Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ILMU BEDAH
KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Pembimbing :
dr. Eka Setya Rahardja, Sp.B(K)ONK

Penyusun :
Sukma Audiena Yasmin 2017.04.200.342

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Referat ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai salah


satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Bedah RSAL dr. Ramelan Surabaya, Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, Juli 2019


Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Eka Setya Rahardja, Sp.B(K)ONK

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN REFERAT............................................................i


BAB 1...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
BAB 2...........................................................................................................3
2. 1 Anat.............................................................................................3
2. 2 Epidemiologi................................................................................3
2. 3 Etiologi dan Faktor Resiko Skuamous Sel Karsinoma................4
2. 4 Klasifikasi.....................................................................................7
2. 5 Grading Histologi Sarkoma Jaringan Lunak..............................18
2. 6 Stadium Klinis............................................................................19
2. 7 Diagnosis...................................................................................19
2. 8 Terapi.........................................................................................22
2. 9 Prognosis...................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................32

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karsinoma adalah suatu pertumbuhan ganas yang berasal dari sel
epitel. Karsinoma Sel Skuamosa atau Squamous Cell Carcinoma
(SCC) adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel keratinosit
epidermis.(1)
SCC merupakan kasus kanker kulit kedua tersering setelah
Basalioma, tetapi SCC dapat menyebabkan metastase jauh hingga
kematian. Karakteristik keganasan berdasarkan terjadinya aplasia,
pertumbuhan yang cepat, invasi ke jaringan setempat dan
kemampuan untuk mengadakan metastasis.(2)
Sebagian besar kasus SCC kulit disebabkan oleh sinar ultra violet
(UV). Faktor resiko utama adalah paparan sinar matahari yang lama
pada daerah terbuka seperti wajah, kulit kepala, leher, dan punggung
tangan.(3)
SCC dapat tumbuh de novo, tetapi dapat juga tumbuh dari lesi
prakanker seperti actinic keratosis, arsenical keratosis, Bowen
Disease (SCC insitu). Bowen Disease juga sering tumbuh pada glans
penis (lebih jarang pada vulva) dan biasanya disebut erythroplasia
Querat. SCC pada bibir terjadi akibat kerusakan lapisan epitel bibir
(solar/actinic cheilitis) akibat UV.(4)

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi dan Histologi Kulit

2. 2 Definisi
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai SCC
(Squamous Cell Carcinoma) adalah neoplasma maligna yang
berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari epidermis, dengan
karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis.(4)

2. 3 Epidemiologi
Karsinoma sel skuamosa merupakan bentuk kedua
terbanyak pada kanker kulit setelah karsinoma sel basal,
frekuensinya meningkat pada kulit yang sering terpapar dengan
sinar matahari dan pada usia tua. Insidensi pria 2-3 x lebih banyak
dibandingkan dengan wanita, mungkin hal ini disebabkan karena
pria lebih sering terpapar dengan sinar matahari. (4)
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa kejadian SCC di
Amerika Serikat 1.000.000 per tahun dan terus meningkat dari
waktu ke waktu. Meskipun prognosis SCC kulit umumnya
menguntungkan, tingginya insiden menjadi beban morbiditas dan
mortalitas yang signifikan. Diperkirakan 4.000 hingga 9.000 pasien
meninggal karena SCC di Amerika Serikat setiap tahun. SCC
sangat terkait dengan usia dan paparan sinar UV kronis. Insiden ini
hampir 10 kali lipat lebih besar pada orang berusia lanjut > 70
tahun dibandingkan mereka yang berusia 30 hingga 44 tahun. (5)

2. 4 Etiologi dan Faktor Resiko Karsinoma Sel Skuamosa


Faktor risiko yang paling utama dari lingkungan terhadap
kejadian SCC adalah pajanan matahari yang kronik. Pajanan dari
UVA dan UVB merupakan kandungan radiasi dari matahari yang

2
bersifat karsinogenis. Selain faktor risiko di atas, beberapa
penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antar infeksi HPV
dengan kejadian SCC. HPV mengakibatkan terjadinya kerusakan
DNA dari keratinosit. Gangguan dari DNA repair genes (misalnya
pada xeroderma pigmentosum) dan mutasi dari gen p53
(4)
mengakibatkan terus berlangsungnya karsinogenesis SCC

