Anda di halaman 1dari 89

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Untuk memenuhi salah satu penugasan mata kuliah
Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Emaliana 1490119111
Ersalina Trisnawati Taryana 1490119078
Fadhlun . M.Yawu 1490119091
Fera Agustina Tabuna 1490119082
Fricilia Noya 1490119061

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Keperawatan Gerontik dan
Asuhan Keperawatan Gerontik”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas pada program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami berbagai hambatan. Meskipun
demikian berkat dorongan dan semangat, motivasi yang tinggi serta bantuan atau
masukan dari dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas dan dari berbagai pihak
yang mendukung serta do’a yang selalu tercurahkan dari kedua orang tua serta
rekan dan kerabat terdekat, maka hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis sadar begitu banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan maupun saran yang dapat membangun dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih.

Bandung, Juli 2020

Penyusun

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusun menyadari makalah ini bisa tersusun dengan baik berkat bantuan dan do
rongan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini tak lupa
peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memb
antu penulis dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis ingin mengucapkan t
ermakasih kepada:
1. Anni Sinaga, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan I
mmanuel Bandung.
2. Ira Ocktavia, S.Kep., Ners., M.Kep. Sp. Kep. J., selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung.
3. Ibu Roselina Tambunan, S. Kep., M.Kep., Sp.Kom., selaku Koordinator
dalam mata kuliah keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan da
n saran kepada penulis agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
4. Seluruh Staf Dosen, Akademik, UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kese
hatan Immanuel Bandung yang telah membantu dalam proses penyusunan ma
kalah ini.
5. Rekan-rekan Profesi Ners Angkatan XXIII yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya sewaktu perkuliahan dan pros
es penyusunan makalah dengan suka dan dukanya yang telah dilalui bersama
serta dorongan, bantuan, dan motivasi kepada penulis.

Semoga semua yang telah penulis usahakan menjadi sebuah kebanggan untuk sem
ua pihak dan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Bandung, Juli 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH...........................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II: TINJAUAN TEORI


A. Kondisi dan Permasalahan Pada Lanjut Usia ......................................3
B. Proses Menua .......................................................................................10
C. Masalah dan Penyakit Pada Lanjut Usia..............................................33
D. Kebutuhan Nutrisi Pada Lanjut Usia....................................................49
E. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia...............................................64

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................83
B. Saran.....................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
pasal 1 mengatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penuaan adalah proses yang
terjadi terus menerus dan berkesinambungan, selanjutnya akan mengalami
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Fatma
et all, 2018). Berdasarkan data Perserikaan Bangsa-bangsa (PBB) tentang
World Population Ageing, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta
jiwa penduduk lanjut usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus
meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015).
Berdasarkan data Survey Penduduk antar Sensus (Supas) 2015, jumlah
lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%. Dari jumlah tersebut,
terdiri dari lansia perempuan 11,6 juta (52,8%) dan 10,2 juta (47,2%)
lanjut usia laki-laki (BPS, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk negara yang akan memasuki era penduduk menua (ageing
population), karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah
melebihi angka 7,0% (Heri, 2019).

Pada usia lansia, banyak kemunduran yang dihadapi oleh para lanjut usia
baik itu dari segi fisik, psikis, maupun sosial. Dengan adanya kemunduran
di dalam tahap kehidupan menyebabkan kebutuhan lansia dan
kesejahteraan lansia tidak dapat dilakukan secara mandiri sehingga
pelayanan kesehatan pada lansia diperlukan untuk memelihara dan
mengatasi masalah pada lanjut usia. Dasar hukum pembinaan kesehatan
pada lansia adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lansia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004
Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia,
Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional
Lansia, dan Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang
Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia. Pelayanan kesehatan yang
baik pada lansia bertujuan memperpanjang usia harapan hidup dan masa
produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya
sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perawat gerontik
dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan dengan pelayanan
keperawatan pada lansia berfokus untuk meningkatan kesehatan (health
promotion), pencegahan penyakit, dan mengoptimalkan fungsi mental
lansia agar dapat mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
yang setinggi-tingginya dan terhindar dari penyakit atau gangguan (Nur,
2016).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengimplementasikan konsep dan asuhan
keperawatan gerontik pada lingkup komunitas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa Program Profesi Ners mampu:
a. Mengetahui kondisi dan permasalahan pada lanjut usia.
b. Mengetahui proses menua pada lanjut usia.
c. Mengetahui masalah dan penyakit pada lanjut usia
d. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia
e. Mengetahui Asuhan keperawatan pada lanjut usia

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kondisi dan Permasalahan


1. Demografi Lanjut Usia Di Indonesia
Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahn 1971, jumlah
penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5 %) dari jumlah
penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi ±
8 juta (5,5 %) dari jumlah penduduk dan jumlah penduduk pada tahun
1990 jumlah ini meningkat menjadi ± 11, 3 juta (6,4 %). Pada tahun 2000
diperkirakan meningkat menjadi ± 18, 3 juta (8,5 %) (Nugroho, 2015).
Pada tahun 2005- 2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah
anak balita yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (±9 %) dari jumlah penduduk.
Bahkan pada tahun 2020 – 2025, Indonesia akan menduduki peringkat
negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC,
India, dan Amerika Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun
(Nugroho, 2015).
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik pada tahun 2005 di Indonesia
terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak
hingga ± 33 juta lanjut usia (12 % dari total penduduk (Nugroho, 2015).

Tabel 2.1 Perkembangan penduduk lanjut usia (60 ke atas ) di Indonesia


pada tahun 1971 – 2020
Tahun Perkotaan Pedesaan Perkotaan +
pedesaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1971 726, 633 3,73 4,544241 4.64 5.306.874 4,48
1980 1.452,934 4,42 6.545.609 5,75 7,998,543 5,45
1985 2.916.271 5,26 8,361.286 6,75 11.277.558 6,29
1990 4.209.999 5,88 8,568.213 6,96 12,778.212 6,56
1995 4,027.515 5,76 9,271,073 7,43 13,298,588 6,83
2000 7,793,880 7,60 9.973,829 8,29 17,767,709 7,97
2005 9,572,274 8,22 10,364,62 8,74 19,936,895 8,48

3
1
2010 12,380,32 9,58 11,612,23 9,97 23,992,513 9,77
1 2
2020 5,714,952 11,20 13,407,92 11,51 28,822,879 11,34
7
Sumber : Rencana Aksi Nasional untuk Kesejahteraan Lanjut Usia 2000

Pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun.
Menurut Nugroho (2015) meningkatnya umur harapan hidup ini
dipengaruhi oleh :
a. Majunya pelayanan kesehatan
b. Menurunnya angka kematian dan bayi dan anak
c. Perbaikan gizi dan sanitasi
d. Meningktnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

Tabel 2. 2 Pertumbuhan penduduk lanjut usa (60 tahun ke atas) dan balita
di Indonesia tahun 1971 – 2020.
Tahun Balita Lanjut usia
Jumlah % Jumlah %
1971 19,098,693 16,1 5,306,874 4,5
1980 21,190,672 14,4 7,998,543 5,5
1985 21,550,364 13,4 9,440,999 5,8
1990 20,985,144 11,7 11,277.557 6,3
1995 21,609,900 11,0 13,600,962 6,9
2000 21,190,900 10,1 15,882,827 7,6
2005 21,115,758 9,5 18,283,107 8,2
2010 19,720,793 8,4 19,303,963 7,4
2015 18,773,512 7,6 24,446,290 10,0
2020 17,595,966 6,9 29,021,128 11,4
Sumber : Rencana Aksi Nasional untuk Kesejahteraan Lanjut Usia 2000

Dengan demikian, lapisan lanjut usia dalam struktur demografi


Indonesia menjadi semakin tebal dan sebaliknya, balita menjadi relatif
semakin sedikit. Dengan kata lain, timbul regenerasi yang dapat membawa

4
akibat negatif. Menurut Nugroho (2015) proses ini berlangsung beberapa
tahap yaitu :
Tahap I : timbul kesenjangan antar generasi karena golongan muda secara
dinamis mengikuti kemajuan teknologi canggih sedangkan
golongan lanjut usia tidak acuh, tetap tertinggal, dan
membiarkan golongan muda berjalan terus. Keadaan semacam
itu belum berbahaya.
Tahap II: karena lapisan lanjut usia semakin tebal dan kesehatan semakin
meningkat. Merekapun masih mampu mengimbangi golongan
muda, dan tetap menghendaki memgang jabatan mereka dan
tidak mau digeser. Pada saat ini, timbul tekanan pada generasi
muda, yang lebih berbahya dari keadaan tahap I.
Tahap III: tahap yang paling berbahaya ditandai dengan timbulnya konflik
antar generasi. Dalam keadaan ini, jumlah para lanjut usia
semakin banyak, merasa semakin kuat dan terus menerus
menekan generasi dibawahnya, sedangkan golongan mudah
bereaksi dan melawan teknik itu hingga timbul konflik yang
berkepanjangan dan sulit diatasi dengan segera.
Menurut Nugroho (2015) untuk mencegah prosese regenerasi menuju
keadaan yang berbahya, hal tersebut perlu diantisipasi dengan
melaksanakan hal positiif, antara lain:
a. Menyelenggarkan program pensiun secara terpadu dan merata
b. Menciptakan lapangan kerja atau kegiatan pada lanjut usia yang tidak
bertentangan dengan kebutuhan kaum muda, walaupun pada beberapa
tahun terakhir ini, pemerintah mengalami berbagai kesulitan dibidang
pembangunan ekonomi
c. Meningkatnya bantuan sosial untuk cacar veteran, korban bencana
alam, orang lanjut usia, fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, harus
tetap diupayakan dengan mendorong keikutsertaan masyarakat luas.

2. Permasalahan

5
Dalam perjalanan hidup manusia, proses menua merupakan hal yang
wajar, dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang.
Hanya lambat laun bergantung pada setiap individu yang bersangkutan.
Menurut Nugroho (2015) permasalahan yang menyangkut lansia antara
lain :
a. Permasalahn umum
1) Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan , terutama sebagaI dampak sosial kritis moneter
dan kasus krisis ekonomi, jumlah lanjut usia yang mengalami
permasalahan ini juga meningkat, bahkan ada sebagian lanjut usia
dalam keadaan terlantar. Selain tidak mempunyai bekal hidup,
pekerjaan, atau penghasilan, mereka sebatang kara.
2) Perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik
mengarah pada bentuk keluarga kecil (nuclear family), terutama
dikota besar, menyebabkan nilai kekerabatan dalam kehidupan
keluarga besar (extended family) melemah
3) Meningkatkan mobilitas penduduk (termasuk lanjut usia)
menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap
kemudahan transportasi dan / atau komunikasi bagi para lanjut usia
yang saat ini belum dapat disediakan secara memadai.
4) Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia oleh
pemeritah dan masyarakat, baik berupa keterbatasan tenaga
profesional, data yang lemgkap, valid, relevan, dan akurat tentang
karakteristik kehidupan dan penghidupan para lanjut usia termasuk
permasalahannya serta sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi
para lanjut usia.
b. Permasalahan khusus
1) Perubahan nilai sosisal masyarakat, yaitu kecenderugan munculnya
nilai sosial yang dapat mengakibatkan menurunnya penghargaan
dan penghormatan kepada lanjut usia

6
2) Berkurangnya daya tahan tubuh lanjut usia dalam menghadapi
pencemaran lingkungan serta kesulitan memperoleh lapangan kerja
formal bagi lanjut usia
3) Secara individu, pengaruh proses lansia dapat menimbulkan
berbagai masalah baik fisik, biologis, mental, maupun sosial
ekonomi.
4) Karena kondisinya lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan
fasilitas perumahan yang bagus.
5) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi
dapat pula mengalami pengaruh kondisi mental. Semakin lanjut
usia seseorang, kesibukan sosialnya semakin berkurang.
6) Biaya pemeliharaan kesehtan lanjut usia :
a) Hanya 5 % yang diurus oleh institusi
b) Dari semua resep obat-obatan, 25 % untuk lanjut usia
c) Penyakit bersifat multipatologis dan kronik sebesar 40 % sering
menimbulkan kecacatan/ komplikais lama sebelum meninggal
d) Akibat ketidakmampuan, lanjut usia itu jatuh sakit akan lebih
cepat terjadi
e) Respons terhadap pengobatan berkurang
f) Daya tangkap lebih rendah akibat proses menua sehingga lanjut
usia lebih mudah terkena penyakit
g) Lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan mental, lingkungan
dan fisik`
h) Pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi pada
lanjut usia
7) Lanjut usia juga mengalami ketakutan, terutama :
a) Ketergantungan fisik dan ekonomi
b) Sakit yang kronis (misalnya arthritis, hipertensi,
kardiovaskuler)
c) Kesepian
d) Kebosanan yang disebabkan oleh rasa tidak diperlukan

7
3. Pengertian Gerontologi dan Geriatri
a. Pengertian gerontologi
Gerontologi berasal dari kata geros (bahasa latin ) yang artinya
lanjut usia dan logos yang artinya ilmu. Jadi, gerontologi adalah ilmu
yang mempelajari secara khusus mengenai masalah/ faktor yang
menyangkut lanjut usia (Nugroho, 2015).
Gerontology is komprehensive study of ageing and the problem
of the aged (gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua
dan masalahnya). Gerontologi adalah pengetahuan yang mencakup
segala bidang persoalan mengenai orang berusia lanjut, yand
didasarkan pada hasil penyelidikan ilmu : antropologi, antropometri,
sosiologi, pekerjaan sosial, kedokteran geriatrik, psikiatrik geriatrik,
psikologi, dan ekonomi (Nugroho, 2015).
Gerontik nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang
dapat menjalankan perannya kepada setiap tatanan pelayanan dengan
menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampialm merawat
untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif
(Nugroho, 2015).
Menurut Nugroho (2015) adapun tujuan gerontologi yaitu :
Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses penuaan
1) Membantu mempertahnakan identitas kepribadian lanjut usia
2) Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan lanjut usia baik secara jasmani, rohani maupun sosial
secara optimal
3) Memotivasi dan menggerakan masyarakat dalam upaya
meningktkan kesejahteraan lanjut usia
4) Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5) Mempercepat pemulihan penyakit

8
6) Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarkat
sesuai dengan keberadaan dalam masyarakat

b. Pengertian geriatri
Geriatri berasal adari kata geros yang artinya lanjut usia dan eatrea
yang artinya kesehatan/medikal. Menurut Nugroho (2015) banyak
para ahli mengemukakan defenisi tentang geriatri antara lain :
Geriatry is branch of medicine the deals with problem and disease of
old ages and ageing people (geriatri adalh cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari tentang penyakit pada usia lanjut)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
klinis, preventif dan teraupetis bagi klien lanjut usia
Geriatri adalah ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada
manusia dan akibatnya pada tubuh manusia. dengan demikian jelas
bahwa objek geriatri adalah manusia lanjut usia.
Geriati nursing : praktik keperawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua.
Menurut Nugroho (2015) adapun tujuan geriatri sebagai berikut :
1) Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf
yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental
3) Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk
dapat mengenal dan menegakan diagnosis yang tepat dan dini
bila mereka menemukan kelainan yang baru
4) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

9
5) Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk
tetap memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan
penuh perhatian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral
dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannnya
berlangsung dengan tenang.

