Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

ATHRITIS RHEUMATOID
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Ditha Astuti P, M. Kep

Disusun oleh :
MUHAMMAD RIFKY RAHMANSYAH
(SR 162100081)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena  ridho
dan kehendak-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan Judul  “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Artritis Rheumatoid”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan
dalam penulisan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena itu kami mohon arahan, saran dan kritik yang sifatnya
menyempurnakan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Ketapang, 15 Juli 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif
dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun. Penyakit
reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.
165 )
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering
ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun,
lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit
ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-
sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.  (Muttaqin, 2006)
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
B. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor
genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik bisa
memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah
jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996),
dan lingkungan (Noer S, 1996).
7Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan,
tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan
Feldmann, 1998: Blab et al, 1999). Namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen – antibodi), factor metabolik dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
C. Pathway
Reaksi Faktor R dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan
kecenderungan fisik

Nyeri Reaksi peradangan

informasi tntg proses penyakit Sinovial Menebal

Panus Nodul Deformitas sendi Gg body image

kurangnya pengetahuan Infiltrasi ke dlm os. subcondria

Hambatan nutrisi pd kartilago artikularis


Kerusakan kartilago & tulang
Kartilago nekrosis
Tendon & ligamen melemah
Erosi kartilago
Mudah luksasi
& subluksasi
Hilangnya kekuatan otot Adhesi pd permukaan sendi

Resiko cidera Ankilosis fibrosa ankilosis tulang


Kekuatan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Gg mobilitas fisik Defisit self care

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari
kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial
bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang
lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular.
(Chairuddin, 2003).
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran
tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan
kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical
polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan
sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang  yang berlokalisasi
pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya


terpenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu. (Mansjoer, 2001).
F. Tanda Dan Gejala

1. Tanda dan gejala setempat


a) Sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas
b) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c) Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku,
rahang dan bahu
2. Tanda dan gejala sistemik
a) Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia (Mansjoer,
2001)
G. Komplikasi
1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang menjadi
penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis reumatoid.
2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001).
Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan
infark.
3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari ,
depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin,
2009).
5. Osteoporosis
6. Nekrosis sendi panggul.
7. Deformitaas sendi.
8. Kontraktur jaringan lunak.
9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues,
endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya positif.
3. LED meningkat.
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkaT
Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering
adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka
jugasering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi
dan erosi. (Mansjoer, 2001).

I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic
dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada
kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya.
Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam
minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti
daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi inflamasi.Hindari makanan yang banyak mengandung purin
seperti bir dari minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi,
jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan
pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein
cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan
dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih
banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai
tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress pada sendi; kekakuan sendi pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas
istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan
kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala       : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten,
sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
c. Integritas Ego
Gejala    : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial. Keputusasaan
dan ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh,
identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, dan
perubahan bentuk anggota tubuh.
d. Makanan/Cairan
Gejala :Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda      : Penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.
e. Hiegiene
Gejala        : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala        : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda        : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala        : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan
(terutama pada pagi hari).
h. Keamanan
Gejala        : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan
membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala        : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran, isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada klien artritis reumatoid di bawah ini,
disusun berdasarkan diagnosis keperawatan , tindakan keperawatan, dan
rasionalasis ( Doenges, 2000).
a. Diagnosis keperawatan       : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi.

Tujuan                                 : Nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.


Kriteria Hasil                      :
-          klien melaporkan penurunan nyeri.
-          menunjukkan perilaku yang lebih relaks.
-          memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari
dengan peningkatan keberhasilan.
-          Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta Membantu dalam menentukan
catat lokasi dan intensitas, faktor - faktor kebutuhan manajemen nyeri
yang mempercepat, dan respons rasa dan efektivitas program.
sakit nonverbal.
2. Biarkan klien mengambil posisi yang Pada penyakit yang berat/
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. eksaserbasi, tirah baring
Tingkatkan istirahat di tempat tidur mungkin diperlukan untuk
sesuai indikasi. membatasi nyeri/cedera.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah Mencegah terjadinya kelelahan
5 posisi. Bantu klien untuk bergerak di umum dan kekakuan sendi.
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di Menstabilkan sendi,
atas dan di bawah, serta hindari gerakan mengurangi gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
4. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Meningkatkan relaksasi otot
6 Sediakan waslap hangat untuk kompres dan mobilitas, menurunkan rasa
sendi yang sakit. Pantau suhu air sakit, dan menghilangkan
kompres, air mandi, dan sebagainya. kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
5. Berikan masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi/
7 mengurangi tegangan otot.

b. Diagnosa Keperawatan  : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas
atau penurunan kekuatan otot.
Tujuan    : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria Hasil                      :
-          Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
-          Tidak terjadi kontraktur sendi.
-          Bertambahnya kekukatan otot.
-         Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas,
mempertahankan koordinasi mobilitas sesuai tingkat optimal.

