Anda di halaman 1dari 15

RESUME

MATERI KGD DAN RJP

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerawatan Gawat Darurat

Dosen Mata Kuliah : Ns. Hammad, M.Kep

Oleh :

Nama : Faridah Hayati

NIM : P07120118064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

BANJARBARU

2020
A. Pengantar Kegawat Daruratan
Keadaan darurat adalah setiap penyakit tiba-tiba atau akan cedera yang
dirasakan oleh klien yang memerlukan intervensi langsung. Sedangkan gawat
darurat adalah suatu kondisi dimana korban membutuhkan tindakan medis segera
guna mencegah kecacatan lebih lanjut atau kematian.
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) upaya untuk mengatasi
keadaan gawat darurat agar keadaan pasien tidak memburuk maupun meninggal.
Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang
komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Prinsip penanggulangan pasien gawat darurat yaitu : Intra
cranial - kehilangan darah – ketidakmampuan bernafas – sumbatan jalan napas –
meninggal. Keberhasilan gawat darurat dipengaruhi oleh kecepatan dan kualitas.
Triage adakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya
untuk memperoleh prioritas tindakan yang bertujuan mendapatkan hasil sebaik
mungkin pada kondisi jumlah pasien besar dengan sarana terbatas
Dasar- dasar triage yaitu: Derajat cedera, jumlah yang cedera, sarana dan
kemampuan, kemungkinan bertahan hidup, sehari-hari x korban massal.
Procedure triage yaitu;
1. Triage dulu sebelum pengobatan
2. Jangan lebih dari 60 detik tiap pasien
3. Tentukan fasilitas terbaik untuk penanganan

jenis-jenis triage

1. Pemilahan pasien secara perorangan (single patient triage)


2. Pemilahanpasien korban massal yang bukan kategori disaster (routine
multiple casualty triage)
3. Pemilahan korban masal dalam kategori disaster (triage in overwhelming
multiple casualty incident)

Kategori Triage di UGD (single patient triage) :


1. Emergent merupakan prioritas tertinggi karena berpotemsi mengancam
hidup dan fungsi tubuh seperti; kesulitan bernapas, cardiac arrest,
keadaan kejang, high temperature > 40,5 derajat
2. Urgent merupakan prioritas kedua karena kemungkinan bahaya seperti;
chest pain, burn, temperature 39 – 40,5 derajat, Diarrhea, vomiting,
severe pain
3. Nonurgent merupakan prioritas rendah karena tidak perlu pelayanan
emergensi seperti; moderate headache, chronic backache

Pemilahan korban masal yang bukan ketegori bukan disaster (routine


multiple casualty triage) dengan metode START (Simple Triage & Rapid
Treatment) yang dilakukakn tidak lebih dari 60 detik bertujuan untuk
mengatasi ancaman hidup yang utama yaitu sumbatan jalan napas dan
perdarahan arteri yang hebat.

Metode START ;

1. Awal : panggil semua korban yang dapat berjalan kesuatu tempat dan
diberi kartu hijau
2. Airway : tidak bernafas buka airway – tetap tidak bernapas (hitam) –
kembali bernapas (merah) – bernapas spontan (tahap berikutnya)
3. Breathing : napas spontan, >30x / menit (merah), <30x / menit (tahap
berikutnya)
4. Circulation : Capillary refill, > 2 detik / > 100x /menit (merah) , < 2
detik / < 100x / menit (tahap berikutnya)
5. Disability : tidak dapat mengikuti perintah (merah) , dapat mengikuti
perintah (kuning)

Pemilahan korban massal dalam kategori disaster (triage in


overwhelming multiple casualty incident) dengan konsep SAVE
(secondary Assessment Of Victim Endpoint) yaitu memprioritaskan para
koban yang dianggap paling dapat terselamatkan dan memiliki kondisi
medis yang memerlukan penanganan segera.