B. Proses Menua
1. Pengertian menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keaadan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
tidak dimulai dari suatu waktu tertentu,tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan alamiah,yang berrati seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,dewasa dan tua. Tuga tahap
ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran,misalnya kemunduran fisik yang di tandai
dengan kulit yang mengendur,rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat,dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2015).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian.( Nugroho,2015)
Dalam buku ajaran Geriatri, Prof. Dr.R Boedhi Darmojo dan Dr. H
Hadu Martono (1994) mengatakan bahwa “ menua”(menjadi tau) adalah
suati proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan empertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi )

10
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut bahwa
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian
dan kesehatan lanjut usia,termasuk kehidupan seksualnya( Nugroho,2015)
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/ berkelanjutan
secara alamiah dan umumnya dialaami oleh semua makluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,sususnan saraf,
dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan
proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Asa
kalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih mudah, tetapi telah
menunjukkan kekurangan yang mencolok(deskrimpasi). Ada pulah orang
yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat segar bugar dan
badan tegap. Walaupun demikian harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menumpuh semakin banyak distorsi meteoritik dan stuktur yang disebut
sebagai penyakit degeneratif(mis, hipertensi, arteriosklerosis, diabetes
melitus, dan kanker) yang akan menyebabka berakhirnya hidup dengan
episode teminal yang dramatis misalnya stroek, infark miokard, koma
asidotik, kanker metestasis dan sebagainya.( Nugroho,2015)
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang
saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang
menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam,secara umum,
proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait, waktu bersifar
universal,intrnsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi tehadap lingkungan
untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan dikemukakan bermacam-macam
teori proses menua yang penting.( Nugroho,2015)

2. Teori proses menua


Menurut ( Nugroho,2015)Proses menua bersifat individual.

11
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat meccegah proses
menua
Adapun teori-teori proses menua sebagai berikut :
a. Teori Biologis
1) Teori genetik
a) Teori genetik clock.
Teori ini merupakan teori instriksik yang menjelaskan
bahwa didalam tubuh tedapat jam biologiss yang mengatur gen
dan menentukan proses menua. Teori ini menyatakan bahwa
menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesien
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik/ jam biologis sendiri dan setiap spesien mempunyai
batas usia yang berbeda-bedah yang telah diputar menurut
replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar,ia
akan mati.( Nugroho,2015)
Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua
terpanjang setelah bulus. Secara teoretis memperpanjang umur
mungkin terjadi,meskipun hanya beberapa waku dengan
pengaruh dari luar misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obat atau
tindakan tertentu. ( Nugroho,2015)

Tabel 2.3 Catatan rentang hidup(life spam) makhluk yang


didup dialam bebas( sumber: Boedi Damojo,Buku
Ajran Geriatri(1999)(Nugroho 2015)
Jenis makhluk Umur (Tahun)
Bulus 170
Manusia 116
Kerang 80

12
Kakak tua 70
Gajah 70
Burung hantu 68
Kuda 62
Simpanse 50
Gorila 48
Beruang 47
Bangau 35
Kucing 30
Anjing 27
Sapi 20
Kelinci 18
Ayam 14
Tikus 5
Mencit 5
Kecoa 1
Nyamuk 5 bulan
Lalat 70 hari

b) Teori mutasi somatik


Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses tranlasi RNA protein/ enzim. Kesalahn ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi
organ atau peruban sel mejadi kanker atau penyakit. Setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang
khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana 1994;Contantindes,1994) .
( Nugroho,2015)
2) Teori nongenetik

13
a) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition) jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang medasari peningkata penyakit
auto-imun pada lanjut usia (Goldsetin,1989). Dalam proses
metabolisme tubuh produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh,
tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi
dan sejak iyu tejadi kelainan autoimun. ( Nugroho,2015)

b) Teori kerusakan akibat radikan bebas(free radical theory )


Teori redikak bebas dapat berbentuk dialam bebas dan di
dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan didalam mitokondria. Radikal bebas merupakan
suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai
elektron yang tidak berpasangan sehingga saat reaktif mengikat
atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakn
atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal
bebas( kelompok atom) mengakibatkan oksida oksigen bahan
organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel,
1994).Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel.radikal bebas yang terdapat
dilingkungan Nugroho,(2015) seperti:
1) Asap kendaraan bermotor
2) Asap rokok
3) Zat pengawet makanan
4) Radiasi

14
5) Sinar ultraviolet, yang engakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses smenua.
c) Teori menua akibat metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan., bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dan dapat
memperpendek umur (Bahri dan Ale,1989;Boedhi
Darmojo,1999).( Nugroho,2015)
d) Teori rantai silang (cross link theory )
Teori ini mejelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein karbohidrat dan asam nukleat (molekul kalogen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi
jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma
yang mengakibatkan tejadinya jaringan yang kaku,kurang
elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
( Nugroho,2015)
e) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri
atas teori oksidasi stres dan teori dipakai –aus (wear and tear
theory). Disini terjadi keleihan usah dan stes menyebabkan sel
tubuh lelah terpakai(regenerasi jaringan tidak dapt
mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
( Nugroho,2015)
b. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini anatara
lain :
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelasakan mengapa lanjut usia bertindak
pada suatu sitausi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal uang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi

15
sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
Menurut Nugroho (2015) Pokok –pokok social exchange theory
antara lain :
a) Masyarakat terdiri dri aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing
b) Dalam upaya tersebut,terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu
c) Untuk mencapai tujun yang hebdak dicapai seorang aktor
mengeluarkan biaya .
2) Teori aktivitas atau kegiatan Menurut (Nugroho 2015)
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini enyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c) Ukuran optimum(pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampainlanjut usia.
3) Teori kepribadian lanjutan(continuity theory)
Dasar kepribadain atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya.teori ini menyatahkan bahwa perubahan yang terjadi
pada sorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya

16
hidup, perilaku dan harapan seseorang tenyata tidak berubah,
walaupun ia telah lanjut usia.( Nugroho,2015)
4) Teori pembebasan/penariakn diri(disanggement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan deng
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu
lainnya.Teori yang perama diajukan oleh Cumming dan Henry
(1961. Teori ini meyatakan dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan,lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehiduapn sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami
kehilanangan ganda (triple loss).( Nugroho,2015)
a) Kehilangan peran (loss of role)
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contacct and
relationship)
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegitan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri mengadapi kematiannya.
Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada
beberapapeluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar
proses menua dapat di perlambat. Kemungkinan yang terbesar
menurut Nugroho(2015) adalah mencegah.
a) Meningkatkan radikal bebas
b) Memanipulasi sistem imun tubuh
c) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai “ misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap ,proses

17
menua merupakan salah satu kisteri yang paling sulit
dipecahkan.”.
Selain itu, peran faktor resiko yang datang dari luar (eksogen)
tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya
hidup yang salah banyak faktor yang mempengaruhi proses menua
(menjadi tau), antara lain herediter/genetik,nutrisi/makanan, status
kesehatan,pengalaman hidup, lingkungandan stres. Jadi, proses
menua /menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit ,karena orang
meninggal bukan karena tua, orang mudah pun bisa meninggal dan
bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang
sering merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda
dengan kenyataan yang dialaminya .( Nugroho,2015)

3. Lanjut Usia Di Indonesia


a. Mitos lanjut usia dan kenyataannya Menurut Nugroho(2015)
1) Mitos konservatif
Adanya pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:
a) Konservatif
b) Tidak reaktif
c) Menolak inivasi
d) Berorientasi ke masa silam
e) Merindukan masa lalu
f) Kembali ke masa anak-anak
g) Susah menerma ide baru
h) Susah berubah
i) Keras kepala
j) Cerewet
Fakta: tidak semua lanjut usia bersikap ,berpikir dan berperilaku
demikian.
2) Mitos berpenyakit dan berkemunduran

18
Lanjut usia sering dipandang sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam
penyakit yang menyertai proses menua(lanjut usia merupakan
masa berpenyakitan dan kemunduran).
Fakta: memang proses menua disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metebolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol
dan diobati.( Nugroho,2015)
3) Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang desebabkan
oleh adanya kerusakan sel otak menurut (Nugroho 2015).
Fakta:
a) Banyak lanjut usia yang masih tetap sehat dan segar bugar
b) Daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang
c) Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya
ingat.
4) Mitos ketidak prodiktifitas
Lanjut usia di pandang sebagai masa usia yang tidak produktif,
bahkan menjadi beba keluarganya.
Fakta: tidak demikian. Banyak individu yang mencapai
ketenaran,kematangan ,kemantapan serta produktivitas mental dan
material dimasa lanjut usia.(Nugroho 2015).
5) Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut
usia,minat,dorongan,gairah,kebutuhan dan daya seks dalam
hubungan seks menurun. (Nugroho 2015)
Fakta:
a) Kehidupan seks pada lanjut usia berlangsusng normal
b) Frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya
usia,tetapi masih tinggi

19
6) Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia sudah tidak lagi jatuh cinta,tidak tertarik atau
bergairah kepada lawan jenis.Menurut (Nugroho 2015).
Fakta:
a) Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa.
b) Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
7) Mitos kedamaian dan ketenangan
Menurut mitos ini banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia
dapat santai menikmati hasil kerja dan jerrih payahnya dimasa
mudah dab dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan
keakan-akan telah berhasil dilewatinya.
Fakta: sering ditemukan stress karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena
penyaki,kecemasan,kekhwatiran,depresi,paranoid dan psikotik.
( Nugroho,2015)
b. Tipe lanjut usia Indonesia
Mangkunegoro IV dalam surat werdatama,yang di kutip oleh H. I
Widyapranata menyebutkn bahwa orang tua(lanjut usia) dalam
literatur lama (jawa) dibagi dua golongan Menururt (Nugroho
2015),yaitu:
1) Wing sepuh: orang tua yang sepih hawa napsu, menguasai ilmu
“Dwi Tunggal”,yakni mampu membedahkan antara baik dan
buruk, sejatih dan palsu,Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau
hambanya.
2) Wong sepah: lanjut usia yang kosong,tidak tau rasa, bicaranya
muluk-muluk tanpa isi,tingka lakunya dibuat-buat dan
berlebihan,serta memaluka. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan
dinamika dan romantika hidup)
Pujangga ronggo warsito (dalam surat kalatida)menyebutkan
bahwa lanjut usia tebagi dalam dua kelompok,yaitu:

20
1) Lanjut usia yang berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai
Tuhan Yang Maha Esa dengan rezeki ,tetapi tetap berusaha terus,
disertai selalu ingat dan waspada.
2) Lanjut usia yang lemah: orang tua yang putus asa sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawan, supay mendapat kasih sayang
Tuhan.
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe lanjut usia. Yang menonjol Menururt (Ngroho
2015) antara lain:
1) Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya akan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan,bersikap ramah, rendah hati, sederhana,dermawan,
mmenuhi undangan ,dan menjadi panutan.
2) Tipe madiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang
hialang dengan kegiatan baru,selektif dalam mencari pekerjaan dan
teman pergaulan serta memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir
batin,menetang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan
kecantikan,hilang daya tarik jasmani,kehilanan kekuasaan,
status,teman yang disayangi,pemarah tidak saba,mudah
tersinggung,menuntut,sulit dilayani dan pengkritik.
4) Tipe pasrah: lanjut usia yang selalu menerima dengan menunggu
nasib baik, mempunyainkonsep habis(“habis gelap datanglah
terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa
saja dilakukan
5) Tipe bingung: lanjut usia yang kagetan,kehilangan
kepribadian,mengasingkan diri,merasa minder,menyesal,pasif,
acuh tak acuh.
Lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam beberapah tipe yang
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan kondisi fisik,

21
mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini Menurut (Nugroho 2015)
antara lain :
1) Tipe optimis: lanjut usai santai da panjang,menyesuaikan cukup
baik, mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas
dalam tanggung jawab dan sebagai kesepakatan untuk menuruti
kebuthan pasifnya. Tipe ini sering disebut juga lanjut usia tipe
kursi goyang (the rocking chairman)
2) Tipe konstruktif: lanjut usia ini mempunyai integritas baik,dapat
meningkatkan hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik,
fleksibel, san tahu diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak mudah.
Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi
akhir
3) Tipe ketergantungan lain: lmjut usia ini masih dapat diterima
ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi,masih tahu
diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertidak yang tidak praktis.
Ia senang pensiun tidak suka bekerja dan senang,berlibur,banyak
makan dan banyak minum.
4) Tipe defensif:lanjut usia biasanya sebelum mempunyai riwayat
pekerjaan/ jabatan yang tidak stabil,bersihfat selalu menolak
bantuan, emosi sering tidak terkontrol,memegang teguh
kebiasaan,bersifat konpulsif aktif ,anehnya mereka takut
menghadapi “menjadi tau” dan menyenangi masa pensiun.
5) Tipe melitan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah
menyerah,serius, senang berjuang, bisa jadi panutan
6) Tipe pemarah frustasi: lanjut usia yang pemarah ,tidak sabar,
mudah tersinggung, selalu menyalhkan orang lain, menunujukkan
penyesuaian yang buruk .lanjut usia sering
mengekspresikankepahitan kehidupannya.
7) Tipe bermusuhan: lanjut usia yang selalu menganggap orang lain
yang menyebabkan kegagalan,selalu mengeluh,bersifat agresif,dan
curiga. Biasanya pekerjaan saat ini muda tidak stabil. Menggap

22
menjadi tua itu bukan suatu hal yang baik,takt mati ,iri hati pada
orang yang mudah senang mengadu untung pekerjaan aktif
menghindari masa yang buruk
8) Tipe putus asa ,membenci dan menyalahkan dii sendir:lanjut usia
ini bersifat kritis dan meyalhkan diri sendiri,tidak mempunyai
ambisi mengalami penurunan sosio-ekonomi ,tidak dapat
menyesuaikan diri.dan ingin cept mati.
Menurut kemampuan dalam diri sendiri, lanjut usia dapat
digolongkan dalam kelompok menurut (Nugroho 2015) sebagai
berikut :
1) Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2) Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3) Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4) Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
5) Lanjut usia panti sosial sterna werdha
6) Lanjut usia yang dirawat dirumah sakit
7) Lanjut usia yang menderita gangguan mental

4. Perkembangan Manusia dari Lahir Sampai Akhir Hayat


Selama hidupnya manusia mengalami berbagai proses perkembangan,
mulai dari lahit (bayi),balita, prasekola, masa sekolah,,pubertas,dewasa
muda, dewasa, dan lanjut usia.puncak perkembangan ini dapat
dibagambarkan sebagai berikut Menurut( Nugroho,2015)
a. Sistem biologis:mencapai puncak pada usia 20-30 tahun,kemudian
secara perlahan/lambat melemah.
b. Sistem sensori: mencpai puncak pada usia 40 Tahun lebih,selanjutnya
mulai menurun
c. Kebijaksanaan: mencapai puncaknya pada usia 65-70 tahun,kemudian
mulai menurun .
d. Kepribadian: aspek sosial dan spiritual senantiasa meningkat dengan
berlanjutnya usia serta mencapai puncak pada usia 75-80 tahun.