2. 5 Klasifikasi
Secara klinis SCC dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. SCC insitu (Bowen Carsinoma)
SCC ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada
berbagai lesi kulit yang telah ada sebelumnya seperti
solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon
keratosis, arsenic keratosis, kornu kutanea, penyakit
bowen, dan eritroplasia queyrat. SCC insitu dapat
menetap di epidermis dalam jangka waktu yang lama
dan tidak dapat diprediksi. Dapat menembus lapisan
basal hingga ke dermis dan selanjutnya akan
bermetastasis melalui KGB regional.(7)
2. SCC invasif
SCC invasif dapat berkembang dari SCC in situ dan
dapat juga dari kulit normal. SCC invasif baik yang
muncul dari SCC in situ, lesi premalignant atau kulit
normal, biasanya adalah berupa nodul kecil dengan
batas yang tidak jelas, berwarna sewarna dengan
kulit atau sedikit eritem. Permukaannya mula-mula
lembut, tetapi lama kelamaan berkembang menjadi
verukosa atau papilomatosa. Ulserasi biasanya
muncul pada bagian tengah dari tumor, dapat terjadi
cepat atau lambat, sering sebelum tumor berdiameter
1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan

3
mudah berdarah, sedangkan di pinggir ulkus biasanya
meninggi dan mengeras serta dapat dijumpai krusta. (7)

2. 6 Tipe Histopatologi
Biopsi yang penting untuk membedakan SCC in situ dan
SCC invasif. Pada umumnya SCC ditunjukkan oleh “kumpulan sel
epidermis” yang menginvasi dermis/subdermis, dengan bentuk sel
skuamosa yang atipik dan adanya mitosis. Diferensiasi dari SCC
ditunjukkan oleh derajat atipia dari sel-sel epidermis. (4)
Bowen disease merupakan SCC in situ yang ditandai
dengan sel yang sangat atipik pada semua lapisan epidermis. Jika
sel ini menembus membran basal, kelainannya menjadi invasif.
Varian yang jarang dari SCC adalah spindle cell SCC.
Merupakan varians SCC yang mempunyai sifat lebih agresif,
berdiferensiasi buruk, invasi struktur jaringan yang lebih dalam
mempunyai potensi metastasis yang lebih besar, dan prognosis
yang buruk. Untuk mendiagnosis spindle cell SCC diperlukan
pemeriksaan dengan pengecatan imunohistokimia. (4)
Varian yang juga jarang adalah acantholytic/adenoid SCC
yang sering dijumpai didaerah leher kepala, dan membentuk
kumpulan sel diskeratosis dan acantholisis di bagian sentral, dan
sering membentuk struktur pseudoglandular.(4)

Grading Histologis : (4)


Gx Grading tidak dapat diperiksa
G1 Diferensiasi baik
G2 Diferensiasi sedang
G3 Diferensiasi buruk
G4 Undifferentiated

4
2. 7 Stadium Klinis

(Dikutip dari PERABOI 2010)

2. 8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis(4)
Anamnesis ditujukan pada adanya factor risiko, riwayat solar
burn, riwayat transplantasi organ, konsumsi obat-obat imunosupresif, HIV,
dan sebagainya.
Riwayat pertumbuhan tumor dari kulit yang sehat (de novo),
atau dari lesi yang sebelumnya ada.
Perlu diperhatikan kemungkinan adanya lesi yang multipel,
terutama pada pasien kulit putih.
Riwayat keluarga, atau pernah menderita kanker kulit
sebelumnya, juga merupakan faktor risiko.

