PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh
sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian
leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat
juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh
dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti
sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks.
Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi,
namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan
hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti-
ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014).
Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa
pada tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan
kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015
sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di
negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2015, penderita kanker serviks di Indonesia adalah
0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan Riau dan
Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%.
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa
macam yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena
kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah
pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh sel-
sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi memiliki dampak
dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan
psikologis (Ariani, 2015).
Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian pelayanan
kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara
menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan
menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan latar belakang diatas kami kelompok akan membahas
tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2015 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker
serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2010)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna
dan genetalia interna
( Sobatta,2006)
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar
sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada
sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia
minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu
jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perenium.
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm.
Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
di bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong,
2002)
C. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah,
maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya
disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
a. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
6. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
D. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh
yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher Rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman
status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati
dan selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
2. jaringan.
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
4. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
5. Perdarahan spontan saat defekasi.
6. Perdarahan diantara haid.
7. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
8. Anemia akibat pendarahan berulang.
9. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan
hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium
atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan
hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika
dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu
darimana proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik
dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan,
beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan
kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom
dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama
terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan
parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan
post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan
( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan
output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah
cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala
untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara
histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,
suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop
bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran
6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi
sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai
perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan
perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan
serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat
seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis
serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara
konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus
tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut
( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk
tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan
kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan
pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan
kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada
tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes
positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi
diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
J. PENGKAJIAN FOKUS
1. Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu
faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah
umur 18 tahun.
2. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya
kanker serviks dapat ditularkan dengan mudah.
3. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan
pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
4. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan
kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan
kanker seviks.
5. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri,
peran diri, emosional.
6. Perineum: keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher
Rahim yang mulai mengalami metastase.
7. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak
dan abnor malita pada organ - organ daerah panggul.
8. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada
syaraf - syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan
perasaan berat pada daerah tersebut.
9. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji
dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang
orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan
mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul
gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker
leher rahim.
10. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara
siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
11. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
( Doengoes, 2005 )
K. Fokus Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang
atau berkurang.
Kriteria :
a. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala
nyeri 0.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, a. Mengetahui tingkat nyeri pasien
durasi, intensitas, dan skala nyeri. dan menentukan tindakan yang
b. Berikan tindakan kenyamanan akan dilakukan selanjutnya.
dasar: relaksasi, distraksi, b. Mengurangi rasa nyeri.
imajinasi, message. c. Mengetahui tanda kegawatan.
c. Awasi dan pantau TTV. d. Memberikan rasa nyaman dan
d. Berikan posisi yang nyaman. membantu mengurangi nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik. e. Mengontrol nyeri maksimum.
Intervensi Rasional
a. Kaji adanya infeksi disekitar area a. Mengurangi terjadinya infeksi.
serviks. b. Agar tidak terjadi penyebaran
b. Tekankan pada pentingnya infeksi.
personal hygiene. c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Pantau tanda - tanda vital terutama d. Membantu mempercepat
suhu. penyembuhan.
e. Berikan perawatan dengan prinsip e. Mencegah terjadinya infeksi.
aseptik dan antisepik.
f. Tempatkan klien pada lingkungan
yang terhindar dari infeksi.
g. Koloborasi pemeberian antibiotik.
Intervensi Rasional
a. Kaji masalah- masalah a. Faktor- faktor seperti menoupose
perkembangan daya hidup. dan proses penuan remaja dan
b. Catat pemikiran pasien/ orang- dewasa awal yang perlu masukan
orang yang berpengaruh bagi dalam pertimbangan mengenai
pasien mengenai seksualitas seksualitas dalam penyakit yang
c. Evaluasi faktor- faktor budaya dan perawatan yang lama.
religius/ nilai dan konflik- konflik b. Untuk memberikan pandangan
yang muculberikan suasana yang bahwa keterbatasan kondisi/
terbuka dalam diskusi mengenai lingkungan akan berpengaruh
masalah seksualitas. pada kemampuan seksual tetapi
d. Tingkatkan keleluasaan diri bagi mereka takut untuk menanyakan
pasien dan orang- orang yang secara langsung.