23
Untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik serta selalu harus
berusaha memilihara kesehatan dengan baik dan dan teratur hingga tidak
mudah dihinggapi penyakit dan agar kemunduran faalberbagai organ
tubuh dapat diketahui sedini mungkin. Umur yang dijadikan patokan
sebagai lanjut usia berbeda-beda,umumnya berkisarantara60-65 tahun.
Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batas
umurMenurut ( Nugroho 2015) yaitu
a. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, ada empat tahap yaitu:
1) Usia pertengahan(middle age) (45-59 tahun)
2) Lanjut usia (elderly) (60-74)
3) Lanjut usia tua (old) (75-90)
4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 Tahun)
b. Menurut Prof DR.Ny Sumiati Ahmad mohamma(alm),Guru Besar
Universitas Gaja Mada Fakultas Kedokteran ,periodesasi biologis
perkmbangan manusia dibagi sebagai berikut:
1) Usia 0-1 tahun (masa bayi)
2) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
3) Usia 6-10 tahun (masa sekolah )
4) Usia 10-20 tahun ( masa pubertas)
5) Usia 40-65 tahun (masa setang umur,pensiun)
6) Usia 65 tahun keatas (masa lanjut usia ,senium)
c. Menurut Dra. Ny Jos Masdani (psikolog dari Universiatas Indonesia),
lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa . kedewasa dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu:
1) Fase uiventu, antara usia 25-40 tahun
2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
3) Fase reasenium, antara usia 55-65 tahun
4) Fase senium antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
d. Menurut Prof Dr. Koesoemanto setyonegoro ,SpKJ,lanjut usia di
kelompokkan sebagai berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)

24
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65
tahun)
3) Lanjut usia ( geriatric age) (usia lebuh dari 65/70 tahun) terbagi :
a) Usia 70-75 tahun (young old)
b) Usia 75-80 tahun (old)
c) Usia lebih dari 80 tahun (very old)
e. Menurut Bee (1996) tahap masa dewasa adalah sebagai berikut:
1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)
2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)
4) Usia65-76 tahun (masa dewasa lanjut)
5) Usia > 75 tahun ( masa dewasa sangat lanjut)
f. Menurut Hurlock (1979) perbedaan lanjut usia terbagi atas dua
tahap,yakni:
1) Early old age(usia 60-70 tahun )
2) Advanced olg age ( 70 tahun keatas)
g. Menurut Burnsine (1979) ada empat tahap lanjut usia yakni:
1) Young old (usia 60-69 tahun )
2) Middle age old (usia 70-79 tahun )
3) Old-old (usia 80-89)
4) Very old-old( usia 90 tahun keatas )
h. Sumber lain mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut
1) Usia 60-65 tshun (ederly)
2) Usia >65-75 tahun (junior old age)
3) Usia >75-90 tahun (formal old age )
4) Usia > 90-120 tahun ( longevity old age)
Kalau pembagian umur dari beberapah ahli dapat disimpilkan bahwa
yang disebut lanjut usia adalh orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Namun di Idonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun kearas. Hal ini
dipertegas dalam undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2.

25
Binner and jenner (1977)mengusulkan untuk membedakan antara usia
biologis,usia pisikologis dan usia sosial.
a. Usia biologis yaitu jangka waktu seseorag sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati.
b. Usia phisikologis yaitu kemampuan sesorang untuk mengadakan
penyesuaian pada situasi yang diahadapinya
c. Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seorang sehubungan dengan usianya.
Kegitan jenis usia yang dibedakan oleh birrend and jenner itu saling
memengaruhi dan prosesnya saling berkaitan. Oleh karena itu secara
umum tidak akan terdapat perbedaan yang terlalu mencolok anara
kelangsungan ketiga jenis usia tersebut.
Umumnya usia kronologis manusia dapat dapat digolongkan menjadi
masa bayi,masa kekanak-kanakan,masa pubertas,masa remaja,masa
dewasa muda,masa dewasa, dan masa lanjut usia.

5. Perubahan Akibat Proses Menua


a. Perubahan fisik dan fungsi Menurut (Nugroho 2015).
1) Sel
a) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
d) Proporsi protein di otak,otot,ginjal darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikn sel terganggu
g) Otak menjadi atrofi,beratya berkurang 5-10%
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
2) Sistem persarafan
a) Menurun hubugan persarafan

26
b) Berat otak menurun 10-20%( sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress
d) Saraf panca indra mengecil
e) Penglihatan berkurang,pengengaran menghilang,saraf
penciuman dan perasaan mengecil,lebih sensitif terhadap
perubahan suhu,dan rendahnya ketahanan terhadap digin.
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan
g) Defisit memori
3) Sistem pendengaran
a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam,terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi,suara yang tidak jelas sulit mengerti kata-kata,50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otoskleosis
c) Terjadi pengumpulan serumen,dapat mengeras karena
meningkatnya karatin
d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan/stres.
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung bisa bernada tinggi
atau rendah,bisa terus menerus atau intermiten).
f) Vertigo(perasaan tidak stabil yang terasa sperti bergoyang atau
berputar).
4) Sistem penglihatan ‘
a) Sfigter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
mengilang
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.

27
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar daya adptasi
terhadap kegelapan lebih lambat,susah melihat dalam gelap.
e) Penurunan/hilangnya daya akomadasi dengan manefentasi
presbiopia,soerang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisits lensa.
f) Lapang pandang menuru;luas pandang berkurang
g) Daya membedakan warna menurun ,terutama warna biru atau
hijau pada skala.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Katup jantung menebaldan menjadi kaku
b) Elastisitas dinding aorta menurun
c) Kemampuan jantung memompa menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekuensi denyut jantung maksiamal =200-
umur)
d) Curah jantung menurun (isi jantung semenit menurun)
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah ,efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang,perubahan posisi dari
tidur ke duduk(dudukke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
f) Kinerja jantung lebih rentang terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat..sistole normal ±170 mmHg diastole ± 95
mmHg.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh Menurut (Nugroho 2015).
Pada pengaturan suhu,hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat,yaitu menetapkan pada suatu suhu tertentu. Kemunduran
terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui
antara lain:

28
a) Temperatur tubuh menurun(hipotermi)secara fisiologis
±35°Cini akibat metabolisme yang menurun
b) Pada kondisi ini lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat
pula menggigil,pucat dan gelisah
c) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
7) Sistem pernapasan Menurut (Nugroho 2015).
a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi,kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku
b) Aktivitas silia enurun
c) Paru kehilangan elastisitas,kapasitas residu meningkat,menarik
napas lebuh berat,kapasitas penapasan maksimum menurun
dengan kedalaman bernapas menurun
d) Ukuran olveoli melebar (memebesar secara progresif \) dan
jumlah berkurang.
e) Berkurangnya elastisitas bronkus
f) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
g) Karbo diogsoda pada arteri tidak berganti .pertkaran gas
terganggu
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j) Sering terjadi emfisema senilis.
8) Sistem pencernaan Menurut (Nugroho 2015)
a) Kehilangan gigi,penyebab utama periodontal disease yang bisa
terjadi setalah umur 30 tahun.penyebab lain meliputi kesehatan
gigi dan gizi yang buruk
b) Indra pengecapan menurun, adanya iritasi selaput lendir yng
kronis,atrofi indra pengecap (±80%)hilangnya sensitivitas saraf
pengecapan dilidah terutama pada rasa manis dan asi,
hilangnya sensitivitas saraf pengecapan terhadap rasa asin,
asam dan pahit

29
c) Esofagus melebar
d) Rasa lapar menurun (sensitiv lapar menurun )asam lambung
menurun,motolitas dan waktu pengosongan lambung menurun
e) Peristaltik lema dan biasanya timbul konstipasi
9) Sistem reproduksi Menurut (Nugroho 2015).
Sistem reproduksiwanita :
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b) Ovari menciut,uters mengalami atrofi
c) Atrofi payudara
d) Atrofi vulva
e) Selaput lendir vagin menurun ,prmukaan menjadi halus,sekresi
berkurang,sifatnya menjadi alkalidan terjadi perubahan warna.
Sistem reproduksipria :
a) Testis masuh dapat memproduksi spermatozoa,meskipun ada
penurunan secara berangsur-ansur
b) Dorongan seksual menetap samapi usia diatas 70 tahun asal
kondisi kesehatnnya baik
10) Sistem genitourinaria Menurut (Nugroho 2015)
Ginjal.Ginjal merupakan alat untuk menegluarkan sistem
metabolisme tubuh melalui urien darah yang masuk keginjal
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi ,aliran
darah keginjal menurun sampai 50%sehingga fungsitubulus
berkurang.akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun
,berat jenis urine menurun proteinuria (biasanya+1)BUN (blood
urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg% nilai ambang ginjal
terdapat glukosa menigkat .
11) Sistem endokrin Menurut (Nugroho 2015).
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntuh dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam dalam pertumbuhan,pematangan,

30
pemeliharaan dan metabolesme organ tubuh yang temasuk
hormon kelamin
12) Sistem integument Menurut (Nugroho 2015).
a) Kulit menerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b) Permukaan kulit cenderung kusam,kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses karetinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk sel epidemis).
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang
tidak merata paa permukaan kulit sehingga tanpak bintik-bintik
atau noda cokelat
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tubuhnya kerut-
kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit mmenipis
e) Respon terhadap trouma menurun
13) Sistem mulkuloskenetal Menurut (Nugroho 2015)
a) Tulang kehilangan densitas (cairan )dan semakin rapuh
b) Gangguan tualng, yakni mudah mengalami demineralisasi
c) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun,terutama vertebra
pergelangan dan paha.
d) Kultilago yang meliputih permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus
e) Kifosis
14) Perubahan mental Menurut (Nugroho 2015).
a) Dibidang mental atau pisikis pada lanjut usia perubahan dapat
berupah sikap yang semakin egosentrik ,mudah curiga
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu
b) Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan
pada hampir pada setiap lanjut usia yakni keinginan berumur
panjang,tenaganya sedapat mungkin dihemat.
c) Menghargai tetap diberikan peranan dalam masyarakat
d) Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa.

31
e) Jika meninggal pun,mereka ingin meninggal secara terhormat
dan masuk surga.
15) Perubahan pisikososial Menurut (Nugroho 2015).
Nilai yang sering di ukur melalui produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan.bila mengalami
pensiun(purnatugas) seorang akan mengalami kehilangan antara
lain :
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi,lengkap dengan semua fasilitas)
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
16) Perkembangan spiritual Menurut (Nugroho 2015).
a) Agama/ kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
(maslow 1970)
b) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya.
Hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari
(Murray dan Zentner 1970)
c) Perkembangan spiritual pada pada usia 70 tahun menurut
folwer(1978)
b. Dampak kemunduran
Kemunduran yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang yang
memasuki lanjut usia. Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran
yang yang paling banyak dikemukakan.selain berbagai macam
kemunduran ada suatu yang meningkat dalam proses menia yaitu
sensitivitas emosional seseorang.
Kecemasan yang timbul pada mereka yang merasa dirinya menjadi
kurang menarik atau kelihata kurang mampu, memberi peluang yang
besar bagi produsen kosmetika,alat kecantikan,alat gerak badan,dan
obat awet mudah.

32
Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat dan tidak
disertai gejala phisikologis yang luar biasa kecuali sedikit
kemurungan,rasa lesu dan kemampuan seksualitas berkurang.
( Nugroho,2015)

C. Masalah Dan Penyakit Pada Lanjut Usia


1. Mudah Jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi
penyebabnya multi factor banyak yang berperan didalamnya baik factor
intrinsic maupun dari dalam diri lanjut usia. Missalnya, gangguan gaya
berjalan kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi dan sinkope
atau pusing. Untuk factor ekstrinsik misalnya lantai yang licin dan tidak
rata, tersandung benda, penglihatan yang kurang karena cahaya yang
kurang terang dan sebagainya.Memang tidak dapat dibantah, bila
seseorang bertambah tua, kemampuan fisik atau mentalnya pun perlahan,
tetapi pasti menurun. Akibatnya, aktivitas hidupnya akan terpengaruh,
yang pada akhinya akan dapat mengurangi ketegapan dan kesigapan
seseorang.(Nugroho, 2015)
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 – Jakarta :
EGC 2008, Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia (yang berusia 65
tahun) keatas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka
tersebut mengalami jatuh berulang. Perempuan lebih sering jatuh
dibandingkan dengan lanjut usia laki-laki. Berdasarkan data yang
ditemukan di sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA
Pembangunan ( Panti Sosial Thresna Werdha) antara tahun 2001 sampai
November 2002, dari 89 lanjut usia, terdapat 25 orang yang mengalami
jatuh dengan kejadian sebesar 28% yang dirinci sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis kelamin, lanjut usia perempuan sebesar 80% sedang
lanjut usia laki-laki sebesar 20 %

33
b. Berdasarkan Usia, 70-79 tahun sebesar 52 %; 80-89 tahun sebesar
44%; usia 90-99 tahun sebesar 4%
c. Berdasarkan factor risiko, yang disebabkan oleh factor intrinsic
sebesar 60 % dan factor ekstrinsik sebesar 32% (factor intrinsic dan
ekstrinsik sebesar 8%).
d. Berdasarkan frekuensi berulangnya jatuh, lanjut usia yang jatuh
sebanyak 1 kali sebesar 60% , jatuh 2 kali sebesar 12%, jatuh 3 kali
sebesar 16%, jatuh 4 kali sebesar 8% dan jatuh 5 kali sebesar 4%.
e. Dari data tersebut, sampai bulan November 2002 sebesar 27% , dan
insiden kejadian jatuh yang terjadi pada oktober 2002 sebesar 10%
f. Dari 25 lanjut usia yang mengalami jatuh, diperoleh data bahwa
sebesar 52 % dari hasil pemeriksaan BMD yang dilakukan pada
tanggal 24 Agustus 2002, mengalami osteoporosis.
g. Lanjut usia yang sehat mempunya risiko lebih tinggi di bandingkan
lanjut usia yang lemah atau cacat untuk terjadinya fraktur dan
perlukaan akibat jatuh.
Menurut Reuben (1996) dalam buku ajar Geriatri (Prof, DR . R. Boedi
Darmojo, Sp.PD,K.Ger, 1999), jatuh adalah suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai atau
ditempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka.
Untuk lebih dapat memahami factor risiko jatuh, harus dimengerti
bahwa stabilitas tubuh ditentukan atau dibentukoleh :
a. Sistem sensori
Pada system ini, yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran.
Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Begitu pula, semua penyakit telinga akan
menimbulkan gangguan pendengaran.
b. Sistem Saraf pusat(SSP.)

