Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama
di Indonesia. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018,
diperkirakan prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5% dari total penduduk
atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
dalam PERKI (2019) juga menyimpulkan bahwa kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) bersama-sama
bertanggung jawab terhadap 59% dari total kematian. Menurut World Health
Organization (WHO), pada tahun 2012 terdapat 56 juta kematian di seluruh dunia yang
disebabkan oleh PTM dan penyakit jantung berkontribusi dalam 46.2% diantaranya
(17.5 juta kematian) (PERKI, 2019). Prediksi WHO, sekitar 23,6 juta orang di dunia
akan mati akibat penyakit jantung (WHO 2010, dikutip dalam Raisa, 2016).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang timbul akibat
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi atreri yang disebut
aterosklerosis. Kelainan pada arteri korener akibat aterosklerosis menyebabkan suplai
darah ke jantung tidak adekuat dan sel-sel otot jantung kekurangan komponen darah.
Hal ini akan menimbulkan iskhemia pada otot-otot jantung sehingga pasien akan
mengalami nyeri dada dan pada kondisi iskhemia yang lebih berat dapat disertai dengan
kerusakan sel jantung yang bersifat irreversible (Brown & Edwars, 2004; Smeltzer &
Bare, 2008 dikutip dalam Darliana, 2012).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat dideteksi dengan pemeriksaan diagnostik
non-invasif ataupun pemeriksaan invasif. Pemeriksaan secara invasif yang dilakukan
adalah kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan penunjang
dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan
anatomi dan fungsi jantung. (Brown & Edwars, 2004; Smeltzer & Bare, 2008 dikutip
dalam Darliana, 2012) Prosedur kateterisasi jantung yang bertujuan untuk
mengevaluasi anatomi pembuluh darah koroner disebut tindakan angiografi koroner.
Sehingga, angiografi merupakan salah satu prosedur paling penting dalam mendiagnosa
penyempitan pembuluh darah koroner, sehingga penyakit jantung koronr dapat
terdiagnosa dengan baik (Raisa, 2016).

Anda mungkin juga menyukai