Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

EKSTRAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia


II

Disusun Oleh :
Kelompok I (A4)

Salawati NIM. 150140072


Zakenia Khairunnisa Falah NIM. 170140004
Dwi Ayu Lestari NIM. 170140009
Mulia Effendi NIM. 170140092
Muammar Khadafi NIM. 170140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
ABSTRAK

Sereh (Cymbopogon winterianus) adalah salah satu tanaman rempah, biasa


digunakan sebagai bumbu masakan, dan obat-obatan. Minyak atsiri dari sereh
dapat dihasilkan dengan berbagai metode misalnya ekstraksi. Keuntungan dari
metode ini adalah tidak membutuhkan suhu yang tinggi, sehingga minyak tidak
akan mudah rusak. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan
minyak atsiri pada daun dan batang sereh dan menentukan kadar minyak atsiri
yang diperoleh dari daun dan batang sereh. Mula-mula sereh ditimbang sebanyak
300 gram dan dihaluskan dengan cara diblender dengan ditambahkan pelarut
etanol sebanyak 300 mL, kemudian sereh diekstrak dengan cara disaring untuk
diambil slurry nya.. Untuk proses pemurnian, pelarut dipisahkan dari minyak
atsiri menggunakan proses distilasi selama 2 jam dengan sushu 60 oC. Dari hasil
praktikum ini dapat dihasilkan minyak sereh sebesar 4,87 gram dengan densitas
0,974 gr/mL sert rendemen sebanyak 14,635 %.

Kata Kunci : Ekstraksi, Etanol, Minyak Atsiri, Sereh.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Ekstraksi


1.2 Tanggal Praktikum :
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Salawati NIM. 150140072
2. Zakenia Khairunnisa Falah NIM. 170140004
3. Dwi Ayu Lestari NIM. 170140009
4. Mulia Efendi NIM. 170140092
5. Muammar Khadafi NIM. 170140133
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui proses pengambilan minyak dari
Daun dan batang sereh.
2. Menentukan kadar minyak atsiri yang diperoleh
Persatuan berat daun dan batang sereh.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik


seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh
keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk
keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan
komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan
senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi
dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair,
bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan
dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di
antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut
dapat ditentukan dengan perhitungan KD (koefisien distribusi).

2.1 Sereh
Sereh merupakan salah satu jenis rumput-rumputan yang sudah sejak lama
dibudidayakan di Indonesia. Sereh banyak gunanya, selain sebagai bumbu dapur
juga dapat dibuat minyak (minyak sereh) dan juga sebagai obat gosok atau
pewangi pada sabun mandi. Untuk menghasilkan minyak sereh murni digunakan
cara ekstraksi untuk mendapatkan campuran heksana dengan minyak sereh dan
distilasi untuk memisahkan campuran minyak sereh dengan pelarutnya, heksana.

2
1

Sereh merupakan salah satu jenis rumput-rumputan yang merupakan jenis


tanaman tahunan yang membentuk rumpun tebal dengan tinggi sampai 2 meter.
Nama ilmiahnya Cymbopogon citrates. Batangnya kaku, keluar dari akar tinggal
yang berimpang pendek. Daunnya berbentuk pita yang makin meruncing,
berwarna hijau kebiru-biruan, lokos dan halus pada kedua permukaannya, tetapi
pinggirnya kasar. Jenis ini jarang berbunga. Perbungaannya berupa tandan yang
sangat pendek, panjangnya kurang dari 2 cm. Tanaman ini hidup baik di
daerahyang udaranya panas maupun basah, sampai ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut. Cara berkembangbiaknya dengan anak atau akarnya yang
bertunas. Supaya daunnya subur dan lebat, sebaiknya penanaman dilakukan
dengan jarak sekitar 65 cm per baris.
Ada dua tipe sereh, yaitu yang disebut mahapengiri atau tipe Jawa dan
lenabatu. Kedua tipe ini berbeda dalam pengawakan dan kadar minyaknya. Di
Jawa, jenis ini dianjurkan untuk ditanam dengan jarak tanam 100 x 100 cm pada
tanah yang subur, sedang pada tanah yang kurus/kurang subur ditanam lebih rapat
yaitu 75 x 75 cm. setelah lebih kurang 6 bulan tanaman sudah dapat dipanen.
Dalam musim hujan panenan dilakukan selang 75 hari, sedang dalam musim
kemarau selang 90 hari. Hasil daun basah kira-kira 10-15 ton/ha/tahun dengan
kadar minyak 0,5% dan 1,2%. Bahan kimia yang terpenting dalam minyak sereh
adalah persenyawaan aldehid dengan nama sitronellal dan persenyawaan alkohol
yaitu geraniol. Kadar sitronellal dan geraniol sangat menentukan minyak sereh.
Janis tanaman sereh yang menghasilkan produksi dan mutu yang terbaik adalah
jenis Mahapengiri yang banyak di Pulau Jawa, karena mengandung 80-97%
geraniol dan 30-45% sitronellal. Sedangkan jenis lenabatu mengandung 55-76%
total geraniol.
Faktor yang mempengaruhi produksi dan mutu minyak sereh antara lain
keadaan tanah, iklim, tinggi daerah dari permukaan laut dan keadaan daun
sebelum disuling. Akibat penyimpanan terlalu lama minyak sereh akan kehilangan
sebagian komponen yang menentukan nilainya sebagai bahan baku industry.
Sereh dapat dibedakan berdasarkan:
a.     Secara morfologi, berdasarkan bentuk dan panjang daunnya.
2

