Anda di halaman 1dari 12

FORENSIK RSI

PENDAHULUAN
 Ilmu kedokteran adalah ilmu tertua, merupakan art & science. Manusia disebut
sebagai manusia karena memiliki budi & akal  art/seni harus disebutkan dulu
sebelum science.
o Art = Budi = Hati = Etika
o Science = Akal = Otak
 Perbedaan dokter dan perawat: perawat tak memiliki latar belakang akademis
sebagai dokter
 Dokter harus bekerja berdasarkan hukum dan etika:
o Hukum adalah peraturan perundangan yang dibuat oleh negara
o Etika termuat dalam KODEKI, acuannya adalah sumpah dokter, tertera dalam
pasal 1 KODEKI:
 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter
o Contoh dalam berinform consent, dokter menggunakan etika, menggunakan
empati untuk berkomunikasi dari hati ke hati
o Etika  MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran)
o Disiplin  MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)
o Sengketa Hukum  Peradilan pidana/perdata/TUN (Tata Usaha Negara)
o Sengketa non Hukum  Lembaga Mediasi (misal ADR)
 Sumpah dokter berisi:
o Bukti kemanusiaan
o Menjalankan tugas secara terhormat dan tersusila
o Memelihara tradisi luhur dan martabat jabatan
o Merahasiakan yang diketahui dari profesi
o Kesehatan penderita senantiasa diutamakan
o Berbuat adil
o Penghormatan guru-guru dan teman sejawat
o Hidup insani dimulai sejak pembuahan
o Tidak menggunakan ilmu untuk melanggar hukum, sekalipun diancam
 Diagnosis tidak pernah salah dan tidak bisa salah, karena bersifat sebenarnya dan
seadanya, atas hasil pemeriksaan yang juga seadanya. Kalau pemeriksaan belum dapat
menyimpulkan penyakit tertentu  Diagnosis suspek/sementara
o Diagnosis harus berlandaskan dan termasuk dalam ICD 10, karena
pembiayaan BPJS berdasarkan ICD 10
 BPJS merupakan sistem yang tidak manusiawi karena membedakan pasien per kelas.
Padahal penyakit menyerang serta terapi yang diperlukan untuk sembuh tak
memandang status ekonomi seseorang.
 Perbedaan KUHP dan KUHAP
o KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)
 Hukum pidana material
 Mengatur tentang hukuman apa yang diterima seseorang jika
melakukan suatu tindak pidana
o KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana)
 Hukum pidana formal
 Kumpulan ketentuan hukum yang mengatur tata cara negara dengan
perantaraan alat-alatnya (aparat) untuk mencari kebenaran, mengadili,
menetapkan terhadap seseorang yang didakwa melakukan tindak
pidana  bagaimana cara memvonis  menentukan KUHP
 KUHAP membantu menegakkan KUHP
o Misalnya: UU yang mengatur termasuk ke dalam KUHP dan tata cara yang
ada di pengadilan masuk ke dalam KUHAP
o Pidana: hukum yg mengatur subjek dalam menentukan kejahatan yg
melanggar peraturan (contoh: mencuri)  kejahatan: perbuatan asusila yg
merugikan orang lain.
o Perdata: hukum yg mengatur hubungan individu-individu (contoh: hukum
dagang – antara penjual-pembeli)
 Perlindungan hukum untuk dokter:
o UU No. 29 tahun 2004 pasal 50 tentang praktek kedokteran:
 Dokter/dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran memiliki
hak:
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas yang sesuai dengan standar profesi (SOP)
2) Memberikan pelayanan medis menurut SOP
3) Memperoleh informasi lengkap dan jujur dari
pasien/keluarganya
4) Menerima imbalan jasa
o UU No. 36 tahun 2009 pasal 27 tentang kesehatan:
1) Tenaga kesehatan berhak mendapat imbalan dan perlindungan hokum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki
3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban sebagai tenaga kesehatan
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
pemerintah
o UU No. 28H tahun 1945 pasal 1 tentang HAM (kesehatan)
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan

VISUM ET REPERTUM
PENDAHULUAN
 Visum bersifat rahasia  hanya boleh dilihat oleh pihak yang tertulis di amplop
 Atas nama tim  dokter yang mengerjakan visum bekerja dalam tim baik dengan
dokter konsulen lain atau dengan perawat (+ koas & admin)
 Cara pembuatan visum: tanpa coretan, tanpa spasi, tidak boleh salah, tidak ada symbol
tidak ada angka, bahasa awam
 Pasal 1 KUHAP
o Penyelidikan: serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidak dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur
UU.
o Penyidikan: serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam UU untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang membuat
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
 Kriteria
o Penyidik: minimal berpangkat IPDA (Inspektur polisi dua) - PP No. 58 thn
2010, ATAU jika berjabatan KAPOLSEK ATAU pejabat PNS tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU
o Penyidik pembantu: Brigadir polisi dua (BRIGDA)
o Penyelidik: semua polisi
o Penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan
o Alur berkas: penyelidikan  penyidikan (minimal 2 bukti)  kejaksaan
(penuntut umum)  pengadilan