34
Penyakit SSP seperti stroke dan Parkinson, hidrosefalus tekanan
normal, sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan
fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensori
(Tinneti, 1992).
c. Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan
meningkatnya risiko jatuh.
d. Muskuloskeletal
Factor ini berperan besar pada terjadinya jatuh lanjut usia (Faktor
Murni). Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya
berjalan dan hal ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis,
misalnya :
1) Kekakuan jaringan penyambung
2) Berkurangnya massa otot
3) Perlambatan konduksi saraf
4) Penurunan visus/lapang pandang
Semua itu menyebabkan:
1) Penurunan Range of Motion (ROM) Sendi
2) Penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas
3) Perpanjangan Waktu Reaksi
4) Goyangan Badan
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 – Jakarta :
EGC 2008, Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan
bergerak, langkah yang pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat, dan cenderung gampang goyah, susah/terlambat
mengantisipasi bila terjadi gangguan, seperti terpeleset, tersandung,
kejadian tiba-tiba sehingga mudah jatuh.Secara singkat, factor risiko jatuh
pada lanjut usia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu factor intrinsic
(factor dari dalamDalam tubuh lanjut usia itu sendiri) dan factor ekstrinsik
(factor dari luar atau lingkungan).

35
Adapun factor intrinsic misalnya :
a. Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah
b. Gangguan system susunan saraf
c. Gangguan system anggota gerak
d. Gangguan penglihatan dan pendengaran
e. Gangguan psikologis
f. Gangguan gaya berjalan
Adapun faktor ekstrinsik (penyebab dari lingkungan sekitarnya),
misalnmya :
a. Cahaya ruangan yang kurang terang
b. Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
c. Lantai yang licin
d. Obat-obatan yang diminum (diuretic, antidepresan, sedative, anti
psikotik, alcohol, dan obat hipoglikemik)

Faktor Intrinsik FaktorEkstrinsik

Kondisi Fisik & Obat yang


Neuropsikiatrik diminum

Penurunan Visus & Alat bantu


pendengaran berjalan
JATUH
Perubahan neuro-
Lingkungan yang
muskular, gaya berjalan,
tidak mendukung
dan reflex postural akibat
proses menua (berbahaya)
(Nugroho,
2015)

Menurut Nugroho (2015), Factor-faktor yang sukar diketahui,


misalnya pengaruh makanan yang kurang jatuh sering membawa akibat
lanjutan, misalnya timbul perubahan pada persendian alat gerak tubuh,
patah tulang dan infeksi kulit. Penyebab jatuh pada lanjut usia biasanya
merupakan gabungan beberapa factor/multifactor, antara lain karena :

36
a. Kecelakaan (Penyebab utama) (30-50%) :
1) Murni kecelakaan (mis, terpeleset, tersandung)
2) Gabungan (mis, lingkungan yang jelek)dan kelainan akibat proses
menua (mis, mata kurang awas).
b. Nyeri Kepala dan/atau Vertigo
c. Hipotensi Ortostatik :
1) hipovolemia (curah jantung rendah)
2) disfungsi Otonom
3) terlalu lama berbaring
4) pengaruh obat hipotensi
d. Obat-obatan
1) Diuretik/antihipertensi
2) Sedatif
3) Antipsikotik
4) Alkohol
e. Proses penyakit yang spesifik (misalnya kardiovaskuler, stroke,
Parkinson, serangan kejang, dan penyakit serebelum)
f. Idiopatik (tidak jelas sebabnya)
g. Sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba) missalnya,
1) Drop attack (Serangan Roboh)
2) Penurunan aliran darah ke otak tiba-tiba
3) Kelengar matahari
4) Infard miokard

2. Mudah Lelah

Hal ini dapat disebabkan oleh :


a. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau depresi).
b. Gangguan organis, misalnya :
1) Anemia
2) Kekurangan vitamin
3) Perubahan pada tulang (osteomalisia)

37
4) Gangguan pencernaan
5) Kelainan metabolisme (diabetes mellitus, hipertiroid)
6) Gangguan ginjal dengan uremia
7) Gangguan faal hati
8) Gangguan sistim peredaran darah dan jantung
c. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung dan obat yang
melelahkan daya kerja otot. (Nugroho, 2015)

3. Gangguan Kardiovaskular
a. Nyeri Dada
Nyeri dada dapat disebabkan oleh :
1) Penyakit jantung coroner yang dapat menyebabkan iskemia
jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung)
2) Aneurisme aorta
3) Radang selaput jantung (pericarditis)
4) Gangguan pada system alat pernapasan, misalnya pleuro –
pneumonia/emboli paru dan gangguan pada saluran pencernaan
bagian atas. Sesak napas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh
kelemahan jantung, gangguan sistim saluran napas, berat badan
berlebihan (gemuk) atau anemia.
b. Sesak napas pada kerja fisik
Sesak napas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung,
gangguan sistem saluran pernapasan, berat badab berlebihan (gemuk),
anemia.
c. Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh
1) Gangguan irama jantung
2) Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
3) Factor psikologis dan lain-lain. (Nugroho, 2015)

38
4. Edema kaki
Edema kaki dapat disebabkan oleh :
a. Kaki yang lama digantung (edema gravitasi)
b. Gagal jantung
c. Bendungan pada vena bagian bawah
d. Kekurangan Vitamin B
e. Gangguan penyakit hati
f. Penyakit ginjal
g. Kelumpuhan pada kaki(kaki yang tidak aktif). (Nugroho, 2015)

5. Nyeri atau Ketidaknyamanan


a. Nyeri Pinggang atau punggung
Nyeri dibagian ini dapat disebabkan oleh :
1) Gangguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang
(osteomalasia, osteoporosis, dan osteoartrosis)
2) Gangguan pancreas
3) Kelainan ginjal (batu ginjal)
4) Gangguan pada Rahim
5) Gangguan pada kelenjar prostat
6) Gangguan pada otot badan
7) HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
b. Nyeri Sendi Pinggul
1) Gangguan sendi pinggul, misalnya radang sendi (arthritis), sendi
tulang yang keropos (osteoporosis)
2) Kelainan tulang sendi, misalnya patah tulang (fraktur), dislokasi,
dll
3) Akibat kelainan pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit
(HNP)
c. Keluhan Pusing
Keluhan pusing dapat disebabkan oleh :

39
1) Gangguan local, misalnya vascular, migraine (sakit kepala
sebelah), mata (glaucoma atau tekanan dalam bola mata yang
meninggi), kepala, sinusitis, furunkel, sakit gigi, dan lain-lain
2) Penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemia
3) Psikologis (perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan,
pikiran, dan lain-lain)
d. Kesemutan pada anggota badan
Keluhan ini dapat disebabkan oleh :
1) Gangguan sirkulasi darah local
2) Gangguan persarafan umum (gangguan pada control)
3) Gangguan persarafan local pada bagian anggota badan. (Nugroho,
2015)
6. Berat Badan Menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
a. Pada umumnya, nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan
b. Adanya penyakit kronis
c. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
d. Factor sosio-ekonomis (pensiun). (Nugroho, 2015)

7. Gangguan Eliminasi
a. Inkontinensia atau Ngompol
Sering ngompol yang tanpa disadari (inkontinensia urine)
merupakan salahsatu keluhan utama pada orang lanjut usia.
Inkontinensia adalah pengeluaran urine atau feses tanpa disadari
dalam jumlah dan frekuensi yang cukup , sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan atau sosial. Inkontinensia dapat
merupakan factor tunggal yang menyebabkan seorang lanjut usia
dirawat karena masalah tidak terataasi baik oleh diri lanjut usia
maupun orang yang merawatnya. Namun, hasil penelitian, pada

40
populasi lanjut usia di masyarakat (usia diatas 70 tahun) didapatkan
7% pria dan 12% wanita mengalami inkontinensia urine. (nugroho,
2015)
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 –
Jakarta : EGC 2008, hal ini cenderung tidak dilaporkan karena l;anjut
usia merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat
dilakukan untuk menolongnya.
Penyebab inkontinensia :
1) Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih
dan memperkuat sfingter uretra.
2) Kontraksi abnormal pada kandung kemih
3) Obat diuretic yang mengakibatkan sering berkemih dan obat
penenang terlalu banyak
4) Radang kandung kemih
5) Radang saluran kemih
6) Kelainan control pada kandung kemih
7) Kelainan persarafan pada kandung kemih
8) Akibat adanya hipertrofi prostat
9) Factor psikologis.
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 –
Jakarta : EGC 2008, Inkontinensia urine dapat terjadi karena adanya
factor pencetus yang mengiringi perubahan pada organ berkemih
akibat proses menua, misalnya infeksi saluran kemih, obat-obatan,
kesulitan bergerak, kepikunan, dan lain-lain.Penyebab inkontinensia
urine ada dua, yakni penyeb akut dan penyebab kronis. Penyebab akut
biasanya dapat diatasi sehingga inkontinensia urine dapat dihilangkan
atau disembuhkan yang termasuk dalam penyebab akut antara lain :
1) Delirium (kesadaran menurun/terganggu)
2) Mobilitas terbatas (gangguan bergerak karena adanya hendaya)

41
3) Infeksi pada saluran kemih
4) Farmaseutikal (obat-obatan, missal, diuretika, antidepresan, dll).
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 –
Jakarta : EGC 2008, Semua yang membatasi mobilitas dapat
mencetuskan terjadinya inkontinensia urine fungsional atau
memperburuk inkontinensia persisten. Kondisi tersebut antara lain
fraktur femoris, stroke, penyakit Parkinson, dan artritis. Semua kondisi
yang menyebabkan poliurian dapat mencetuskan inkontinensia urine.
Tipe-tipe inkontinensia urine :
a. Inkontinensia Urine
1) Inkontinensia Urine akut. Inkontinensia urine bersifat akut bila
terjadi mendadak, sementara, dan ini dapat disembuhkan.
2) Inkontinensia urine kronis. Inkontinensia urine kronis
bersifatmenetap, tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala bisa
dikurangi.
3) Inkontinensia Fungsional, merupakan inkontinensia tanpa
gangguan pada system saluran kemih, dan merupakan akibat
ketidakmampuan klien lanjut usia mencapai toilet sehingga tidak
dapat berkemih secara normal. Penyebab yang sering ditemukan
adalah demensia berat, gangguan musculoskeletal, imobilisasi,
lingkungan yang tidak mendukung sehuingga sulit untuk mencapai
kamar mandi, dan adanya factor psikologis seperti depresi.
a) Inkontinensia urgensi. Merupakan inkontinensia akibat
ketidakmampuan untuk menunda berkemih ketika sensasi
untuk berkemih muncul, jumlah urinennya sedikit dan
frekuensi berkemih dengan pengisian kartu catatan berkemih
oleh pasien, dapat ditetapkan diagnosis inkontinensia urine,
apakah inkontinensia urine akut reversibelatau kronis persisten,
selanjutnya, untuk dapat memastikan tipe inkontinensia apakah

42
tipe urgensi, tipe stress, tipe overflow, fungsional atau tipe
campuran, dapat digunakan alat urodinamik.
b) Inkontinensia stress, urine keluar ketika tekanan intra-abdomen
meningkat seperti pada saat batuk, bersin, tertawa atau latihan
fisik. Hal ini disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul.
Keadaan ini lebih sering terjadi pada wanita lanjut usia
walaupun pada pria juga dapat terjadi. Gejala inkontinensia tipe
ini juga mirip dengan inkontinensia akibat kandung kemih yang
heperaktif. Jumlah urine yang keluar tanpa dikehendaki
tersebut bervariasi, dari sedikit sampai dengan banyak
c) Inkontinensia overflow. Tipe ini dikaitkan dengan
overdistensi(menggelembungnya) kandung kemih. Keadaan ini
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
Biasanya disebabkan oleh sumbatan anatomis seperti pada
hipertrofi prostat, akibat factor saraf atau obat-obatan. Pada
wanita biasanya akibat melemahnya otot destrusor akibat
neuropati diabetic, trauma medulla spinallis atau efek obat.
Pasien biasanya mengeluh adanya sedikit urine keluar tanpa
adanya sedikit urine keluar tanpa adanya sensasi kandung
kemih penuh. Inkontinensia tipe ini terjadi bila pengisian
kandung kemih melebihi kapasitas kandung kemih.
d) Inkontinensia campuran, merupakantipe inkontinensia yang
sering ditemukan pada pasien geriatric, umumnya merupakan
kombinasi tipe urgensi dan stress. Pada pasien geriatric yang
lebih muda, tipe stress lebih banyak ditemukan, tetapi semakin
tua seseorang biasanya kombinasi kedua tipe tersebut yang
banyak ditemukan.
b. Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi merupakan salahsatu masalah kesehatan yang cukup
serius pada pasien geriatric.Inkontinensia alvi didefinisikan sebagai
ketidakmampuan seseorang dalam menahan dan mengeluarakan tinja

43
pada waktu dan tempat yang tepat. Keadaan ini sangat mengganggu
pada pasien lanjut usia sehingga harus diupayakan menjadi penyebab
dan asuhannya dengan baik.
Penyebab inkontinensia alvi :
1) Obat pencahar perut
2) Gangguan saraf, misalnya demensia dan stroke
3) Keadaan diare (gangguan kolorektum)
4) Kelainan pada usus besar
5) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rectum usus)
6) Neurodiabetik

8. Gangguan ketajaman Penglihatan


Gangguan ini dapat disebabkan oleh :
a. Presbiopi
b. Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
c. Kekeruhan pada lensa (katarak)
d. Iris : mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang
mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai
putih.
e. Pupil konstriksi, refleks direk lemah.
f. Tekanan dalam mata (intra okuler) meninggi, lapang pandang
menyempit, yang sering disebut dengan glaucoma
g. Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya merah
jingga cemerlang menjadi suram dan jalur-jalur berpigmen, terkesan
seperti kulit harimau.
h. Radang saraf mata.(Nugroho, 2015)

9. Gangguan Pendengaran
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) dalam buku ajar Keperawatan Gerontik
dan Geriatrik editor, monica Ester, estu tiar.- Edisi 3 – Jakarta : EGC
2008, Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang

44
menyertai proses menua. Gangguan pendengaran yang utama adalah
hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat
simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat . Ada beberapa tipe
presbiakusis, yakni :
a. Presbiakusis sensorik, patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel
rambut Di membrane basalis koklea sehingga terjadi hilang
pendengaran frekuensi nada tinggi. Penurunan fungsi pendengaran
biasanya pada usia pertengahan dan berlangsung terus secara perlahan
progresif.
b. Presbiakusis Neural, patologi berupa hilangnya sel neuronal di
ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal
menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan
frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata, adanya inkoordinasi,
kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran).
c. Presbiakusis metabolic (strial) .patologi yang terjadi adalah
abnomarlitasvaskularis strial berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari koklea. Presbiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda.
d. Presbiakusis mekanik (konduktif koklear). Pada presbiakusis jenis ini
diduga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanis pada membrane
basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram,
ditandai dengan penurunan progresif sensitivitas diseluruh daerah tes.
Dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan degenerative (otoskelerosis)
2) Ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan
mental.
3) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada
tinggi/rendah)
4) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti
bergoyang/berputar).

