Anda di halaman 1dari 5

MANAJERIAL APOTEK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

Oleh:
Yesi Dwi Astuti
NIM 192211101122

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. Tindakan dasar
seorang manajer untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik adalah melakukan
perencanaan. Umumnya, perencanaan didahului dengan prediksi atau ramalan tentang
peristiwa yang akan datang (PerMenKes, 2016).

2. Penganggaran
Penganggaran dibuat agar tujuan apoteker dalam menjalankan apotek secara
realistis dan ekonomis dapat tercapai. Dana yang dianggarkan pada rancangan
pengadaan obat di apotek yaitu ± Rp 50.000.000,-.
Dengan demikian anggaran usaha harus:
a. atas dasar alternatif dengan mempertimbangkan “Cost and Benefit”
b. realistis, dengan memperhatikan keterbatasan sumber dana, tenaga kerja dan
lain-lain
c. ekonomis, mecegah timbulnya pemborosan dana, waktu dan tenaga kerja
d. fleksibel dan dilandasi partisipasi karyawan apotek

3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2019). Daftar obat dalam
pengadaan sediaan farmasi di apotek dapat dilihat pada Lampiran 1.
Salah satu metode dalam melakukan pengadaan obat adalah analisis ABC.
Analisis ABC digunakan untuk menentukan persediaan obat. Analisis ABC di
lakukan dengan mengklasifikasikan jenis obat menjadi 3 golongan, yaitu: (Kemenkes
RI, 2019).
a. Golongan A ( jumlah sedikit, harga total tinggi) Contoh: hormon dan sediaan-
sediaan injeksi
b. Golongan B ( jumlah sedang, harga total sedang) Contoh: sediaan drop( eyes
drop, oral drop,ear drop), sediaan inhaler/ spray
c. Golongan C (jumlah banyak, harga total rendah) Contoh: obat- obat bebas
yang sering digunakan secara swamedikasi (obat batuk, diare, flu, sakit
kepala, demam, vitamin, obat luka dll).
Analisis ABC bermanfaat untuk menekan frekuensi pemesanan, mengurangi
biaya total pengiriman obat dan menekan jumlah persediaan sehingga mengurangi
biaya total penyimpanan di gudang.
Pemesanan obat golongan narkotika harus di Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Kimia Farma. Pemesanan ini menggunakan surat pesanan yang terdiri dari empat
lembar yaitu warna putih, kuning, merah, dan biru. SP warna kuning, putih, merah
diserahkan ke PBF, sedangkan SP biru digunakan sebagai arsip pembelian. Khusus
untuk narkotik, satu lembar pesanan untuk satu jenis obat dan harus ditanda tangani
oleh APA dengan mencantumkan nama dengan SIK, alamat, serta stempel apotek.
Pengadaan obat psikotropika menggunakan surat pesanan model khusus yang
dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh APA dimana tiap lembar surat pesanan
dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu macam obat asalkan pemesanan
tersebut ditujukan untuk satu distributor atau PBF saja.

4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima (PerMenKes, 2016).
Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi:
1. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.
2. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip
surat pesanan dengan obat yang diterima.
3. Kesesuaian antara fisik obat dengan faktur pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
a. kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan obat dan isi kemasan; dan
b. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa (Kemenkes RI, 2019).

5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi. Tujuan
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan
pencarian dan pengawasan (Kemenkes RI, 2019).
Pengeluaran obat menggunakan sistem First In First Out (FIFO), di mana barang
yang datang lebih awal, harus dikeluarkan lebih awal dan pada kondisi-kondisi
tertentu untuk menghindari barang rusak atau melewati tanggal kadaluarsa dilakukan
sistem FEFO (First Expired date First Out), yaitu barang kadaluarsa awal dijual lebih
dahulu (Kemenkes RI, 2019).
Tata cara penataan obat di apotek adalah sebagai berikut:
- Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terkunci
- Obat-obat generik dan antibiotik ditata secara alfabetis pada rak tersendiri
- Bentuk sediaan suppositoria, serum, injeksi tertentu disimpan dalam lemari
pendingin
- Bentuk sediaan sirup diletakkan pada rak tersendiri dan ditata secara alfabetis
- Bentuk sediaan salep, tetes mata, dan tetes telinga ditata secara alfabetis pada
rak tersendiri
- Produk suplemen disimpan dalam rak tersendiri dan ditata secara alfabetis.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Petunjuk Teknis Standar


Pelayanan di Apotek. Kementerian Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07 Tentang Daftar Obat Esensial
Nasional.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No.436 Tentang Harga Eceran Tertinggi Obat
Generik.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No.73 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

Anda mungkin juga menyukai