penting bagi pasien. c. Untuk mempengaruhi persepsi
pasien terhadap masalah seksual
yang muncul. Apabila masalah-
masalah diidentifikasikan dan di
diskusikan maka pemecahan
masalah dapat ditemukan
d. Perhatikan penerimaan akan
kebutuhan keintiman dan
tingkatkan makna terhadap pola
interaksi yang telah dibina
Intervensi Rasional
a. Kaji adanya tanda terjadi syok a. Mengetahui adanya penyebab
b. Observasi KU syok
c. Observasi TTV b. Memantau kondisi pasien selama
d. Monitor tanda pendarahan masa perawatan terutama pada
e. Check hemoglobin dan hematokrit saat terjadi pendarahan sehingga
segera diketahui tanda syok.
c. TTV normal menandakan
keadaan umum baik.
d. Perdarahan cepat diketahui dapat
diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok.
e. Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 10 November 2015
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen
Sumber Informasi : Klien, keluarga klien, rekam medis klien
Dilakukan oleh : Rina Zulistin
Keterangan :
: Laki laki dan perempuan meninggal
: Pasien
Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Durasi : 3 5 hari
Haid terakhir : 2 Oktober 2015
Dismenore : Pasien mengatakan mengalami sakit perut
sebelum menstruasi dan pada hari pertama
menstruasi saja.
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : 1x selama 30 tahun
Umur menikah : 17 tahun
Riwayat KB
Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB
b) Selama sakit
Pasien selama di Rumah Sakit sudah b.a.b. saat hari pengkajian
pasien sudah b.a.b 2x dengan konsistensi lunak berwarna kuning
dan bau khas .Pasien mengatakan b.a.k tidak tau berapa kali
karena menggunakan kateter saat pengkajian urin yang
tertampung di urin bag terdapat 1200 cc berwarna kuning
kecoklatan bau khas.
4) Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya melakukan aktifitas dasar
seperti makan, minum, toileting, berpakaian dengan mandiri tidak
menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan tidur selama ± 8
jam sehari . Sebelum tidur pasien mengatakan berdoa dulu dan
tidak pernah minum obat tidur.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidur biasa ± 8 jam
sehari, tetapi seluruh aktivitas selama di rumah sakit pasien
tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur.
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Berpindah v
Ambulasi ROM v
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
7. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a. Aspek Mental
Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien.
Pasien terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang
sakitnya pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak
bicara, pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab
seperlunya. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya
menangis dan diam. Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
b. Aspek Intelektual
Pasien mengatakan tahu tentang penyakitnya yaitu kanker serviks, untuk
yang lainnya pasien tidak menjawab karena pasien kurang kooperatif.
c. Aspek Sosial
Hubungan keluarga dengan pasien sangat baik itu terbukti pasien selama
di rumah sakit selalu di tunggu oleh suaminya.
d. Aspek Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga mengatakan
selalu berdoa untuk kebaikan pasien.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
- KU : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Status Gizi :
TB = 155 cm
BB = 40 kg
IMT = 16.6 kg/m2 (normal)
Suami pasien mengatakan dahulu berat badan pasien 52 kg
- Tanda- tanda vital :
Suhu = 37 ºC
Nadi = 100 x/ menit
RR = 22 x/ menit
TD = 100/50 mmHg
b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)
1) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok,
keadaan bersih, tidak ada lesi.
2) Mata
Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pasien
mengatakan fungsi penglihatan tidak ada gangguan.
3) Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Pasien terpasang kanul binasal 3
liter/menit.
4) Mulut
Bentuk simetris, tidak ada kelainan kongenital, membran mukosa
kering.
5) Lidah
Bersih, tidak pucat, tidak ada stomatitis.
6) Dada
a) Respirasi
Inspeksi : Dada Simetris, tidak ada Retraksi, tidak ada lesi
Auskultasi : Respirasi 22 x/menit
c) Abdomen
Inspeksi : Simetris, Asites (-) , Retraksi (-) , Tidak ada
penonjolan
Auskultasi : Peristaltik usus 26 x/menit
Perkusi : Terdengar suara dull pada kuadran I dan
tympani pada kuadran II, III, IV
Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada perbesaran hepar,
tidak ada nyeri tekan pada kudran I, II, III,
IV, terdapat nyeri tekan pada abdomen
bawah.
7) Integumen
Turgor kulit elastis, Tidak ada kelainan
Kuku : Capilar Refill < 2detik
8) Ekstermitas
Atas : Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit putih.
Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur NaCl dan Vascon.
Bawah : Anggota gerak lengkap, kaki terlihat simetris, warna kulit
putih. Pada kaki kanan terpasang infus NaCl.
Tonus otot
3 3
3 3
9) Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter tunggal.
9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 November 2015
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah lengkap
Eritrosit 4.46 10^6/µL 4.06 5.20
Hemoglobin 11.5 g/dL 12.3 15.3
Hematokrit 11.5 15.5
MCH 34.9 % 35.0 45.0
MCV 25.9 pg 27.0 32.0
MCHC 78.1 Fl 80.0 99.0
RDW 33.1 g/dL 32.0 36.0
CH 19.8 % 11.5 15.5
CHCM 26.4 pg -
HDW 33.8 g/dL 33.00 37.0
Leukosit 3.84 % 2.20 3.20
Netrofil# 22.50 10^3/µL 4.50 14.50
Limfosit# 29.54 10^3/µL 2.20 4.80
Monosit# 1.24 10^3/µL 1.30 2.90
Eosinofil# 0.49 10^3/µL 0.30 0.80
Basofil# 0.01 10^3/µL 0.00 0.20
LVC # 0.04 10^3/µL 0.00 0.10
Netrofil% 0.17 10^3/µL 0.00 0.40
Limfosit% 91.3 % 50.0 70.0
Monosit% 5.5 % 22.0 40.0
Eosinofil% 2.2 % 2.0 8.0
Basofil% 0.1 % 2.0 4.0
LVC% 0.8 % 0.0 4.0
Trombosit 198 x 10^3/µL 150 450
MPV 5.9 fl 7.2 10.4
10. Terapi
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin240 mg/24jam ( IV )
Albumin 1 vial /24 jam ( IV )
Vascon ( IV )
Novorapid 1 1 1 ( 4 ui ) ( SC )
O2 kanul binasal 3 liter/menit
Drip Premix KCL 150 meq dalam 8 jam
B. Analisa Data
DATA Masalah Etiologi
DS : Ketidakseimbangan Faktor
-
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit nutrisi kurang dari Psikologis
tidak pernah dihabiskan. kebutuhan tubuh
-
Suami pasien mengatakan sejak sakit
pasien tidak mau makan dan hanya minum
susu yang diberikan dari rumah sakit itupun
tidak habis.
-
Suami pasien mengatakan dahulu berat
badan pasien 52 kg
-
Pasien mengatakan mules pada bagian
perut bawah, mules seperti melilit.
DO :
-
BB : 40 Kg
-
TB : 155
-
IMT sekarang : 16,6 Kg / m2
-
BB turun > 10 %
-
Diit pasien terlihat selalu masih utuh
-
KU : lemah
-
BU : 26 x/menit
DS : - Resiko Infeksi Prosedur
DO : invasif
-
Pasien terpasang kateter tunggal
-
Pada tangan kanan terpasang infus 2
jalur NaCl 20 Tpm dan Vascon 45 cc/jam
-
Pada kaki kanan terpasang infus NaCl 20
Tpm
-
Leukosit : 3.84 %
-
Suhu badan : 37 °C
DS: Ansietas Mengalami
- Suami pasien mengatakan semenjak penyakit
sakit pasien hanya menangis dan diam. kronis
3 3
D. Perencanaan Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 PK Anemi Setelah dilakukan asuhan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
ditandai dengan KU : lemah, keperawatan selama 3 x 24 07.00 07.00
Kesadaran : composmentis, jam PK Anemi teratasi 1. Kaji keadaan umum pasien 1. Diketahuinya keadaan umum
Konjungtiva anemis, HB dengan kriteria hasil dan tanda tanda anemi pasien dapat sebagai acuan
tanggal 8 November 2015 : 6 - Angka hemoglobin seperti kesadaran pasien intervensi selanjutnya
g/dL, Pasien sudah transfusi normal (12.3 15.3) dan konjungtiva pasien 2. Dengan pemantauan sel darah
g/dL
3kali : Tanggal 7 November 2. Pantau jumlah sel darah merah berkala dapat membantu
