Anda di halaman 1dari 14

Analisis Model Pembelajaran Think-Talk-Write Dengan Menggunakan

Lembar Kerja Siswa Terhadap Keaktifan Siswa Dalam Belajar


Matematika Pada Bangun Segiempat Bagi Siswa Kelas VII

Mita Oktabila1, SeptianaWulan Cahyani2, Triana Azizah 3, Zaid Kurniawan N H 4,


❑1234Tadris Matematika, IAIN Tulungagung, Jl.Mayor Sujadi No.46, Kudusan,
Plosokandang, Tulungagung
e-mail:❑1, ❑2, ❑3, ❑4
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendreskripsikan keaktifan pembelajaran siswa dengan pendekatan strategi
Think-Talk-Write (TTW). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian terdiri dari 6 siswa yang sudah pernah belajar materi segi empat pada Kelas VII SMP mata
pelajaran Matematika. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal untuk pendekatan model TTW dan
lembar angket untuk mengukur keaktifan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dengan
Kategori nilai sangat baik siswa dapat menerapkan tiga poin dalam Indikator TTW, dan dapat dicapai dengan
tepat sehingga siswa tersebut tuntas dalam pembelajarannya. Juga sering aktif dalam pembelajaran materi
segiempat pada pendekatan TTW. (2) Dengan Kategori nilai baik siswa dapat menerapkan dua poin dalam
Indikator TTW, dan hampir dicapai dengan tepat sehingga siswa tersebut tuntas dalam pembelajarannya.
Juga sering aktif dalam pembelajaran materi segiempat pada pendekatan TTW. (3) Dengan Kategori nilai
cukup siswa dapat menerapkan satu poin dalam Indikator TTW, dan belum dicapai dengan sempurna
sehingga siswa tersebut belum tuntas dalam pembelajarannya. Juga jarang aktif dalam pembelajaran materi
segiempat pada pendekatan TTW. (4) Dengan Kategori nilai kurang siswa tidak dapat menerapkan poin
dalam Indikator TTW, sehingga indikatornya tidak tercapai dan siswa tersebut belum tuntas dalam
pembelajarannya. Juga jarang aktif dalam pembelajaran materi segiempat pada pendekatan TTW.
Kata Kunci: Keaktifan Pembelajaran, TTW
Abstract

This study aims to describe student learning with a Think-Talk-Write (TTW) strategy approach. This type of
research is a descriptive study with a qualitative approach. The research subjects consisted of 6 students who
had learned rectangular material in Class VII Middle School Mathematics subjects. The instrument used was
a question sheet for the TTW model approach and a questionnaire sheet for measuring activity. Data analysis
techniques used in this study are data reduction, data presentation, and srawing conclusions. The results of
the study show that: (1) With a very good value category students can apply the three points in the TTW
Indicator, and can be achieved precisely so that the student is complete in their learning. Also often active in
learning quadrilateral material on the TTW approach. (2) With the good grades category students can apply
two points in the TTW Indicator, and are almost achieved precisely so that the student is compkete in their
learning. Also often active in learning quadrilateral material on the TTW approach. (3) With the category of
sufficient value students can apply one point in the TTW Indicator, and it has not been achieved perfectly so
that the students has notfinished learning. Also rarely active in learning quadrilateral material on the TTW
approach. (4) With the category of lacking value students cannot apply points in the TTW Indicator, so that
the indicator is not reached and the students is not yet finished in his learning. Also rarely active in learning
quadrilateral material on the TTW approach.
Keyword: Active Learning, TTW