2.8.2 Pemeriksaan Fisik(4)


Pemeriksaan fisik terutama ditujukan pada daerah tumor primer
dan regional lymph nodes basin nya.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan bentuk/morfologi
tumor primer, fungating bentukan deperti “bunga kol (cauliflower),
ulserasi, ada tidaknya krusta, kedalaman infiltrasi, bau karena adanya
jaringan nekrosis atau infeksi sekunder. Kedalaman infiltrasi penting
untuk mengetahui kemungkinan terkenanya struktur lain (tulang,
kartilago), dan potensi metastasis.
Palpasi dengan teliti KGB regional ada tidaknya pembesaran
KGB, dan pemeriksaan kemungkinan adanya metastasis, jauh seperti
ke paru, hati dan sebagainya.
2.8.3 Pemeriksaan penunjang(4)
Pemeriksaan penunjang terutama ditujukan untuk mengetahui
diagnosis histopatologis, adanya struktur sekitar yang terinvasi/infiltrasi,

5
ada tidaknya metastasis jauh, dan pada tumor yang masif untuk melihat
operabilitas tumor dan kemungkinan melakukan compound resection.
Pada pemeriksaan biopsi dan hidtopatologis, biopsi insisional
sebaiknya dihindari. Biopsi untuk lesi yang lebih besar adalah dengan
punch atau shaved biopsy, dengan catatan harus mendapatkan specimen
yang cukup besar dan kedalaman yang cukup. Biopsi eksisional dilakukan
dengan tujuan diagnosis dan terapeutik terutama untuk lesi yang kecil (<2
cm) dan dengan tujuan surgical safety margin minimal 1 cm.
Pada lesi yang besar dan dalam, diperlukan pemeriksaan foto
polos (misalnya foto tulang), CT Scan atau MRI untuk melihat keterlibatan
struktur lain oleh SCC, operabilitas dan merencanakan pembedahan lebih
baik. Pemeriksaan foto toraks dan USG hepar untuk melihat ada tidaknya
metastasis jauh.

2. 9 Terapi
Terapi SCC tidak banyak berbeda dengan BCC. Tindakan
tergantung lokasi anatomi, besar, kedalaman invasi/infiltrasi,
grading histologis, ada tidaknya KGB regional yang
membesar/terkena, riwayat terapi/pembedahan sebelumnya,
metastasis jauh dan kemampuan ahli bedah.(4)
Modalitas pengobatan untuk SCC termasuk cryotherapy,
terapi obat termasuk imiquimod, eksisi bedah, teknik bedah Mohs
Micrographic, dan terapi radiasi.(6)
Modalitas terapi utama adalah pembedahan yaitu eksisi luas
dengan surgical safety margin adekuat (1 cm atau lebih). Defek
pembedahan dapat ditutup dengan jahit primer, skin grafting,
transposition flap, advancement flap, interpolation flap. Untuk defek
yang besar dapat dilakukan rekonstruksi dengan distant flap / free
vascularized graft.(4)
Untuk lesi di daerah sulit seperti pada canthus, nasolabial,
perorbital, periauricular, dianjurkan teknik Mohs Micrographic

6
surgery dan bila tidak mungkin dilakukan eksisi luas dan
rekonstruksi.(4)
SCC dengan infiltrasi / invasi jaringan sekitar dapat
dilakukan compound excision dan reconstruction dan atau
pemberian radioterapi.(4)
Radioterapi juga dapat digunakan sebagai tambahan untuk
perawatan bedah dalam kasus-kasus karsinoma bibir dengan
keterlibatan 30% hingga 50%, margin positif mikroskopis, histologi
perineural, invasi jaringan yang mendasarinya, dan beberapa
kekambuhan.(6)
Metastasis KGB regional dilakukan diseksi KGB yang tipe
dan teknik pembedahan bergantung pada lokasi anatomi KGB
tersebut.(4)
Penatalaksanaan medis : (8)
a)Pembekuan (cryosurgery).
Membekukan sel kanker dengan nitrogen
efektif untuk karsinoma sel skuamosa yang
kecil, tetapi tidak direkomendasikan untuk
tumor yang lebih besar atau yang ada di
hidung atau kelopak mata.
b)Eksisi sederhana
Dalam prosedur ini dokter memotong jaringan
kanker dengan kulit sekat yang membatasinya.
Pada beberapa kasus, dokter menyarankan
eksisi luas yaitu memotong tambahan kulit
normal disekitar. Untuk meminimalisasikan
terutama di wajah, konsultasikan ke dokter
yang memiliki keahlian dalam rekonstruksi kulit.
c) Teknik bedah Mohs Micrographic
Merupakan cara pengobatan karsinoma sel
skuamosa yang paling efektif, terutama untuk
karsinoma yang lebih besar dari 3 cm, kambuh,

