Anda di halaman 1dari 7

Seutas Asa Diujung Batas

Muhammad Miftakhus Surur

Menjelang sore satu persatu siswa beranjak meninggalkan perpustakaan kecuali Zuyyin dan
Endah memilih untuk tetap duduk dalam hening meresapi setiap lembar buku yang ada
dihadapannya. Saat jam istirahat, ruangan perpustakaan ini sangat ramai. Namun, berbeda saat
sore mulai merangkak. itulah mengapa Zuyyin sangat menyukai berada di perpustakaan karna
suasana hening sangat sesuai untuk berkonsentrasi.

“Zuy, kapan kau selesai? Benang benang yang kau bawa sudah dibereskan?”

“Sebentar lagi, Ndah..” seru Zuyyin

“Oh benang yang tadi? Sudah sudah sudah kurapikan di tas kreasiku” imbuh Zuyyin

“Oke, aku hanya mengingatkan aja sih. Kau kan terkadang pelupa” senyum mengembang dibibir
Endah.

Waktu menunjukka pukul empat sore, Zuyyin bergegas mengamasi buku dan peralatan
menenunnya yang lumayan berantakan di meja. Keduanya meraih tas dan berjalan menuju loket
perpustakaan.

“Hanya mengembalikan buku pinjamanmu saja, Zuy?” tanya salah satu penjaga perpus.

“Hehe, iya bu. Tadi sudah selesai ngerjain tugas di perpus sekalian,” jawab Zuyyin tak lupa
sambil memberikan senyumnya, mungkin petugas perpus terheran heran karna tak biasanya
Zuyyin keluar dari perpus tanpa membawa buku pinjaman.

“Temanmu?” tanya lagi penjaga perpus.

“Dia hanya mengantarku saja, Bu” jawab Zuyyin

“Tenunmu jadi kau pamerkan ke Kota, Zuy?” imbuh petugas perpus lagi karna dia memang
sangat tau tentang hasil karya Zuyyin.
“Insya Allah, bu doakan saja” sambil tersenyum penuh harapan tersirat di wajah Zuyyin

***

Tik tik tik tik…..

Suara air hujan menjatuhi atap genting rumah reyot Zuyyin. Waktu menunjukkan waktu tengah
malam, suara jangkrik dan katak di sawah samping rumahnya semakin riuh. Zuyyin masih
berjibaku dengan jarum dan benang tenunnya. Tak hanya tenun, dia juga mengerkanan kerajinan
sulam. Tak heran seorang anak remaja harus terjaga sampai tengah malam untuk mencari
tambahan pemasukan untuk membantu biaya hidup orang tuanya.

“Nak, kamu tidak tidur saja? Sudah tengah malam, itu bisa kau kerjakan besok lagi” ucap lirih
wanita tua di balik pintu kamar yang hanya disekat dengan kain tipis.

“Bu… nanti Zuyyin tidur setelah ini selesai, ada pameran besok di kota jadi harus diselesaikan
mala mini juga” jawab lirih Zuyyin.

“Kota? Kota itu jauh, Nak. Berkilo kilo meter untuk kesana, tak ada kendaraan untuk
megangkutmu kesana. Kamu sendirian?” ucapnya semakin lirih namun gemetar karna rasa
khawatir.

“Ada Endah dan Bu Ramlah yang kesana nemenin Zuyyin, Bu. Doakan saja biar anak seorang
petani ini bisa mendapat promosi ke galeri tigkat provinsi”

“tak ada seorang ibu yang tak mendoakan anaknya barang sejengkal pun, semoga Allah selalu
melindungimu”

“Amiinnnnn…” seru Zuyyin sambil berkaca kaca seolah air akan mengalir deras dari matanya.

***

Kringgggg

Bunyi bel masuk sekolah menggema seisi sekolah, Zuyyin tergopong gopoh lari dari ujung
gerbang sekolah.

“Zuy, tunggu!” suara seorang anak laki laki terdengar dari sudut sekolah
Sambil menoleh “Hai, Yaz… kamu baru berangkat juga?”

“Tidak juga, aku baru saja dari tata usaha untuk membayar iuran. Gimana? Kamu jadi ke Kota
hari ini?”

“Insya Allah, minta doa nya yaa Yaz”

“Tentulah kamu kan teman baikku juga, Zuy. Aku boleh ikut?”

“Ayo ikut aja, toh kita kesana baru bertiga juga, dan kita kurang tahu jalan kesana. Kamu kan
anak kota pasti sedikit banyaknya tau kan Yaz?”

“Tenang aja, aku bakal jadi tour guide kamu Zuy” jawab tegas Yaz.