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membangun pola pikir dan kebiasaan
pada seorang individu. Menjadikan manusia lebih beradab dan memiliki berbudaya. Hal ini
didukung oleh UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri berakhlak
mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Di Indonesia
diupayakan agar seluruh sumber daya manusianya terdidik. Supaya bangsa ini memiliki kemajuan
di berbagai aspek. Disektor ekonomi, sosial budaya bahkan pariwisata. John Dewey (dalam
Sagala, 2011:3), menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir atau daya intelektual.
Maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada
sesamanya. Penting bagi seorang individu untuk dididik dan mempelajari banyak hal dihidup
mereka. Tak semuanya dilakukan di lingkungan keluarga, karena sekolah adalah tempat yang tepat
sebagai sarana sebelum nantinya masing masing individu terjun ke lingkungan masyarakat.
Dalam suatu pendidikan formal terdapat struktur pembelajaran yang harus dibuat, agar setiap
langkah pembelajaran dapat dilakukan secara jelas dan efektif. Tentunya pembelajaran tersebut
harus sesuai dengan bidang yang hendak diajarkan. Dalam suatu rencana pembelajaran pasti akan
tertulis secara mendetail mengenai alokasi waktu, model pembelajaran sampai metode yang
digunakan. Hal ini dimaksudkan agar para pengajar paham betul sesuai dengan kemampuan para
siswanya dalam memahami materi yang mereka sampaikan. Sehingga pembelajaran lebih
tersistematis dan terstruktur tanpa melupakan efektifitas proses belajar mengajar. Ada banyak
inovasi metode pembelajaran yang terdapat di Indonesia sebagai langkah para pengajar untuk
memberikan varian dalam proses belajar mengajar agar tidak monoton.
Dalam pembelajaran matematika juga berlaku hal demikian. Sebagai sarana mempermudah
dan membuat pembelajaran lebih efektif dilakukan pemilihan metode yang tepat. Dengan demikian
tidak banyak waktu yang dibuang percuma karena segala indkator bisa tercapai. Hampir semua
metode dan model pembelajaran yang ada saat ini bisa diterapkan di pelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu terapan yang setiap siswa wajib kuasai. Karena matematika
merupakan ilmu yang mendasar dan hampir dibutuhkan setiap kehidupan sosial. Secara teknis
matematika merupakan wujud suatu disiplin ilmu yang membangun logika siswa secara bertahap.
Matematika memiliki objek kajian yang abstrak berupa simbol atau angka. Yang semuanya
tidaklah dapat di lihat secara langsung melainkan tertanam dalam otak. Sehingga demikian banyak
tes yang menggunakan matematika sebagai materi dasar pada suatu tes sebagai indikator
kemampuan berpikir logis. Memiliki jawaban mutlak dan statis, membuatnya mudah menentukan
jawaban tersebut salah ataukah benar. Para filsuf terdahulu mengatakan bahwa matematika adalah
ratunya ilmu. Hal tersebut didukung oleh banyak sumber bahwa matematika adalah ilmu terpenting
yang wajib dipelajari setelah ilmu filsafat.
Membangun kerangka berpikir logis pada siswa harus dilakukan secara kontinyu. Banyak
siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit karena didalam nya terdapat
penyelesaian masalah yang bersifat rumit. Jika pelajaran lain memiliki jawaban berbeda pada setiap