45
10. Gangguan Tidur
Menurut Irwin Feinberg (2016),mengungkapkan bahwa sejak
meninggalkan massa remaja, kebutuhan tidur seseorang menjadi relative
tetap. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa factor usia merupakan factor
terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas
tidur seiring dengan bertambahnya usia.
Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun), hanya ditemukan 7 %
kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak
lebih dari lima jam sehari). Hal yang sama ditemukan pada 22% kasus
pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih
banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00. selai itu, terdapat
30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun malam hari. Angka
ini ternyata 7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20
tahun.
Gangguan tidur tidak saja menunjukan indikasi adanya kelainan jiwa, yang
dini, tetapi merfupakan keluhan hamper 30% penderita yang berobat ke
dokter, dapat disebabkan oleh :
a. Factor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang
b. Factor intrinsic, baik organic maupun psikogenik. Organic berupa
nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia),
dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Psikogenik, misalnya
depresi, kecemasan, stress, iritabilitas, dan marah yang tidak
tersalurkan.

11. Mudah Gatal


Hal ini sering disebabkan oleh :
a. Kelainan kulit : kering, degenerative (ekzema kulit)
b. Penyakit sistemik (diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati,
(hepatitis kronis), alergi dan lain-lain).(Nugroho, 2015)

46
12. Kekacauan Mental Akut
Kekacauan mental akut dapat disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi
dengan demam tinggi, konsumsi alcohol, penyakit metabolism, dehidrasi
atau kekurangan cairan, gangguan fungsi otak, gangguan fungsi hati, atau
radang selaput otak (meningitis). (Nugroho, 2015)

13. Penyakit Umum Pada Lanjut Usia


Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses
menua (Stieglitz, 1954), yakni :
a. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh
darah, di otak (coroner), ginjal, dan lain-lain.
b. Gangguan metabolism hormonal, misalnya diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
c. Gangguan pada persendian, misalnya osteoarthritis, gout arthtritis
ataupun penyakit kolagen lainnya
d. Berbagai macam neoplasma. (Nugroho, 2015)
Menurut the National old people’s welfare Council di inggris, penyakit
atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni :
a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Bronkhitis Kronis
d. Ganggua pada tungkai/sikap berjalan
e. Gangguan pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia
h. Gangguan penglihatan
i. Ansietas/kecemasan
j. Dekompensasi kordis
k. Diabetes mellitus, osteomalasia, dan hipotiroidisme
l. Gangguan defekasi.

47
Penyakit lanjut usia di Indonesia meliputi :
1. Penyakit system pernapasan
2. Penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah
3. Penyakit pencernaan makanan
4. Penyakit system urogenital
5. Penyakit gangguan metabolic/endokrin
6. Penyakit pada persendian dan tulang
7. Penyakit yang disebabkan oleh proses keganasan.
Timbulnya penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat oleh
factor luar, misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi, dan
trauma.Sifat penyakit dapat mulai secara perlahan, seringkali tanpa tanda-
tanda atau keluhannya ringan, dan baru diketahui sesudah keadaannya
parah.Hal ini perlu sekali untuk dikenali agar tidak salah atau terlambat
menegakkan diagnosis sehingga terapi dan tindakan keperawatan segera
dapat dilaksanakan.
Lanjut usia juga dapat mengalami beberapa penyakit secara bersamaan
(Multipatologis), mengenal Multi-organ/Multi-sistem. Sifat penyakit lanjut
usia biasanya progresif dan menimbulkan kecacatan sampai penderitanya
mengalami kematian. Lanjut usia pun biasanya rentan penyakit lain karena
daya tahannya menurun.
Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT) Tahun 1992,
ditemukan urutan sebagai berikut TBC, Penyakit yang tidak jelas, trauma,
penyakit infeksi lainnya serta bronchitis, empfisema, dan asma (Sumantri
et al, 1992).Penyakit infeksi juga masih menonjol pada pola penyakit
lansia, tetapi terdapat perbedaan dengan negeri Belanda. Misalnya, TBC
yang ternyata pada urutan teratas di Indonesia, tidak terdapat di negeri
Belanda. Hal tersebut dapat di asumsikan berkaitan dengan status sosial
ekonomi, lingkungan fisik, biologis, dan hygiene personal.Perjalanan dan
penampilan serta sifat penyakit pada lanjut usia berbeda dengan yang

48
terdapat pada populasi lain. Secara singkat dapat di simpulkan bahwa
penyakit pada lanjut usia sebagai berikut:
1. Penyakit bersifat multipatologis/penyakit lebih dari Satu
2. Bersifat degenerative, saling terkait, dan silent
3. Mengenai multi-organ/multi-sistem
4. Gejala penyakit yang muncul tidak jelas/tidak khas
5. Penyakit bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan lama
sebelum meninggal
6. Sering terdapat polifarmasi dan iatrogenic
7. Biasanya juga mengandung komponen psikologis dan sosial
8. Lanjut usia lebih sensitif terhadap penyakit akut

D. Kebutuhan Nutrisi Pada Lanjut Usia


1. Masalah Gizi Pada Lanjut Usia
Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi
ternyata sering kali menimpa lanjut usia (Nugroho, 2015). Menurut
Nugroho (2015) hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
a. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan
kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih, apalagi pada lanjut usia karena penggunaan
kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan
tersebut sulit untuk diubah walaupun klien telah menyadari untuk
mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes melitus,
penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
b. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah
dari yang dibutuhkan, hal tersebut menyebabkan berat badan
berkurang dari normal.Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein,

49
kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki.Akibatnya, rambut
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena
infeksi pada organ tubuh yang vital. Menurut Nugroho (2015) faktor
penyebab malnutrisi pada lanjut usia, yaitu:
1) Penyebab akut dan kronis.
2) Keterbatasan sumber/ penghasilan.
3) Faktor psikologis.
4) Hilangnya gigi.
5) Kesalahan dalam pola makan.
6) Kurngnya energi untuk mempersiapkan makanan.
7) Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat.
c. Kekurangan vitamin
Bila lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah
kekurangan protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu
makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah
lunglai dan tidak semangat.

2. Pengkajian Status Gizi


Perawat harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan
sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter.Pertama, menggunakan
pengukuran antropometrik, yaitu mengukur Tinggi Badan (TB) dan Berat
Badan (BB), kemudian menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).IMT
dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat
TB (dalam meter persegi).IMT normal untuk perempuan 17-23, sedangkan
untuk laki-laki adalah 18-25 (Nugroho, 2015).

Rumus perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)


Kg BB
IMT=
¿¿

50
Menurut Kompas (2006, dalam Nugroho, 2015) kategori Indeks Masa
Tubuh, yaitu:
a. < 18,5 termasuk dalam kategori berat badan kurang.
b. 18,5 – 24,9 termasuk dalam kategori berat badan normal.
c. 25,0 – 29,9 termasuk dalam kategori berat badan lebih.
d. 30,0 – 34,9 termasuk dalam kategori obesitas I.
e. 35,0 – 39,9 termasuk dalam kategori obesitas II.
f. > 39,9 termasuk dalam kategori sangat obes.
Pada saat mengukur tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat
bahwa lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring
dengan pertambahan usia. Menurut Nugroho (2015) pengurangan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus intervertebralis
relatif kurang mengandung air sehingga menjadi lebih pipih.
b. Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan tegak
lurusnya tulang punggung berkurang.
c. Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lanjut usia akan
mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan
berkurang.
d. Penurunan tinggi badan tersebut akan memengaruhi hasil perhitungan
Indeks Masa Tubuh (IMT).
Oleh sebab itu, dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut (knee
height) untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut
tidak akan berkurang, kecuali jika terdapat fraktur tungkai bawah. Dari
tinggi lutut, dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya, perhatikan rumus
berikut:

51
TB Pria = 59,01 + (0,28 x TL)
TB Wanita = 75,00 + (1,91 x TL) – (0,17 x U)

Catatan: TL = Tinggi Lutut (cm).


U = Umur (tahun).

Selain itu, bisa juga menggunakan parameter laboratorium, yang biasa


digunakan, yakni nilai hemoglobin dan albumin serum. Perlu diperhatikan
bahwa paruh albumin adalah 21 hari sehingga pemantauan status gizi
dapat pula menggunakan kadar transferin (waktu paruh delapan hari) atau
kadar pre-albumin (waktu paruh dua hari) (Nugroho, 2015).

3. Pemberian Makanan
a. Hal yang perlu diperhatikan
Menurut Nugroho (2015) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian makanan, yaitu:
1) Apakah makanan yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi.
2) Sajikan makanan tersebut pada waktunya secara teratur dan dalam
porsi yang kecil saja.
3) Jangan menunjukan rasa bosan dalam melayani klien lansia,
tunjukan wajah yang cerah dan gembira.
4) Beri makanan secara bertahap dan bervariasi, terutama bila nafsu
makan kurang.
5) Perhatikan makanan apa yang disukai atau tidak, agar dapat
menentukan jenis makanan yang sesuai dengan seleranya.
6) Jika mendapat diet tertentu, perhatikan apakah diet tersebut sesuai
dengan petunjuk dokter, misalnya untuk diabetes dan tekanan
darah tinggi.
7) Beri makanan yang lunak untuk menghindari konstipasi serta
memudahkan mengunyah, terutama bagi klien lansia, yang sudah
ompong, misalnya dalam bentuk nasi tim atau bubur.

52
b. Cara pemberian makan
Bagi lansia yang mampu sendiri, diharapkan untuk makan
sendiri.Keluarga atau perawat membantu menyajikan saja.Usahakan
klien didorong untuk mengerjakan sendiri segala sesuatunya.Bagi klien
lansia yang tidak mampu bergerak sendiri atau pasif, perlu diberi
pertolongan dan bantuan sesuai dengan kebutuhan, misalnya
kebutuhan makannya (perlu disuapi). Menurut Nugroho (2015) cara
pemberian makan pada lansia, yaitu:
1) Posisikan klien setengah duduk.
2) Periksa apakah mulutnya dalam keadaan bersih.
3) Letakkan lap makan atau serbet diatas dadanya, guna mencegah
bajunya tidak menjadi kotor
4) Suapi dengan sendok yang tidak terlalu penuh, lalu masukkan ke
dalam mulutnya.
5) Penolong atau perawat dapat duduk atau berdiri di sisi tempat
tidur.
6) Sediakan waktu yang cukup untuk memberi makan.
7) Jangan tergesa-gesa agar jalan makanan tidak terganggu dan juga
tidak mengganggu atau mengurangi nafsu makan.
c. Perencanaan makan untuk lansia
Menurut Nugroho (2015) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan makan untuk klien lansia, yaitu:
1) Porsi makan perlu diperhatikan, jangan terlalu kenyang. Porsi
makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat
makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
2) Banyak minum dan kurangi garam. Banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan. Menghindari makanan
yang terlalu asin akan mengurangi kerja ginjal dan mencegah
kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi.
3) Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas
normal, terutama makanan yang manis atau gula dan makanan

53
yang berlemak. Kebutuhan usia diatas 60 tahun adalah 1700 kalori
dan diatas 70 tahun adalah 1500 kalori.
4) Bagi lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, hal berikut
perlu diperhatikan:
a) Mengonsumsi makanan yang mudah dicerna.
b) Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan gorengan.
c) Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/ lembek atau dicincang.
d) Makan dalam porsi kecil, tetapi sering.
e) Makanan kudapan, susu, buah dan sari buah sebaiknya
diberikan.
5) Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut boleh diberikan,
tetapi harus diencerkan karena berguna untuk merangsang gerakan
usus dan menambah nafsu makan.
d. Menu seimbang untuk lansia
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada
waktu makan. Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan
makanan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan
lansia. Menurut Nugroho (2015) syarat menu seimbang untuk lansia
sehat, yaitu:
1) Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan makanan yang terdiri
atas zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
2) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50%
dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks (sayuran,
kacang-kacangan, dan biji-bijian).
3) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total
kalori.
4) Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia,
yaitu 8-10% dari total kalori.