b.     Secara fisiologi, berdasarkan komponen minyak atsiri masing-masing


tanaman.
Tanaman sereh termasuk golongan tumput-rumputan yang
disebut Andropogon nardus atau Cymbopogon nardus. Klasifikasi dari tanaman
sereh sebagai berikut:
Division           : Anthophyta
Phylum            : Angiospermae
Klas                 : Monocotyledonae
Family             : Graminae
Genus              : Cymbopogon
Spesies             : Cymbopogon nardus
Pengeringan/penjemuran daun sereh dalam waktu singkat sangat berguna
untuk memperbaiki mutu minyak. Disarankan agar daun tidak terlalu kering agar
komponennya tidak banyak yang hilang.
          Penyulingan daun sereh biasanya digunakan daun sereh kering karena
jumlah daun yang disuling lebih besar dan sedikit membutuhkan bahan bakar.
Sebelum penyulingan daun sereh dirajang. Proses ekstraksi minyak pada
permulaannya berjalan cepat dan secara bertahap semakin lambat. Ada beberapa
cara penyulingan minyak sereh yaitu penyulingan air dan uap, penyulingan air,
dan penyulingan uap langusng.
Komponen kimia dalam minyak sereh cukup kompleks, namun komponen
pentingnya sitronellol dan geraniol. Komponen tersebut menentukan intensitas
bau harum, serta nilai dan harga minyak sereh.
Sifat fisik minyak sereh biasanya berwarna kuning muda sampai kuning tua
bersifat mudah menguap. Sedangkan sifat kimia ditentukan oleh persenyawaan
kimia yang terdapat dalam minyak terutama geraniol dan sitronellol. Perubahan
sifat kimia merupakan cirri kerusakan minyak sereh dan terjadi penurunan mutu
minyak.
Minyak sereh dengan kadar geraniol dan sitronellol tinggi biasanya
langsung dijual atau diekspor. Hidroksi sitronellol dapat digunakan sebagai zat
pewangi sabun dan parfum yang bernilai tinggi. Penggunaan minyak sereh
3

sebagai campuran obat gosok, pasta gigi, obat pencuci mulut, sedangkan ester
sitronellol dan geraniol digunakan sebagai insektisida dan keperluan
kosmetik/pewangi (Guenther,1987)

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pembuatan ekstrak bahan alam dimana
ekstraksi ini dilakukan untuk menarik komponen kimia pada bahan
alam. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical
expression, dan solvent extraction (Ketaren, 1986).
2.2.1  Rendering
Menurut Ketaren (1986), rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar
air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal
yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumpulkan protein pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut Winarno (1991), rendering merupakan suatu cara yang sering
digunakan untk mengekstraksi minyak hewan dengan cara pemanasan. Pemanasan
dapat dilakukan dengan air panas. Lemak akan mengapung di permukaan
sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai untuk
mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara
komersial rendering  dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan
rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat
dipisahkan. Rendering terbagi dua yaitu wet rendering dan dry rendering.
Wet rendering  adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperature ang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Peralatan yang digunakan
adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan
4

kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sapai 60 pound selama 4-6


jam.
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (Winarno,1991).
2.2.2  Mechanical Expression (Pengepresan Mekanis)
Pegepresan mekanis merupakan saut cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atua
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering  atau pemasakan.
Pada cara pengepresan hidraulik, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound per inch2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung
dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak
dalam bahan asal, sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil
bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah pres
hidraulik.
Cara pengepresan berulir memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri
dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240 oF
dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang
dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5%, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih
mengandung minyak sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan
proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi
(Ketaren, 1986).
2.2.3  Ekstraksi Pelarut
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan
digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan
dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahan
dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan.
5