2
individu tidak halnya dengan ilmu ini. Jawaban pada setiap pertanyaan antara satu sama lain pasti
sama. Karena sifatnya yang mutlak. Akan ada perbedaan pada proses penyelesaian masalah. Pada
kasus misalnya penjumlahan adalah hasil dari dua angka yang ditambahkan, dan operasi perkalian
adalah perasi penjumlahan yang dilakukan pada angka yang sama secara berulang Proses
pembelajaran yang aktif sangat diperlukan dalam pembelajaran. Karena siswa pasti akan cepat
bosan dan mengantuk jika mereka hanya duduk mendengarkan dan mengerjakan tugas, tanpa
adanya suasana yang baru. Pembelajaran yang aktif dan hidup akan memberikan kesan tersendiri
dalam membangun ingatan dan pengalaman belajar. Tentunya hal ini tak lepas dari peran aktif
pengajar sebagai fasilitator kunci dalam suatu pembelajaran. Bisa dikatakan bahwa pengajar adalah
jiwa dari proses pembelajaran.
Banyak diluaran sana jurnal jurnal yang membahas mengenai metode pembelajaran dan media
pembelajaran sebagai solusi pada materi tertentu yang di klaim cukup efektif dalam sebuah
penelitian. seperti pendapat Muhammad (2016) bahwa proses pembelajaran matematika bukan
hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikondisikan
atau diupayakan oleh guru sehingga siswa aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Tak hanya memastikan siswa untuk paham apa yang
disampaikan tetapi juga upaya untuk mengkondisikan siswa dapat membuktikan bahwa mereka
paham akan materi yang mereka dapat dari pengajar mereka. Dengan demikian mereka akan
membuat sudut pandang sendiri yang pada masing masing siswa pasti memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai pilihan para pengajar dalam
mengetahui pemahaman siswa yakni metode TTW (Think, Talk, Write). Metode ini bersifat
cooperative learning dan bisa sebagai indikator bahwa sejauh apa pemahaman siswa, ada banyak
cara yang bisa ditempuh dalam metode ini. Bahkan pengajar dapat mengasimilasi metode ini dan
digabungkan dengan metode lain. apakah siswa mampu mengkoordinasi antara pikiran dan logika
sesuai instruksi yang pengajar berikan. Tentu nya hal tersebut adalah sebagai langkah untuk
memahami penyelesaian yang bersifat sistematis dan berorientasi dalam proses.
Pada kesempatan ini kami akan melakukan review pada suatu jurnal dengan judul “ Analisis
Kemampuan Pemacahan Masalah Dalam Strategi Think Taalk Write (TTW) Mahasiswa IKIP Budi
Utomo Malang Kampus C ” karya Mika Ambarwati. Pada jurnal ini disebutkan bahwa penelitian
dilakukan pada mahasiswa yang memiliki 3 kategori diklasifikasikan sesuai tingkat kemampuan
berpikir Tulisan ini bertujuan untuk: 1.) mendeskripsikan bagaimana penerapan metode TTW
(Think, Talk, Write). 2.) mengaplikasikannya pada siswa SMP/sederajat. Di harapkan dari hasil
review dan penelitian ini akan memberikan sudut pandang lain dalam mengaplikasikan metode
tersebut dan memberikan sumber literasi pada penelitian lanjutan yang mungkin untuk dilakukan.

METODE PENELITIAN

3
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal teknik
pengumpulan dengan triagulasi (gabungan) teknik pengumpulan data dengan maksud menafsirkan
fenomena dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan hasil penelitiannya lebih menekankan
makna(Albi&johan,2018:8).
Subjek penelitian terdiri dari 6 siswa yang sudah pernah belajar materi segi empat pada
SMP kelas VII mata pelajaran Matematika. Teknik Pengumpulan Data pada penelitian ini dengan
cara teknik tes dan angket yaitu,
a. Teknik Tes dan Non Tes
Teknik tes adalah teknik yang digunakan sebagai alat pengukuran berupa pertanyaan,
perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan
petunjuk itu. Tes menurut Sudjana (2012: 35) pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran. Teknik tes ini akan menghasilkan
data yang berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar domain kognitif siswa dalam
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran TTW.

b. Teknik Non Tes (angket)


Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kualitatif, yaitu data yang berupa kata atau
catatan-catatan. Selanjutnya, data kualitatif ini akan ditransformasikan ke data kuantitatif
dengan pemberian skala penilaian. Jumlah dari hasil skala penelitian akan dikembalikan ke
dalam data kualitatif dengan cara menggolongkan hasil tersebut ke dalam kategori pada setiap
instrumen yang telah ditentukan oleh peneliti.
Poerwanti (2008: 1-34) mengemukakan bahwa teknik non tes digunakan untuk
mengobservasi atau mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran berlangsung. Teknik
nontes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam
pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih
menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak.