7
atau berlokasi di wajah, membran mukosa dan
area genital. Dokter membuang tumor lapian
per lapisan, memeriksa setiap lapisan di bawah
mikroskop hingga tidak ada sel abnormal yang
tertinggal. Hal ini memungkinkan pembuangan
tumor tanpa mengambil jaringan kulit sehat
disekitarnya secara berlebihan. Karena hal ini
membutuhkan seorang ahli, bedah Mohs
hanya boleh dilakukan dokter yang telah
terlatih dengan prosedur ini.
(8)
Indikasi Mohs Micrographic surgery :
 Infiltrative squamous cell carcinoma
 Klinis yang buruk
 Pasien imunosupresi
 Lokasi pada bibir, telinga, kuku,
genitalia, dan kelopak mata
 Melibatkan tulang, otot dan saraf
d)Terapi radiasi
Dapat menjadi pilihan untuk melawan kanker
yang besar seperti di kelopak mata, bibir, dan
telinga yang merupakan area yang sulit untuk
diterapi secara bedah atau untuk tumor yang
terlalu dalam untuk dipotong.
e)Terapi topikal
Topikal 5-fluorouracil dan imiquimod telah
digunakan pada pasien dengan SCC dalam
praktek in situ bervariasi, tetapi sebagian besar
regimen baik digunakan sekali atau dua kali
sehari selama 2-4 minggu (5-fluorouracil) atau
3-5 kali per minggu untuk 2 minggu
(imiquimod). Terapi topikal tidak sesuai untuk

8
penyakit invasif karena akan ada penetrasi
minimal obat ke dalam dermis.

2. 10 Prognosis
Penentuan potensi biologis dari SCC dan risiko terjadinya
metastasis dapat diprediksi dari 7 kategori indikator.
(9)
Indikator-indikator tersebut adalah :
a. Staging T, N, M
b. Metastasis lokal yang menyebar melalui sirkulasi limfe
yang berhubungan dengan tumor yang rekuren atau
persisten
c. SCC lokal yang rekuren dan atau persisten dan atau
pengobatan yang tidak adekuat.
d. Lokasi anatomis terjadinya lesi primer
e. Peningkatan SCC dan faktor etiologi selain paparan
sinar matahari
f. Faktor dari pasien (immunosupresi)
Sekali pasien SCC mengalami metastase hematogen maka
tidak dapat disembuhkan.

Tabel 1.1 Prognosis Berdasarkan T(9)


T Stage Kelangsungan hidup 5 tahun
pada penyakit SCC primer yang
diobati
T1 95-99%

T2 60-85%

T3 60-75%

T4 <40%

Tabel 1.2 Prognosis Berdasarkan N(9)


Keterlibatan Nodus Kelangsungan Hidup 5 Tahun

1 49%

9
2 30%

>3 13%

Tidak ada 47%

DAFTAR PUSTAKA

1. Quinn AG, Perkins W. Non-melanoma Skin Cancer and Other Epidermal


Skin Tumor : Squamous Cell Carcinoma In: Rook’s textbook of
dermatology. 8th ed. United Kingdom. Willey-blacqwell; 2010. P. 52.24
2. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Epidermal Nevi, Neoplasma, and
Cysts. In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrew’s Disease of the

10
skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier: 2006. P.
652-653
3. Manuaba IBTW. Kanker kulit. Bedah Onkologi Diagnosis Dan Terapi.
Jakarta: Sagung Seto. 2009. 151-179
4. Prof. DR. Dr. I.B. Tjakra Wibawa Manuaba (editor), (2010). Panduan
Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Perhimpunan Ahli
Bedah Onkologi Indonesia. Jakarta.
5. DeVita, Hellman, and Rosenberg's cancer. 11th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.
6. Brunicardi, F., Andersen, D. and Schwartz, S. (2015). Schwartz's
principles of surgery. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education.
7. Australia cancer council. 2012. A Summary of Management in Clinical
Practical Basal Cell and Squamous Cell Carcinoma. www.cancer.org.au
8. Grossman Douglas, Leffell J.David. Squamous Cell Carcinoma in:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. United State of
America. McGraw-Hill; 2012. P. 1821-1832
9. Hochhausser Daniel, Tobias Jeffrey. Cancer and its Management. 2010.

11

Anda mungkin juga menyukai