Sleain itu, ampasnya harus dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat
digunakan sebagai bahan makanan ternak. Ada tiga metode ekstraksi pelarut yaitu
maserasi, perkolasi, dan sokletasi.
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam sampel
dengan pelarut yang cocok untuk senyawa yang akan dicari dan dilakukan
berulang-ulang hingga senyawa tersebut habis dari sampel yang ditandai dengan
warna pelarut yang berubah menjadi bening setelah perendaman. Maserasi berasal
dari bahasa latin Macerace  berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungnan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk saat
penghalusan ekstraksi (difusi) bahan kandungan sel yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada
bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi
segera berakhir.
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan
turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Ketaren, 1986).
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurnya
(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.
Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk sample sisa pada suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari
tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalau baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi
6

yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan


pelarut organik yang dilakukan secara berulang- ulang dan menjaga jumlah
pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati
merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak
jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti benzen
dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan dapat
dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu
didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan
sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk
mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan
adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Di dalam sokletasi
digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada
tingkatannya, polar atau non polar.
Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali
adalah zat yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik
hidrokarbon danuntuk senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan
yang berulang ulang pada proses sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir
pada bahan yang di ekstraksi. Sampel pelarut yang digunakan bening atau tidak
berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi hanya pengulangan,sistematis dan
pemisahan dengan menggunakan labu untuk ekstraksi sederhana tetapi lebih
merupakan metoda yang spesial,dan alat yang digunakan lebih kompleks. Oleh
karena itu alat soklet cenderung mahal (Nazarudin, 1992).

  2.3     Minyak Atsiri
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya
dalam bahasa Inggris disebut essetial oils, etherial oils dan volatile oil. Dalam
bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang atau minyak kabur
karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan
terbuka. Minyak atsiri sebagai bahan wewangian, penyedap masakan, dan obat-
7

obatan memiliki akar sejarah yang dalam. Tulisan-tulisan kuno sejarah masa
lampau, tidak lupa mencatat dupa, setanggi, serta minyak wangi. Pusaka-pusaka
sekarang yang tersimpan di museum, masih mengandung bekas-bekas semerbak
wewangian. Resep-resep jamu sebagian besar berupa ramuan sari bunga, akar,
daun, dan batang aneka tumbuh-tumbuhan (Harris, 1990).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut dalam pelarut organik
(Lutony dan Rahmayati, 2000). 
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak
atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau
penyusun murninya, komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk
diproses menjadi produk-produk lain, contoh : minyak sereh, minyak daun
cengkeh, minyak permai dan minyak terpentin. Kedua, minyak atsiri yang sukar
dipisahkan  menjadi komponen  murninya,  contoh :  minyak  akar  wangi, minyak
nilam, dan minyak kenanga. Biasanya minyak atsiri tersebut langsung dapat
digunakan tanpa diisolasi komponen-komponennya sebagai pewangi berbagai
produk (Sastrohamidjojo, 2004).
 
2.4 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara output dengan input dinyatakan
dalam persen. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama air ditentukan oleh
tiga faktor yaitu: besarnya tekanan uap yang dipakai, berat molekul dari masing-
masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan.
Semakin cepat aliran uap dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang
dihasilkan per kg kondesat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat
gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen
minyak per jam rendah. Dalam tahap persiapan bahan perlu dirajang terlebih
dahulu agar kelenjar minyak terbuka selebar mungkin bertujuan agar rendemen
8