Instrumen yang digunakan adalah lembar soal untuk pendekatan model TTW dan lembar
angket untuk mengukur keaktifan. Sumber data pada penelitian ini adalah siswa sebagai subjek
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah konsep Miles dan Huberman yaitu, reduksi
data yang perlu dilakukan adalah merangkum dan mengambil data-data pokok yang dianggap
penting. Jadi semua data yang telah didapatkan akan dianalisis untuk mendapatkan data yang lebih
spesifik. Setelah reduksi data adalah penataan data, data yang diperoleh dalam penelitian akan
ditampilkan secara deskriptif melalui penyajian data. Dan langkah selanjutnya yaitu menarik
kesimpulan, data yang didapat dalam penelitian harus di verifikasi terlebih dahulu untuk

4
mengetahui kebenaran dan keabsahan data tersebut. Keabsahan data yang digunakan adalah
triangulasi waktu dan menggunakan kecukupan refrensi.

Pengumpulan Data
Tabel 1. Indikator keaktifan dan pendekatan TTW
No. Variabel Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1. Keaktifan 1. Ikut serta mengerjakan tugas Skor rata- Soal angket Lembar
yang diberikan. rata angket angket
2. Bertanya pada guru atau keaktifan
teman jika mengalami
kesulitan.
3. Berani mengemukakan
pendapat dan menjawab
pertanyaan.
4. Bekerjasama dalam
kelompok dalam diskusi
kelompok.
2. Pendekatan 1. Think (siswa mengemukakan Nilai Tes Soal tes
TTW gagasan dari pertanyaan) berupa uraian
2. Talk (siswa menyelesaikan
masalah dari pertanyaan)
3. Write (siswa dapat
menuliskan langkah
penyelesaian dengan benar)

Instrumen penilaian pencapaian siswa menggunakan pendekatan pembelajaran TTW


Tabel 2. Indikator Soal Segiempat Dalam Pendekatan TTW
Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Strategi TTW No.
Soal
3.11 Mengaitkan 3.11.6 Disajikan soal  Think (siswa 1
rumus keliling dan Menemukan Perbandingan panjang mengemukakan
luas segiempat rumus keliling dan lebar sebuah persegi gagasan dari
(persegi, dan luas persegi yang sudah diketahui pertanyaan)
persegipanjang, dan persegi luasnya siswa dapat  Talk (siswa
belahketupat, panjang menentukan panjang dan menyelesaikan masalah
jajargenjang, lebar suatu persegi dari pertanyaan)
trapesium, dan tersebut  Write (siswa dapat
layang-layang) dan menuliskan langkah
segitiga penyelesaian dengan
benar)
Disajikan soal cerita,  Think (siswa 2
siswa dapat menentukan mengemukakan
keliling suatu persegi gagasan dari
pertanyaan)
 Talk (siswa
menyelesaikan masalah
dari pertanyaan)
 Write (siswa dapat
menuliskan langkah
penyelesaian dengan
benar)
Disajikan soal soal cerita  Think (siswa 3
yan diketahui keliling mengemukakan
dan panjangnya, siswa gagasan dari
dapat menentukan luas pertanyaan)

5
suatu persegi tersebut  Talk (siswa
menyelesaikan masalah
dari pertanyaan)
 Write (siswa dapat
menuliskan langkah
penyelesaian dengan
benar)
Disajikan aplikasi soal  Think (siswa 4
cerita siswa dapat mengemukakan
menentukan gagasan dari
penyelesaiannya yang pertanyaan)
berkaitan dengan luas an  Talk (siswa
keliling suatu persegi menyelesaikan masalah
dari pertanyaan)
 Write (siswa dapat
menuliskan langkah
penyelesaian dengan
benar)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keberhasilan materi segiempat dalam pendekatan TTW