DEFINISI
 Laporan tertulis oleh dokter berdasarkan sumpah dan keilmuannya, mengenai apa
yang dilihatnya, diperiksa, dan diketemukan (pemeriksaan klinik) pada korban
(hidup/mati) atau benda atas permintaan tertulis dari penyidik untuk kepentingan
peradilan/yustisi.
 Visum dibuat berdasarkan:
o Apa yang dilihat
o Apa yang diperiksa dan
o Apa yang ditemukan
 VeR bersifat OBJEKTIF/KLINIS  BUKAN berdasarkan jawaban pasien
(anamnesis) ketika ditanya (karena pasien dapat memalsukan jawabannya) 
Pemeriksaan klinis saja
 Pemeriksaan klinik: objektif/yg dilihat (perubahan pd tubuh)  tanpa anamnesis
 Pemeriksaan medis: anamnesis, PF, PP

MAKSUD DAN TUJUAN* *ALFRED + AIR

 Alat bukti  Administration


 Petunjuk/pengarah bagi penyidik  Legal
 Rekam medis  Finance
 Asuransi  Research
 Pendidikan  Education
 Statistik  Accountable (tgg jawab)
 Informative
 Responsive
JENIS VeR
 Hidup/klinis (luka, perkosaan, psikiatri, keracunan)
 Jenazah
 Bagian tubuh atau bahan kimia
 TKP (tempat kejadian perkara)

ISI VeR
 Pro Justitia (arti: demi keadilan), sebagai pengganti materai
 Visum et Repertum (judul) + Nomor
 Pendahuluan
o Dokter yang memeriksa
o Identitas polisi yang meminta
o Korban yang diperiksa
o Waktu dan tempat pemeriksaan
o Polisi yang mengantar/menyerahkan
 Pemberitahuan hasil pemeriksaan
 Kesimpulan
o Identitas
o Akibat (luka terbuka, dll.)
o Penyebab (listrik, benda tajam/tumpul, dll.)
o Mekanisme (hubungan sebab akibat)
o Terapi dan tindakan
 Penutup: demikian saya uraikan dengan sejujur-jujurnya atas sumpah dokter, sesuai
dengan lembaran negara No. 350 tahun 1937.

SYARAT PERMINTAAN
 Tanggal permintaan pada SPV (surat permintaan visum) harus sama dengan tanggal
penerimaan SPV
o Perbedaan hari akibat durasi perjalanan dari kepolisian ke rumah sakit dapat
ditolerir
 Pangkat peminta visum harus minimal IPDA atau mengatasnamakan IPDA/
KAPOLSEK
 Pasien datang diantar oleh pihak kepolisian yang membawa SPV
 Terdapat 3 tanda tangan:
o Yang mengajukan  penyidik
o Yang menerima  pegawai RS
o Yang mengantar  polisi
 Contoh SPV (lihat di halaman selanjutnya)

SYARAT PEMBUATAN
 Syarat permintaan terpenuhi dan disetujui
o Syarat penyidik: minimal IPDA
o Permintaan VeR bukan untuk perkara yang telah lampau
 Syarat pembuat: dokter dengan SIP, kesehatan baik, di wilayah sendir
 Syarat formil: harus bersifat tertulis (diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat 2)
 Syarat materiil: VeR sesuai dengan ilmu kedokteran yang telah teruji kebenarannya

CARA PEMBUATAN (*Perbedaan VeR dgn Rekam Medis)


 Visum dibuat setelah korban selesai tindakan (dari rekam medis)
 Sebaiknya diketik di kertas putih disertai kop surat
 Dalam bahasa Indonesia (jgn asing/istilah medis)
 Tanpa singkatan, angka, koreksi, simbol, kode-kode, hal tersirat
 Tidak boleh ada spasi  supaya mencegah siapapun mengganti tulisan
 Apabila penulisan suatu kalimat berakhir tidak pada tepi kanan format, makan
sesudah tanda titik harus diberi garis ke tepi kanan format.
 Apabila >1 halaman, tulis nomor VeR di kanan bawah kertas + nomor halaman.
 Apabila diperlukan gambar / foto  diberi dalam bentuk lampiran
 Tidak dibenarkan meminta VeR ttg kejadian yg sudah lampau  rahasia jabatan
dokter