54
5) Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber
pada buah, sayur, dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam
jumlah secara bertahap.
6) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti
susunon-fat, yoghurt dan ikan.
7) Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-
kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau.
8) Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang
mengandung garam, misalnya monosodium glutamat, natrium
bikarbonat dan natrium sitrat.
9) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan
makanan yang segar dan mudah dicerna.
10) Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol.
11) Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak.
Menurut Nugroho (2015) syarat menu untuk lansia dengan BB yang
kurang, yaitu:
1) Jika lansia mengalami kekurangan berat badan, makanan yang
diberikan adalah yang mengandung Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP).
2) Diet TKTP terdiri atas TKTP I dan TKTP II.
a) TKTP I 2100 kalori, protein 85 g (12-15% total kalori).
b) TKTP II 2500 kalori, protein 100 g.
3) Bahan makanan yang baik diberikan adalah:
a) Sumber protein hewani: ayam, telur, hati, susu, keju, dan ikan.
b) Sumber protein nabati: kacang-kacangan, tahu, tempe, dan
oncom.
c) Bahan makanan yang perlu dihindari adalah gula-gula, dodol,
cake, dan makanan yang manis.
4) Cara pemberian makanan dengan berat badan yang rendah adalah
makanan biasa dengan diberi makanan tambahan.
Contoh menu bagi lansia dengan BB rendah

55
Komposisi kalori 2100, protein 85 gram, karbohidrat 325, dan
lemak 40 gram.

Pagi
Sarapan
 1 gelas susu (2 sdm susu bubuk full cream) + gula.
 Roti isi telur (1 butir telur).
 1 potong buah (100 gram).
Pukul 10.00
 1 gelas sari buah.
 Kue sus.
Siang
 10 sdm nasi (200 gram).
 1 potong besar ikan/ daging/ ayam (100 gram).
 1 mangkok sayur (100 gram).
 1 potong buah (100 gram).
Pukul 16.00
 1 gelas bubur kacang hijau (50 gram kacang hijau + santan
secukupnya).
Malam
 10 sdm nasi (200 gram).
 1 potong ikan/ daging/ ayam (75 gram).
 Sayuran secukupnya.
 1 potong buah (100 gram).
Menjelang tidur
 1 gelas susu (2 sdm susu bubuk full cream).
Sumber: Nugroho (2015).
Menurut Nugroho (2015) syarat menu lansia dengan BB lebih
(kegemukan), yaitu:

56
1) Jika BB berlebih (kegemukan), konsumsi energi harus diikurangi
sampai mencapai berat badan normal.
2) Diet rendah kalori untuk lansia harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Kalori dikurangi 500 sampai dengan 100 kalori dari
kebutuhan normalnya.
b) Pengurangan kalori sebaiknya dilakukan dari pengurangan
karbohidrat dan lemak.
c) Protein diberikan dalam jumlah normal,dapat juga diatas
kebutuhan normal, yaitu 1-1,5 gram/ kg BB.
d) Serat diberikan cukup tinggi.
e) Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah seperti biasa.
f) Diet rendah kalori terdiri atas:
(1) Rendah kalori I (1200 kalori).
(2) Rendah kalori II (1500 kalori).
(3) Rendah kalori III (1700 kalori).
Yang seringg digunakan adalah diet rendak kalori 1500
atau 1700 kalori.
Contoh menu makanan bagi lansia dengan BB berlebihan
(kegemukan)
Komposisi kurang kalori sebesar 500-100 kalori (mis., 1700).
Kalori dengan protein 75 gram, lemak 45 gram, dan karbohidrat
249 gram.

Pagi
Sarapan
 4 sdm nasi (100 gram).
 1 butir telur (75 gram).
 1 mangkuk sayuran.
Pukul 10.00
 1 gelas susu (3 sdm susu bubuk) + 2 sdt gula.

57
 1 potong pepaya (100 gram).
Siang
 6 sdm nasi (150 gram).
 1 potong besar bandeng presto (75 gram).
 1 mangkok sayur lodeh encer (100 gram sayur + 25 gram
daging sapi).
 1 potong buah (75 gram).
Pukul 16.00
 Pisang bakar (150 gram pisang + 2,5 gram margarin).
Malam
 4 sdm nasi (100 gram).
 1 potong ikan/ daging/ ayam (75 gram).
 Sayur secukupnya (100 gram).
 1 potong buah (100 gram).
Sumber: Nugroho (2015).
Cara praktis menyusun menu dengan nilai gizi yang sesuai dengan
kebutuhan lansia tidak terlepas dari sayarat tersebut di atas.Gunakan
daftar ukuran rumah tangga (URT) dan daftar penukar bahan
makanan.
Contoh cara menilai menu
Menu Bahan Makanan
Nasi Beras 200 gram (1,5 gelas)
Ikan pepes Ikan segar 50 gram (1 potong sedang)
Perkedel Perkedel 50 gram (1 potong sedang)
tahu Bayam 100 gram (1 gelas)
Sayur Pepaya 100 gram (1 potong sedang)
bening
Pepaya
Nilai gizi yang terkandung dalam menu tersebut adalah:
Energi 575 kalori.
Protein 25 gram.

58
Karbohidrat 104 gram.
Lemak 7,5 gram.
Sumber: Nugroho (2015).

4. Pemberian Obat
Bila klien lanjut usia mendapat obat atau resep dari dokter, pemberian obat
sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya. Untuk menghindari kekeliruan
serta hal yang dapat berakibat fatal, keluarga atau perawat harus
mengawasi apakah obat itu benar diminum sesuai aturan (Nugroho, 2015).
a. Hal yang penting diingat dan diperhatikan
Menurut Nugroho (2015) hal yang penting diingat dan diperhatikan
dalam pemberian obat, yaitu:
1) Pastikan klien yang dituju.
2) Waktu pemberian obat harus tepat pada waktunya, misalnya pagi,
sore, atau malam serta sebelum atau sesudah makan.
3) Dosis obat harus diperhatikan serta diteliti secara cermat (memakai
ukuran atau dosis yang tepat).
4) Baca etiket (label) obat yang tertera pada botol atau bungkus obat
setiap kali sebelum diberikan.
5) Jika obat berbentuk cairan, kocok terlebih dahulu dan berikan
sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Jangan biarkan etiket
pada botol menjadi kotor sehingga tidak terbaca lagi.
6) Jangan lupa sediakan teh atau air minum sebelum obat diberikan.
7) Kalau tidak dapat menela obat (pil dengan air), usahakan dengan
cara lain yang aman (mis., dengan pisang atau dihaluskan).
8) Perhatikan reaksi yang mungkin timbul sesudah minum obat
(terutama kalau mendapat obat baru), segera laporkan ke dokter
atau unit kesehatan terdekat.
b. Faktor yang memengaruhi respon obat pada lansia
Menurut Nugroho (2015) faktor yang memengaruhi respon obat pada
lansia, yaitu:

59
1) Menurunnya absorbsi obat.
a) Menurunnya HCL lambung.
b) Perubahan pergerakan gastrointestinal.
2) Perubahan distribusi obat.
a) Menurunnya albumin serum yang mengikat obat.
b) Tersimpannya obat pada jaringan lemak.
3) Perubahan metabolisme obat.
a) Menurunnya aliran darah ke ginjal.
b) Menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.
c) Menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal.
c. Penanggulangan gejala yang dihadapi lansia di rumah
Menurut Nugroho (2015) untuk menanggulangi gejala yang sering
dihadapi oleh lansia di rumah, dapat disediakan beberapa macam obat,
antara lain:
1) Tablet parasetamol/ tablet aspirin
a) Tablet ini biasa digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Bila
ada gangguan pencernaan, lebih cocok gunakan tablet
parasetamol. Jangan menggunakan tablet aspirin, terlebih bila
ada luka pada lambung atau usus, hal ini akan lebih
memperberat.
b) Tablet antasid ini dapat digunakan membantuk klien yang
mengalami gangguan pencernaan. Bila diperlukan, harus
dikonsul ke dokter atau puskesmas rutin lebih dari 2 minggu.
c) Sebotol antiseptik, misalnya hidrogen peroksida.
d) Plester.
e) Pembalut.
Perlu diingat bahwa obat adalah setiap zat atau campuran zat baik
kimia, hewani, atau nabati, memiliki takaran serta bentuk sediaan
tertentu, dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah
penyakut atau gejala.Namun, obat juga dapat membahayakan
jiwa.Oleh karena itu, hati-hati dengan penggunaan obat.

60
2) Aturan sederhana tentang penggunaan obat di rumah
a) Obat yang dibeli sendiri atau sesuai dengan anjuran dokter
bukan berarti dapat digunakan sepanjang waktu. Jika obat
tersebut tidak ada pengaruhnya selama 5 hari, konsultasikan
dengan dokter atau puskesmas.
b) Minum obat harus mengikuti petunjuk dokter.
c) Jangan memakai obat yang kedaluarsa.
d) Hati-hati dengan obat yang dibeli sendiri. Selalu konsultasikan
hal ini dengan dokter atau ahli.
e) Buang obat yang telah lama dibeli atau tidak digunakan atau
tanyakan kepada ahli (dokter).
3) Gejala tertentu yang tidak dapat dirawat atau diobati sendiri,
meliputi:
a) Sakit pada dada.
b) Sakit yang terus menerus pada perut atau kolik hebat.
c) Terlihat adanya perdarahan pada bagian tubuh.
d) Sesak napas dan lain-lain yang berat.
Gejala yang dapat dirawat sendiri
Perawatan di Obat yang Intervensi/
Gejala Penyebab Harus dirujuk
rumah perlu sikap
Infeksi  Parasetamo  Paraseta  Jangan Jarang yang
virus l/ aspirin. mol/ cemas perlu dirujuk,
 Air di aspirin. sehingga kecuali jika
didihkan  Mentol/ ingin salah satu
kemudian balsem. memberi dari gejala
ditambahk obat tersebut
an larutan banyak. semakin
mentol/ Cukup berkembang.
Demam
balsem, berikan
, pusing
kemudian minum air
di hirup. yang
banyak.
 Jangan
cemas bila
klien tidak
ingin
makan.

61
Infeksi  Hirup uap air  Mentol Jangan pergi  Jika terjadi
virus jika dari air atau ke tempat terus
disertai mendidih balsem. yang menerus < 2
demam. yang diberi  Obat berkabut minggu.
Namun, mentol atau batuk atau yang  Jika ada
bakteri balsem. hitam. berudara darah pada
dapat  Minum obat . dingin. ludah atau
Batuk masuk batuk jika lendir
setelah batuknya cenderung
virus kering dan kehijauan.
merusak merangsang.
sel
saluran
pernapas
an.
Infeksi  Demam  Parasetam  Jangan  Jika gejala
virus dapat ol/ gelisah. ini terdapat
yang membuat aspirin.  Makanlah > 3 hari atau
menyebar penderita  Mentol/ jika terasa jika batuk
ke terasa panas balsem. ingin menjadi
seluruh atau dingin. makan, hebat.
tubuh. Buka baju tetapi  Jika ada
Oleh jika terasa jangan bronkitis
karena dingin agar memaksak emfisema,
itu, tidak penderita an makan. atau sakit
hanya terasa enak.  Minum jantung.
Flu
menyeba  Beri aspirin yang
bkan atau banyak.
pilek dan parasetamol  Jangan
batuk. jika sakit bekerja
Tetapi atau pusing. keras pada
juga 1 minggu
demam setelah flu.
dan sakit
pada otot
dan
pusing.
Sakit Tak  Minum air Parasetamo  Hindari  Jika telah
pada diketahui yang banyak. l/ aspirin. terutama memakai
otot penyebab  Rawat batuk/ jenis obat anti
dan nya. pilek seperti makananya sakit > 1
sendi Kemungk disebutkan ng minggu.
yang inan ada sebelumnya. menyebabk  Jika sakit
sering peradang  Istirahat. an meningkat
disebut an pada  Istirahat sakitnya. pada
reumati otot atau bagian yang  Olahraga persendian.

62
sekitar sakit untuk teratur  Jika keadaan
sendi. beberapa yang sudah umumnya
Jika lebih jam. dianjurkan juga
dari satu  Beri dokter. menjadi
sendi kompres buruk (mis.,
terpengar panas. Mis., BB atau
uh pada kompres terasa lelah
saat yang botol berisi sekali).
k atau
sama, air panas  Jika satu
fibrositi
keadaan pada tempat atau lebih
s
ini yang sakit. persendian
mengarah  Beri menjadi
menjadi parasetamol/ kaku dengan
fibrosis. aspirin. cepat.
 Olahraga
secara
teratur.

 Keracun Minum air Tanyakan  Jangan  Jika terlihat


an yang banyak, kepada mengonsu darah atau
makana sampai mau apoteker msi lendir.
n oleh muntah pun, atau dokter.makanan  Sakit perut
bakteri. minum tetap yang dapat tidak hilang.
 Terlalu banyak. mengehent  Kejang.
banyak ikan.  Jika muntah
tepung  Jangan >24jam,
pada menyiapka  Orang yang
makana n makanan sangat
n. untuk lemah.
 Spasme orang lain Mudah
dan jika diare. terpengaruh
Diare, peradan muntah dan
muntah gan diare.
pada Segera
usus konsultasika
besar. n ke dokter
 Terlalu apabila >12
banyak jam.
obat
pencaha
r.
 Efek
samping
antibioti
ka.

63
Sumber: Nugroho (2015).

E. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia


1. Siapakah Pasien Gerontik
Tidak semua pasien yang berusia di atas 60 tahun itu adalah pasien
geriatrik. Hal ini perlu penjelasan lebih lanjut karena penanganan pasien
pasien geriatik berbeda dengan pasein/ penderita golongan polusi lain.
Penyebab perbedaan penanganan terutama dalam memberi asuhan
keperawatan karena:
a. Terjadi berbagai perubahan pada semua orang yang mencapai usia
lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, misalnya,
perubahan daya ingat, penurunan pendengaran, dan dan penurunan
penglihatan. Memang sulit untuk membedakan antara penurunan
akibat proses fisiologis dan akibat yang terjadi karena gangguan
patologis (mis, osteoporosis dan aterosklerosis)
b. Terjadi akumulasi proses patologis kronis yang biasanya bersifat
degeneratif. Sekali terkena penyakit degeneratif, tidak akan biasa
sembuh. Semakin banyak gejala sisapenyakit degeneratife ini, akan
memperberat penyakit lain.
c. Berbagai keadaan sosial-ekonomi dan lingkungan sering tidak
membantu kesehatan dan kesejahtraan sosial penderita lanut usia.
Biasanya kondisi ini berhubungan puladengan kesembuhan dalam
memperoleh lingkungan yang memadai.
d. Biasanya, lanjut usia yang menderita berbagai penyakit sering pula
memakan berbagai macam obat yang bisa menimbulkan penyakit
iatrogenik.
e. Episode penyakit akut baik fisik maupun psikologis merupakan
keadaan yang memberat berbagai keadaan lanjut usia dan sering
menyebabkan kematian.
Oleh karena sifat penyakit yang khas pada lanjut usia, DR H. Hadi
Martono, Sp. PD, K-Ger dalam Buku Ajar Geriatri (mengutip DR

64
Marjorie Warren dari Inggris) mengembangkan disiplin ilmu yang
menangani penderita lanjut usia, yang disbeut geriatri. Hal ini oleh British
Geriatric Society (BGS) diartikan sebagai cabang ilmu penyakit dalam
yang berkepentingan dengan aspek pencegahan, promosi, pengobatan, dan
rehabilitasi yang mencakup fisik, psikologis, dan social.
Mengingatsifat dan karakteristik penderita lanjut usia, penanganannya
jelas berbeda dan harus bersifat holistik, sebagai berikut:
a. Penegakan diagnosis. Berbeda dengan tatacaradiagnosi yang
dilaksanakan pada golongan usia lain, penegakan diagnosis yang
dilaksanakan pada golongan usia lain, penegakan diagnosis penderita
lanjut usia dilaksanakan dengan tatacara khusus yang disebut
pengkajian geriatri, yang merupakan analisis multidimensi dan
sebaiknya dilakukan oleh suat tim geriatri.
b. Penatalaksanaan penderita,juga harus dilaksanakan oleh tim
multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin dan disebut sebagai tim
geriatri. Hal ini perlu, mengingat semua aspek penyakit (fisik-psikis),
sosial-ekonomi, dan lingkungan harus mendapat perhatian yang sama.
Hal ini bergantung pada tingkatan pelayanan, susunan, dan besarnya
tim. Di tingkat dasar, hanya diperlukan tim inti yang berdiri atas
dokter, perawat, dan pekerja sosiomedis.
c. Pelayanan kesehatan vertical dan horizontal. Aspek holistik pelayanan
geriatric harus tercermin dari pemberian pelayanan ventrikal, yaitu
pelayanan yang diberikan, mulai dari puskesmas sampai ke pusat
rujukan geriatrin tertinggi, yaitu rumah sakit provinsi. Pelayanan
kesehatan horizontal berarti pelayanan kesehatan yang diberikan
merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan menyeluruh. Dengan
demikina, terdapat kerja sama lintas-sektoral dengan bidang
kesejahtraan lain, misalnya agama, pendidikan/kebudayaan. Olahraga,
dan sosial.
d. Jenis pelayanan kesehatan yang sesuai dengan batasan geriatric
sehingga pelayanan yang diberikan harus meliputi aspek promotif,

65
preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan memperhatikan aspek fisik,
psikis, sosial, dan lingkungan.