Kategori triage lapangan yaitu;

1. Merah : Gawat, mengancam jiwa


2. Kuning : Darurat, tidak mengancam jiwa
3. Hijau : Tidak gawat, cedera ringan
4. Hitam : Meninggal

Atau

1. Gawat darurat : Merah


2. Gawat tidak darurat : Putih
3. Tidak gawat, darurat : Kuning
4. Tidak gawat, tidak darurat : Hijau
5. Meninggal : Hitam

B. RJP
Rantai kelangsungan hidup HCA (Serangan Jantung didalam Rumah Sakit)
dan OHCA (Serangan Jantung diluar Rumah Sakit).
HCA : Pengawasan dan Pencegahan – Pengenalan dan pengaktifan sistem
tanggap darurat – CPR berkualitas tinggi – Defribilasi cepat – Bantuan hidup
lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung.
OHCA : Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat – CPR
berkualitas tinggi secepatnya - Defribilasi cepat – Layanan medis darurat dan
lanjutan – Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung.
Bantuan hidup dasar dewasa dan kualitas CPR : CPR penolong tidak
terlatih:
1. Hubungan penting dalam rantai kelangsungan hidup pasien dewasa
diluar rumah sakit tetap menekankan pada algoritma BLS (bantuan
hidup dasar) dewasa universal yang disederhanakan
2. Algoritma BLS dewasa telah diubah untuk menunjukkan fakta bahwa
penolong dapat mengaktifkan sistem tanggapan darurat (misalnya,
melalui penggunaan ponsel) tanpa meninggalkan korban
3. Urutan yang disarankan untuk satu-satunya penolong telah
dikonfirmasi : penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum
memberikan napas buatan (C – A – B ) bukan ( A – B – C) agar dapat
mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu-satunya penolong harus
memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang diikuti dengan 2 napas
buatan
4. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 – 120 / menit
5. Untuk kedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2
inci (5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm)

Bantuan Hidup Dasar dan Kualitas CPR :BLS HCP

1. Penolong terlatih didorong untuk menjalankan beberapa langkah secara


bersamaan misalnya pernapasan dan denyut sekaligus dalam upaya
mengurangi waktu untuk kompresi dada pertama
2. Tim dan penolong terlatih dapat menggunakan pendekatan terencana
yang menyelesaikan beberapa langkah dan penilaian secara bersamaan
3. Peningkatan penekanan telah diterapkan pada CPR berkualitas tinggi
menggunakan target performa (kompresi kcepatan dan kedalaman yang
memadai, sehingga membolehkan recoil dada sepenuhnya diantara setiap
kompresi, dan mencegah ventilasi yang berlebihan)

Anjuran dan Larangan BLS untuk CPR Berkualitas Tinggi Dewasa;

Penolong harus:
1. Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120/menit
2. Mengkompresi kedalaman minimum 2 inci (5 cm)
3. Membolehkan recoil penuh setelah setiap kali kompresi
4. Meminimalkan jeda dalam kompresi
5. Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas buatan setelah 30 kompresi,
setiap napas buatan diberikanmm lebih dari 1 detik, setiap kali diberikan
dada akan terangkat)

Penolong tidak boleh:

1. Mengkompresi pada kecepatan lebih rendah dari 100/menit atau lebih


cepat dari 120/menit
2. Mengkompresi kedalaman kurang dari 2 inci (5 cm) atau lebih dari 2,4
inci (6 cm)
3. Bertumpu diatas dada diantara kompresi yang dilakukan
4. Mehentikan kompresi lebih dari 10 detik
5. Memberikan ventilasi berlebihan misalnya terlalu banyak napas buatan
atau memberikan napas buatan dengan kekuatan berlebihan