No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Evaluasi/ lanjutan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada tergantung dari perkembangan
sendi. resolusi proses inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistemik dianjurkan
duduk jika diperlukan. Buat jadwal selama eksaserbasi akut dan
aktivitas yang sesuai dengan seluruh fase penyakit yang penting,
toleransi untuk memberikan untuk mencegah kelelahan, dan
periode istirahat yang terus- mempertahankan kekuatan.
menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
3. Bantu klien latihan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan
pasif/ aktif, demikian juga latihan fungsi sendi, kekuatan otot, dan
resistif dan isometrik jika stamina umum. Latihan yang tidak
memungkinkan. adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam Menghilangkan tekanan pada
dengan bantuan personel yang jaringan dan meningkatkan
cukup. Demonstrasikan/ bantu sirkulasi. Mempermudah
teknik pemindahan dan perawatan diri dan kemandirian
penggunaan bantuan mobilitas. klien. Teknik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan Meningkatkan stabilitas jaringan
bantal, kantung pasir, gulung (mengurangi risiko cedera) dan
trokanter, bebat, dan brace. mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran
tubuh serta dapat mengurangi
kontraktur.

c. Diagnosa Keperawatan  : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan


peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas.
Tujuan        : Klien mampu mengimplementasikan pola koping yang baru
dan mengungkapkan serta menunjukkan terhadap penampilan.
Kriteria Hasil                      :
-          Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
-          Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
-          Klien menerima perunbahan citra tubuh.
-          Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Dorong klien mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk
perasaannya mengenai proses mengidentifikasi rasa
penyakit dan harapan masa depan. takut/kesalahan konsep dan mampu
menghadapi masalah secara
langsung.

2. Diskusikan arti dari kehilangan/ Mengidentifikasi bagaimana


perubahan pada klien/ orang penyakit memengaruhi persepsi diri
terdekat. Pastikan bagaimana dan interaksi dengan orang lain
pendangan pribadi klien dalam akan menentukan kebutuhan
berfungsi dalam gaya hidup terhadap intervensi/konseling lebih
sehari-hari, termasuk aspek-aspek lanjut.
seksual.
3. Diskusikan persepsi klien Isyarat verbal/nonverbal orang
menganai bagaimana orang terdekat dapat memengaruhi
terdekat menerima keterbatasan bagaimana klien memandang
klien. dirinya sendiri.
4. Akui dan terima perasaan berduka, Nyeri konstan akan melelahkan,
bermusuhan, serta ketergantungan. perasaan marah, dan bermusuhan
umum terjadi.
5. Observasi perilaku klien terhadap Dapat menunjukkan emosional atau
kemungkinan menarik diri, metode koping maladaftif,
menyangkal atau terlalu membutuhkan intervensi lebih
memperhatikan perubahan tubuh. lanjut/dukungan psikologis.

d. Diagnosa Keperawatan    : Defisit perawatan diri berhubungan dengan


kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat
bergerak atau depresi.
Tujuan        : Klien dapat melakukan perawatan diri sesuai
kemampuannya.
Kriteria Hasil                    :
-          Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
-         Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
-         Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.

No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Mandiri
Diskusikan dengan klien tingkat Klien mungkin dapat melanjutkan
fungsional umum sebelum aktivitas umum dengan
timbulnya/eksaserbasi penyakit melakukan adaptasi yang
dan resiko perubahan yang diperlukan pada keterbatasan saat
diantisipasi. ini.
2. Pertahankan mobilitas, control Mendukung kemandirian
terhadap nyeri, dan program fisik/emosional klien.
latihan.
3. Kaji hambatan klien dalam Menyiapkan klien untuk
partisipasi perawatan diri. meningkatkan kemandirian, yang
Identifikasi/buat rencana untuk akan meningkatkan harga diri.
modifikasi lingkungan.
4. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi Berguna dalam menentukan alat
okupasi. bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual, missal memasang
kancing, menggunakan alat bantu,
emmakai sepatu, atau
menggantungkan pgangan untuk
mandi pancuran.
5. Mengatur evaluasi kesehatan di Mengidentifikasi masalah-masalah
rumah sebelum dan setelah yang mungkin dihadapi karena
pemulangan. tingkat ketidakmampuan actual.
Memberikan lebih banyak
keberhasilan usaha tim dengan
orang lan yang ikut serta dalam
perawatan, missal tim terapi
okupasi.

e. Diagnosa Keperawatan    : Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar


mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
Tujuan                              : Klien mampu memahami/menjelaskan
mengenai penyakit, prognosis dan perawatannya.
Kriteria Hasil                    :
-          Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Mandiri
Tinjau proses penyakit, prognosis, Memberikan pengetahuan di mana
dan harapan masa depan. klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi yang
disampaikan.
2. Diskusikan kebiasaan klien dalam Tujuan control penyakit adalh
penatalaksanaan proses sakit untuk menekan inflamasi
melalui diet, obat-obatan, serta sendi/jaringan lain guna
program diet seimbang, latihan, mempertahankan fungsi sendi dan
dan istirahat. mencegah deformitas.
3. Bantu klien dalam merencanakan Memberikan striuktur dan
jadwal aktivitas yang realistis, megurangi ansietas pada waktu
periode istirahat, perawatan diri, menangani proses penyakit kronis
pemberian obat-obatan, terapi yang kompleks.
fisik, dan menajemen stress.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan Keuntungan dari terapi obat-
manajemen farmakoteraupeutik. obatan tergantung ketepatan dosis.

Daftar Pustaka

Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165


Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999
Codenurman.blogspot.com)/2013/01/norman
Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008

Anda mungkin juga menyukai