkan
hasil yaitu 5, sedangkan saat diukur menggunakan pH meter didapatkan hasil
yaitu 6,5. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat hasil pH yang cukup berbeda,
namun hasil tersebut tetap menunjukkan jika air PDAM memiliki pH yang asam.
Sampel ketiga yang diukur adalah air rawa. Air rawa biasanya terbentuk
karena kurangnya drainase dilingkungan sekitar atau struktur tanah yang lebih
rendah yang menyebabkan terjadinya genangan. Sampel rawa air diukur
menggunakan kertas pH dan didapatkan hasil yaitu 6, sedangkan saat diukur
13
menggunakan pH meter didapatkan hasil yaitu 6,8. Dari hasil pengukuran tersebut
terdapat hasil pH yang cukup berbeda, namun hasil tersebut tetap menunjukkan
jika air rawa memiliki pH yang asam.
Sampel keempat yang diukur adalah air sumur. Air sumur biasanya dapat
ditemukan didaerah pedesaan dan terbentuk secara alami atau melalui proses
pengeboran. Sampel air sumur diukur menggunakan kertas pH dan didapatkan
hasil yaitu 5, sedangkan saat diukur menggunakan pH meter didapatkan hasil
yaitu 6,7. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat hasil pH yang cukup berbeda,
namun hasil tersebut tetap menunjukkan jika air sumur memiliki pH yang asam.
Sampel kelima yang diukur adalah air sungai. Di samarinda terdapat beberapa
sungai, air sungai berasal dari aliran air tawar yang membentang panjang dan
bermuara ke laut. Sampel air sungai diukur menggunakan kertas pH dan
didapatkan hasil yaitu 5, sedangkan saat diukur menggunakan pH meter
didapatkan hasil yaitu 6,3. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat hasil pH yang
cukup berbeda, namun hasil tersebut tetap menunjukkan jika air sungai memiliki
pH yang asam. Menurut jurnal abdimas ubj, pencemaran air sungai sebagian
besar berasal dari limbah domestic atau rumah tangga yang dibuang ke aliran air
sungai, sehingga air sungai menjadi tercemar. Kandungan limbah domestik dapat
membahayakan air sungai, karena limbah domestik biasanya mengandung logam
berat yang berbahaya.
Sampel keenam yang diukur adalah air danau. Sampel air danau didapatkan
dari danau yang berada didaerah perumahan dekat kampus. Sampel air danau
diukur menggunakan kertas pH dan didapatkan hasil 5, sedangkan saat diukur
menggunakan pH meter didapatkan hasil 7,6. Dibandingkan dengan sampel lain,
air danau memiliki hasil ukur yang sangat jauh dan menurut pH meter, pH air
danau bersifat basa. Air yang mempunyai pH antara 6,7 – 8,6 mendukung
populasi hewan dan tumbuhan dalam air. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan
dan perkembangbiakan hewan dan tumbuhan di air tidak terganggu. Kebasaan air
ialah suatu kapasitas air untuk dapat menetralkan asam. Hal ini juga terbukti
14
dengan keadaan air danau yang bersih jernih seperti air keran dan tidak memiliki
bau menyengat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum hygiene sanitasi kali ini, dilakukan pemeriksaan pH
terhadap beberapa jenis air dengan prosedur pengukuran yang berbeda. Setiap
jenis air dilakukan pengukuran pH sebanyak 2 kali, yaitu menggunakan kertas
pH dan alat pengukur pH (pH meter). Air limbah rumah tangga yang
digunakan adalah air cuci pakaian. Sampel air limbah rumah tangga diukur
menggunakan kertas pH dan didapatkan hasil yaitu 5, sedangkan saat diukur
menggunakan pH meter didapatkan hasil yaitu 6,7. Dari hasil pengukuran
tersebut terdapat hasil pH yang cukup berbeda, namun hasil tersebut tetap
menunjukkan jika air limbah rumah tangga khususnya air cuci pakaian
memiliki pH yang asam.
B. Saran
Semoga kedepannya lebih baik lagi dan dapat untuk melengkapi
prasaranan laboratorium yang digunakan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17