minyak lebih tinggi, minyak semakin cepat keluar dan waktu penyulingan lebih
singkat (Maulana, 2007).
Rendemen minyak juga dipengaruhi oleh kondisi bahan, cara pengolahan
atau perlakuan terhadap bahan dan metode penyulingan yang digunakan. Metode
penyulingan uap dan penyulingan air dan uap menghasilkan rendemen yang relatif
tinggi dibandingkan metode penyulingan air karena dalam penyulingan air
komponen minyak yang titik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat
menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang hilang atau tidak
tersuling (Lutony, 2000).
9
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-a;at yang digunakan sebagai berikut :
1. Labu leher tiga 1000 ml 1 unit
2. Beaker glass 1 unit
3. Termometer 1 unit
4. Pipet volume 25 ml 1 unit
5. Bola penghisap 1 unit
6. Neraca analitik 1 unit
7. Picnometer 5 ml 1 unit
8. Spatula 1 unit
9. Distilasi dan perlengkapannya 1 unit
10. Erlenmayer 100 ml 1 unit
11. Corong pemisah 1 unit
12. Kertas saring 5 unit
13. Aluminium foil secukupnya
14. Blender 1 unit
15. Seperangkat alat ekstraksi 1 unit

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Serai 300 gram
2. Etanol 300 ml

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Ekstraksi

99
1

1. Diambil batang sereh yang ingin digunakanBatang sereh ditimbang


sebanyak 300 gram
2. Kemudian batang sereh di blender menggunakan pelarut etanol.
3. Dirangkai alat untu proses ekstraksi
4. Setelah diblender, hasilnya dimasukkan kedalam labu leher dua
5. Dimasukkan pemanas dan suhu diatur sesuai pelarut etanol 65 oC sehingga
pelarut menguap, lama waktu ekstraksi selama 120 menit
6. Proses ekstraksi dihentikan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi
untuk memisahkan antara pelarut dengan minyak yang didapatkan.
7. Setelah halus dimasukkan kedalam labu leher tiga 1000 ml
8. Dirangkai alat untuk proses ekstraksi dan diatur suhu 60℃, dengan lama
waktu ekstraksi adalah 120 menit
9. Ekstraksi dihentikan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi untuk
memisahkan antara pelarut dengan minyak yang didapatkan.

3.2.2 Analisa Rendemen Minyak


Rendemen minyak dari limbah batang serai dihitung dengan berdasarkan
perbandingan minyak yang dihasilkan dengan berat limbah perasaan batang serai
yang digunakan dikalikan 100%. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rendemen minyak atsiri :
B− A
x 100 %
C
Dimana :
A = Berat erlenmayer kosong
B = Berat minyak atsiri + minyak Erlenmayer
C = Berat sampel

3.2.3 Analisa Densitas


Menentukan densitas minyak atsiri dengan menggunakan piknometer.
1. Ditimbang piknometer kosong yang berukuran 5 ml dan dicatat massa nya
2

2. Dimasukkan minya atsiri sereh yang teah dihasilkan kedalam piknometer,


kemudian ditimbang kembali dan dicatat massa nya
3. Dihitung densitas minyak atsiri dengan cara :
c−d
ρ minyak atsiri= = d g/mL
a
4. Catat hasil minyak atsiri yang didapatkan.
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Ekstraksi Minyak Sereh.
No, Analisa Bahan Pelarut Suhu (oC) Waktu Hasil
Baku (menit)
1. Densitas (gr/ml) Serai Etanol 60 120 0,974
2. Rendemen (%) Hasil Etanol 105 1,5/90 14,635
Ekstraksi

4.2 Pembahasan
Ekstraksi merupakan proses pembuatan ekstrak bahan alam dimana
ekstraksi ini dilakukan untuk menarik komponen kimia pada bahan
alam. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak ( Ketaren,1968)
Minyak atsiri merupakan suatu hasil olahan tumbuhan yang mempunyai
nilai penting bagi kehidupan manusia diantaranya untuk industry kosmetik,
makanan olahan, kesehatan, dan pengendalian organisme pengganggu makanan
(Harianingsih, 2017).
Percobaan kali ini dilakukan menggunakan bahan daun sereh wangi yang
diekstraksi menggunakan seperangkat alat ekstraksi. Daun sereh yang digunakan
untuk mendapatkan minyak sereh ialah sebanyak 300 gram kemudian dihaluskan
dengan cara diblender dan ditambah pelarut etanol sebanyak 300 ml. Penghalusan
ini bertujuan agar luas permukaan lebih besar sehingga dalam proses penguapan
uap air yang terdapat pada tiap jaringan lebih mudah terangkat. Kemudian
dilakukan proses ekstraksi untuk menghasilkan minyak sereh,setelah diekstraksi
campuran tersebut di peras dengan menggunakan kain tipis untuk mendapatkan
larutan dalam bubur batang sereh tersebut.