SIFAT
 VeR sementara: dibuat untuk sementara waktu, karena korban memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan korban (cuma
tahu penyebab, perlu VeR lanjutan).
 VeR definitif: dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban (pemeriksaan
sudah tuntas dan dirawat).
 VeR lanjutan: VeR yang dilakukan sebagai lanjutan VeR sementara, diberikan
setelah korban sembuh, meninggal atau pindah RS/dokter.
DASAR HUKUM
 Lembaran negara No. 350 tahun 1937 pasal 1 dan 2
o Visa reperta yang dari dokter-dokter yang dibuat atas sumpah jabatan yang
diikrarkan pada waktu menyelesaikan sekolah kedokteran di negeri Belanda
atau Indonesia, atau atas sumpah khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana, sejauh itu mengandung
keterangan-keterangan yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa.
 KUHAP pasal 1 ayat 28
o Keterangan ahli: keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
 KUHAP pasal 120 ayat 1
o Penyidik berwenang meminta keterangan ahli
 KUHAP pasal 133
o Keracunan, luka, meninggal harus meminta keterangan ahli
 KUHAP pasal 170 ayat 1
o Pihak yang diminta memberi keterangan oleh penyidik wajib memberikannya
 KUHAP pasal 184 ayat 1
o Alat bukti:
 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Surat
 Petunjuk
 Keterangan terdakwa
 KUHAP pasal 187
o Pendapat dibuat secara tertulis
 Instruksi KAPOLRI No. 20 tahun 1975
o Pencabutan atau penarikan kembali VeR hanya dapat dilakukan oleh
Komandan Kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota besar
hanya oleh DanTabes serta wewenang tidak dapat dilimpahkan
 UU nomor 29 tahun 2004 pasal 46-48
o Pasal 46: wajib membuat RM
o Pasal 47: RM harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
o Pasal 48: RM dapat dibuka untuk memenuhi permintaan penegak hokum

DASAR PENOLAKAN VeR


 Instruksi KAPOLRI No. INS/E/20/IX/75 butir ke 5
o Tidak dibenarkan meminta VeR tentang keadaan korban atau mayat yang telah
lampau, yaitu keadaan sebelum permintaan VeR diajukan kepada dokter
mengingat rahasia jabatan.**
 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
o Pasal 47 ayat 2: RM harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
o Pasal 48 ayat 1: wajib menyimpan rahasia kedokteran
 **Apabila polisi minta hasil VeR yg sudah lampau  tidak boleh langsung ditolak
(karena dokter bisa dihukum menghambat peradilan)  PERMENKES 269 Tahun
2008 pasal 10 ayat 1:
o 3) Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.  jadi boleh diberikan setelah ada ijin tertulis dari korban kepada
pimpinan RS
 Perlu dijelaskan kepada polisi karena luka pada awal kejadian dengan sekarang
berbeda  luka sekarang mengalami perubahan.

REKAM MEDIS
DEFINISI
 Waters and murphy: compendium atau ikhtisar yang berisi informasi tentang
keadaan pasien selama dalam perawatan penyakit atau pemeliharaan kesehatannya.
 Permenkes No. 749 a tahun 1989 (sama dengan No. 269 tahun 2008): berkas berisi
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan,
pelayanan lain pada pasien pada sarana pelayanan kesehatan

TATA CARA
 Permenkes No. 749a tahun 1989
o Pasal 2: tiap sarana pelayanan kesehatan wajib membuat RM
o Pasal 3: RM dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan atau tindakan
o Pasal 4: RM harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien dilayani
o Pasal 5: pembetulan kesalahan catatan diberi paraf oleh petugas yang
bersangkutan, tidak boleh menghapus tulisan (dicoret saja)
o Pasal 6: lama penyimpanan RM selama 5 tahun
o Pasal 7: setelah batas waktu dapat dimusnahkan
o Pasal 8: RM disimpan oleh petugas yang ditunjuk pimpinan sarana pelayanan
kesehatan

PEMILIKAN RM
 Permenkes No. 749a tahun 1989
o Pasal 9: berkas RM milik sarana pelayanan kesahatan, isi RM milik pasien
o Pasal 10: RM wajib dijaga kerahasiaannya (juga terdapat di PP No. 10 thn
1966)

MANFAAT
 Permenkes No. 749a tahun 1989
o Pasal 13:
 Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
 Bahan pembuktian perkara hokum
 Keperluan penelitian dan Pendidikan
 Dasar pembayaran biaya yankes
 Bahan statistic

ISI RM
 Pasal 14: rawat jalan  identitas, anamnesis, diagnosis, tindakan dan pengobatan
 Pasal 15: rawat inap  identitas, anamnesis, riwayat penyakit, hasil lab, diagnosis,
persetujuan tindakan medis, tindakan dan pengobatan, catatn perawat, catatan obat
klinik dan hasil terapi, resume akhir dan evaluasi terapi.
INFORMED CONSENT
DEFINISI
Menurut Permenkes 290 tahun 2008 pasal 1
1) Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.

 Apabila pasien menolak tindakan (menolak informed consent) tetapi dokter memaksa
melakukan tindakan dan berhasil, lalu dokter dituntut pasien  sebenarnya dokter
tidak dapat disalahkan, karena dokter telah disumpah menolong pasie
 Pasien yang menolak informed consent kemungkinan salah ada di dokternya  karena
informed berarti menjelaskan dan menanamkan kepercayaan pasien pada dokter
 dokter kurang dpt menjelaskan
 Menurut Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008: Pasien adalah setiap orang
yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi.
 Seharusnya pasien adalah semua orang termasuk kita  karena upaya kesehatan
mencakup promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif  kita yg “sehat” mendapat
promotif dan preventif juga.
 Sehat menurut UU Kesehatan thn 2009: Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
 Menurut definisi, kita sebenarnya “sakit”  belum dpt produktif secara sosial dan
ekonomis 

Anda mungkin juga menyukai