PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemandirian klien dalam merawat dirinya (UU RI No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan).
perawatan mandiri pada pasien. Namun, bergantung pada tipe Diabetes melitus
dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien dapat sangat berbeda
(LeMone, 2015).
signifikan dari tahun ke tahun, Diabetes Atlas edisi ke-6 yang diterbitkan oleh
Federasi Diabetes Internasional 2017 menyatakan bahwa 425 juta dari total
populasi seluruh dunia, atau sekitar 8,8% orang dewasa berumur 20-79 tahun
tertinggi di dunia dengan total lebih dari 10,3 juta orang, angka ini diprediksikan
akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,7 juta penderita pada tahun
1
secara umum angka prevalensi Diabetes Melitus mengalami peningkatan cukup
6,9%, dan tahun 2018 angka prevalensi terus meningkat menjadi 8,5% (Anisa,
diagnosis dokter pada penduduk semua umur berdasarkan data kasus di provinsi
masih cukup tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal inilah yang
membuat penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien Ny.
Kec.Tombariri Kab.Minahasa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Kec.Tombariri Kab.Minahasa.
2. Tujuan Khusus
2
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada Klien Ny. X
C. Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan
2. Studi Kasus
keperawatan.
3. Studi dokumentasi
3
Membaca, mempelajari dan menganalisa data dari rekam medik dan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon
2. Bagi Penulis
E. Sistematika Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
melitus dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien dapat
insulin tidak ada, tidak cukup, atau tidak efektif karena resistensi insulin, oleh
karena itu meskipun glukosa terdapat dalam darah, glukosa tidak dapat masuk
2. Etiologi
6
Leucocyte Antigen (HLA) tertentu. Human Leucocyte Antigen
asing.
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
Secara pasti penyebab dari Diabetes Mellitus tipe II ini belum diketahui,
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
7
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
hormon insulin. Fungsi hormon ini mengatur kadar gula darah dengan cara
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
8
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin
dan lebar 2,5 s.d 5cm. Pankreas mendapatkan pasokan darah dari arteri
papilla duodeni major dan papilla duodeni minor. Bagian pankreas yang
9
berisi enzim (granula zimogen). Kelenjar tersebut dikeluarkan dari aspek
duodenum.
b. Pulau Langerhan
s.d 2 juta pulau langerhans. Sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar
granulasi dan pewarnaannya. Separuh dari sel ini menyekresi insulin, yang
yaitu sel A (disebut juga alfa), β (disebut juga beta), D (disebut juga delta),
c. Fisiologi pankreas
dengan kadar 113 pmeq/L, yang setiap hari disekresikan sekitar 1500 mL
dan getah usus berefek pada penetralan asam lambung dan menaikkan pH
10
duodenum menjadi 6,0 s.d 7,0. Di dalam getah pankreas terdapat
insulin terdiri dari polipeptida yang mengandung dua mata rantai asam
melintasi lamina basalis sel β menuju kapiler dan endotel kapiler yang
resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.
11
Kebanyakan penderita kelebihan kelebihan berat badan, ada
selama stress.
tertentu.
5. Patofisiologi
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
12
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang
glukosa baru dari asam amino serta substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, dan bila
kematian.
13
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
14
6. Patofisiologi dan penyimpangan KDM Diabetes Melitus
Pengambilan glukosa
Katabolisme lemak oleh jaringan infektif
yang berlebihan
Resistensi insulin dan
penurunan ekskresi insulin
Penurunan produksi
Peningkatan
energy metabolik
produksi badan
keton
Glikogenolisis dan
glukoneogenesis
Peningkatan
Penurunan pH terganggu
kebutuhan energi
plasma
Penumpukan glukosa
Keseimbangaan asam dalam darah
Kelelahan
basa terganggu
Sel tidak
Hiperglikemia
memperoleh
Ketoasidosis
nutrisi
diabetik
Ginjal tidak dapat
menyerap glukosa
Starvasasi seluler
Mual, muntah kembali
Kurang
pengetahuan
Doenges, 2012
15
7. Manifestasi Klinis
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim (Rendy & Margareth, 2012).