Tabel 3. Soal dan pedoman penilaian

6
No. Soal Kunci jawaban Skor
1. Perbandingan panjang dan Diketahui : perbandingan panjang dan
lebar sebuah persegi panjang lebar adalah 7 : 4 dan luas persegi panjang
adalah 7 : 4. Jika sluas persegi 252 cm2
panjang tersebut 252 cm2, Ditanya :.......? 25
tentukan ukuran panjang dan Panjang = 7n cm, maka lebar = 4n cm
lebar persegi panjang itu ! Luas persegi panjang = 252 cm2
7n × 4n = 252 cm2
28n2 = 252
252
n2 =
28
n=3
panjang = 7n = 7 × 3 = 21 cm
Lebar = 4n

=4×3
= 12 cm

2. Pak Parjan mempunyai satu Diketahui : p = 13 m 20


petak kavling tanah yang l = 12 m
berbentuk segi empat dengan
Ditanyakan : …… = ?
panjang sisinya 13 meter dan
lebar sisi yang lain 12 meter. Jawab :
Jika Pak Parjan K = 2 (p + l)
menggunakan seutas tali = 2 (13 m + 12 m)
yang akan digunakan
= 50 m
sebagai batas sisi terluar dari
Jadi, panjang tali yang
kavling tanah yang
diperlukan untuk mengelilingi
nantinyaakan menjadi batas
kavling tanah tersebut adalah
dengan kavling tanah yang
50m
lainnya, maka berapa meter
panjang tali yang diperlukan
untuk melakukan hal
tersebut

3. Bila sebuah kolam renang Diketahui : Keliling = 240 m 25


berbentuk persegi panjang panjang = 80 m
dengan keliling 240 m dan
Ditanyakan : …… = ?
panjang 80 m. maka berapa
luas kolam renang tersebut ? Jawab :
K = 2 (p + l)
240 = 2 (80 m + l m)
240 = 80 m + 2l
240−80
l=
2
l = 40 m
L=p ×l
=80×40
=3.200m

Jadi, luas kolam renang 3.200m


meter persegi

4. Pak Paijo ingin mengganti Diketahui : Panjang sisi lantai = 6m 30


ubin untuk ruang tamunya. Ukuran ubin = 30 cm x
Lantai ruang tamu Pak Paijo 30 cm
berbentuk persegi dengan
panjang sisi 6 m. lantai Ditanya : Banyak lantai yang
tersebut akan dipasang ubin diperlukan untuk mengganti ruang tamu?
berbentuk persegi dengan Jawab :
ukuran 30 cm x 30 cm. Luas Lantai = sisi x sisi
Tentukan banyaknya ubin =6mx6m
yang dipakai untuk = 36 m2 = 360.000 cm2
mengganti lantai ruang tamu Luas ubin = sisi x sisi 7
Pak Paijo ! = 30 cm x 30 cm
= 900 cm2
Banyak ubin yang diperlukan =
Tabel 4. Skor
Skor Keterangan
Jika ke tiga poin, dalam aspek yang diamati muncul selama
4
Pengamatan
3 Jika hanya dua poin, pada aspek yang diamati yang muncul
2 Jika hanya satu poin, pada aspek yang diamati yang muncul
1 Jika tidak terdapat aspek yang diamati yang muncul

Tabel 5. Kategori Keberhasilan materi segiempat dalam pendekatan TTW

No. Skor Interval Nilai Kategori


1. 4 76–100 SB (Sangat Baik)
2. 3 51–75 B (Baik)
3. 2 26–50 C (Cukup)
4. 1 01–25 K (Kurang)

(Adopsi Poerwanti, 2008: 5.2)

Tabel 6. Hasil tes menggunakan metode TTW

Aspek Penilaian
No Nama Siswa R SM NA Kategori

A B C D

1 Arik ismatuz 20 20 20 30 90 100 90 Tuntas


2 briggita 25 20 25 30 100 100 100 Tuntas
3 faisal 20 15 20 25 80 100 80 Tuntas
4 rifka 20 20 25 25 90 100 90 Tuntas
5 jefri 5 10 15 20 50 100 50 Tidak
tuntas
6 azsha 20 5 20 25 70 100 70 tuntas