Ketika masuk ke ruang kelas Zuyyin langsung menempati tempat duduknya dan bergegas
mempersiapkan buku pelajarannya. Tapi tiba-tiba…..

Brrruuuukkkkkk ! suara buku terjatuh diatas meja Zuyyin

“Zuy, kamu mau kota lagi? Buat apa! Mau malu maluin sekolah kita lagi?” bentak salah satu
teman Zuyyin. Erina, yang sangat tidak suka dengan prestasi Zuyyin.

“Hmm.. aku sudah memperbaiki hasil karyaku, Er” jawab Zuyyin dengan tenang

“Alaaahhh percuma, merepotkan Bu Ramlah saja. Cari muka mungkin dia!” bentak Erina sambil
pergi dari hadapan Zuyyin

“Zuy, kamu tidak apa apa?” tanya Endah

“Maaf aku baru saja dari toilet jadi tidak bisa belain kamu untuk bentak Erina. Kamu kenapa
diam aja sih diperlakukan gitu? Aku aja yang liat malah gak terima, geram, marah” imbuh Endah
dengan nada kesal.

“Biarin aja, Ndah. Aku sendiri males buat nanggepin teman dengan sikap yang kaya gitu” jawab
tenang Zuyyin

Pelajaran jam pertama pun dimulai..

***
Kriiinnnggggggg...

Bel yang menandakan waktu istirahat terdengar, Zuyyin, Endah, Yaz langsung bergegas
menemui bu Ramlah di ruang guru.

Tok tok..

"Permisi, bu. Saya mau mengambil surat pernyataan dari sekolah untuk mengijinkan saya
mengikuti pameran dan gala dinner di kota Bu" ucap lirih Zuyyin

"Silahkan diambil, sekalian ibu juga akan segera berkemas untuk mengantarmu. Loh ada Yaz
juga?"

"Iya, Bu. Saya ikut mengantar Zuyyin ke pameran. Sekalian nanti bareng dengan mobil papa
Saya saja, bu. Karna kebetulan minggu ini Saya mau ke kota."

"Kamu yakin Yaz? Sudah ijij ke orang tuamu?"

"Sudah, bu"

"Baiklah nanti ibu buatkan surat pengantar juga ya"

Sembari mereka menunggu bu Ramlah bersiap, mereka menata tas kreasi milik Zuyyin yang
berisi kerajinan tenun hasil karya tangan Zuyyin. Dan tiba tiba Erina menabrak Endah dan
mengakibatkan salah satu karya Zuyyin terjatuh dan kotor.

"Maaf maaf, saya sengaja hahahaha" sambil tertawa terbahak bahak dan berlalu pergi

"Kau memang.. awas kau Erina" jawab geram Endah, sambil bergegas lari mengejar Erina.
Namun usaha Endah untuk mengejar ditahan oleh Zuyyin.

"Tak usah dikerjar, biar saja. Aku masih punya yang lain" ucap Zuyyin dengan sabar.

"Ini keterlaluan, Zuy. Benar yang dikatakan Endah tempo hari kalau Erina terlalu mengusikmu.
Aku akan ke ruang BP" ujar tegas Yaz.
"Nanti saja sepulsng dari kota ya" lagi lagi Zuyyin membiarkan sikap Erina yang sangat diluar
batas.

"Bener loh sehabus dari kota kita ke ruang BP untuk lapor sikap Erian tadi. Lagipula itu yang dia
rusak adalah hasil terbaikmu yang akan kamu pamerkan" imbuh Endah

"Gakpapa, Ndah. Nanti sepulang daei kota aku cuci langsung. Jangan khawatir"

"Kami udah gagal selama 4 kali, Zuy. Dan kali ini kamu akan diam aja? Gagal karna Erina?"

"Gakpapa Ndah.." jawab Zuyyin yang tak lupa memberikan senyumnya

Zuyyin hanya terlihat tersenyum merekah di pipinya. Yaz egera mengemasi barang yang aksn
dibawa ke mobil. Mobil pun membawa mereka ke arah kota. Sangat jauh perjalanan yang
mereka tempuh. Jalanan yang terjal dan sebenarnya sangat tidak layak dilintasi kendaraan roda
empat. Sang surya mulai terik dan terasa panas menyengat di kulit.

***

Galeri penuh riuh pengunjung dan peserta yang ikut. Zuyyin turun dari mobil yang
membawanya dan menurukan tas kreasi denga dibantu oleh Yaz. Tak lupa bu Ramlah
menitipkan doa untuk Zuyyin agar berhasil dan sukses berkiprah di dunia seni. Tak hanya warna
lokal yang terlihat disini. Turis mancanegara pun ikut meramaikan acara ini. Sungguh takjub hati
Zuyyin, dia berulah kali berucap Masya Allah. Sambil menata stand yang di sediakan.