Komponen Dewasa dan Anak Anak-Anak (usia 1 Bayi kurang dari 1


Remaja Tahun hingga tahun, tidak
pubertas ) termasuk bayi baru
lahir)
Keamanan lokasi Pastikan semua Pastikan semua Pastikan semua
lingkungan telah lingkungan telah lingkungan telah
aman untuk aman untuk aman untuk
penolong dan korban penolong dan korban penolong dan korban
Pengenalan Periksa adanya Periksa adanya Periksa adanya
serangan jantung reaksi napas terhenti reaksi napas terhenti reaksi napas terhenti
atau tersenggal atau tersenggal atau tersenggal
misalnya napas tidak misalnya napas tidak misalnya napas tidak
normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada
denyut yang terasa denyut yang terasa denyut yang terasa
dalam 10 detik. dalam 10 detik. dalam 10 detik.
(pemeriksaan napas (pemeriksaan napas (pemeriksaan napas
dan denyut dapat dan denyut dapat dan denyut dapat
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
bersamaan kurang bersamaan kurang bersamaan kurang
dari 10 detik) dari 10 detik) dari 10 detik)
Pengaktifan sistem Jika anda sendiri Korban terlihat Korban terlihat
tanggapan darurat tanpa ponsel, jatuh pingsan : jatuh pingsan : ikuti
tinggalkan korban ikuti langkah- langkah-langkah
unntuk mengaktifkan langkah untuk orang untuk orang dewasa
sistem tanggapan dewasa dan anak dan anak remaja
darurat dan remaja disebelah kiri disebelah kiri
mengambil AED
sebelum memulai Korban tidak Korban tidak
CPR atau kirin orang terlihat jatuh terlihat jatuh
lain untuk pingsan : berikan pingsan : berikan
melakukannya dan CPR selama 2 CPR selama 2
mulai CPR menit, tinggalkan menit, tinggalkan
secepatnya; gunakan korban untuk korban untuk
AED segera setelah mengaktifkan sistem mengaktifkan sistem
tersedia tanggapan darurat tanggapan darurat
dan mengambil dan mengambil
AED, kembali ke AED, kembali ke
anak atau bayi dan anak atau bayi dan
lanjutkan CPR, lanjutkan CPR,
gunakan AED segera gunakan AED segera
setelah tersedia setelah tersedia
Rasio kompresi 1 atau 2 orang 1 penolong 30 : 2 1 penolong 30 : 2
ventilasi tanpa penolong 30 : 2 2 penolong atau 2 penolong atau
saluran udara lebih 15 : 2 lebih 15 : 2
lanjutkan
Rasio kompresi Kompresi Kompresi Kompresi
ventilasi dengan berkelanjutan pada berkelanjutan pada berkelanjutan pada
saluran udara kecepatan 100- kecepatan 100- kecepatan 100-
lanjutan 120/menit, berikan 1 120/menit, berikan 1 120/menit, berikan 1
napas buatan setiap 6 napas buatan setiap 6 napas buatan setiap 6
detik (10 napas detik (10 napas detik (10 napas
buatan/menit) buatan/menit) buatan/menit)
Kecepatan 100 – 120/menit 100 – 120/menit 100 – 120/menit
kompresi
Kedalaman Minimum 2 inci (5 Minimum 1/3 dari Minimum sepertiga
kompresi cm) diameter AP dada dari diameter AP
sekitar 2 inci (5 cm) dada sekitar 1 ½ inci
(4 cm)
Penempatan 2 tangan berada 2 tangan atau 1 1 penolong : 2 jari
tangan diseparuh bagian tangan (opsioal dibagian tengah
bawah tulang dada untuk anak yang dada, tepat dibawah
(sternum) sangat kecil) berada baris puting
diseparuh bagian 2 penolong atau
bawah tulang dada lebih : 2 tangan
dengan ibu jari
bergerakmelingkar
dibaian tengah dada,
tepat dibawah baris
puting
Rekoil dada Lakukan recoil Lakukan recoil Lakukan recoil
penuh dada setelah penuh dada setelah penuh dada setelah
setiap kali kompresi; setiap kali kompresi; setiap kali kompresi;
jangan bertumpu jangan bertumpu jangan bertumpu
diatas dada setelah diatas dada setelah diatas dada setelah
setiap kali kompresi setiap kali kompresi setiap kali kompresi
Meminimalkan Batasi gangguan Batasi gangguan Batasi gangguan
gangguan dalam kompresi dalam kompresi dalam kompresi
dada menjadi kurang dada menjadi kurang dada menjadi kurang
dari 10 detik dari 10 detik dari 10 detik