Keterangan:
A = soal nomor 1
B = soal nomor 2
C = soal nomor 3
D = soal nomor 4
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
NA = nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

8
100 = bilangan tetap
R
N= ×100
SM

dengan menerapkan model pembelajaran TTW. Hasil belajar siswa dapat dikatakan tuntas
apabila memenuhi syarat KKM seperti pada tabel berikut.

Tabel 7. KKM menggunakan pendekatan TTW


No Nilai Keterangan
1 ≥ 66 Tuntas
2 < 66 Belum tuntas

Chart Title
120

80

40

0
sangat baik/ tuntas baik/tuntas cukup/tidak tuntas kurang/tidak tuntas

arik briggita faisal rifka jefri azsha

Gambar 1. Diagram Hasil Keberhasilam Pembelajaran Materi Segiempat dalam


Pendekatan TTW

1. Subjek Dengan Kategori nilai sangat baik dalam pendekatan TTW

Pada lembar jawaban dari soal materi segi empat dalam pendekatan TTW, subjek dapat
menerapkan tiga poin dalam aspek yang diamati muncul gagasan dari soal pertanyaan
segiempat. Indikator TTW, yaitu Think (siswa dapat mengemukakan gagasan dari
pertanyaan), Talk (siswa menyelesaikan pertanyaan dari soal) dan Write (siswa dapap
meuliskan langkah-langkah penyelesaian dengan benar) sehingga indikatornya dapat dicapai
dengan tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan subjek saat diberikan tes uraian. Dengan
demikian, siswa dengan kategori nilai sangat baik diatas, tuntas dalam pembelajarannya.

2. Subjek Dengan Kategori nilai baik dalam pendekatan TTW

Pada lembar jawaban dari soal materi segi empat dalam pendekatan TTW subjek dapat
menerapkan dua poin dalam aspek yang diamati muncul gagasan dari soal pertanyaan
segiempat. Indikator TTW , yaitu Think(siswa dapat mengemukakan gagasan dari pertanyaan)
dan Talk (siswa menyelesaikan pertanyaan dari soal) tetapi belum tepat dalam menuliskan
langkah-langkah, sehingga indikatornya dapat dicapai dengan hampir sempurna. Hal ini

9
sesuai dengan pernyataan subjek saat diberikan tes uraian. Dengan demikian, siswa dengan
kategori nilai baik diatas, tuntas dalam pembelajarannya.

3. Subjek Dengan Kategori nilai cukup dalam pendekatan TTW

Pada lembar jawaban dari soal materi segi empat dalam pendekatan TTW subjek dapat
menerapkan satu poin dalam aspek yang diamati muncul gagasan dari soal pertanyaan
segiempat. Indikator TTW , yaitu Think(siswa dapat mengemukakan gagasan dari pertanyaan)
saja. sehingga indikatornya belum dicapai dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pernyataan
subjek saat diberikan tes uraian. Dengan demikian, siswa dengan kategori nilai cukup diatas,
belum tuntas dalam pembelajarannya.

4. Subjek Dengan Kategori nilai kurang dalam pendekatan TTW

Pada lembar jawaban dari soal materi segi empat dalam pendekatan TTW subjek belum
dapat menerapkan ketiga poin dalam aspek yang diamati tidak muncul gagasan dari soal
pertanyaan segiempat. Indikator TTW. sehingga indikatornya tidak tercapai. Hal ini sesuai
dengan pernyataan subjek saat diberikan tes uraian. Dengan demikian, siswa dengan kategori
nilai kurang diatas, belum tuntas dalam pembelajarannya.