"Excuse me.. its yours? Zuyyina Najwa?" Seorang wanita bertubuh tinggi langsing dengan paras
asing singgah di stand milik Zuyyin.

"Yes, of course mrs. Can i help you?" Jawab Zuyyin dengan kemampuan bahasa inggris yang
sangat pas pasan

"I can speak bahasa, but its just a bit. Nama saya Marry dari Turkey" menjawab dengan terbata
bata mengeja bahasa indonesia

"Terima kasih, mrs. Saya sangat senang bisa berbincang dengan anda" jawab Zuyyin.
"Your craft so amazing..beautiful. Tapi ini sangat sederhana bagi Saya. Apakah ada yg lebih
bagus lagi?" Komentar turis asing bernama Marry terkait tenun dan sulaman hasil tangan
Zuyyin.

"Sorry, mrs. Tadi ada kejadian yang sangat tidak terduga dan tidak kami harapskan saat di jalan.
Jadi hanya ini yang dapat kami pamerkan di galeri ini" imbuh bu Ramlah

"It's ok, and i think your craft not bad" jawab Marry sambil berlalu pergi melihat stand yang lain

Zuyyin berbincang dengan bu Ramlah, Endah dan Yaz. Dia berkata bahwa merasa sangat tidak
pantas di pameran itu. Karna beberapa pengunjung menanyakan hasil karya yang lebih baik.
Namun, mereka sangat mendukung dan memotivasi Zuyyin agar tetap optimis.

***

Saat yang mendebarkan pun telah tiba. Pengumuman hasil karya kreatif dan inovatif terbaik
yang nantinya akan dikembangkan di negara fashion dunia, Prancis. Nama ketiga pemenang
sudah diumumkan dan tidak ada nama Zuyyin terdengar dari mikrofon. Zuyyin terlihat kecewa
namun tetap bangga bis berada di pameran itu. Namum..

"Sorry.. i have announcement about the best national cultural craft. And this is.... Zuyyina
Najwa Craft"

"Zuy.. itu namamu, karyamu. Puji tuhan.. kamu lolos ke Prancis Zuy..."ungkap Endah yang
sangat gembira mendengar itu.

"Selamat yaa, nak" imbuh bu Ramlah

"Congrats, Zuy. Saya bangga sama seluruh usaha dan jeri payahmu" timpal Yaz sambil
tersenyum

"Terima kasih. Terima kasih semuanya" sambil berkaca kaca mata Zuyyin karna tidak
menyangka.
Sepulang dari kota, Zuyyin masuk ke rumahnya dan segera memeluk ibunya dengan erat. Wanita
tua itu sangat heran, mengapa anaknya menangis. Dengan rasa khawatir ibu pun bertanya kepada
Zuyyin.

"Kenapa kamu menangis? Kamu terjatuh? Atau ada orang yang mencaci maki mu lagi? Katakan
nak" ucap ibu dengan khawatir

"Bu, terima kasih atas pengorbanan dan doa mu. Zuyyin sangat sangat berterima kasih bu. Zuyyi
sudah melewati langkah pertama ini berkat doa ibu" ungkap Zuyyin

"Zuyyin lolos pameran tadi bu Kain yang Zuyyin buat tiap hari, berhasil menang di paneran tadi
bu" imbuhnya

"Alhamdulillah, Allah itu maha baik nak" ungkap ibunya dengan bahagia

"Tapi bu.." raut wajahnya seketika berubah drastis menjadi kecemasan

"Kenapa nak?"

"Karna Zuyyin menang, Zuyyin harus ikut ke prancis selama satu bulan" raut wajahnya
bertambah sedih

"Lantas apa permsalahannya? Kamu berangkat aja kesana jangan khawatirkan ibu ya" senyum
lembut mengikuti nada biacara wanita tua itu

***

Keesokan harinya, pagi pun datang dan Zuyyin seperti biasanya berangkat sekolah. Tak disangka
banyak awak media yang ingin meliput anak muda berbakat yang hidup di desa menjadi
mendunia karna karyanya. Sedangkan Erina terlihat minder melihat apa yang diperoleh Zuyyin,
yang kemudian menggerakkan hatinya untuk meminta maaf pada Zuyyin.

Kringgggggggggg

Ternyata Marry yang menelfon dan berkata “Congratulation..i’ve good news for you, you can
come to France with your special women of your life. So, please come to my apartement in
Paris”

Anda mungkin juga menyukai