- Eritrosit 4.06 5.20
2015, 8 November 2015, 9 merah tetap dalam batas mencegah terjadinya nekrosis
10^6/µL
November 2015 Eritrosit 4.46 normal secara berkala jaringan perifer
- Konjungtiva tidak
10^6/µL ( cek HB dan eritrosit ) 3. Mencegah nosokomial
anemis
3. Siapkan pasien secara fisik 4. Kesiapan pasien baik secara
- KU : baik
dan psikologis untuk fisik dan psikologis dapat
menjalani perawatan membantu memperlancar
4. Kelola pemberian transfusi jalannya terapi.
ke 4 sesuai indikasi 5. Pemberian transfusi sesuai
indikasi dapat mengganti darah
( rina ) yang hilang
( rina )
2 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
mengalami penyakit kronis keperawatan selama 3 x 07.00 07.00
ditandai dengan Suami pasien pertemuan diharapkan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya adalah
mengatakan semenjak sakit ansietas teratasi dengan percaya antara perawat - dasar hubungan terpadu yang
pasien hanya menangis dan kriteria hasil pasien mendukung klien dalam
diam, Suami pasien - Pasien rileks 2. Pahami rasa takut / mengatasi perasaan cemas
mengatakan awalnya pasien - Pasien dapat menerima ansietas pasien 2. Perasaan adalah nyata dan
merahasiakan sakitnya, Pasien keadaan perubahan 3. Kaji tingkat ansietas yang membantu pasien untuk terbuka
terlihat sering melamun, Saat status kesehatannya. dialami oleh pasien sehingga dapat mendiskusikan
pengkajian saat ditanya tentang - Pasien menatap 4. Temani atau atur supaya dan menghadapinya
sakitnya pasien menangis, dengan orang yang ada seseorang bersama 3. Mengetahui sejauh mana tingkat
Pasien jarang menatap perawat mengajak bicara pasien sesuai indikasi kecemasan yang dirasakan oleh
ketika diajak bicara, Pasien 5. Berikan penjelasan pada pasien
jarang menjawab ketika ditanya pasien tentang penyakitnya 4. Dukungan yang terus menerus
dan menjawab seperlunya, mungkin membantu pasien
Berbicara pasien lirih. ( rina ) mengurangi ansietas / rasa takut
ketingkat yang dapat diatasi
5. Dapat mengurangi rasa cemas
pasien akan penyakitnya.
( rina )
3 Ketidakseimbangan nutrisi Selasa, 10 November Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
kurang dari kebutuhan tubuh 2015 Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
berhubungan dengan faktor Pukul 07.00WIB 1. Observasi intake makanan 1. Sebagai informasi dasar untuk
Psikologis ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan pasien perencanaan awal dan validasi
pasien mengatakan diit dari keperawatan selama 4 x 2. Anjurkan pasien makan data terkait dengan nutrisi pasien
rumah sakit tidak pernah 24 jam diharapkan sedikit tapi sering 2. Makan sedikit tapi sering dapat
dihabiskan, suami pasien ketidakseimbangan 3. Edukasi pasien untuk mengoptimalkan fungsi
mengatakan sejak sakit pasien nutrisi : kurang dari menghabiskan diet dari pencernaan dalam mengabsorbsi
tidak mau makan dan hanya kebutuhan tubuh teratasi Rumah Sakit makanan
minum susu yang diberikan dari 4. Edukasi pasien pentingnya
dengan kriteria : 3. Pemberian edukasi dapat
rumah sakit itupun tidak habis, asupan makanan bagi
- Pasien menghabiskan meningkatkan motivasi klien
suami pasien mengatakan kesehatan pasien
diet dari Rumah Sakit 4. Edukasi dapat meningkatkan
dahulu berat badan pasien 52 5. Kelola diet yang sesuai
- BB badan pasien naik 1 motivasi klien
kg, pasien mengatakan mules untuk pasien dengan ahli
kg setiap minggu 5. Ahli gizi dapat memberikan diet
pada bagian perut bawah, gizi
yang sesuai dengan kebutuhan
mules seperti melilit, BB : 40 Kg,
pasien.