Teknik alternative dan perangkat tambahan untuk CPR


1. Penggunaan perangkat ambang impedansi (ITD/ impedance thresthoid device)
secara rutin sebagai tambahan untuk CPR konvensional tidak disarankan
2. Uji lacak terkontrol baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan ITD dan
CPR kompresi-dekompresi aktif berkaitan dengan peningkatan kelangsungan
hidup menyeluruh pasien dengan OHCA secara neurologis
3. Penggunaan perangkat kompresi dada mekanis secara rutin tidak disarankan,
namun kondisi khusus yang mungkin membuat teknologi dapat bermanfaat telah
diidentifikasi
4. Penggunaan ECPR dapat dipertimbangkan untuk pasien tertentu dalam kondisi
adanya dugaan penyebab reversible serangan jantung

Bantuan hidup kardiovaskular lanjutan dewasa

1. Meskipun parameter tidak boleh digunakan dalam isolasi untuk pengambil


keputusan, namun penyedia layanan medis dapat mempertimbangkan
ETCO2 yang rendah setelah melakukan CPR selama 20 menit yang
dikombinasikan dengan beberapa faktor lain untukmembantu menentukan
waktu yang tepat guna menghentikan resusitasi
2. Steroid dapat memberikan beberapa manfaat jika diberikan bersama
vasoneprin dan epinefrin dalam menangani HCA
3. ECPR dapat memperpanjang kelangsungan hidup karena dapat memberikan
waktu untuk mengantisipasi kondisi berpotensi reversible atau
menjadwalkan transplantasi jantung untuk pasien yang tidak menjalani
resusitasi dengan CPR konvensional
4. Pada pasien serangan jantung dengan ritme yang tidk dapat dikejut dan yang
tidak menerima epinefrin , pemberian epinefrin diawal disarankan
5. Insiasi atau kelanjutkan lidokain dapat dipertimangkan segera setelah ROSC
dari serangan jantung VF/pVT
6. Penggunaan beta blocker setelah serangan jantung dapat dikaitkan dengan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bila beta blocker tidak diguakan.
Insiasi atau kelanjutan beta blocker oral maupun intravena dapat
dipertimbangkan diawal setelah menjalani rawat inap dari sengan jantung
akibat VF/pVT

Perawatan Pasca-Serangan Jantung

1. Angiografi coroner darurat disarankan untuk semua pasien dengan elevasi


ST dan untuk pasien yang tidak stabil secara hemodinamik maupun fisik
tanpa elevvasi ST yang diduga memiliki lesi kardiovaskular
2. Rekomendasi TTM telah diperbaharui dengan bukti baru yang menunjukkan
bahwa kisaran suhu dapat diterima untuk ditargetkan dalam periode pasca
serangan jantung
3. Setelah TTM seklesai demam dapat terjadi. Meskipun terdapat data
observasi yang bertentangan tentang bahaya demam setelah TTM, namun
pencegahan demam dianggap tidak berbahaya dan oleh karena itu wajar
diterapkan
4. Identifikasi dan perbaikan hipotensi direkomendasikan dalam periode pasca
serangan jantung langsung
5. Pronostikasi kini direkomendasikan tidak lebih cepat dari 62 jam setelah
penyelesaian TTM bagi pasien yang tidak memiliki TTM, prognostikasi
tidak direkomendasikan lebih cepat dari 72 jam setelah ROSC
6. Semua pasien yang mengarah ke kondisi kematian otak atau kematian
sirkulasi telah serangan jantung pertama akan dipertimbangkan sebagai
calon donor organ

