Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggi Syafita

Npm : 1754051007
Teknologi Hasil Pertanian
Ujian Evaluasi Gizi dan Komponen Bioaktif

Uji Penghambatan Xantin Oksidase secara In Vitro Ekstrak Kulit Rambutan

1. Arti penting penelitian :


Gangguan Hiperurisemia di Indonesia telah mencapai 2,3-17,6% dan
hiperurisemia yang berkepanjangan yang menyebabkan Gout mencapai
variasi antara 1,6-13,6% per seribu penduduk. Banyaknya keadaan
hiperurisemia ini membuat dilakukannya penelitian untuk pengobatan
hiperurisemia. Salah satunya dilakukan dengan menghambat Xantin
Okisidase oleh ekstrak kulit rambutan. Penghambatan Xantin Oksidase ini
dilakukan karena Xantin Oksidase merupakan enzim yang berperan dalam
mengkatalisis oksidase hipoxantin sehingga menjadi asam urat. Beberapa
inhibitor enzim Xantin Oksidase yaitu alupurinol, tanin, flavonoid, polifenol
dan asam ellegat. Pada Ekstrak kulit rambutan ini mengandung beberapa
senyawa seperti flavonoid, tanin dan saponin, tetapi penelitian untuk ekstrak
kulit rambutan untuk inhibitor Xantin Oksidase belum banyak diteliti. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh ekstrak kulit
rambutan dalam menghambat (inhibitor) Xantin Oksidase untuk menurunkan
asam urat yang dilakukan melalui uji aktivitas inhibisinya menggunakan
metode in vitro.

2. Proses fisiologis secara in vivo yang coba ditiru dalam metode in vitro:
Proses fisiologis secara in vivo:
Proses fisiologis yang dicoba untuk ditiru adalah persendian (kondisi di
dalam persendian). Di dalam sendi, terdapat metabolisme purin dan yang
berperan dalam metabolisnya yaitu enzim xantin oksidase, enzim xantin
oksidase akan mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi
asam urat (hiperurisemia). Biasanya untuk menghindarkan terjadinya
hiperurisemia dilakukan inhibitor xantin oksidasi seperti alopurinol yaitu
dengan menghambat sintesis purin yang merupakan prekusor xantin, tetapi
dalam penelitian ini alupurinol yang sebagai inhibitor xantin oksidase akan
digantikan oleh ekstrak kulit rambutan dengan menggunakan mekanisme
yang sama seperti alopurinol.

Metode in vitro yang digunakan untuk meniru kondisi in vivo:


Yaitu dengan melakukan uji penghambatan aktivitas xantin oksidase dengan
cara mengukur jumlah asam urat yang terbentuk dari reaksi yang dikatalisis
oleh xantin oksidase dengan menggunakan in vitro dengan cara reaksi
enzimatis dan pengukuran secara spektofotometri.
Pertama dilakukan pengujian standar alopurinol dan ekstrak kulit buah
rambutan. Selanjutnya pada pengujian sampel, sebanyak 1 ml larutan sampel
ekstrak ditambahkan dengan dapar fosfat pH 7,8 sebanyak 2,9 mL dan
ditambahkan substrat xantin 1 mM. Larutan ekstrak dibuat dengan
konsentrasi 1,5; 10; 20; 50; 100 μg/mL, variasi konsentrasi ekstrak bertujuan
untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak terhadap
peningkatan daya hambat. Setelah itu, campuran larutan diinkubasi pada suhu
30ºC selama 10 menit ke dalam campuran ditambahkan larutan xantin
oksidase sebanyak 0,1 mL. Dilakukan selama 10 menit bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi larutan uji dengan kondisi lingkungan optimum. Lalu,
campuran larutan kembali diinkubasi pada suhu 30ºC selama 30 menit untuk
reaksi enzimatis. Setelah di inkubasi ditambahkan HCl 1 mL bertujuan untuk
menghentikan reaksi enzimatis. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 274,79.

3. Apakah model in vitro yang digunakan dapat mewakili kondisi in vivo?


Menurut saya model in vitro ini belum mampu mewakili kondisi in vivo
karena pada pengujiannya ekstraksi yang digunakan yaitu nonpolar seperti
heksan dan polar yaitu etanol. Sedangkan media yang digunakan sebagai
reaksi yaitu ekstrak dicampur dengan buffer (substrat) yang kemudian
dicampur enzim sehingga terdapat 3 senyawa ekstrak dengan molar yang
bebas tetapi modelnya menggunakan satu media yang sama yaitu
pengencernya buffer yang sngat banyak. Seharusnya buffer yang merupakan
sistem polar , maka yang nonpolar seharusnya ada emulsifier untuk membuat
menjadi bercampur (bereaksi) dengan enzim yang cendrung polar. Selain itu
pada metode ini hanya diketahui keefektivitas ekstrak kulit rambutannya saja
tidak terlalu spesifik dengan kondisi yang mewakili in vivo.

4. Mekanisme pengaruh perlakuan pada parameter yang diamati:


Mekanismenya yaitu dengan dilakukan perhitungan serapan pada
penghambatan aktivitas xantin oksidase pada panjang gelombang 274,79 nm
sesuai dengan alat spektrofotometer UV-Vis, suhu inkubasi 30 ̊ C, pH fosfat
7,8 dan konsentrasi substrat 0,15 mM. Pada pengujian standar alopurinol
yang diperoleh nilai IC50 yaitu 0,15 μg/mL dan pada pengujian
penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase dengan nilai IC50 yang kecil
yaitu pada ekstrak metanol kulit rambutan dengan IC50 3,71 μg/mL. Nilai
IC50 menunjukkan jumlah penghambat yang dibutuhkan untuk mencapai
penghambatan 50% enzim.

5. Penelitian lanjutan yang sebaiknya dilakukan:


Penelitian yang sebaiknya dilanjutkan adalah penelitian keefektifitas IC50
pada masing masing ekstrak karena tidak diketahui mekanisme secara detail,
selain itu perlu juga uji in vivo untuk mengetahui hasil yang lebih tepat.

6. Sumber paper :
Putri, E,K,. Rissyelly, Mauldina, G, M,. 2016. Uji Penghambatan Xantin
Oksidase secara In Vitro Ekstrak Kulit Rambutan. Pharm Sci Res. (Vol. 3
No. 1). ISSN 2407-2354.

Diakses dari http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3222 pada


Selasa, 9 Juni 2020 .

Anda mungkin juga menyukai