TB : 155, IMT sekarang : 16,6 ( rina )
Kg / m2, BB turun > 10 %, Diit
( rina )
pasien terlihat selalu masih
utuh, KU: lemah, BU : 26
x/menit
4 Risiko ketidakstabilan Kadar Selasa, 10 November Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
Glukosa darah 2015 Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
Pukul 07.00WIB 1. Monitor level glukosa darah 1. Glukosa yang dimonitor
Setelah diberikan asuhan 2. Monitor tanda dan gejala merupakan acuan keadaan level
keperawatan selama 3x24 hipo/hiperglikemia glukosa dalam tubuh pasien
jam, resiko ketidakstabilan 3. Berikan insulin sesuai dosis 2. Untuk mewaspadai
glukosa darah tidak terjadi pasien hipo/hiperglikemia
dengan kriteria : 4. Edukasi pasien untuk 3. Insulin yang sesuai dengan dosis
- Glukosa darah pasien menghabiskan diet dari mempunyai efektifitas yang lebih
- Terapi obat dapat mengontrol pola makan 4. Diit yang tidak habis dapat
5 Risiko ketidakseimbangan Selasa,10 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
elektrolit Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau hasil laboratorium 1. Monitoring elektrolit
keperawatan selama 3 x 24 nilai elektrolit serum darah 2. Tanda dan gejala penting untuk
jam diharapkan risiko pasien diketahui agar saat terjadi bisa
ketidakseimbangan elektrolit 2. Pantau tanda tanda dan tertangani dengan cepat.
teratasi dengan kriteria hasil gejala adanya peningkatan 3. Meminimalisir gangguan
- kadar elektrolit serum pada elektrolit yang mungkin saja
pasien terjadi.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Premik KCL dapat menaikan
untuk mengatur pemberian kadar kalium pada pasien
makanan dengan
pembatasan elektrolit yang ( rina)
sesuai untuk pasien
4. Kelola terapi drip premik
KCL
( rina)
6 Resiko Infeksi berhubungan Selasa, 10 November Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015
dengan prosedur invasive 2015 Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
ditandai dengan Pasien Pukul 07.00WIB 1. Pantau tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui penyebab terjadinya
terpasang kateter tunggal, Pada Setelah dilakukan asuhan (letargi, nafsu makan infeksi.
tangan kanan terpasang infus 2 keperawatan selama 3 x menurun, ketidakstabilan, 2. Teknik aseptik menurunkan
jalur NaCl 20 Tpm dan Vascon 24 jam resiko infeksi tidak perubahan warna kulit ) pertumbuhan bakteri pathogen
45 cc/jam, Pada kaki kanan 2. Lakukan perawatan luka pada daerah luka
terjadi dengan kriteria :
terpasang infus NaCl 20 Tpm, dengan teknik aseptik 3. Cuci tangan dan tetap
- TTV dalam batas
leukosit : 3.84 %, Suhu badan :
normal (Nadi : 115 3. Edukasi pasien dan mempertahankan teknik aseptic
37 °C. keluarga untuk cuci tangan menurunkan resiko infeksi
x/menit, Respirasi 30-
40menit, Suhu : 36oC bersih sekunder
( rina )
Rabu , 11 November 2015 Rabu , 11 November 2015
13.00 20.00
- Mengobservasi keadaan umum S :
pasien dan tanda tanda anemi Pasien mengatakan tidak pusing
seperti kesadaran pasien dan O :
konjungtiva pasien - Konjungtiva tidak anemis
( rina )
Rabu, 11 November 2015 Rabu, 11 November 2015
14.00 15.00
- Membina hubungan saling percaya S:
antara perawat - pasien - Suami pasien mengatakan sudah setiap
- Menganjurkan kepada suami hari mendampingi pasien dan
pasien untuk tetap mendampingi memberikan semangat tetapi pasiennya
pasien dan memberikan dorongan yang susah untuk diberitahu.
semangat hidup untuk istrinya - Suami pasien mengatakan pasien kalau
diberitahu atau di suruh makan malah
( rina ) menangis.
O:
- Suami pasien menjawab dengan suara
ketus
- Pasien masih terlihat melamun dan
tidak menatap orang yang mengajak
berbicara
A : Ansietas belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Berikan penjelasan pada pasien
tentang penyakitnya
( rina )
Kamis, 12 November 2015 Kamis, 12 November 2015
09.00 14.00
- Membina hubungan saling percaya S:-
antara perawat - pasien O:
- Memberikan motivasi dan - Pasien terlihat hanya diam dan berkaca
dorongan semangat kepada pasien kaca ketika diberikan motivasi dan
dorongan semangat.