Sindrom Koroner Akut

1. Akuisisi dan interpretasi ECG pra rumah sakit


2. Memilih strategi reperfusi bila fibrinolysis pra rumah sakit tersedia
3. Memilih strategi reperfusi dirumah sakit yang tidak mendukung PCI
4. Troponin untuk mengidentifikasi pasien yang dapat dipindahkan dengan
aman dari unit gawat darurat
5. Interensi yang mungkin tidak bermanfaat jika diberikan sebelum tiba
dirumah sakit

Kondisi Khusus Resusitasi

1. Pengalaman dalam menangani pasien dengan dugaan overdosis oploid yang


telah diketahui mengalami oerdosis oploid ditunjukkan bahwa nalokson
dapat diberikan dengan keamanan dan efektivitas yang nyata dalam kondisi
pertolongan pertama dan BLS. Dengan begitu, pemberian nalokson oleh
penolong tidak terlatih dan HCP kini disarankan dan pelatihan praktis
diberikan.selain itu, algoritma baru untuk penanganan korban yang tidak
bereaksi dengan dugaan overdosis oploid disediakan
2. ILE (Intervenous lipid emulsion) dapat dipertimbangkan untuk perawatan
keracunan sistemik anestesi lokal. Selain itu, rekomendasi baru tersedia,
mendukung kemungkinan manfaat ILE pada pasien yang mengalami
serangan jantung dan gagal menjalani tindakan resusitasi standar sebagai
akibat dari keracunan obat selain keracunan sistemik anestesi lokal
3. Pentingnya CPR berkualitas tinggi saat terjadi serangan jantung mengarah
pada penilaian kembali rekomendasi tentang pembebasan kompresi
aortokaval saat terjadi serangan jantung pada pasien dalam masa kehamilan.
Penilaian kembali ini menghasilkan rekomendasi baru tentang strategi untuk
pergeseran uterin

Bantuan hidup dasar pediatric dan kualitas CPR

1. Menegaskan kembali urutan C-A-B sebagai urutan yang dipilih untu CPR
pediatric
2. Algoritma baru untuk CPR HCP pediatric dengan satu dan beberapa
penolong dalam era ponsel
3. Menentukan batas atas 6 cm untuk kedalaman kompresi dada pada anak
remaja
4. Menunjukkan bahwa BLS dewasa merekomendasikan kecepatam kompresi
dada sebesar 100 hingga 120/menit
5. Menegaskan kembali sepenuhnya bahwa kompresi dan ventilasi diperlukan
untuk BLS pediatric