Landasan Hukum Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


Undang-Undang Dasar 1945,Pasal 27 Ayat 2 dari Pasal 34
Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan, Bab
1 Pasal 1 ayat 1.
Undang-Undang No 4 Tahun 1965 tentang pemberian bantuan
penghidupan orang tua
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di
daerah
Undang-Undang No. 6 Tahun 1975 tentang ketentuan pokok
kesejahteraan sosial.
Program PBB tentang lanjut usia, Kongres Internasional WINA tahu
1983.
Undang-Undang No, 10 Tahun 1992 tentang dana pension
Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang dana pension
Undang-Undang No, 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
Pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional oleh Presiden, 29 Mei 1996 di
Semarang
Undang-Undang No.. 13 Tahun 1998 tentang kesejahtraan lanjut usia
Penanganan Harian Lanjut Usia Internasional oleh PBB pada tanggal 1
Oktober tahun 1999
Sasaran WHO tahun 2000
Etika umum dan etika keperawatan
Aksi Nasional untuk kesejahteraan lanjut usia tahun 2003
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional
Peraturan pemerintahan No. 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya
peningkatan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia
Keppres No. 52 Tahun 2004 tentang komisi Nasional Lanjut Usia
(Komnas Lansia)

2. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepeda masyarakat
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosil-kultural dn spiritual yang berdasarkan pada pencapaian
kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini, asuhan pelayana keperawatan
yang diberikan kepada klien bersifat komprehensif, yang ditujukan kepada

66
individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat
maupun sakit, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Nugroho, 2015).
Menurut Nugroho (2015) asuhan keperawatan gerontik diberikan
berupa bantuan kepada klien lanjut usia karena adanya:
a. Kelemahan fisik, mental, dan sosial
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas
hidupsehari-hari secara mandiri
Menurut Nugroho (2015) tujuan asuhan keperawatan lanjut usia yaitu :
a. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pemeliharaan kesehatan. Sehingga memiliki ketenangan hidup dan
produktif sampai akhir hayatnya.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya
telah lanjut dnegan perawatan dan pencegahan.
c. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (baik kronis maupun akut).
e. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan
tertentu.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit/ gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).

a. Pengkajian pada Lansia


1) Modifikasi lingkungan selama

67
Hal yang dipertimbangkan dalam persiapan lingkungan adalah
sebagai berikut:
a) Ruangan yang adekuat, jika klien menggunakan alat bantu
mobilisasi
b) Kebisingan dna distraksi minimum, seperti televise, radio, dan
aktivitas lainnya.
c) Suhu cukup hangat, nyaman dengan/tanpa aliran udara
d) Peningkatan penerangan: hindari cahaya langsung atau
terlokalisasi
e) Tidak ada permukaan yang sangat mengkilat seperti lantai,
dinding atap atau perabotan
f) Posisi duduk yang nyaman mempermudah pertukaran
informasi
g) Dekat dengan kamar mandi
h) Tersedianya air/minuman yang disukai
i) Tempat untuk mengumpulkan baju dan barang-barang yang
dimikikina
j) Privasi yang mutlak
k) Perencanaan pengkajian dilakukan sesuai tingkat energi,
langkah-langkah, dan kemampuan adaptasi lanjut usia
l) Bersikap sabar, refleks, dan tidak tergesa-gesa
m) Berikan klien banyak waktu untuk berespons terhadap
pertanyaan dan petunjuk
n) Memaksimalkan penggunaan diam dalam waktu yang lebih
untuk berfikir sebelum berespons
o) Waspadai tanda keletihsn seperti mengeluh, menyeringai, peka,
bersandar ke objek, kepala dan bahu terkulai, serta kelembanan
progresif
p) Lakukan pengkajian selama puncak energi klien, biasanya pada
pagi hari

68
b. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif/ Afektif, Dan Sosial
1) Pengkajian status fungsional
Merupakan pengukuran kemampuan dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri.Penentuan kemandirian
fungsional dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien serta menciptakan pemilihan intervensi yang
tepat.Di samping berhubungan dengan diagnosis medis, status
fungsional berhubungan dengan perawatan kebutuhan klien, risiko
institusionalisasi, dan mortalitas.
Indeks karz dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) (Ketz et al,
1963) merupakan alat yang digunakan untuk menentukan hasil
tindakan dan prognosis pada lanjut usia dan penyakit kronis. Katz
indeks meliputi keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi seperti
mandiri, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan makan. Selain
itu, juga berguna untuk menggambarkan tingkat fungsional klien
(mandiri atau tergantung) dan secara objektif mengukut efek tindakan
yang diharapkanuntukmemperbaikifungsi.
Menurut Nugroho(2015) definisi khusus dari kemandirian fungsional
dan tergantung tampak pada indeks, yaitu :
a) Kemandirian dalam hal makan,kontinen,berpindah,kekamr
kecil,berpakaian ,dan mandi
b) Kemandirian dalam semua hal,kecuali satu dari fingsi tersebut
c) Kemandirian dalam semua halkecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
d) Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,berpakaian,dan satu
fungsi tambahan
e) Fungsi tambahan Kemandirian dalam semua hal,kecuali
mandi,berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
f) Kemandirian dalam semua hal ,kecuali mandi,berpakaian,kekamar
kecil berpindah dan satu fungsi tambahan
g) Ketergantungan dari keenam fungsi tersebut

69
Lain-lain:tergantung dari sedikitnya dua fungsi,tetapi tidak dapat
diklarifikasikan sebagai C,D,E dan F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan,pengarahan atau bantuan
pribadi aktif,kecuali secara spesifikdiperlihatkan dibawah ini.
Didasarkan pada satu aktual,bukan pada kemampuan. Individu yang
menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi,meskipun dianggap mampu (Nugroho2015).
2) Pengkajian kognitif/afektif
Pemeriksaan status mental memberikan sempel perilaku dan
kemampuan mental dalam fungsi intelektial.pemeriksaan singkat
terstardardisasi digunakan untuk mendeteksi penggunaan kognigtif
sehingga fungsi intelektual dapat diuji melalui satu/dua pertanyaan
untuk masing-masing area. Saat ini instrumen skrining mendeteksi
terjadinya gangguan, pemeriksaan lebih lanjut kemudian akan
dilakukan Nugroho(2015).
Pemeriksaan status mental lengkap mengarahkan pengkajian yang
dilakukan pada tingkat kesadaran,perhatian,keteampilan berbahas,
ingatan interprestasi peribahasa,kemampuan mengidentifikasi
kemiripan (misalnya “bagaimana miripnya sebuah apel dengan sebuah
jeruk?),keterampilan menghitung dan menulis ,serta kemampuan
konstruksional (menyalin gambar-gambar sulit) (Nugroho 2015).
Pengujian status mental saat klien masuk perawatan/panti jompo
berfungsi membangun dasar dan mengidentifikasi klien yang beresiko
mengalami delirium. Penyebab fisiologi, psikologis, dan lingkungan
dari kerusakan kognigtif pada lanjut usia,disertai pandangan bahwa
kerusakan mental adalah normal ,proses berhubungan dengan usia
sering menimbulkan pengkajian tidak lengkap terhadap masalah ini .
Tingkat kesadaran
Perhatian Kefasihan
Bahasa Pengertian
Pengulangan

70
Memori jangka pendek
Memori Memori jauh
Kemiripan
Interprestasi peribahasa Kalkulasi
Penulisan
Kemampuan
konsituasional
Sumber: Strub RL,Black FW, 1988
Fungsi kogniktif lebih tinggi yang diuji secara spesifik adalah simpanan
informasi klien,kemampuan memberi alasan secara abstrak dan
melakukan penghitungan.
a) Short Portable Mental Status Questionnaire(SPMSQ)
(1) Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intektual.pengkajian terdiri dari 10 pertanyaan yang berkenan
dengan orientasi,riwayat pribadi, memoridalam hubungannya
dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer 1975).metode
penentuan skor sederhana meliputi tingkat fungsi intelektual
dimana berfungsi membantu membuat keputusan yang khusus
mengenai kapasitas perawat diri.

(2) Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar,catat semua
jawaban.ajukan pertanyaan 4A hanya jika klien tidak
mempunyaitelepon.catat jumlah kesalahnan total berdasarkan
10 pertanyaan .
Penilaian SPMSQ
Data menunjukan bahwa pendidikan dan suku mempengaruhi
kinerja pada kuesioner status mental serta disesuaikan dalam
mengevaluasi nilai yang dicapai individu. Untuk tujuan penilaian,
tiga tingkat pendidikan yang telah ditegakkan:

71
(1) Seseorang yang telah mengalami hanya satu tingkat pendidikan
sekolah dasar
(2) Seseorang yang telah mengalami beberapa pendidikan sekolah
menegah pertama
(3) Seseorang yang telah menyelesaikan sekolah menengah atas,
termasuk akademi, sekolah tinggi, atau sekolah bisnis.
Kriteria penilaian:
Kesalahan 0-2: fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4: kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7: kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10: kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi jika terdapat lebih dari satu kesalahan, bila subjek
hanya berpendidikan sekolah dasar.Bisa dimaklumi jika terdapat
kurang dari 1 kesalahan bila subjek mempunyai pendidikan diatas
sekolah menengah atas.
b) Mini-Mental State Exam (MMSE)
Menguji aspek kogniktif dari fungsi mental: orientasi ,
registrasi,perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
(Folstein et al,1975)nilai paling tinggi adalah 30 dimana nilai 21
atau kurang biasanya indikasi adanya kerusaka kogniktif yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Dalam pengkajian asli
MMSE lanjut usia normal biasanya mendapat angka tengah 27,6
klien dengan demensia,depresi dan gangguan kogniktif membentuk
angka 9,7,19 dan 25 (Gallo, 1998).pemeriksaan dignostik . karea
pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan kognigtif dan
mendemonstrasikan perubahan kogniktif pada waktu dan dengan
tindakan sehingga dapat berguna untuk mengkaji kemajuan klien
berhubungan dengan intervensi.Alat pengukur status efektif
digunakan untuk membedakan jenis depresi yang mengurangi
fungsi suasana hati . depresi adalah hal yang umum terjadi pada
lanjut usia. Keadaan ini sering dihubungkan dengan kacau mental

72
dan disorientasi sehingga depresi pada lanjut usia sering disalah
artikan demensia.Penentuan kriteria ganggaun memori sehubungan
dengan gangguan usia tua diperlihatkan dengan adanya gangguan
funsi memori dan penurunan akibat demensia ( mengarah pada
gangguan intelektual) yang di tandai oleh MMSE.
3) Pengkajian sosial
Hubungan lansisa dengan keluarga sebagai peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan.Pengkajian system sosial dapat
menghasilkan informasi tentang jaringan pendukung.Keluarga
berperan besar terhadap anggota lainnya, akibatnya tingkat keterlibatan
dan dukungan keluarga tidak dapat diabaikan pada waktu
pengumpulan data.Sebagian besar perawatan jangka penjang terhadap
lansia berasal dari keluarga Karena membutuhkan dukungan fisik dan
emosional. (Kusharyadi, 2012)
APGAR Keluarga
Suatu alat skrinikng singkat yang digunakan mengkaji fungsional
sosial lanjut usia (Smilkstein et al, 1982), adaptasi (adaptation)
hubungan (partnership) pertumbuhan (growth), Afeksi ( afection) dan
pemecahan (resolve) (APGAR) adalah aspek fungsi keluarga yang
digunkanpada klien yang mempunyai hubungan sosial lebih intim
dengan teman-temannya dari pada keluarga sendiri. Nilai kurang dari 3
mendakan disfungsi keluarga sangat tinggi,sedangkan nilai 4-6
disfungsi keluarga sedang. Insrumen skrining ini digunakan oleh klien
yang mengalami peristiwa hidup penuh stres. Menurut Nugroho (2015)
saya puas bisa kembali pada keluarga(teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya(adaptasi) :
a) Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengukapkan masalah dengan saya (hubungan)
b) Saya puas bahwa keluarga (teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas. (pertumbuhan )

73
c) Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan
efek dan berespons terhadap emosi saya,seperti marah,sedih atau
mencintai (afek)
d) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :Selalu : skore 2Kadang-kadang :
skore 1Hamper tidak pernah : skor 0 ( Kusharyadi, 2012)

3. Perawatan Sehari-Hari
a. Kebersihan Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih
aktif dan masih mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat
giginya sendiri sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari, pagi saat
bangun tidur dan malam sebelum tidur. Bagi lanjut usia yang
menggunakan gigi palsu (prostese), dapat dirawat sebagai berikut :
1) Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulur dengan menggunakan
kain kasa atau sapu tangan yang bersih. Bila mengalami kesulitan,
ia dapat dibantu oleh keluarga/perawat.
2) Kemudian, gigi palsu disikat perlahan dibawah air mengalir sampai
bersih. Bila perlu, pasta gigi dapat digunakan.
3) Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam di dalam
air bersih dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau
dijemur. Bagi yang sudah tidak mempunyai gigi atau tidak
memakai gigi palsu, setiap kali habis makan, ia harus berkumur-
kumur untuk mengeluarkan sisa makanan yang melekat di antara
gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi, tetapi karena kondisinya
lemah atau lumpuh, usaha membersihkan gigi dan mulut dapat
dilakukan dengan bantuan keluarga atau jika tinggal di banti, ia di
bantu perawat atau petugas.