( rina ) - Pasien terlihat masih tidak menatap
lawan biacaranya.
A : Ansietas belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Berikan penjelasan pada pasien
tentang penyakitnya
- Konsultasikan ke psikolog
( rina )
( rina )
Rabu, 11 November 2015 Rabu, 11 November 2015
14.30 15.00
- Mengedukasi pasien untuk S:
menghabiskan diet dari - Pasien menyatakan tidak mau makan
Rumah Sakit O:
- Edukasi pasien pentingnya - Saat diedukasi pasien terlihat hanya diam dan
asupan makanan bagi memalingkan muka
kesehatan pasien - Sumsum dan susu pasien terlihat masih utuh
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
( rina ) kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
- Observasi intake makanan pasien
( rina )
Kamis, 12 November 2015 Kamis, 12 November 2015
09.00 12.00
- Mengobservasi intake S:
makanan pasien - Suami pasien menyatakan pasien hanya mau
- Membujuk pasien untuk makan buah saja
menghabiskan diit dari - Suami pasien menyatakan makanan dari rumah
rumah sakit sakit selalu utuh dan hanya susunya saja yang
dihabiskan
( rina ) - Pasien menolak makan
O:
- Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
- Observasi intake makanan pasien
( rina )
Dx. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa darah
Implementasi Evaluasi
Selasa , 10 November 2015 Selasa , 10 November 2015
08.00 14.00
- Memonitor level glukosa S : Pasien mengatakan tidak pusing
darah O:
- Memonitor tanda dan gejala - Tanggal 10 Nov 2015 GDP 184 mg/L
hipo/hiperglikemia - Ku : lemah
12.00 - Kesadran : composmentis
- Mengelola inj novorapid 4 ui - inj novorapid 4 ui (SC) sudah masuk
(SC)
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
( rina )
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Edukasi pasien untuk mengontrol pola makan
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 1 1 ) (SC)
( rina )
Rabu , 12 November 2015 Rabu , 12 November 2015
20.00 21.00
- Mengecek GDS pasien S:
- Mengedukasi pasien untuk - Pasien mengatakan tidak mau makan
menghabiskan diet dari O:
Rumah Sakit - GDS : 181 mg/L
- Mengelola inj novorapid 4 ui - Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
(SC) - Inj novorapid 4 ui (SC) belum jadi masuk karena
pasien tidak mau makan
( rina ) A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 1 1 ) (SC)
( rina )
Kamis, 12 November 2015 Kamis, 12 November 2015
12.15 15.00
- Mengobservasi intake nutrisi S:
pasien - Suami pasien mengatakan pasien tidak mau
- Mengelola inj novorapid 4 ui makan hanya makan buah buahan saja.
(SC) O:
- Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
- Inj novorapid 4 ui (SC) belum jadi masuk karena
pasien tidak mau makan
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 1 1 ) (SC)
( rina )
( rina )
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PK Anemia
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor Psikologis
4. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa darah
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
6. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
B.SARAN
dilakukan asuhan keperawatan dengan waktu yang sesuai diperencanaan , hasilnya
adalah
1. PK Anemia teratasi pada hari kedua karena setelah transfusi darah ke 4 HB
pasien yaitu HB :11.5 g/dL.
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis belum terastasi
sesuai waktu perencenaan karena pasien tidak kooperatif dan susah untuk
diajak berdiskusi. Saat pasien diajak berdiskusi pasien tidak pernah menatap
perawat dan hanya menagis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor Psikologis teratasi sebagian karena selama 3 hari perawtan
pasien hanya makan buah dan minum susu, diit sumsum dari rumah sakit
tidak pernah dimakan . Saat pasien di suruh makan, pasien hanya menanis.
4. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa darah belum teratasi karena saat terapi
novorapid mau diberikan pasien tidak pernah makan sehingga pemberian
terapi obat selalu ditunda.
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit belum teratasi karena Kalium masih 1,6
mmol/L dan pasien masih mendapat terapi premix KCL
6. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive teratasi sebagian
pada hari ketiga dan tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti kalor, dolor,
rubor dan fungsiolaesa.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum teratasi
sebagian karena keadaan umum pasien masih lemah dan aktivitasnya
selama di rumah sakit selalu dibantu suami dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
www// pdf asuhan keperawatan kanker serviks diakses pada tanggal 9 April 2020