8. Test Diagnostik
merah pada sel darah merah dan juga merupakan protein dominan dalam
panjang kontrol glukosa darah, bisa juga digunakan untuk memonitor efek
diet, olahraga, dan terapi obat terhadap gula darah pasien. HbA1c tidak
dapat digunakan untuk memantau kadar glukosa darah per hari atau tes
bahwa gula darah terlalu tinggi terus menerus), maka gula akan menumpuk
rata gula dalam darah dapat diketahui dengan mengukur tingkat HbA1c.
Jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi selama beberapa minggu
mencapai kadar target atau belum. Bagi yang hasilnya memuaskan atau
17
diabetes di bawah kontrol yang baik mungkin dapat menunggu lebih lama
Nilai normal HbA1c adalah antara 4% sampai 5,6%. Kadar HbA1c antara
telah berulang kali menunjukkan bahwa kadar gula darah yang terus tinggi
apakah pengobatan yang diberikan selama ini berhasil atau tidak, yaitu
dengan pemeriksaan HbA1c ini. Target nilai HbA1c untuk pasien diabetes
adalah kurang dari 7%. Semakin tinggi hemoglobin A1c, semakin tinggi
memiliki kadar kolesterol tinggi, penyakit ginjal dan penyakit hati (Wijaya
9. Komplikasi
a. Komplikasi akut
18
1) Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah
muntah, berat badan menurun, sakit kepala, kulit kering dan gatal,
cairan yang berat akibat banyaknya jumlah air kencing (urine) yang
dikeluarkan.
mendadak akibat infeksi, lupa suntik insulin, pola makan yang terlalu
(tidak sadar) akibat otak tidak menerima darah dan glukosa dalam
dehidrasi berat, tekanan darah yang menurun dan syok tanpa adanya
19
kadar asam laktat dalam darah meningkat dan seseorang bisa
mengalami koma.
b. Komplikasi kronis
Hal ini sangat mungkin terjadi karena pengabaian terhadap gejala diabetes
atau karena kadar glukosa darah yang tidak terkontrol (terus menerus
diagnosis dini dan mengapa perlu melakukan pemeriksaan mata, kaki, dan
pembuluh darah yang mengirimkan darah ke jantung, otak, dan kaki dapat
10. Pengobatan
tingkat reseptor
20
insulin.Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah
efek intraseluler.
b. Insulin
Mellitus tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
faal hati yang berat, Diabetes Mellitus dan infeksi akut (selulitis,
absorpsi insulin.
21
(3) Suhu: Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap)
insulin dipercepat.
2012).
11. Penatalaksanaan
terapeutik pada setiap tipe Diabetes Mellitus adalah mencapai kadar glukosa
22
normal, menormalkan pertumbuhan Diabetes Mellitus anak dan Diabetes
diberikan.
Prinsip diet Diabetes Mellitus, adalah jumlah sesuai kebutuhan, jadwal diet
dengan kandungan kalorinya adalah sebagai berikut: Diet I - III, 1100 kalori
V,1700 kalori - 1900 kalori: diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal. Diet VI - VIII, 2100 kalori - 2500 kalori: diberikan kepada penderita
Penentuan jumlah jumlah kalori diet Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
Percentage of relative body weight atau Berat Badan Relatif (BBR) dengan
rumus:
BB (kg)
BBR = ×100
TB (cm) - 100
110 %. Gemuk (overweight): BBR > 110 %. Obesitas, apabila: BBR 120 % ;
23
Obesitas ringan: BBR 120 – 130 %, obesitas sedang: BBR 130 – 140 %,
12. Prognosis
keperawatan yang bersifat ilmiah yang sudah diakui secara internasional tentang
pemberian asuhan keperawatan kepada klien atau pasien. Metode ini sangat
yang dihadapi oleh klien (Prabowo, 2016). Tahapan yang dilakukan dalam
24
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
2015).
(penyuluhan / pembelajaran)
25
Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
b. Sirkulasi
c. Integritas ego:
d. Eliminasi:
diare.
busuk (infeksi), abdomen keras, ada asites, bising usus lemah dan
e. Makanan/cairan:
26
Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
peningkatan gula darah), bau halitosis (bau mulut), bau buah (napas
aseton).
f. Neurosensori:
g. Nyeri/kenyamanan:
h. Pernapasan:
frekuensi pernapasan.
i. Keamanan:
otot-otot pernapasan.
27
j. Seksualitas:
kesulitan orgasme.
k. Penyuluhan/ pembelajaran:
stroke, hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
28
d. Resiko tinggi perubahan sensori berhubungan dengan perubahan kimia
3. Perencanaan Keperawatan
kepada seseorang atau kepada pasien yang sedang dirawat (Prabowo, 2016).