Keaktifan Pembelajaran Materi Segiempat Dalam Pendekatan TTW


Tabel 8. Soal Angket keaktifan siswa
NO Pilihan Jawaban
Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Apabila Anda belum paham dengan materi
matematika yang disampaikan, apakah Anda
bertanya pada teman anda?

2.
Apakah Anda ikut serta dalam membuat
kesimpulan materi matematika yang telah
dipelajari?
3.
Apakah Anda merasa tugas itu pasti sulit hingga
Anda hanya mengikuti jawaban teman
sekelompok Anda?
4. Apakah Anda mampu menyampaikan pendapat
saat ditanya oleh teman sekelompok Anda?
5. Ketika Anda merasa kesulitan dengan materi
matematika yang ada di buku, apakah Anda
memanfaatkan internet untuk mencari informasi
yang berkaitan dengan materi tersebut?
6. Pada saat teman Anda menyampaikan
pendapatnya yang berkaitan dengan matematika,
apakah Anda menyangkalnya?
7. Apabila guru memberikan tugas mengerjakan
soal matematika yang ada di LKS, apakah Anda
selalu lupa dan tidak mengerjakan?
8. Ketika Anda belajar matematika dirumah,

10
apakah Anda mencari hal-hal yang belum Anda
pahami untuk ditanyakan kepada teman?
9. Ketika Anda berdiskusi tentang masalah
matematika, apakah Anda mampu
mengungkapkan ide Anda meskipun
bertentangan dengan kelompok Anda?
10. Saat guru memberikan soal matematika yang
belum dicontohkan, apakah Anda merasa
kesulitan untuk menyelesaikannya?

Tabel 9. Hasil tes keaktifan siswa


Aspek Penilaian

No Nama Siswa R SM NA Kategori


A B C D E F G H I J
1 Arik ismatuz 95 65 45 65 95 65 10 65 65 65 635 100 63,5 SERING
2 briggita 65 65 10 65 65 10 45 65 65 65 520 100 52 SERING
3 faisal 65 45 45 65 65 45 45 65 65 65 570 100 57 SERING
4 rifka 95 45 45 45 65 45 45 45 45 65 540 100 54 SERING
5 jefri 45 45 10 65 95 10 10 65 45 45 435 100 43,5 JARANG
6 azsha 65 45 45 45 65 45 45 45 45 45 490 100 49 JARANG

Keterangan:
A = soal nomor 1
B = soal nomor 2
C = soal nomor 3
D = soal nomor 4
E = soal nomor 5
F = soal nomor 6
G = soal nomor 7
H = soal nomor 8
I = soal nomor 9
J = soal nomor 10
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
NA = nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
10 = bilangan tetap
R
N= ×10
SM

dengan menerapkan model pembelajaran TTW. Hasil belajar siswa dapat


dikatakan tuntas apabila memenuhi syarat KKM seperti pada tabel berikut.
Keterangan keaktifan belajar individu menggunakan metode TTW

11
Tabel 10. Hasil tes keaktifan siswa dengan Keterangan : X = dilakukan
No Nilai Keterangan
1 X > 80 (95) Selalu
2 50 < x < 80 (65) Sering
3 20 < x ≤ 50 (45) Jarang
4 x < 20 (10) Tidak pernah

Keberhasilan materi segi empat dalam pendekatan TTW


8 7 8
6 6 7
6

4 4 4
2
2 1 1 2 2 2 3
0 0 0 1 1 2 2
0 1
selalu 0 0
sering
jarang
tidak pernah

arik brigita faisal rifka jefri azsha

Gambar 2. Diagram hasil keaktifan siswa dalam materi segiempat dengan pendekatan
TTW

1. Subjek Dengan Kategori nilai sangat baik dalam pendekatan TTW


Berdasarkan pemberian angket pada subjek mengenai jawaban dari soal keaktifan,
subjek selalu ikut serta mengerjakan tugas yang diberikan, selalu bertanya pada guru jika
mengalami kesulitan, selalu berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan,
selalu bekerjasama dalam diskusi kelompok. Keempat indikator tersebut dapat dicapai dengan
tepat. Dengan demikian, subjek dengan kategori nilai sangat baik, (x) atau yang dilakukan
dengan nilai dalam angketnya > 8 0 sering aktif dalam pembelajaran materi segi empat
dalam pendekatan TTW.