74
b. Kebersihan kulit dan badan
Kebersihan kulit mencermikan kesadaran seseorang terhadap
pentingnya arti kebersihan. Kebersihan kulit dan kerapian dalam
berpakaian klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan agar penampilan
mereka tetap segar. Usaha membersihkan agar dapat dilakukan dengan
cara mandi setiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali
sehari.Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan
kotoran, merangsang peredaran darah , dan memberikan kesegaran
pada tubuh. Pengawasan yang perlu dilakukan selama perawatan kulit
kecuali adalah:
1) Memeriksa ada/tidaknya lecet
2) Mengoleskan minyak pelembap kulit setiap selesai mandi agar
kulit tidak terlalu kering atau keriput
3) Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang
peredaran darah dan mencegah kedinginan
4) Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena
hal ini dapat mengurangi keadaan kuli yang sudah kering keriput.
c. Kebersihan kepala dan rambut
Seperti juga kuku, rambut tumbuh di luar epidemis.Pertumbuhan ini
terjadi karena rambut mendapat makanan dari pembuluh darah di
sekitar rambut.Warna rambut ditentukan oleh adanya pigmen.Bila
tidak dibersihkan, rambut menjadi kotor dan debu melekat pada
rambut.Tujuan memersihkan kepala adalah menghilangkan debu dan
kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala. Kien lanjut usia yang
masih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri. Hal yang perlu di
perhatikan :
1) Bila terdpat ketombe atau kutu rambut, obat dapat diberikan
misalnya peditox
2) Untuk rambut yang kering, bisa diberi minyak atau orang-arinf
atau lainnya

75
3) Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri,
baik karena sakit atau fisiknya yang tidak memungkinkan, dapat
mencuci rambut ditempat tidur dengan bantuan salah satu anggota
keluarga atau perawat
4) Bila lanjut usia lebih sering atau banyak berbaring di tempat tidur,
perawat harus lebih memperhatikan kebersihan rambut klien,
mengingat posisi tidur membuat rambut kusut, kering, bau, dan
gatal
d. Pemeliharaan kuku
Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran,
bahkan kuman penyakit. Oleh karena itu, lanjut usia harus selalu
secara teratur memotong kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan
sendiri, sebaiknya perawatan atau keluarga memotongnya dan jangan
terlalu pendek Karena akan terasa sakit.
e. Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur
Tempat tidur yang bersih dapat memberikan perasaan nyaman pada
waktu tidur.Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali
diperhatikan. Namun, bila kondisi fisik lanjut usia masih aktif,
merekacukup diberikan pengarahan cara membersihkan tempat
tidur.Bantuan yang dapat diberikan kepada klien lanjut usia yang
masih aktif, misalnya:
1) Bila keadaan kasur cekung di tengah, sebaiknya kasur dibalik
setiap kali membersihkan tempat tidur
2) Alas kasur ditarik kencang dan ujung-ujungnya dilipat dan
dikosongkan ke bawah kasur sehingga tidak mudah menimbulkan
lipatan yang mungkin menyebabkan lecet
3) Alat kasur atau seprai diganti setiap 3 kali sekali, kecuali kotor.
4) Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkontinensia urine, alas
kasur diganti setiap kali basah. Kasur dijemur di panas matahari
setiap hari.

76
Bantuan/ pertolongan pasif bagi klien lanjut usia yang terus menerus
beristirahat di tempat tidur dalam keadaan atau posisi yang
menyenangkan atau nyaman yaitu usahakan agar bantal tidak terlalu
lunak atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur atas usaha sendiri
perlu dibina, bukan saja agar otot badan tetap aktif, tetapi juga untuk
menghindari pegal dan menvegah atrofi.Letak atau posisi tidur harus
diatur sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di
ubah agar tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan
yang terus menerus.Letakan atau posisi tidur dapat diatur, antara lain:
1) Letakkan guling di bawah lututnya. Usahakan agar kakinya tidak
tergelincir jatuh ke samping dan tidak dalam posisi drop foot.
2) Untuk mencegah luka lecet (dekubitus), tumit dan bokong diberi
bantal angina (windring)
3) Agar dapat tidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus,
sebaiknya letakkan papan dibawah kasurnya jika tempat tidur
tersebut terdiri dari kawat (springbed)
4) Letak atau posisi setengah duduk. Bagian kepala tempat tidur
diberi sandaran kursi atau papan
Asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan dengan
kondisi lanjut usia, apakah lanjut usia itu aktif atau pasif. Untuk lanjut
usia yang masih aktif, asuhan keperawatan yang dapat diberikan
berupa dukungan hygiene personal (mis, kebersihan gigi dan mulut
atau pembersihan gigi palsu), kebersihan diri (termasuk kepala,
rambut, badan, kuku, mata, dan telinga), kebersihan lingkungan
(tempat tidur dan ruangan), makanan yang sesuai (mis, porsi kecil,
bergizi, bervariasi dan mudah dicerna), sehingga kesegaran jasmani
tetap terpelihara. Bagi lanjut usia yang oasif dan bergantung pada
orang lain, perawat perlu memelihatikan dalam memberi asuhan
keperawatan walaupun pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia
aktif. Di sini siperlukan sekali dukungan keluarga, khususnya lanjut

77
usia yang mengalami kelumpuhan agar jangan sampai terjadi
dekubitus (lecet).

5. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


Menurut Nugroho (2015) pendekatan perawatan pada lanjut usia terdiri
dari:
a. Pendekatan fisik
Perawatan dengan pendekatan fisik memperhatikan kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada orgam tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya. Menurut Nugroho (2015) perawatan fisik
umum bagi klien lansia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1) Klien lansia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan sehari-hari, ia masih mampu melakukan sendiri.
2) Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lansia ini, terutama tentang hal yang
berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perseorangan sangat penting dalam usaha mencegah
timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu, kemunduran
komdisi fisik akibat proses menua dapat memengaruhi ketahanan
tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Klien lansia
yang masih aktif dapat diberi bimbingan mengenai kebersihan mulut
dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,
kebersihan tempat tidur, posisi tidur, makanan, cara memakan obat,
dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini
penting karena meskipun tidak selalu ada keluhan atau gejala, lansia

78
memerlukan perawatan.Tidak jarang klien lansia menemui dokter
dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif,
sehingga perlu pengamatan secermat mungkin (Nugroho, 2015).
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan dan membantu klien lansia untuk bernapas dengan
lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum,
eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk,
mengubah posisi tidur, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit, serta
menghindari kecelakaan. Toleransi terhadap kekurangan oksigen
sangat menurun pada klien lansia.Oleh karena itu, kekurangan oksigen
yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada bantal,
jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang
berlebihan dan sebagainya (Nugroho, 2015).
Seorang perawat harus dapat memotivasi klien lansia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan
mengunyah sering kali dapat menyebabkan hilangnya nafsu
makan.Untuk mengatasi masalah ini, hidangkan makanan agak lunak
atau cair agar klien tidak tersedak (bila perlu pakaikan gigi palsu)
waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, serta makanan
yang serasi.Suasana yang menyenangkan dapat menambah selera
makan.Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan. Hal ini
harus dilakukan pada klien lansia yang diduga menderita penyakit
tertentu atau dilakukan secara berkala bila klien memperlihatkan
kelainan (mis., batuk, pilek) terutama bagi klien yang tinggal di Panti
Sosial Tresna Werdha. Perawat perlu memberi penjelasan dan
penyuluhan kesehatan. Jika ada keluhan insomnia, harus dicari
penyebabnya, kemudia komunikasikan dengan mereka tentang cara
pemecahanya (Nugroho, 2015).
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing
dengan sabar dan ramah, sambil bertanya tentang apa keluhan yag

79
dirasakan dalam hal tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah
mereka bisa melaksanakan ibadah, dan sebagainya. Sentuhan
(mis,.Genggaman tangan) terkadang sangat berarti bagi mereka
(Nugroho, 2015).
b. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia.Perawat dapat berperan sebagai pendukung
dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia
pribadi, dan sahabat yang akrab.Perawat hendaknya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagi bentuk keluhan agar lansia
merasa puas.Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu
sabar, simpatik dan service.Sabar memang mudah diucapkan, tetapi
sulit untuk dilaksanakan.Perawat harus simpatik, artinya perawat harus
mempunyai perilaku yang terpuji, ramah, banyak menebar senyum,
sopan, santun, rendah hati dan sentuhan.Pada dasarnya, klien lansia
membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk
perawat yang memberi perawatan.Oleh karena itu, perawat harus
selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang
dimilikinya (Nughroho, 2015).
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri,
rasa keterbatasan sebagai akibat ketidakmampuan fisik dan kelainan
yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi
terjadi bersamaan dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan ini
meliputi gejala seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang
baru terjadi, berkurangnya kegairahan atu keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk
tidur di siang hari, dan pergeseran libido.Perawat harus sabar
mendengarkan cerita masa lampau klien yng membosankan.Jangan

80
mentertawakan atau memarahi klien lansia yang lupa atau melakukan
kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah
laku mereka dan jangan manfaatkan kemunduran ingatan untuk tujuan
tertentu (Nugroho, 2015).
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap.Perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban.Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan
bahagia di masa lansianya (Nugroho, 2015).
c. Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial.Memberikan
kesempatan untuk berkumpul bersama sesama klien lansia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam penatalaksanaannya,
perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lansia dan
lansia maupun lansia dan perawat.perawat memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi,
melakukan rekreasi. Lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia
luar, misalnya menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca
surat kabar dan majalah. Pendekatan komunikasi dalam perawatan
tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan lansia. Untuk menghilangkan rasa jemu
dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya, perlu diberi
kesempatan kepada lansia untuk menikmati keadaan luar, agar merasa
masih ada hubungan dengan dunia luar (sosialisasi) (Nugroho, 2015).
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberi ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama

81
bila lansia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.Dalam
kaitannya dengan pendekatan spiritual bagi klien lansia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Setiabudhi mengemukakan bahwa
maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini
didasari oleh berbagi macam faktor, seperti ketidakpastian terhadap
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/ penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan akan tidak berkumpul lagi dengan keluarga/
lingkungan sekitarnya, dan sebagainya. Umumnya, pada waktu
kematian akan datang, agama atau kepercayaan seseorang merupakan
faktor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam
sangat perlu untuk menenang klien lansia.Dengan demikian,
pendekatan perawat kepada klien lansia bukan hanya terhadap fisik
yakni membantu mereka dalam keterbatasan fisik saja, melainkan
perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lansia melalui agama
mereka (Nugroho, 2015).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gerontik nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat
menjalankan perannya kepada setiap tatanan pelayanan dengan menggunakan

82
pengetahuan, keahlian dan keterampialm merawat untuk meningkatkan fungsi
optimal lanjut usia secara komprehensif. Geriati nursing adalah praktik
keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan
tua.Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran fisik,
meningkatkanemosional karena kesepian. Adapun masalah dan penyakit pada
lanjut usia yaitu mudah jatuh, mudah lelah, gangguan kardiovaskuler, edema
pada kaki, nyeri dan ketidaknyamanan, berat badan menurun, gangguan
eliminasi, gangguan ketajaman penglihatan, gangguan persendian, penurunan
daya ingat, gangguan pendengaran, gangguan tidur, mudah gatal, dan
kekacauan mental akut.
Pada usia lanjut memerlukan asupan nutrisi yang adekuat untuk
pemenuhan energi sehingga dapat memenuhi perawatan sehari-hari baik
secara mandiri maupun dengan bantuan serta lansia dapat beraktivitas dengan
lebih optimal. Perawat gerontik dituntut untuk dapat memberi asuhan
keperawatan gerontik dengan sepenuh hati atau berempati dengan
memperhatikan pendekatan khusus pada usia lanjut yaitu pendekatan fisik,
psikis, sosial, spiritual.

B. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat menindaklanjuti Asuhan
keperawatan yang diberikan dan diintegrasikan dengan program
kunjungan rumah (Home care) atau pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat (Puskesmas)
2. Bagi Perawat
Perawat perlu memahami makna dari gerontik. Perawat harus memberikan
pelayanan secara holistik sesuai kebutuhan lansia dan mempersiapkannya
menghadapi kematian dengan  baik. Perawat pun perlu meyakinkan
keluarga untuk ikut berpartisipasi selama perawatan tersebut. Lalu, lansia

83
sebagai klien juga diharapkan untuk dapat bekerja sama demi tercapainya
tujuan perawatan. Walaupun peran perawat sangat banyak, perawat
merupakan profesi yang ideal untuk menjalankan semua peran tersebut
karena perawat memandang klien secara holistik. Namun, hal yang paling
penting ialah perawat harus menyadari tujuan utama sebagai perawat
gerontik adalah untuk membuat klien mencapai tingkat optimal secara
fisik, mental, dan  psikososial. Sehingga, dapat tercapai kesejahteraan dan
peningkatan derajat kesehatan untuk klien secara optimal
3. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menerapkan pendidikan kesehatan pada lansia
yang telah diberikan dari tenaga kesehatan, Keluarga perlu memahami
permasalahan yang sering terjadi pada lansia, khususnya bagi keluarga
dengan lansia.Dengan begitu lansia dapat menjalani masa tuanya dengan
baik, nyaman, dan damai.
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada Mahasiswa Untuk menjadikan Makalah ini sebagai
pengembangan kemampuan Mahasiswa dalam hal perawatan
komprehensif pada lansia dan menambah pengalaman Mahasiswa dalam
melaksanakan intervensi dan implementasi pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Fatma, Miya & Nimade. 2018. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia. Malang:
Wineka Media

Heri, Lilis. 2019. Info Demografi Volume 1. (Online):


https://www.bkkbn.go.id/poontent/uploads/info_demo_vol_1_2019_jadi.pdf

84
Kushariyadi. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.

Nugroho, H, W. 2015. Keperawatan Gerontik & Geriatrik.Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nur, Sitti. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Indonesia.

85

Anda mungkin juga menyukai