SMART, yaitu; S: Spesific yang artinya kriteria berisi tujuan yang spesifik
2012):
a. Diagnosa I
29
Tujuan perawatan: Homeostasis dapat dipertahankan.
Intervensi keperawatan:
ortostatik.
takikardia.
30
Rasional: Peningkatan kerja pernapasan; pernapasan dangkal,
asidosis.
mukosa.
cairan pengganti.
31
Rasional: Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi
12) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, muntah, nyeri abdomen
peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada
vaskuler.
32
Rasional: Kalium harus ditambahkan pada intravena untuk
mencegah hipokalemia.
b. Diagnosa II
Intervensi keperawatan:
kebutuhan terapeutik.
33
Rasional: Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan
pilihan intervensi.
etnik/kultural.
pulang.
dengan indikasi.
34
8) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick.
dari pada memantau gula dalam urine yang tidak cukup akurat untuk
urine/gagal ginjal.
250 mg/dl.
sel.
tetrasiklin.
11) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet kira-kira 60%
35
Rasional: Kompleks karbohidrat menurunkan kadar
c. Diagnosa III
Intervensi keperawatan:
nosokomial.
pasiennya sendiri.
36
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, pemberian obat
masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen
dan infeksi.
masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen
dan infeksi.
37
Rasional: Memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang;
10) Anjurkan makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan cairan
aliran urine untuk mencegah urine yang statis dan membantu dalam
organ tersebut.
sesuai.
d. Diagnosa IV
38
Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan tingkat mental biasanya.
Intervensi keperawatan:
istirahat pasien.
Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan napas
39
indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma
bantalan/pemanas.
keseimbangan dipengaruhi.
40
menurunkan fungsi mental. Catatan: Jika cairan diganti dengan cepat,
e. Diagnosa V
status hipermetabolik.
meningkat.
yang diinginkan.
Intervensi keperawatan:
menimbulkan kelelahan.
diganggu.
melakukan aktivitas.
41
Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.
dan sebagainya.
f. Diagnosa VI
prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan dengan benar, klien
pengobatan.
Intervensi Keperawatan:
42
Rasional: Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
sehari-hari.
jangka panjang.
43
glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi
keluarga.
masuk dalam perhitungan dosis yang dibuat selama evaluasi rawat inap;
44
9) Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol
penyakit tertentu.
gula darah.
10) Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin. Anjurkan pasien
konstriksi.
ambilan insulin.
12) Identifikasi gejala hipoglikemia mis, lemah, pusing, letargi, lapar, peka
45
Rasional: Hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan
fenomena fajar atau respon balik pada hipoglikemia selama tidur yang
4. Implementasi Keperawatan
dan emosional adalah variasi, tergantung individu dan masalah yang spesifik.
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter
46
c. Dependen adalah tindakan keperawatan ketergantungan dimana tindakan
2014).
5. Evaluasi Keperawatan
evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, yang dilakukan secara terus-
menerus sampai tujuan yang ditentukan tercapai. Format yang dipakai adalah
klien, O: Data objektif, adalah perkembangan yang bisa diamati dan rawat
atau tim kesehatan lain, A: Analisis, dalah penilaian dari kedua jenis data
47
DAFTAR PUSTAKA
Anisa Saktian Putri. 2018. Tahun 2018 Penderita Diabetes di Indonesia Meningkat.
http://m.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3739252/tahun-2018-
penderita-diabetes-di-indonesia-meningkat. Diakses 29 juni 2020
Budiono dan Sumirah, B. Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan, Bumi
Medika: Jakarta.
Deni, Nursiswati & Rosyidah. 2017. Buku ajar: Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017. Intervensi NIC hasil
NOC. Kedokteran EGC. Jakarta
Hurst Marlene. 2016. Buku ajar: Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah.
Vol.2. Kedokteran EGC. Jakarta
LeMone Pricilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5, EGC:
Jakarta
Mary G, Donna J dan Jim K. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1, Rapha
Publishing: Yogyakarta.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam, Nuha Medika: Yogjakarta.
Subiyanto, 2019. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Yogyakarta.
Wijaya, S. Andra dan Yessie M, Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Nuha
Medika: Yogyakarta.
49