2. Subjek Dengan Kategori nilai baik dalam pendekatan TTW


Berdasarkan pemberian angket pada subjek mengenai jawaban dari soal keaktifan,
subjek sering ikut serta mengerjakan tugas yang diberikan, sering bertanya pada guru jika
mengalami kesulitan, sering berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan,
sering bekerjasama dalam diskusi kelompok. Keempat indikator tersebut dapat dicapai dengan
hampir tepat. Dengan demikian, subjek dengan kategori baik, 50 < (x) yang dilakukan <
80 sering aktif dalam pembelajaran materi segiempat dalam pendekatan TTW.
3. Subjek Dengan Kategori nilai cukup dalam pendekatan TTW
Berdasarkan pemberian angket pada subjek mengenai jawaban dari soal keaktifan, subjek
jarang ikut serta mengerjakan tugas yang diberikan, jarang bertanya pada guru jika mengalami

12
kesulitan, jarang berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan, jarang
bekerjasama dalam diskusi kelompok. Keempat indikator tersebut belum dapat dicapai dengan
tepat. Dengan demikian, subjek dengan kategori nilai cukup, 20 < xyang dilakukan < 50
kurang aktif dalam pembelajaran materi segiempat dalam pendekatan TTW.
4. Subjek Dengan Kategori nilai kurang dalam pendekatan TTW
Berdasarkan pemberian angket pada subjek mengenai jawaban dari soal keaktifan, subjek
tidak pernah ikut serta mengerjakan tugas yang diberikan, tidak pernah bertanya pada guru jika
mengalami kesulitan, tidak pernah berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan,
tidak pernah bekerjasama dalam diskusi kelompok. Keempat indikator tersebut tidak tercapai
dengan tepat. Dengan demikian, subjek dengan kategori nilai kurang, (x)yang dilakukan < 20
tidak aktif dalam pembelajaran materi segiempat dalam pendekatan TTW.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut. (1) Dengan Kategori nilai sangat baik siswa dapat menerapkan tiga poin dalam Indikator
TTW, dan dapat dicapai dengan tepat sehingga siswa tersebut tuntas dalam pembelajarannya. Juga
sering aktif dalam pembelajaran materi segiempat pada pendekatan TTW. (2) Dengan Kategori
nilai baik siswa dapat menerapkan dua poin dalam Indikator TTW, dan hampir dicapai dengan
tepat sehingga siswa tersebut tuntas dalam pembelajarannya. Juga sering aktif dalam
pembelajaran materi segiempat pada pendekatan TTW. (3) Dengan Kategori nilai cukup siswa
dapat menerapkan satu poin dalam Indikator TTW, dan belum dicapai dengan sempurna sehingga
siswa tersebut belum tuntas dalam pembelajarannya. Juga jarang aktif dalam pembelajaran materi
segiempat pada pendekatan TTW. (4) Dengan Kategori nilai kurang siswa tidak dapat
menerapkan poin dalam Indikator TTW, sehingga indikatornya tidak tercapai dan siswa tersebut
belum tuntas dalam pembelajarannya. Juga jarang aktif dalam pembelajaran materi segiempat
pada pendekatan TTW.

13
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi dan Setiawan, Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV Jejak.
Lesy J. 2012. Metode Penelitiankualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Muhammad, N. 2016. Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Representasi
Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol.09 No.01.
Ryanti, Widya Octa. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Soswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS SD
Negeri 9 Metro Timur Tahun Pelajaran 2015/2016. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Sugiono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabet

14

Anda mungkin juga menyukai