1
Kemudian dilakukan pemanasan selama 120 menit pada temperature 60 oC
yang bertujuan untuk menguapkan air, sehingga uap air dapat membawa minyak
atsiri yang terkandung di dalam slurry minyak sereh hasil dari ekstraksi. Selama
proses pemanasan, perlu dilakukan pemantauan terhadap kondesornya. Kondensor
disini bertindak sebagai pendingin uap yang terbentuk dari pemanasan agar dapat
menjadi cairan kembali. Uap yang dihasilkan dalam proses destilasi mengandung
minyak sereh dan air. Secara teoritis, uap air yang dihasilkan dialirkan kedalam
pipa kondensor dan mengalami proses kondensasi, bersama dengan uap air
tersebut terbawa juga minyak atsiri (Sihite, 2009)
kemudian hasil dari distilasi yaitu untuk mendapatkan minyak sereh dengan
kemurnian yang tinggi, tentu saja dengan menghilangkan etanol, air dan zat
pengotor lainnya dengan cara diuapkan. Proses perebusan menggunakan pemanas
matic yng mempercepat proses pemanasan, dengan temperature tinggi yang akan
membuat tekanan uap air yang ada didalamnya menguap sehinggak akan semakin
cepat memperoleh minyak sereh tersebut. Tahap destilasi untuk menghilangkan
kadar air ini merupakan tahap percobaan terakhir, sehingga akhirnya minyak atsiri
dari sereh wangi yang didapat pada produk bawah hasil destilasi adalah 4,87 gram
dengan densitas yang didapat adalah 0,974 gr/ml dan rendemennya adalah 14,635
% (Meri, 2014).

2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan      

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:  


1. Minyak atsiri yang diperoleh dari sereh dengan metode didapatkan dengan
menggunakan proses ekstraksi, kemudian dilakukan proses distilasi untuk
menghasilkan minyak atsiri yang lebih murni
2.  Minyak sereh yang didapatkan dari destilasi 300 gram sereh (daun dan
batang) adalah sebanyak 4,87 gram

5.2 Saran
Sebaiknya untuk menghasilkan minyak sereh digunakan pelarut yang titik
didih nya lebih rendah agar minyak sereh yang diperoleh lebih banyak dan tidak
menguap dengan uap air yang ada didalamnya

3
DAFTAR PUSTAKA

Claudya Harliyanto, Cindy Nurlita Andiani, Harianingsih, Retno Wulandari. 2017.


Identifikasi Gc- Ms Ekstrak Minyak Atsiri Dari Sereh Wangi
(Cymbopogonwinterianus)Menggunakan pelarut Metanol.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Diktorat Jendral POM-Depkes RI.
Guenther,  E.  1987.  Minyak  Atsiri.  Jilid  I.  Diterjemahkan  Oleh  S.     Ketaren
. Yogyakarta : Universitas Indonesia Press.
Fransiska Ariyani, Laurentia Eka Setiawan, Felycia Edi Soetaredjo. Ekstraksi
Minyak Atsiri Dari Tanaman Sereh Dengan Menggunakan Pelarut Metanol,
Aseton, Dan N-Heksana. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Katolik Widya Mandala; Surabaya.
Harris, R. 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Lemak Pangan dan Minyak. Jakarta : UI-
Press.
Lutony, T.L dan Rahmayati, Y. 2000. Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
Maulana. 2007. Penentuan Rendemen dan Mutu Minyak  Pala   (Myristica
fragrans) dari Daging Buah dan Biji Pala. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Meri Yulvianti, Rosianah Meida Sari, Efa Rujatul Amaliah. 2014. Pengaruh
Perbandingan Campuran Pelarut N-Heksana- Etanol Terhadap Kandungan
Sitronelal Hasil Ekstraksi Serai Wangi (Cymbopogon Nardus). Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; Banten.
Nazarudin, dkk. 1992. Pengembangan Minyak Biji Karet di Indonesia. Surabaya:.
Indonesian Press.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Gadjah
Mada  University Press.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Nurjannah Bachri, Nursalma, Natalia Nora. 2015. Pembuatan ekstrak sereh
(cymbopogon nardus l.) Dalam sediaan lotio. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mega Rezky; Makassar.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LEMBAR DATA
MODUL PRAKTIKUM : EKSTRAKSI
NAMA/NIM : 1. Salawati 4. Mulia Effendi
2. Zakenia Khairunnisa F 5. Muammar Khadafi
3. Dwi Ayu Lestari
No, Analisa Bahan Pelarut Suhu (oC) Waktu Hasil
Baku (menit)
1. Densitas (gr/ml) Serai Etanol 60 120 0,974
2. Rendemen (%) Hasil Etanol 105 1,5/90 14,635
Ekstraksi