Bantuan hidup lanjutan bagi pediatric

1. Pada lingkungan tertentu saat merawat pasien pediatric yang disertai


demam, penggunaanvolumen isotonic crystalloid terbatas akan diarahkan
pada peningkatan pertahanan hidup. Ini sangat bertentangan dengan
pemikiran tradisional bahwa resusitasi volume agresif rutin memiliki
pengaruh yang baik
2. Penggunaan rutin atropine sebagai pengobatan awal untuk intubasi trakea
darurat pada selain bayi baru lahir yang secara khusus untuk mencegah
aritmia, merupakan hal yang kontroversial. Selain itu, terdapat data yang
menyarankan bahwa tidak ada dosis minimum yang diperlakukan untuk
atropine dalam indikasi ini
3. Jika pemantuan tekanan darah arteri yang tersebar telah tersedia, maka
mungkin akan digunakan untuk menyesuaikan CPR guna mendapatkan
sasaran tekanan darah pada anak-anak yang memiliki serangan jantung
4. Amiodaron atau lidocaine adalah agen anti artimia yang disetujui untuk VF
dan pVT refraktori kejut pada anak
5. Epinefirin akan terus disarankan sebagai vasopressor serangan jantung pada
pediatric
6. Untuk pasien padiatrik dengan diagnosis jantung dan HCA yang terdapat
dalam lingkungan dengan protocol oksigenasi membrane ekstra korporeal,
ECPR mungkin akan dipertimbangkn
7. Demam harus dihindari bila menangani anak-anak yang pingsan dengan
ROSC setelah OHCA. Uji coba dipotema rerapeutik acak besar untuk anak-
anak dengan OHCA tidak menunjukkan hasil yang berbeda baik dalam masa
hipotema terapeutik (dengan suhuh yang dipertahankan pada 32 – 34 derajat
celcius) atau pemeliharaan normotermia keta (dengan suhu yang
dipertahankan 36-37,5 derajat celcius) diberikan
8. Beberapa variable klinis dalam dan pasca serangan jantung telah diperiksa
untuk signifikansi prognostic. Tidak ada identifikasi variable tunggal yang
cukup andal untuk memprediksi hasil. Oleh karena itu perawat harus
mempertimbangkan beberapa faktor saat mencoba memprediksi hasil selama
terjadi serangan jantung dan dalam lingkungan pasca ROSC
9. Setelah ROSC cairan infus dan infus vasoaktif harus digunakan untuk
menjaga tekanan darah sistolik diatas seperlima persen dari usia
10. Setelah ROSC, normoksemia harus menjadu sasarannya. Bila peralatan yang
diperlukan tersedia, pemberian oksigen harus ditiadakan untuk menargetkan
saturasi oksihemoglobin sebesar 94% - 99%. Hipoksemia harus benar-benar
dihindari. Idealnya, oksigen harus dititrasi ke nilai yang sesuai dengan
kondisi pasien tertentu. Dengan demikian, setelah ROSC, PaCO2 pada anak
harus ditargetkan pada tingkat yang tepat untuk setiap kondisi pasien.
Paparan untuk hiperkapnia parah atau hipokapnia harus dihindari

Resusitasi neonatal
1. Urutan 3 pertanyaan penilaian : kehamilan normal?, Nada baik?, Bernapas
atau menangis?
2. Tanda menis emas (60 detik) untuk menyelesaikan langkah awal,
mengevaluasi ulang, dan memulai ventilasi (jika diperlukan) akan
dipertahankan untuk menekankan pentingnya menghindari penundaan yang
tidak perlu dalam inisiasi ventilasi dan langkah terpenting untuk
keberhasilan resusitasi pada bayi baru lahir yang belum merespon langkah
awal
3. Suhu harus dicatat sebagai faktor prediksi hasil dan sebagai indicator
kualitas
4. Suhu bayi baru lahir tanpa mengalami asfiksia harus dijaga antara 36,5 –
37,5 derajat celcius setelah lahir melalui admisi dan stabilisasi
5. Upaya sederhana untuk mencegah hipotermia pada awal kehidupan
(penggunaan pembungkus plastic, kontak kulit ke kulit, dan bahkan
meletakkan bayi setelah dikeringkan dalam kantong plastic setara dengan
wadah untuk tingkat makanan bersih hingga ke leher) dapat mengurangi
tingkat kematian

Pertolongan pertama

1. Penilaian stroke dapat membantu pemberi pertolongan pertama denga


mengidentifikasi tanda dan gejala stroke
2. Pemberi pertolongan pertama boleh membiarkan luka pada dada tetap
terbuka dan tidak ditutupi
3. Bila menangani orang yang tidak bereaksi namun bernapas secara
normal,dan tidak terdapat trauma berat, misalnya pada tulang belakang atau
panggul , maka memindahkan orang tersebut ke posisi berbaring
menyamping dapat meningkatkan mekanisme jalur udara.
4. Pemberian oksigen dapat membantu orang yang mengalami cedera
dekompresi
5. Sambil menunggu kedatangan petugas layanan medis darurat, pemberi
pertolongan pertama mungkin akan menganjurkan orang dengan sakit dada
unruk meminum aspirin jija tanda dan gejala menunjukkan orang tersebut
mengalami serangan

Anda mungkin juga menyukai