Lhokseumawe, 23 Juni 2020


Asisten Dosen Pembimbing

(Syaiful Akhsan Habibi) ( )


NIM. 160140061
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

BON ALAT DAN BAHAN


MODUL PRAKTIKUM : EKSTRAKSI
NAMA/MIM : 1. Salawati 4. Mulia Effendi
2. Zakenia Khairunnisa F 5. Muammar Khadafi
3. Dwi Ayu Lestari 6.
HARI/TANGGAL :

No. Alat Jumlah Bahan Jumlah


1. Labu leher tiga 1 Sereh 300 gram
2. Beaker Glass 1 Etanol 300 mL
3. Thermometer 1
4. Pipet Volume 1
5. Bola Penghisap 1
6. Neraca Analitik 1
7. Piknometer 1
8. Spatula 1
9. Destilasi 1
10. Erlenmeyer 1
11. Corong Pemisah 1
12. Kertas Saring 5
13. Aluminium Foil 1
14. Blender 1
15. Alat Ekstraksi 1

Bukit Indah, 24 Juni 2020


Teknisi Laboratorium Teknik Kimia

( Cut Gusti Anbar, ST.)


NIP. 197308302008102001
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Menghitung Densitas Minyak Sereh


Massa picno kosong = 11.90 gram
Massa picno + minyak Sereh = 16.77 gram
Massa minyak Sereh = 16.77 gram – 11.90 gram
= 4.87 gram

massa minyak sere h 4.87 gr gr


densitas minyak sere h= = =0.974
volume minyak sere h 5 ml ml

2. Menghitung Rendemen
Erlemeyer kosong = 65.40 gram
Erlemeyer + minyak sereh = 109.305 gram

Berat Minyak Sere h+ Erlenmeyer kosong 109.305 gr −65.40 gr


Rendemen= = x 100 %=14,635 %
Berat Sampel 300 gr

LCVI-1
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Nama dan Gambar Alat Fungsi

1. Pada masing leher digunakan untuk


thermometer, memasukkan bahan kimia
yang akan di distilasi dan ajalan uap
cairan yang akan dilewatkan pada gelas
pendingin.

Labu Leher Tiga 1000 ml

2. Untuk mengaduk, mencampur, dan


memanaskan cairan yang biasanya
digunakan dalam laboratorium.

Beaker Glass

3. Untuk mengukur suhu.

Termo
meter

LCVI-1
4. Untuk mengambil cairan dengan
volume tertentu dngan ketelitian lebih
tinggi.

Pipet Volume 25 ml

5. Untuk membantu proses pengambilan


cairan.

Bola Penghisap

6. Untuk mengukur massa suatu zat, baik


berbentuk padat maupun cair.

Neraca Analitik

LCVI-2
7. Untuk mengukur nilai suatu massa jenis
fluida.

Picnometer 5 ml

8. Untuk mengambil bahan kimia.

Spatula

9. Untuk memisahkan larutan kedalam


beberapa komponennya atau suatu
metode pemisahan bahan kimia yang
berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudhan menguap.

Distilasi dan perangkatnya

LCVI-3
10. Untuk mengukur, menyimpan,dan
untuk mencmpur cairan.

Erlenmeyer 100 ml

11. Untuk memisahkan komponen-


komponen dalam suatu campuran
anatar dua afse pelarut dengan densitas
berbeda yang tak tercampur.

Corong Pemisah

12. Untuk membungkus bahan yang akan


dipanaskan.

Alumunium Foil

LCVI-4
13. Untuk memisahkan antara cairan
dengan partikel suspense.

Kertas Saring

14 Untuk mengaduk, mencampur dan


menghaluskan bahan makanan atau
lainnya.

Blender

15. Untuk memisahkan komponen-


komponen kimia hingga menjadi hasil
yang lebih murni.

Seperangkat Alat Ekstraksi

LCVI-5

Anda mungkin juga menyukai